Anda di halaman 1dari 5

Nama : DASITA

NIM : 042111535016

Pengukuran Elemen Laporan Keuangan


1. Definisi
Pengukuran adalah bagian dari akuntansi karena data kuantitatif memberikan informasi
lebih banyak dibandingkan data kualitatif dalam banyak hal. Dimana dari pengertian
Menurut beberapa tokoh:
• Menurut Steven
Pengukuran dalam memberikan suatu angka pada suatu benda atau peristiwa
berdasarkan suatu aturan/ketentuan.
• Menurut Campbell
Pengukuran adalah penentuan suatu angka yang dapat menunjukkan
kemampuan/karakteristik suatu sistem, dengan kebijakan hukum mengenai
karakteristik tersebut. Dimana Campbells membedakan antara sistem dan sifat dari
sistem itu sendiri. Sistem di sini, dalam definisi Campbell, adalah apa yang Steven sebut
sebagai objek atau peristiwa. Sistem ini dapat mencakup rumah, meja, orang, aset, atau
jarak yang ditempuh. Properti adalah aspek atau karakteristik khusus dari suatu sistem
seperti berat, tinggi, kedalaman, atau warna. Kami akan selalu mengukur properti dan
bukan sistem.
Definisi Campbell mensyaratkan pemberian nomor pada properti berdasarkan hukum
mengenai properti tersebut. Sedangkan pemahaman Steven hanya membutuhkan tekad
berdasarkan aturan. Di sisi lain, ada aktivitas yang menembus suatu bilangan yang bisa
kita sebut pengukuran.
Dalam pemahaman umum tentang pengukuran, aturan semantik ditemukan dan
digunakan untuk menghubungkan sistem, bilangan formal dengan properti yang akan
diukur nanti. Hal ini menciptakan skala dan properti yang diukur. Dalam akuntansi, kita
mengukur modal dengan memberikan nilai pada modal kemudian menghitung
keuntungan yang diperoleh dari perubahan modal selama periode akuntansi untuk
semua kondisi ekonomi yang mempengaruhi kekayaan perusahaan.
2. Skala Pengukuran
Setiap pengukuran dilakukan berdasarkan skala. Skala dibuat ketika aturan semantik
digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika dengan objek atau peristiwa.
Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka-angka tersebut, sehingga
memberikan makna pada angka-angka tersebut. Jenis skala yang dibuat bergantung pada
aturan semantik yang digunakan. Menurut Steven, skala secara umum dapat digambarkan
sebagai nominal, interval, atau rasio. Klasifikasi ini mengkaji struktur skala kelompok
matematika. Skala pengukuran menunjukkan informasi yang diberikan oleh hasil
pengukuran. Dimana skala tersebut dibagi menjadi:
• Skala Nominal
Angka hanya digunakan sebagai label yang menunjukkan kemampuan suatu benda.
Togerson menyatakan bahwa pengukuran mengacu pada sifat-sifat suatu benda,
sedangkan pada skala nominal, nilai terkadang merupakan indikasi dari benda itu
sendiri dan hanya digunakan sebagai label. Contohnya adalah penomoran pemain sepak
bola. Properti utama dari nomor tersebut adalah untuk mengidentifikasi pemain atau
objek itu sendiri. Dalam akuntansi, contoh penggunaan skala nominal adalah klasifikasi
aset dan liabilitas ke dalam kelas yang berbeda.
• Skala Ordinal
Skala ordinal menunjukkan pemeringkatan objek pengukuran dari beberapa alternatif,
dari yang terendah hingga yang tertinggi atau sebaliknya, sesuai dengan
kemampuan/sifat yang diberikan. Skala ini dibuat ketika suatu operasi mengurutkan
objek yang diselidiki berdasarkan properti tertentu. Misalnya, seorang investor
memiliki 3 kemungkinan peluang investasi yang sama dengan jumlah uang yang ingin
mereka investasikan. Kemudian mereka mengurutkan peluang investasi tersebut pada
urutan 1, 2, dan 3 berdasarkan NPV (Net Present Value) yang akan diperoleh, dengan
peringkat 1 sebagai NPV tertinggi dan peringkat 3 sebagai NPV terendah. Operasi
perhitungan NPV kemudian memunculkan skala ordinal, yaitu kumpulan angka-angka
yang mengacu pada alternatif investasi. Kelemahan skala ini adalah interval antar angka
(1 sampai 2, 2 sampai 3, dst) tidak dapat menunjukkan perbedaan kuantitatif
sifat/kemampuan yang ditampilkan. Kelemahan lainnya adalah angka pada skala bukan
merupakan indikasi “berapa” atribut yang dimiliki suatu benda.
• Skala Interval
Skala interval memberikan lebih banyak informasi dibandingkan skala ordinal. Kita
tidak hanya mengurutkan benda berdasarkan propertinya, jarak antar interval pada
suatu skala juga sama dan dapat diketahui. Ada titik nol pada skala ini. Contohnya
adalah skala Celcius/Fahrenheit untuk suhu. Interval yang sama ditandai dengan
penambahan volume yang sama dari titik nol. Perbedaan suhu terjadi antara titik beku
dan titik didih, dengan titik beku ditetapkan sebesar 0˚ (Nol derajat). Jika suhu kedua
ruangan tersebut diukur dengan termometer Celsius secara berbeda dan angkanya 22˚
dan 30˚, maka ruangan kedua bisa dikatakan lebih panas, namun bisa juga dikatakan
lebih panas 8˚. Kelemahan skala ini adalah titik nol ditentukan secara sembarangan.
• Skala Rasio
o Skala rasio adalah skala dimana:
o Urutan peringkat objek atau peristiwa sehubungan dengan properti yang diketahui.
o Jarak antar benda sama dan besarnya diketahui.
o Asal usulnya unik, titik nolnya alami. Dimana jarak antara titik nol dan setidaknya
satu benda diketahui.
Skala rasio ini menyampaikan informasi yang lebih lengkap, termasuk ketiga informasi
skala sebelumnya. Salah satu contoh penerapan skala rasio adalah dalam pengukuran
panjang. Misal ada 2 buah kayu, dimana kayu A panjangnya 10 meter dan kayu B
panjangnya 20 meter. Dari sini dapat dikatakan kayu B lebih panjang 10 meter dari
kayu A, dapat juga dikatakan kayu B lebih panjang 2x (kali) dari kayu A. Perbandingan
angka tersebut dapat diartikan langsung sebagai perbandingan banyaknya dari sifat-
sifat yang diukur. Jadi masuk akal jika kita mengatakan kayu A adalah setengah panjang
kayu B, atau kayu B dua kali panjang kayu A. Contoh penggunaan skala rasio dalam
akuntansi adalah penggunaan dolar untuk menunjukkan biaya dan nilai. Misalnya aset
A mempunyai biaya sebesar $10,000 dan aset B bernilai $20,000, maka dapat dikatakan
biaya B adalah 2x biaya A. Terjadi titik nol, karena 0 (nol) menunjukkan tidak ada biaya
atau nilai, seperti 0 untuk panjang yang berarti tidak memiliki panjang.
3. Jenis Pengukuran
• Menurut Campbell
a. Pengukuran Fundamental (Fundamental Measurement)
Pengukuran fundamental terjadi ketika suatu angka (pengukuran) dapat ditetapkan
pada suatu sifat/kemampuan/objek dan tidak bergantung pada pengukuran variabel
lain. Seperti panjang, daya listrik, dan volume. Skala rasio dapat dihitung untuk
setiap sifat agar sesuai dengan ukuran berbeda dari sifat tersebut. Penafsiran angka-
angka ini bergantung pada teori empiris yang telah terbukti mempengaruhi operasi
pengukuran. Misalnya: pengukuran aset dan utang menggunakan pengukuran yang
sama atau bersifat aditif (dapat ditambah atau dikurangi) dengan menggunakan
satuan yang sama.
b. Pengukuran Turunan (Derived Measurement)
Pengukuran turunan adalah pengukuran yang dapat ditetapkan pada suatu objek
dengan memperhitungkan pengukuran lainnya. Pengukuran yang diperoleh
bergantung pada pengukuran fundamental yang diketahui sebelumnya. Misalnya
pendapatan dan biaya. Biaya merupakan segala pengorbanan yang dikeluarkan
sampai produk tersebut terjual. Pendapatan merupakan hasil penjualan yang
menjadi ukuran untuk menunjukkan berapa banyak produk yang terjual.
• Menurut Torgersen
a. Pengukuran Fiat (Fiat Measurement)
Pengukuran fiat merupakan salah satu jenis pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial
termasuk akuntansi, yaitu pengukuran yang ditentukan berdasarkan kesepakatan
bersama dari suatu pengamatan tanpa adanya teori pendukung. Torgersen
mengatakan masalah utama pengukuran fiat adalah banyaknya cara untuk
menyusun skala, karena tidak didasarkan pada teori. Contoh mudahnya adalah
tanah, yang diukur bukan luasnya karena luas tanah tidak akan berubah, melainkan
nilai RP (Rupiah) tanah tersebut.
4. Keandalan dan Akurasi
Keandalan informasi yang dapat dijadikan dasar. Dimana agar dapat diandalkan maka harus
memuat informasi yang benar dan akurat, namun seringkali keakuratannya tidak dapat
diperoleh karena beberapa sebab (sumber kesalahan).
• Kegiatan pengukuran yang kurang akurat
• Pengukurannya Individu
• Alat Pengukur (Instrument)
• Lingkungan
• Ketidaklanjutan Atribut
• Risiko dan Ketidakpastian
5. Pengukuran andal dan akurat
• Pengukuran yang dapat diandalkan
Realible atau dapat diandalkan, mengacu pada pembuktian konsistensi operasi untuk
menghasilkan hasil yang memuaskan atau hasil (angka) itu sendiri untuk tujuan
tertentu. Dalam statistik, reliabilitas memerlukan pengukuran yang dilakukan berulang
kali atau direproduksi sehingga menunjukkan konsistensi. Keandalan memadukan dua
aspek, yaitu keakuratan dan kepastian pengukuran, serta keakuratan representasi dan
pengungkapan mengenai transaksi dan peristiwa ekonomi yang mendasarinya. Aspek
pengukuran menyangkut keakuratan pengukuran. Istilah presisi sering digunakan
dalam 2 konteks. Yang pertama mungkin merujuk pada nomor. Kedua, dapat merujuk
pada operasi pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan:
o Tingkat peningkatan dalam operasi atau kinerja.
o Hasil kesepakatan antara penggunaan operasi pengukuran berulang sebagaimana
diterapkan pada properti tertentu.
• Pengukuran yang akurat
Meskipun suatu prosedur pengukuran mungkin sangat andal dan memberikan hasil
yang sangat tepat, namun belum tentu memberikan hasil yang akurat. Konsistensi hasil,
presisi, dan keandalan belum tentu menunjukkan keakuratan. Masalahnya adalah untuk
beberapa pengukuran terdapat nilai pasti yang tidak diketahui. Dalam hal menentukan
keakuratan dalam akuntansi, kita harus mengetahui atribut apa saja yang akan kita ukur
untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan akuntansi menyatakan kegunaan informasi.
Keakuratan pengukuran terkait dengan pemahaman pragmatis tentang utilitas, namun
akuntan tidak setuju. Terlepas dari pengoperasiannya, pengukuran tidak menjamin
keakuratan hasil. Kita bisa menghitung biaya persediaan dengan metode FIFO dan
mengulangi perhitungannya berkali-kali dan mendapatkan hasil yang sama, namun
bukan berarti hasilnya akurat.
6. Pengukuran dalam Akuntansi
Perhitungan paling dasar dalam akuntansi adalah perhitungan modal dan keuntungan.
Modal yang dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal.
Laba berasal dari perbandingan pendapatan dikurangi pengeluaran, serta perubahan modal
dalam satu periode akuntansi.
• Pengukuran modal
o Dari selisih assets dan liabilitas
Dengan begitu kita harus menghitung nilai modal awal, jumlah pendapatan yang
diperoleh, jumlah modal yang digunakan, dan perubahan kekayaan bersih.
Peningkatan modal di luar periode akan menghitung jumlah keuntungan dari
berbagai sumber termasuk operasi dan perhitungan ulang (setelah mengatur
pemasukan modal baru atau pembayaran dividen). Nilai wajar yang dihitung
kembali pada periode berikutnya akan menjadi modal awal pada periode
berikutnya. Modal sendiri dapat berasal dari setoran pemilik, utang
(pinjaman/investasi) dan kegiatan operasional.
Modal ini dapat menunjukan kinerja perusahaan dimasa depan, dengan melihat
kinerja dimasa lalu. Dimana dapat dihitung dari selisih antara aset dan liabilitas. Hal
ini juga menunjukan sumber daya yang dikelola oleh manajemen, sehingga kita
memerlukan informasi bagaimana kemampuan operasional yang ditunjukkan
dengan laba dan kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang
ditunjukan dari modal.
• Pengukuran Laba
o Laba menunjukan peningkatan modal yang diperoleh dari hasil kegiatan
operasional periode.
Berasal dari perubahan modal karena perubahan:
1) Periode
2) Kegiatan termasuk peningkatan dan penurunan asset bersih
3) Laba adalah selisih pendapatan dan beban atau selisih modal akhir dan awal
(konsep ekoomik). Dimana laba merupakan objek yang dibagikan kepada
investor dan tdak boleh dibagikan lebih besar dari labanya.
4) Masalah dalam pengukuran asset bersih adalah melibatkan pengukuran aktiva.
Bagaimana untuk mengukur nilai wajarnya dengan lebih menekankan pada laba
yaitu laba yang berasal dari modal dan lebih pada principle based yaitu ilai
asset yang bisa digunakan di masa yang akan datang. Maka laba diukur
menggunakan fair value bukan cost.
Pendapatan → akan mempengaruhi asset sehinggaa akan menaikan asset dan
menaikan modal.
Biaya → akan menurunkan asset sehingga akan mempengaruhi modal
(penurunan modal). Contohmya penurunan biaya tenaga kerja, biaya angkur

Anda mungkin juga menyukai