Anda di halaman 1dari 12

Learning Objective 1 Pentingnya Pengukuran

Pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penyelidikan yang
bersifat ilmiah. Pengukuran dibuat karena data kuantitatif justru malah memberikan informasi
yang lebih akurat dan terpercaya dibandingkan dengan data kualitatif. Pengukuran terhadap
komponen laporan keuangan seperti aset, liabilitas, laba, rugi dan lainnya berguna dalam menilai
kualitas laporan keuangan.

Pentingnya Pengukuran
Campbell menyatakan bahwa pengukuran merupakan pekerjaan bersifat numerik yang
bukan berasal dari komponen yang bersifat numerik, dalam keutamaan hukum yang mengatur
sifat tersebut. Steven, seorang teoris menyatakan bahwa pengukuran adalah pengerjaan bersifat
numerik terhadap suatu objek atau kejadian sesuai dengan peraturan yang berlaku. Campbell
memisahkan antara sistem dan sifat dari sistem tersebut. ‘Sistem’ yang dimaksud oleh Campbell
merupakan ‘objek atau kejadian’ yang dimaksud oleh Steven. Hal ini berarti sistem merupakan
objek atau benda yang dapat diartikan sebagai rumah, meja, orang dan lainnya. Sifat merupakan
aspek dari suatu benda, seperti panjang, lebar, berat, warna dan lainnya. Sebagai manusia kita
selalu mengukur sifat dari sistemnya, bukan bentuk sistem tersebut. Oleh karena itu, definisi dari
Campbell lebih akurat dibandingkan Steven.

Campbell menyatakan bahwa dibutuhkan komponen numerik untuk mengukur suatu sifat
berdasarkan hukum yang mengatur hal tersebut, sedangkan Steven menyatakan pekerjaan hanya
membutuhkan ‘sesuai hukum yang berlaku’. Sterling tidak setuju dengan teori Stevens tersebut
dengan menyatakan bahwa ‘Peraturan yang berlaku dibutuhkan suatu batasan-batasan’. Semua
pekerjaan yang bersifat numerik merupakan pengukuran. Teori semantik dirancang dan digunakan
sebagai sistem numerik untuk mengukur suatu objek. Ketika peraturan semantik menyatakan
adanya angka dalam suatu objek atau kejadian yang berhubungan dengan hal yang bersifat
matematis, maka objek atau kejadian tersebut dapat diukur sifatnya. Steven menyatakan bahwa:

Ketika korespondensi antara model umum dan bagian empiris tersebut sangat dekat, maka
kita dapat menemukan kebenarannya dengan memeriksa model umum tersebut.
Dari pernyataan diatas dapat dikemukakan bahwa pengukuran sama dengan pendekatan
teori perhitungan dan percobaan. Sebuah pernyataan bersifat matematis yang lebih mendalam.
Ketika terdapat adanya korelasi antara pernyataan yang bersifat matematis terhadap suatu objek
atau kejadian, maka pengukuran terhadap suatu objek telah dilakukan. Dalam akuntansi, kita
mengukur profit dengan menentukan nilai suatu modal kemudian menghitung keuntungan sebagai
perubahan suatu modal setiap periodenya setelah kejadian akuntansi telah lewat.

Learning Objective 2 Skala

Pengukuran dibuat berdasarkan pada skalanya. Dalam peraturan semantik suatu objek
yang dikorelasikan dengan hal yang bersifat matematis akan memunculkan suatu skala.

Skala menunjukkan informasi mengenai angka dan memberikan makna/maksud tentang


angka tersebut. Model/tipe skala dapat digunakan sesuai dengan peraturan semantik yang
digunakan. Menurut Steven, skala dapat digambarkan sebagai suatu nominal, urutan, interval atau
rasio. Pengukuran tersebut muncul dengan cara memeriksa struktur matematis yang digunakan.

Skala Nominal

Dalam skala nominal, angka hanya digunakan sebagai teks/penanda/nama. Sebagai contoh
adalah angka/nomor punggung pemain sepakbola yang tidak ada makna suatu ukuran.

Dalam skala nominal, angka tidak dapat dijadikan suatu patokan ukuran. Menurut
Torgensen, pengukuran berkaitan terhadap sifat suatu objek, sedangkan skala nominal menjadikan
angka sebagai suatu penanda dalam objek. Tujuannya hanya sebagai identifikasi terhadap suatu
objek agar dapat dibedakan. Dalam akuntansi, skala nominal adalah klasifikasi terhadap suatu aset
atau liabilitas yang dibedakan menjadi beberapa bagian.

Skala Urutan

Skala urutan muncul ketika suatu objek diperingkatkan/diurutkan sesuai dengan


sifat/kategori yang diberikan. Misalkan investor memiliki 3 (tiga) investasi, dan investasi tersebut
diurutkan menjadi 1, 2, dan 3 berdasarkan pada NPV. NPV tertinggi berada di urutan 1 dan NPV
terendah berada diurutan 3. Urutan tersebut menunjukkan adanya perbedaan angka, yang berarti
jumlah nilai investasi dari yang besar menuju yang kecil. Angka dari urutan tersebut menunjukkan
urutan dari besarnya NPV dari ketiga investasi tersebut, sehingga dapat diukur berdasarkan
profitability-nya.

Kelemahan dari skala urutan tersebut adalah tidak menjelaskan secara penuh adanya
perbedaan signifikan terhadap sifat yang ditunjukkan. Seperti pada kasus investasi diatas, NPV
dari investasi 1 hanya sedikit lebih bayak dari investasi 2, dan nilai investasi 3 hanya sedikit
berbeda dengan investasi 2. Kelemahan lain yaitu skala urutan tidak dapat menandakan seberapa
banyak sifat yang dimiliki suatu objek. Namun, skala urutan memiliki zero point, sebagai penanda
bahwa terdapat objek yang bersifat ‘netral’, artinya memiliki makna bahwa investasi diatas dapat
menjadi lebih profitable disatu sisi dan disisi yang lain menjadi kurang profitable. Hal ini
menjadikan adanya arti positif dan bisa berarti negatif.

Skala Interval
Skala interval dapat membedakan informasi lebih dalam dibandingkan skala urutan. Tidak
hanya membedakan beberapa objek berdasarkan peringkat/urutan berdasarkan aspeknya, namun
juga membedakan jarak/interval dari urutan objek tersebut. skala interval juga memiliki zero point.

Kelemahan dari skala interval ini adalah penentuan zero point yang bersifat
subyektif/sewenang-wenang. Misalnya adalah menghitung tinggi badan seseorang berdasarkan
skala interval. Apabila tinggi si A adalah 3 cm diatas ratarata maka ditempatkan pada kelompok
+3, apabila tinggi si B adalah 5 cm dibawah rata-rata maka dikelompokkan di -5. Namun kita tidak
dapat mengetahui tinggi A dan B sebenarnya, B mungkin yang terpendek di dalam grup tetapi bisa
jadi B berada di antara orang-orang yang tertinggi di dalam grup dan sebaliknya.

Penggunaan skala interval pada akuntansi terlihat jelas pada akuntansi biaya. Standar
pengukurannya mungkin berdasarkan kinerja yang teoritis, ratarata, praktis dan normal. Pilihan
yang digunakan juga lebih atau kurang bersifat arbitrary, sehingga standar perhitungan dan
variannya menghasilkan skala interval. Jika variannya nol maka menandakan adanya netralitas,
namun dipilih dengan kesewenang-wenangan.

Skala Rasio
Skala rasio menandakan:

• Jika urutan suatu objek atau kejadian berdasarkan sifat telah diketahui
• Jika interval antara objek telah sama dan diketahui
• Zero point yang bersifat netral dan natural diketahui
Skala rasio menyatakan informasi yang lebih akurat.

Learning Objective 3 Perizinan Penggunaan Skala-skala

Suatu alasan mengapa mendiskusikan topik ini adalah karena beberapa tipe pengukuran skala
hanya diizinkan untuk diterapkan pada aplikasi matematis tertentu. Skala rasio diizinkan untuk
semua metode aritmatika, algebra, analisis geometri dan metode statistika. Sebuah skala rasio
akan tetap sama (tetap) ketika dikalikan dengan sebuah konstanta.

Learning Objective 4 Tipe Pengukuran

Seperti yang kita bahas sebelumnya, proses pengukuran hampir sama dengan pendekatan
ilmiah pada teori konstruksi. Diskusi kita mengenai skala hampir sama dengan kita membahas
proses konstruksi dan penerapan teorinya. Harus terdapat sebuah peraturan mengenai angka-angka
sebelum kemudian masuk ke proses pengukuran.
Campbell menyebutkan terdapat dua tipe pegukuran : fundamental dan turunan.
Mengingat kembali bahwa definisi Campbell mengenai pengukuran bahwa angka-angka
ditetapkan berdasarkan hukum yang berlaku. Bagi Campbell, pengukuran dapat berlaku hanya
ketika telah terdapat teori (hukum) empiris yang mendukung pengukuran tersebut.

1. Pengukuran Fundamental (Fundamental Measurement)


Pengukuran fundamental adalah suatu jenis pengukuran di mana angkaangkanya dapat
ditetapkan berdasarkan referensi hukum alaminya dan tidak bergantung pada pengukuran
variabel-variabel yang lain. Properti seperti panjang, daya tahan listrik, angka dan volume dapat
diukur secara fundamental. Skala rasio masing-masing properti dapat dirumuskan berdasarkan
peraturan mengenai jenis pengukuran yang berbeda-beda (kuantitas) pada tiap-tiap properti.
Interpretasi angka-angka tersebut bergantung dari konfirmasi teori yang telah ditetapkan untuk
masing-masing pengukuran.

Sebagai hasilnya, properti fundamental dapat ditambahkan. Oleh karena itu, mudah untuk
menemuka paralel fisik pada operasi arimatik. Sebagai contoh, menambahan panjang objek X ke
objek Y adalah paralel dalam operasinya dengan meyambungkan dua tangkai yang lurus dari
ujung ke ujung, dengan salah satu tangkainya memiliki panjang sebesar X dan lainnya sebesar Y.
Kita dapat secara fisik mengukur jumlah kedua batang tersebut. Karena paralel fisik tersebut,
ilmuwan dapat secara mudah menunjukan operasi matematisnya tanpa harus menggunakan
eksperimen untuk panjang.

2. Pengukuran Turunan (Derived Measurement

Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan adalah suatu jenis pengukuran yang
bergantung pada pengukuran dua atau lebih kuantitas. Contohnya adalah pengukuran kepekatan
(density). Pengukuran tersebut bergantung pada pengukuran masa dan volume. Dari hal tersebut
dapat dilihat bahwa pengukuran turunan bergantung pada pengukuran fundmental.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa pengukuran seperti temperatur, yang


bergantung hanya pada satu pengukuran lain. Untuk mengukur temperatur, kita hanya perlu
mengukur tekanan, volume atau daya tahan istrik.

Namun demikian, dalam kasus ini pun pengukurannya masih bergantung dengan hukum
alaminya.

Saat ini, karena para ilmuwan telah mengetahui bahwa terdapat banyak sekali hubungan
antar properti fisik, mereka dapat secara mudah menurunkan pengukuran berdasarkan pengukuran
fundamentalnya. Namun sayangnya tidak semua ilmuwan setuju akan pendapat tersebut. Dalam
akuntansi, contoh dari pengukuran turunan adalah profit. Profit diturunkan dari penambahan dan
pengurangan antara income dan expenses.

3. Pengukran Fiat (Fiat Measurement)

Adalah sebuah tipe pengukuran dalam sains dan juga akuntansi, yang menggunakan
definisi sewenang-wenang (arbitrary) untuk mengobservasi sebuah properti/variabel dan
membentuk sebuah konsep, tanpa mengkonfirmasinya dengan teori yang ada.

Sebagai contoh dalam akuntansi kita tidak mengetahui bagaimana mengukur profit secara
langsung. Kita dapat mengasumsikan variabel seperti revenues, expense, gain dan loss,
berhubungan dengan konsep profit yang kemudian mengantarkan kita pada pengukuran profit
secara tidak langsung. Kita menggunakan definisi sewenang-wenang (arbitrary) untuk
menghubungkan variabel-variabel tersebut dengan konsep profit, yang kemudian menggunakan
penjumlahan aljabar pada variabel-variabel tersebut untuk mengukur profit.

Namun demikian, menurut klasifikasi Campbell, pengukuran hanya dapat dibuat jika telah
dikonfirmasi oleh teori empiris pendukungnya. Berdasarkan syarat dari Campbell, banyak
pengukuran dalam ilmu sains sosial tidak dapat dikategorikan sebagai pengukuran, termasuk
pengukuran profit.

Untuk menilai sebagian besar pengukuran pada ilmu sains sosial , Torgerson berpendapat
bahwa perlu ditambah satu kategori pada daftar syarat Campbell : Pengukuran oleh Fiat (Fiat
berarti surat keputusan, dekrit). Pengukuran semacam itu tentu dapat mencakup definisi
sewenang-wenang yang kita sebutkan tadi. Namun demikian, Torgerson menggaris bawahi bahwa
terdapat banyak permasalahan terkait dengan Pengukuran oleh Fiat tersebut, karena pengukuran
fiat tidak menggunakan teori yang telah disetujui, maka akan terdapat banyak cara dalam
membentuk skalanya. Dalam akuntansi, sebagai contoh, banyak standar akuntansi yang
mengadopsi pengukuran fiat dalam menentukan skala akuntansinya, bukan menggunakan
referensi teori pengukuran yang telah disetujui. Oleh karena itu munculah banyak alternatif
pengukuran sehingga menyebabkan kepercayaan pada skala-skala tertentu mungkin rendah.
Kembali kecontoh awal kita, apakah kita mengetahui bahwa cara kita dalam mengukur profit
benar-benar valid? cara tersebut mungkin merupakan salah satu dari ratusan cara dalam mengukur
profit, dan sepanjang cara kita tidak berdasar pada sebuah teori yang telah disetujui, maka tidak
ada alasan untuk benar-benar mempercayai cara tersebut.

Salah satu alasan pendekatan pengukuran dalam teori akuntansi adalah diharapkan bahwa
teori akuntansi dapat dibuktikan secara empiris, dibandingkan dengan pengukuran fiat kita dapat
menggunakan pengukuran fundamental dalam hal ini karena pengukuran fundamental dianggap
lebih dapat diuji kebenarannya dibandingkan pengukuran fiat.

Untuk menguji validitas pengukurannya, ilmuwan sosial melakukan berapa studi. Sebagai
contoh, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatika seseorang, kita mungkin memilih untuk
memberikan tes aritmatika pada mereka. Namun, tidak terdapat teori empiris yang mendukung
metode pengukuran yang kita pilih tersebut. Kita mungkin memprediksi bagi seseorang yang
memiliki hasil yang tinggi di tes aritmatika tersebut juga akan memiliki nilai yang baik universitas
jurusan matematika. Satu-satunya cara untuk memvalidasi metode pengukuran kita adalah
dengan melihat hasil nilai individu tersebut di universitas. Dalam hal ini, terdapat korelasi positif
antara kemampuan aritmatika seseorang dengan nilai matematikanya di universitas, sehingga kita
mampu peracaya diri akan keandalan dari metode pengukuran tersebut.

Learning Objectives 5 Keandalan dan Keakuratan

Sumber Kesalahan

• Metode Pengukuran dinyatakan dengan tidak jelas. Beberapa metode tidak dinyatakan
dengan jelas dan metode juga tidak diinterpretasikan dengan benar. Contoh, cara
menghitung profit ada banyak cara seperti salah satunya klasifikasi biaya dan klasifikasi
asset, pengklasifikasian ini diinterpretasikan berbeda pada setiap akuntan. Terkadang
beberapa metode bahkan tidak cocok untuk digunakan di beberapa jenis perusahaan.
• Pengukur. Terkadang pengukur salah menginterpretsikan aturan bahkan bias, atau salah
membaca dan memahami aturan. Yang perlu diperhatikan adalah para akuntan akan bias
demi meningkatkan profit atau asset perusahaan.
• Instrument. Beberapa metode membutuhkan instrument atau alat mengukur, yang mana
bisa terjadi kesalahan dalam alat tersebut. Atal dalam akuntansi bukan berarti alat yang
berbentuk fisik, tapi alat seperti grafik atau tabel daftar harga.
• Lingkungan. Lingkungan dalam melakukan metode penguuran dapat mempengaruhi hasil
pengukuran. Contoh, lingkungan dapat mempengaruhi pengukur atau alat ukur.
Umumnya, yang dipengaruhi adalah pengukur, karena pengukur dapat desakan dari
manajer yang akan berpengaruhi pada keputusan pengukur yang dalam hal ini akuntan.
Jika tekanan disebabkan oleh akuntan yang bias maka kesalahan dapat dirundingkan.
Apabila tekanan disebabkan karena akuntan lelah dan stress maka kesalahan yang terjadi
akan bersifat random dan dapat disebut juga sebagai faktor lingkungan. Faktor lingkungan
juga bisa terjadi karna manajemen perusahaan yang contohnya memberikan bonus atau
insentif dari setiap profit perusahaan.
• Atribut yang tidak jelas. Apa yang akan diukur bisa jadi tidak jelas, khususnya apabila
yang harus diukur terlinat dengan konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.
Contoh, kita ingin mengukur kemampuan seseorang, hal tersebut tidak dapat kita ukur
secara langsung. Pertamatama atribut sulit didefinisikan. Pengukuran untuk itu hanya
dapat diukur dengan beberapa respons. Dalam akuntansi ketidakjelasan dalam mengukur
sudah biasa ditemukan. Contoh, dalam mengukur nilai sebuah aset tetap, banyak cara
mengukurnya apakah dengan present value, harga jual, nilai akuisisi atau harga sekarang.
Masalah terjadi bukan karena metode pengukuran tapi atribut yang diukur itu sendiri.
• Resiko dan ketidakpastian. Hal ini terkait dengan distribusi return dalam asset tidak tidak
berwujud. Contoh, return asset tidak berwujud sangat beresiko tapi asset tersebut kurang
lebih sama dan harga dapat diketahui.
Dalam mengukur return suatu asset dapat kurang atau lebih estimasi tapi distribusi hasil
return tersebut dapat diketahui.

Pengukuran yang Andal


Apa yang dimaksud pengukuran yang andal? Keandalan merujuk pada bukti konsistensi
pada hasil yang memuaskan dari suatu operasi atau hasil tersebut digunakan untuk maksud
tertentu. Dugaan keandalan terdiri dari dua aspek : keakuratan dan kepastian dalam pengukuran,
dan pengungkapan yang jujur dalam transaksi ekonomi. Aspek pengukuran focus pada ketepatan
dalam mengukur.kata ketepatan memiliki dua kontek, biasanya ketepatan dalam bentuk
angka,atau dapat merujuk kepada metode pengukuran. Contohnya : untuk ketepatan angka seperti
penilaian 90 padahal nilai sebenanya 90,2. Kepetapan dengan metode pengukuran seperti tingkat
perbaikan dalam performanya atai persetujuan hasil suatu pengukuran yang dilakukan terus
menerus.

Pengukuran yang Akurat


Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat
tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi
berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran menuju ‘nilai sejati’ dari atribut pengukuran.

Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara akurat dengan
membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai sebenarnya.

Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui.
Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur
untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang
berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari
‘kegunaan’, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif yang
harus diterapkan.

Learning Objective 6 Pengukuran dalam Akuntansi

Perhitungan yang paling fundamental dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal dan
laba. Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal. Laba
berasal dari perbandingan dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal dalam satu periode
akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai cara, contoh: historical cost,
operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan pada kita bahwa konsep
perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan berkembang dari waktu ke waktu dan
menghasilkan beberapa konsep perhitungan yang fundamental. Yang terkini, standar pelaporan
keuangan internasional telah membuat konsep lebih tepat yaitu konsep “nilai wajar”. Beberapa
pengamat beragumen dan mengkritik konsep “nilai wajar” ini. Bahwa konsep ini merubah konsep
alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan perbedaan tergantung atas situasi dan
interpretasi yang subjektif. Perubahan ini lebih fokus pada penilaian “Balance Sheet”,
mengalihkan akuntansi dari perhitungan alokasi laba yang sederhana dan lebih menekankan pada
relevasi pada realita komersil dan pengambilan keputusan oleh investor dibandingkan
kebenarannya.

Proyek bersama FASB/IASB mengenai presentasi laporan keuangan menitikberatkan


pemikiran IASB mengenai pengukuran pendapatan dan asset, tentunya menganai aplikasi
pengukuran metode nilai wajar. Konsep yang disetujui bersaama yaitu :

a) Informasi akuntansi harus ditujukan untuk para pengambil keputusan dalam membuat
keputusan ekonomi perusahaan.
b) Perusahaan harus menyediakan laporan satuan yang berisikan seluruh pendapatan dan
beban yang diakui sebagai komponen laporan keuangan.
c) Laporan harus memiliki :
a. Harus didalamnya termasuk efek dari perubahan net asset dan kewajiban selama
tahun berjalan, selain dari transaksi dengan pemilik.
b. Asset dan kewajiban harus dinilai sesuai dengan nilai wajar yang dapat
mencerminkan harga pasar tapi mengganti discounted future cash flows, nilai pasar
terdepresiasi, atau asset pricing models dapat digunakan dalam ketidak hadiran
pada liquid market.
c. Penentuan pendapatan harus dibagi menjadi laba sebelum pengukuran kembali dan
efek pengukuran kembali.
d) Seluruh pendapatan dan beban harus dikategorikan dan disajikan dengan cara
a. Meningkatkan pemahaman pengguna dalam pencapaian kinerja
b. Membantu dalam membentuk ekspektasi kinerja di masa depan
e) Laba tidak seharusnya didasari oleh dugaan dari realisasi
f) Fokus terhadap :
a. Transparansi
b. Informasi yang berguna untuk investor dan data yang relevan untuk pengambilan
keputusan.

c. Konsep dari keandalan sudah digantikan dengan kejujuran dalam penyajian

Dalam pendekatan ini laporan laba rugi akan menjadi nilai sisa antara net asset awal
dan net asset ketika penutupan, bukan dengan menjadikan neraca sebagai nilai sisa
untuk biaya yang belum dialokasi kan setelah proses kecocokan, yang menjadi kasus
pengukuran historical cost.
Learning Objective 7 Masalah Pengukuran Bagi Auditor

Perubahan pengukuran profit dari menghitung revenue dan expense ke penilaian atas nilai
wajar aset bersih, menciptakan masalah bagi auditor. Ketika profit ditentukan dengan menghitung
pendapatan dan beban pada periode tersebut, auditor dapat berkonsentrasi untuk mengumpulkan
bukti bahwa transaksi tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi perusahaan
klien. Namun, ketika profit ditentukan dengan perubahan nilai wajar atas aset, sulit bagi auditor
untuk mengumpulkan bukti atas estimasi manajemen.

Sebagai contoh, pengukuran profit dengan menilai perubahan nilai wajar dari aset bersih
ditujukan oleh akuntansi standar IAS 36 / AASB 136. Pernyataan ini mensyaratkan penurunan
nilai aset diakui sebagai rugi penurunan nilai. Manajemen perusahaan diminta untuk menilai pada
tanggal pelaporan apakah ada indikasi bahwa aset mungkin mengalami kerusakan. Jika ada
indikasi tersebut, manajemen harus mengestimasi berapa biaya untuk memulihkan aset tersebut.
Jika biaya pemulihan kurang dari nilai bawaan aset tersebut, maka nilai bawaaan aset tersebut
harus dikurangi dengan biaya pemulihan. Pengurangan tersebut disebut juga dengan penurunan
nilai. Penurunan nilai tersebut kemudian harus segera diakui di laba dalam banyak kasus.

Pedoman standar audit internasional untuk audit atas kerugian penurunan nilai dan
estimasi nilai wajar lainnya terkandung di dalam ISA 540. Auditor diminta untuk mengumpulkan
bukti untuk menilai apakah manajemen telah mengikuti standar akuntansi secara tepat dan apakah
jumlah penurunan nilai wajar masuk akal. Untuk melakukan hal ini, auditor harus memutuskan
apakah manajemen telah memilih asumsi dan metode penilaian yang tepat. Jika standar akuntansi
tidak menentukan metode penilaian untuk aktiva dan kewajiban yang sedang dipertimbangkan,
auditor dapat menerima metode penilaian apapun yang masuk akal. Contohnya, paling tidak ada
12 metode dalam penilaian aset tidak berwujud yang bisa digunakan. Ini artinya sulit bagi auditor
untuk tidak setuju dengan metode yang digunakan manajemen, yang juga digunakan oleh
perusahaan lain. Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode digunakan secara konsisten,
sehingga manajer tidak memilih berbagai metode dari tahun ke tahun bergantung pada profit yang
mereka inginkan. Auditor juga harus menilai apakah nilai aset atau liabilitas ditentukan secara
tepat berdasarkan asumsi manajemen, model penilaian dan data yang relevan. Data tersebut
mencakup suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas, nilai pasar yang digunakan
oleh perusahaan pembanding, data royalti, dan sebagainya.

Secara keseluruhan, mengingat keberadaan berbagai macam metode penilaian, tidak


memungkinkan bagi auditor untuk menolak pilihan manajemen selama bukti audit menunjukkan
manajemen telah menerapkan metode yang benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam
situasi ini, auditor mungkin akan menghadapi tekanan dari manajemen atau jika tidak mereka
kehilangan audit untuk auditor lain yang lebih menyenangkan.

Selain isu-isu yang berkaitan dengan penggunaan nilai wajar serta isu-isu terkait, auditor
juga menghadapi masalah yang disebabkan oleh variabilitas dalam tingkat keandalan dan akurasi
pengukuran biaya historis. Misalnya, untuk menghitung standar biaya manufaktur, didasari oleh
biaya historis dari berbagai input, berapa volume yang diolah, metodenya seperti apa, dan berapa
biaya overhead antara produk, proses dan departemen-departemen terkait. Semua faktor ini
mempengaruhi biaya persediaan yang ada pada periode dan barang yang dijual selama periode
tersebut. Dalam konteks ini, auditor perlu menguji kewajaran prosedur yang diterapkan dan
penggunaan metode yang konsisten. Biaya persediaan per unit mungkin akan terlihat sangat tepat,
tetapi perubahan kondisi operasi dapat menghasilkan varian yang signifikan dan membuat asumsi
dasar untuk alokasi tidak valid.

Anda mungkin juga menyukai