Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH MANAJEMEN STRATEGI BISNIS

JUST IN TIME STRATEGY

Dosen Pengampu :

Dr. Gunarianto, SE.,M.Si.,Ak

Disusun Oleh :

Hurin Febriliyanti (181622018151703)

Azizati Arsita Putri (181622018151915)

Oktafani Ratnaningtyas (181622018151567)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan di antara perusahaan-perusahaan akan membawa keuntungan

bagi konsumen karena persaingan yang semakin intensif akan mendorong

perusahaan untuk menghasilkan produk dengan harga yang lebih rendah,

kualitas menjadi lebih tinggi, dan semakin banyak pilihan. Selain itu,

perkembangan teknologi informasi seperti internet, e-commerce,dll

membuat konsumen lebih mudah melakukan akses terhadap kualitas produk

dan jasa yang akan mereka beli. Tentu saja produk dan jasa yang akan

mereka beli adalah produk dengan kualitas terbaik dan harga yang relatif

murah. Dengan demikian perusahaan yang mampu eksis didunia bisnis

adalah perusahaan yang dapat menghasilkan produk-produk tersebut. Untuk

menghadapi masalah tersebut, manajer harus mengetahui apa yang

diinginkan konsumen dan kapan mereka memerlukannya. Perusahaan harus

mampu menciptakan suatu sistem yang dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas perusahaan dengan mengeliminasi setiap pemborosan yang

ada. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

mewujudkan kondisi ini adalah dengan menerapkan sistem pengendalian

persediaan dan produksi Just In Time. Sekarang, Sistem Just In Time bukan

hanya sekedar wacana saja tetapi telah dapat diimplementasikan di beberapa

perusahaan baik diperusahaan luar negeri maupun perusahaan dalam negeri.


1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi just in time strategi ?

2. Bagaimana konsep just in time strategi ?

3. Bagaimana konsep dasar dan tujuan just in time strategi

4. Bagaimana implementasi just in time manufacturing ?

5. Apa saja elemen penting sistem just in time ?

6. Apa tujuan dan manfaat just in time ?

7. Bagaimana karateristik just in time ?

8. Apa saja keunggulan dan kelemahan just in time ?

9. Bagaimana sistem pembelian just in time ?

10. Bagaimana peranan just in time ?

11. Apa saja faktor kunci sukses dalam just in time ?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui tentang definisi just in time strategi

2. Mengethui tentang konsep just in time strategi

3. Mengetahui tentang konsep dasar dan tujuan just in time strategi

4. Mengetahui tentang implementasi just in time manufacturing

5. Mengetahui tentang elemen penting sistem just in time

6. Mengetahui tentang tujuan dan manfaat just in time

7. Mengetahui tentang karateristik just in time

8. Mengetahui tentang keunggulan dan kelemahan just in time

9. Mengetahui sistem pembelian just in time

10. Mengetahui tentang peranan just in time

11. Mengetahui faktor kunci sukses dalam just in time


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi Just In Time

Just In Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara

berkelanjutan dan memaksa yang mendukung produksi yang ramping (lean).

Produksi yang ramping (lean Production) memasok pelanggan persis sesuai

dengan keinginan pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpa

pemborosan, melalui perbaikan berkelanjutan. Sasaran utama just in time adalah

meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi dengan cara

menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan)

bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos

improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas

yang lebih tinggi, kualitas dan reabilitas produk yang lebih baik, memperbaiki

waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara

pelanggan dengan pemasok. Definisi Just In Time didefinisikan sebagai sistem

manajemen pabrikasi dan persediaan komprehensif dimana bahan baku dan

berbagai suku cadang dibeli dan diproduksi pada saat diproduksi pada saat (just in

time) akan digunakan dalam setiap tahap proses produksi/pabrikasi.

Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk

mendapatkan kualitas, menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan

seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat

dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya

(baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk
mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksinya hanya sebanyak

jumlah yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun

menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang. Tujuan

utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam

meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu penggunaan istilah JIT seringkali

diartikan dengan “zero inventories”. JIT pada dasarnya berusaha menghilangkan

semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk

yang dihasilkan. (Efrianti, 2014, hal. 101) JIT merupakan suatu metode pemikiran

produksi yang diprakarsai oleh Jepang, konsep JIT adalah memproduksi item

yang dibutuhkan pada saat yang tepat dan dalam jumlah yang cermat. Dengan

diterapkannya JIT melalui mekanisme kanban, diharapkan dapat memecahkan

permasalahan dalam penanganan persediaan bahan baku sehingga dapat mencapai

efisiensi biaya produksi dan meningkatkan laba perusahaan. Penerapan Just In

Time dapat memperbaiki aset produktivitas, pertumbuhan penjualan, karakteristik

perusahaan pada dunia bisnis modern. Just In Time hanya meminta unit yang

dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan dan pada saat yang

dibutuhkan. (Dania, 2015, hal. 2) Ide-ide yang mendukung Just In Time adalah

sebagai berikut: (a) Sederhana adalah lebih baik, (b) Penekanan pada kualitas dan

perbaikan yang berkesinambungan, (c) Mempertahankan persediaan yang menjadi

sumber pemborosan dan pekerjaan jelek yang tersembunyi, (d) Setiap aktivitas

atau fungsi yang tidak menambah nilai harus dihilangkan, (e) Barang diproduksi

apabila dibutuhkan, (f) Pekerja harus berketerampilan banyak dan berpartisipasi

dalam memperbaiki efisiensi dan kualitas produk. Sasaran utama just in time

adalah meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi dengan cara


menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan)

bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continous

improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas

yang tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu

penyerahan produ akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan

dengan pemasok.

JIT memiliki 8 prinsip dasar, yaitu: (a) Seek a produce-to order production

schedule, (b) Seek unitary production, (c) Seek eliminate waste, (d) Seek

continous product flow improvement, (e) Seek product quality perfection, (f)

Respect people, (g) Seek to eliminate contingencies, (h) Maintain long term

emphasis. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa

eliminasi pemborosan merupakan jantung dari IT. Dengan mengeliminasi

pemborosan, maka perusahaan akan menghasilkan produk yang lebih baik dengan

biaya yang lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas maka indikator JIT yang

dimunculkan adalah biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih

tinggi, hubungan antara pelanggan dengan pemasok. JIT adalah suatu filosofi

bisnis yang khusus membahas bagaimana mengurangi waktu produksi sekaligus

mengurangi kegagalan produksi baik dalam proses manufaktur maupun proses

non-manufaktur. Istilah lain JIT adalah short - cycle atau lean manufacturing.

(Witjaksono, 2013, hal. 221). JIT adalah filosofi yang berfokus pada kegiatan

pekerjaa yang dibutuhkan atau yang diminta pada saat itu juga. JIT merupakan

suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan bahwa produk-produk harus

ditarik dari seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan bukannya mendorong

seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk mengantisipasi permintaan (a pull
system). JIT berpengaruh dalam hal mengurangi persediaan sampai pada tingkat

yang sangat rendah. Usaha untuk mencapai tingkat persediaan sampai tingkat

yang tidak signifikan sangat vital bagi kesuksesan JIT. Namun demikian, gagasan

untuk mencapai persediaan yang tidak signifikan niscaya akan menentang alasan-

alasan tradisional untuk menyimpan pesediaan yang telah disebutkan sebelumnya.

JIT memecahkan masalah kinerja tepat waktu dengan cara mengurangi waktu

tunggu, dan bukannya dengan meningkatkan persediaan. Waktu tunggu dalam hal

ini tidak hanya sampai pesanan diterima di perusahaan, namun sampai bahan baku

diolah menjadi barang jadi (output). Waktu tunggu yang lebih singkat akan

meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan pengiriman

pada tanggal yang diminta oleh pelanggan dan sekaligus dapat dengan cepat

menghadapi permintaan pasar. Dengan demikian, daya saing perusahaan

meningkat. JIT mengurangi waktu tunggu dengan menghindari kegagalan mesin,

kerusakan bahan baku atau suku cadang, tidak tersedianya bahan baku atau suku

cadang, dan dengan menggunakan proses manufaktur sel. Sel-sel manufaktur

mengurangi jarak perjalanan antara mesin dan persediaan.

Kebanyakan penghentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan

berikut ini, yaitu: kegagalan mesin, kerusakan bahan baku atau suku cadang, dan

tidak tersedianya bahan baku atau suku cadang. Penyimpanan persediaan

merupakan salah satu solusi untuk ketiga masalah tersebut. Mereka yang

mendukung pendekatan JIT mengklaim bahwa persediaan tidak memecahkan

masalah melainkan hanya menyembunyikan atau menutup-nutupi masalah-

masalah tersebut. JIT dapat memecahkan masalah dengan menekankan


pemeliharaan preventif, total kontrol kualitas, dan dengan menjaga relasi yang

baik dengan supplier. Ada terdapat empat aspek penting dalam JIT:

1. Penghapusan semua kegiatan yang tidak menambah nilai produksi atau

jasa.

2. Diperlukan suatu komitmen untuk tingkat kualitas yang lebih tinggi.

3. Diperlukan suatu komitmen untuk perbaikan terus menerus dalam efisiensi

kegiatan.

4. Penekanan pada penyederhanaan dan meningkatkan pengidentifikasian

terhadap aktivitas yang tidak menambah nilai.

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa JIT adalah persediaan dengan

nilai nol atau mendekati nol, artinya perusahaan sebisa mungkin tidak

menanggung biaya penyimpanan. Bahan baku akam tetap datang pada saat

dibutuhkan. Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang

setia dan profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan bahan

baku.

Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten

dalam meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu penggunaan istilah JIT

seringkali diartikan dengan “zero inventories”. JIT pada dasarnya berusaha

menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah

terhadap produk yang dihasilkan. Untuk mencapai tujuan JIT tersebut, diperlukan

asumsi sebagai berikut:

1. Ukuran lot kecil

2. Konsistensi kualitas tinggi


3. Pekerja dapat diandalkan

4. Persediaan menjadi minimum atau sebisa mungkin menjadi nol

5. Mesin dapat diandalkan

6. Rencana produksi stabil

7. Kepastian jadwal operasi

Keseragaman komitmen dan pandangan antara manajemen perusahaan dan

karyawan, dimana memiliki komitmen yang tinggi terhadap penerapan JIT yang

dilakukan di perusahaan. (Sinuraya, 2011)

2.2. Konsep Just In Time

Dalam konsep Just In Time, menyatakan terdapat empat aspek

fundamental dalam konsep Just In Time, yaitu: (1). Menghilangkan segala

aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi seluruh produk atau

jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh aktivitas atau sumber daya yang

menjadi sasaran untuk pengurangan atau penghilangan, (2). Komitmen

tinggi terhadap mutu melakukan secara benar segala sesuatunya dari awal

adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan ulang.

Perusahaan perlu memiliki komitmen untuk mencapai dan

mempertahankan tingkat mutu yang tinggi dalam semua aspek aktivitas-

aktivitas perusahaan, (3).

Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas perusahaan.

Perusahaan perlu mencanangkan komitmen terhadap perbaikan

berkesinambungan (continous improvement) pada semua aktivitas

perusahaan dan kegunaan data yang dihasilkan bagi manajemennya.


Perbaikan yang berkesinambungan adalah pengupayaan terus-menerus nilai

yang kian besar yang diberikan kepada pelanggan, (4). Penekanan pada

penyederhanaan dan peningkatan visibilitas aktivitas nilai tambah, hal ini

membantu untuk mengidentifkasi aktivitas yang tidak menambah nilai.

(Putra, 2014, hal. 4-5)

2.3. Konsep Dasar dan Tujuan Just In Time

JIT memiliki tiga macam kerangka perspektif, yaitu pendekatan filosofis

JIT terhadap produksi, teknik pendesainan dan perencanaan sistem pabrikasi JIT,

dan teknik pengendalian lantai perakitan dengan JIT. Pengendalian aktivitas

pengerjaan, perakitan atau pengolahan di lantai pabrik dalam sistem JIT sangat

transparan karena kendali arus material atau komponen dan pekerjaan

dikendalikan dengan kanban.

Kanban akan mengendalikan arus material (komponen dan subkomponen)

sehingga material tiba di tempat yang sesuai dalam jumlah yang benar dan sesuai,

serta tepat pada waktu yang ditentukan sebelumnya. Sehubungan dengan itu,

pengerjaan dapat berlangsung sesuai jadwal. Untuk menunjang pelaksanaan

pengerjaan yang lancar, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat waktu, maka sistem

manufaktur dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan

menerapkan JIT di pabrik tersebut. Untuk keperluan itu, didesain produk dan tata

letak pabrik disinkronkan. Penataan disesuaikan dengan visibilitas untuk

menerapkan kanban di pabrik yang bersangkutan. Filosofi JIT merupakan sesuatu

yang sering kurang diperhatikan, tetapi perannya sangat menentukan keberhasilan

aplikasi JIT. Filosofi JIT menetapkan berbagai gagasan dan strategi mendasar dari

JIT, terutama yang berhubungan dengan kelayakan menerapkan sistem kanban


dalam pelaksanaan produksi. Kebanyakan perusahaan menggunakan sistem

persediaan terbaik yang sesuai untuk perusahaan mereka.

Sistem persediaan Just In Time (JIT) mempunyai beberapa manfaat. Manfaat

JIT yang utama sebagai berikut:

1. Waktu penyiapan (set up) diperpendek secara signifikan didalam gudang.

Kurangilah waktu penyiapan agar lebih produktif yang akan

memungkinkan perusahaan meningkatkan efisiensi, dan waktu yang

dihemat dapat dimanfaatkan pada bidang lain yang memerlukan

peningkatan.

2. Kelancaran arus bahan atau komponen dari gudang ke rak perakitan

ditingkatkan. Setelah karyawan memusat pada area spesifik dari sistem,

akan memungkinkan mereka untuk memproses pengerjaan barang dengan

lebih cepat sebagai ganti dari mempunyai pekerjaan yang banyak,

melelahkan, dan menyederhanakan tugas yang ada.

3. Karyawan yang memiliki banyak keahlian, dapat digunakan secara lebih

efisien. Setelah karyawan terlatih atau terdidik bekerja pada bagian yang

berbeda dalam sistem siklus sediaan, akan memungkinkan perusahaan

untuk menggunakan pekerja ketika mereka diperlukan dan pada saat

terjadi kekurangan pekerja, serta permintaan untuk produk tertentu

meningkat.

4. Konsistensi yang lebih baik terhadap penjadwalan dan konsistensi

penggunaan jam orang terhadap karyawan. Jika tidak ada permintaan atas

suatu produk pada waktu tertentu maka pekerja tidak perlu dibebani

pekerjaan. Hal itu dapat menyelamatkan uang perusahaan karena tidak


perlu membayar pekerja untuk pekerjaan yang belum diselesaikan dan

memungkinkan mereka diarahkan pada pekerjaan lain.

5. Penekanan peningkatan hubungan dengan pembekal. Tidak ada

perusahaan yang ingin terjadi kekurangan atas sediaan. Tidak ada

perusahaan yang ingin kekurangan atas sistem persediaan mereka dan akan

menciptakan kekurangan persediaan yang dimiliki didalam rak

penyimpanan. Jika perusahaan memiliki seorang pembekal kepercayaan

maka perusahaan dimungkinkan mendapat barang-barang atau komponen

yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dan memelihara

nama baik perusahaan di depan orang banyak (masyarakat).

6. Pembekal melanjutkan pemeliharaan terhadap karyawan yang produktif

selama 24 jam penuh dan kegiatan dipustkan atas keluar masuknya

karyawan. Setelah manajemen memusatkan perhatian pada batas waktu

pertemuan, akan membuat karyawan bekerja keras untuk memenuhi

perwujudan sasaran persahaan dalam kaitan dengan keputusan kerja,

promosi, atau bahkan upah yang lebih tinggi. (Haming, 2014, hal. 306-

309).

2.4. Implementasi Just In Time

JIT adalah metode untuk mengurangi waktu penyimpanan (storage time)

dan waktu penyimpanan tersebut tidak berkontribusi ke aktivitas yang

bernilai tambah. Dalam filosofi JIT, perusahaan hanya memproduksi apabila

ada permintaan dari pembeli, tanpa memanfaatkan tersedianya persediaan

sehingga perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Setiap operasi atau

produksi hanya bertujuan memenuhi permintaan. Produksi tidak akan terjadi


sebelum ada tanda dari proses selanjutya yang menunjukkan permitaan

produksi. Suku cadang dan bahan tiba pada saat yang ditentukan untuk

dipakai dalam produksi (on time to production). JIT Manufacturing menuntut

ketepatan waktu produksi dan ketepatan penyerahan produk akhir kepada

pelanggan maupun produk antara dari satu tahap produksi ke tahap

berikutnya. Dalam sistem akuntansi manajemen kontemporer, produksi harus

memenuhi “zero defect” yang artinya tingkat kerusakan nol pada semua tahap

siklus hidup produk. Adapun sistem tradisional, masih mentolerir tingkat

kerusakan produk atau produk cacat pada tingkat tertentu yang diperbolehkan.

(Salman, 2016, hal. 13- 14)

2.5. Elemen Penting Sistem Just In Time

Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time ini

dibutuhkan adanya kerja sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Flexible Resources

Karyawan dalam lingkungan Just In Time harus memiliki kemampuan

ganda dan fleksibel. Karyawan diharapkan dapat mengoperasikan seluruh

peralatan dan mesin dalam jalur produksi. Selain itu, mereka juga

diharapkan mampu untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan kecil

alat-alat yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Cellular Layout

Dalam sistem Just In Time, mesin-mesin diatur sedemikian rupa

menyerupai setengah lingkaran atau ditata dengan pola selular untuk

tujuan efisiensi sehingga dapat mengurangi berbagai pemborosan. Setiap


sel dirancang untuk memproduksi satu produk tertentu. Produk

dipindahkan dari satu mesin ke mesin lainnya dari awal hingga akhir.

Setiap sel merupakan miniatur pabrik secara keseluruhan.

3. Pull System

Dalam pull system, proses produksi akan ditentukan oleh adanya

permintaan dari onsumen. Ketika permintaan konsumen masuk, bagian

akhir dari perakitan akan memberikan tanda ke bagian sebelumnya untuk

mengirimkan sejumlah partisi atau bahan yang dibutuhkan pada bagian

tersebut. Demikian seterusnya, bagian di belakangnya akan mengirimkan

tanda ke bagian yang ada di belakangnya lagi untuk mengirimkan barang

setengah jadi sesuai dengan kebutuhan.

4. Quick Set up

Set up merupakan aktivitas yang terdiri dari menyiapkan bahan, mengubah

setting mesin, mempersiapkan peralatan, dan melakukan pengujian. Dalam

sistem Just In Time, set up yang berulang-ulang tidak diperlukan lagi

karena mesin telah dirancang untuk satu jenis produk.

5. Small-lot Production

Perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time hanya akan berproduksi

sesuai dengan permintaan konsumen. Tidak seperti yang dilakukan dalam

sistem tradisional yang menerapkan sistem mass production. Produksi

dalam jumlah yang kecil ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya-biaya

yang tidak perlu seperti biaya gudang, biaya pemeliharaan barang, dan

lain-lain.

6. Quality at The Source


Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In

Time. Jika sejumlah unit produk jadi yang dihasilkan mengandung produk

cacat, perusahaan tidak dapat mengirimkan sejumlah barang yang diminta

oleh konsumen dan perusahaan harus mengulang kembali proses produksi

hanya untuk membuat pengganti produk yang cacat saja. Kondisi ini akan

menimbulkan adanya penundaan dalam pengiriman barang kepada

konsumen dan menimbulkan kekecewaan konsumen. Jadi, dalam

lingkungan Just In Time kualitas merupakan elemen yang sangat penting

disamping elemen yang lain.

7. Supplier Networks

Just In Time sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok

dengan perusahaan pembeli. Pemasok diharapkan mampu mengirim

barang dalam frekuensi yang lebih banyak dengan jumlah yang lebih kecil.

Kedua belah pihak dituntut untuk dapat bekerja sama guna mencapai

keberhasilan bersama di masa mendatang.

Sistem Just In Time telah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada

di dunia, seperti Toyota Motor Company di Jepang yang merupakan negara

pencetus dari ide ini, Dell Computer, Intel, Mc. Donald, Black and Decker,

Goodyear, dan lain-lain.

Sistem ini tidak hanya bisa diterapkan di perusahaan manufaktur saja,

tetapi juga dapat diterapkan di jenis perusahaan lainnya, seperti perusahaan

dagang maupun jasa. Di Indonesia. Ada beberapa perusahaan yang telah mencoba

untuk menerapkan sistem Just In Time, seperti PT Astra Daihatsu Motor, PT

Triangle Motor, PT Ardi Indah, dan lain-lain. Diantara perusahaan-perusahaan


tersebut, ada beberapa perusahaan yang telah berhasil menerapkan sistem ini,

seperti PT Astra Daihatsu Motor, perusahaan ini telah berhasil meningkatkan

kualitas produknya, mengurangi biaya, dan meningkatkan partisipasi dari pekerja-

pekerjanya. Bagi perusahaan- perusahaan di Indonesia, sistem ini merupakan

suatu hal yang baru karena hanya beberapa perusahaan yang mampu

menerapkannya dengan baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan sistem ini

sulit untuk diterapkan di Indonesia, seperti ketersediaan bahan baku, tenaga kerja,

dan yang paling penting adalah masalah dana. (Agustina, 2007, hal. 139-141).

2.6. Tujuan dan Manfaat Just In Time

Tujuan just in time memiliki dua tujuan strategis yaitu: untuk

meningkatkan keuntungan dan memperbaiki daya saing perusahaan. Kedua

tujuan ini dicapai dengan mengontrol biaya-biaya (memungkinkan

terbentuknya harga yang berdaya saing lebih baik dan meningkatkan

kauntungan), memperbaiki kerja pengiriman, dan juga kualitas. Tujuan just

in time adalah menghasilkan sebuah produk hanya ketika dibuthkan dan

hanya dalam kuantitas yang diminta oleh para pelanggan. Sedangkan

menurut pendapat lain tujuan utama just in time adalah untuk menghasilkan

produk hanya jika diperlukan dan hanya menghasilkan kuantitas produk

sebanyak yang diminta pelanggan. Just In Time mempunyai dua tujuan

strategik yaitu: (1) Meningkatkan laba, (2) Memperbaiki posisi persaingan

perusahaan, (3) Tujuan tersebut dapat dicapai dengan: mengurangi

persediaan, meningkatkan mutu, mengendalikan aktivitas supaya biaya lebih

rendah, dan memperbaiki kinerja pengiriman barang. (Diaz, 2015, hal. 4)

Manfaat utama sistem Just In Time adalah akan mengubah daya telusur
biaya, meningkatkan akurasi penentuan cost produk, menurunkan

kebutuhan alokasi biaya tak langsung, mengubah perilaku dan kepentingan

relatif biaya tenaga kerja langsung, dan mempengaruhi sistem penentuan

cost pesanan dan cost proses.

Terdapat dua manfaat yang dapat ditemukan dari Just In Time antara lain:

1. Manfaat tangibles, yaitu:

a. Turn over pembelian bahan baku/ suku cadang bertambah.

b. Ketepatan pengiriman meningkat.

c. Lead time pengiriman berkurang.

d. Pekerjaan ekspedisi berkurang.

e. Waktu implementasi perubahan-perubahan oleh pemasok berkurang.

2. Manfaat intangibles, yaitu:

a. Memperbaiki kualitas produk.

b. Berhasil mendorong pemasok memenuhi kualitas yang diperlukan.

c. Memperbaiki produktivitas.

d. Jadwal produksi yang lebih baik.

e. Mengurangi keperluan untuk menginpeksi barang-barang yang masuk.

f. Meningkatkan efisiensi.

g. Memperbaiki posisi kompetitif.

h. Memperbaiki desain produk.


i. Memperbaiki moralitas dalam produksi.

j. Lebih banyak kontak personal dengan pemasok.

k. Mengurangi pekerjaan klerikal.

2.7. Karakteristik Just In Time

Ada beberapa karakteristik utama dari perusahaan yang telah

menerapkan sistem Just In Time, diantaranya adalah:

1. Kualitas yang tinggi. Perusahaan yang telah menerapkan system JIT

berupaya mencapai tingkat kualitas dimana mereka dapat beroperasi dengan

persediaan yang rendah dan skedul yang ketat. Sistem JIT berupaya

menghapus sumber-sumber yang tidak efisien dan gangguan serta

melibatkan karyawan dalam operasi untuk terus melakukan perbaikan.

Dengan kata lain, perusahaan berpegang pada konsep lebih baik

menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dengan biaya produksi sedikit

lebih mahal, daripada menghasilkan barang dengan biaya produksi murah

tapi kualitasnya rendah.

2. Tingkat persediaan rendah. Dalam system JIT, persediaan dianggap

suatu pemborosan karena dengan adanya persediaan diperlukan biaya

penyimpanan dan biaya tambahan lainnya. Persediaan digudang tidak

banyak, yang ada hanya secukupnya untuk melanjutkanproses produksi

kepada unit kerja berikutnya dan kalau habis baru dikirim lagi, sehingga

ada arus kas kerja yang berkesinambungan.

3. Jalur produksi yang flelsibel. Sistem produksi menggunakan selluler

manufacturing technique yaitu pengaturan layout dan peralatan proses


produksi yang fleksibel sehingga barang yang diproduksi tidak terlalu

sering mengalami perpindahan produk terlalu sering dianggap sebagai non

value added activity.

4. Perubahan struktur organisasi yang mengarah ke produk. Konsep JIT

meghendaki setiap bagian dalam proses produksi mempunyai service

departement masing-masing sehingga apabila ada penyimpangan dapat

ditelusuri sedini mungkin. Penggunaan teknologi informasi secara efektif.

Merupakan salah satu syarat utama dalam penerapan sistem JIT. Sistem

JIT merupakan konsep tepat waktu maka tidak ada keterlambatan dari

jadwal induk sekecil apapun (non schedule interruption) yang dapat

ditolelir, disebabkan penyimpangan sekecil apapun dari jadwal rutin akan

menyebabkan kemacetan proses produksi.

2.8. Keunggulan dan Kelemahan Just In Time

Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dari metode JIT.

Berikut ini beberapa keunggulan dari metode JIT, antara lain:

1. Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu

produk hanya dalam kuantitas yang diminta pelanggan.

2. Persediaan kecil, mungkin nol.

3. Tata letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau sistem sel.

4. Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis produk.

5. Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik terus menerus

menyesuaikan dengan perubahan alat kerja dan metode kerja.

6. Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab


terhadap mutu produk.

Beberapa kelemahan dari metode ini, yaitu:

1. Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya

melayani pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun

dan sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk.

2. Dalam perusahaan manufaktur sulit sekali tidak memiliki

persediaan, khususnya yang bahan bakunya impor.

3. Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk

tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.

4. Memerlukan waktu yang cukup panjang untuk membangun relasi yang

kuat dengan para supplier.

5. Pengurangan persediaan yang dipaksa dan terlalu drastis dapat

menyebabkan para pekerja stress. Jika para pekerja melihat JIT

sebagai suatu cara untuk memeras mereka, maka usaha-usaha untuk

mengimplementasikan JIT tidak akan sepenuhnya berhasil dan kinerja

karyawan malah akan menurun. (Sinuraya, 2011, hal. 7-8)

Adapun keuntungan dan kerugian penerpan JIT Purchasing.

Berikut ini beberapa keuntungan dari JIT purchasing, antara lain:

1. Keuntungan Bagi Pembeli

Berbagai keuntungan penerapan JIT purchasing antara lain: penurunan

biaya bahan baku, penurunan rework, lebih tepat waktu, penurunan

biaya administrative, penurunan biaya persediaan, penurunan inspeksi,

serta kualitas barang jadi lebih baik.


2. Keuntungan Bagi Pemasok

Keuntungan bagi pemasok antara lain: capacity requirements dan

jadwal produksi lebih konsisten serta pemindahan finishedgoods

yang lebih dapat diprediksi.

Selain itu terdapat beberapa kerugian penerapan metode JIT purchasing,

antara lain: perusahaan akan sulit untuk beralih ke pemasok lain,

keterlambatan pengiriman akan mengakibatkan kegiatan produksi

terganggu, serta ketiadaan inspeksi mengakibatkan substandard finished

goods. (Suryandi, 2011, hal. 6-7)

2.9. Sistem Pembelian Just In Time

Istilah purchasing atau pembelian mencakup proses pembelian barang

atau jasa yang berkualitas baik, dalam kuantitas benar, pemilihan pemasok,

pencapaian harga, mengeluarkan kontrak atau pesanan dan melakukan

tindak lanjut untuk memastikan pengiriman yang baik.

Sistem pembelian Just In Time mengharuskan adanya sistem

penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat

dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.

Pembelian Just In Time adalah pembelian bahan-bahan atau barang

sedemikian sehingga mereka dikirimkan hanya pada saat dibutuhkan bagi

produksi atau penjualan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelian Just In Time adalah sistem pembelian penjadwalan pengadaan

barang atau bahan yang tepat waktu sehingga dapat dilakukan pengiriman

atau penyerahan secara cepat dan tepat untuk memenuhi permintaan.

Perbedaan Just In Time Purchasing dengan Pembelian Tradisional,


di dalam metode pembelian Just In Time Purchasing dan pembelian

tradisional tedapat bebrapa perbedaan dasar yaitu:

1. Pemasok, Just In Time Purchasing hanya menggunakan pemasok dalam

jumlah sedikit untuk memperoleh bahan yang bermutu tinggi, mencapai

pengiriman yang tepat waktu dan jumlah, serta berharga murah.

Sedangkan sistem tradisional menggunakan banyak pemasok untuk

memperoleh barang dengan harga murah dan bermutu tinggi. Dan

akibatnya aktifitas-aktifitas tidak bernilai tambah yaitu untuk

memperoleh harga yang murah harus membeli dalam jumlah yang

banyak atau mungkin mutunya lebih rendah.

2. Kontrak Pembelian, Just In Time Purchasing menerapkan kontrak

pembelian jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna

membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat

dipilih pemasok:

a. Memasok bahan yang murah

b. Bermutu tinggi

c. Berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah

d. Mengurangi frekuensi pemesanan

Sedangkan pada sistem tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka

pendek dengan banyak pemasok.

Aktivitas dalam arus pembelian bahan, pada Just In Time Purchasing,

aktivitas pembelian bahan hanya melalui sedikit tahap daripada sistem

pembelian tradisional yang melalui banyak tahapan-tahapan. Dalam rangka


menerapkan Just In Time, maka kondisi dan proses pembelian harus diatur

dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Dekat dengan pemasok.

b. Sedikit pemasok.

c. Pemasok tahu kualitas yang diinginkan perusahaan.

d. Meminimalisasi inspeksi.

e. Eliminasi penggudangan.

2.10. Peranan Just In Time

Dalam sistem Just In Time ada beberapa peranan penting yaitu

menghasilkan sebuah produk hanya ketika dibutuhkan dan hanya dalam

kuantitas yang diminta oleh pelanggan. Just In Time memiliki beberapa

peranan penting diantaranya:

1. Meningkatkan laba.

2. Meningkatkan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui:

a. Pengendalian biaya.

b. Peningkatan kualitas.

c. Perbaikan kinerja kualitas. (Putra, 2014, hal. 5)

2.11. Faktor Kunci Sukses dalam Just In Time

Ada tujuh faktor kesuksesan Just In Time yaitu:

1. Suppliers, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

d. Kedatangan material dan produk akhir termasuk kesia-siaan.


e. Pembeli daan pemasok membentuk kemitraan.

f. Kemitraan Just In Time

2. Layout, merupakan tata letak yang memungkinkan pengurangan kesia-

siaan yang lain, yaitu pergerakan. Misalnya pergerakan bahan baku

manusia menjadi fleksibel, JIT mensyaratkan:

g. Sel kerja untuk produk keluarga.

h. Pergerakan atau perubahan mesin.

i. Jarak yang pendek.

j. Tempat yang kecil untuk persediaan.

k. Pengiriman langsung ke area kerja.

3. Inventory, persediaan dalam sistem produksi dan distribusi sering

diadakan untuk berjaga-jaga. Teknik persediaan yang efektif

memerlukan Just In Time bukan Just In Case. Persediaan Just In Time

merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk mempertahankan

operasi sistem yang sempurna yaitu jumlah yang tepat, tiba pada saat

yang diperlukan bukan sebelum atau sesudah

4. Schedulling, jadwal yang efektif dikomunikasikan di dalam organisasi

dan kepada pemasok, maka akan sangat mendukung penerapan Just In Tme.

Penjadwalan yang lebih baik juga mengingatkan kemampuan untuk

memenuhi pesanan konsumen, menurunkan persediaan dan mengurangi

barang dalam proses, Just In Time mensyaratkan:

a. Mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier.


b. Jadwal bertingkat.

c. Enekan bagian dari skedul paling dekat dengan jatuh tempo

d. Lot kecil.

e. Teknik kanban.

5. Preventive Maintenance, pemeliharaan dilakukan dalam rangka untuk

menjaga hal-hal yang tidak diinginkan supaya tidak terjadi atau merupakan

suatu tindakan pencegahan. Misalnya dengan cara pemeliharaan rutin pada

fasilitas yang digunakan maupun pelatihan karyawan secara terus menerus

agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

6. Kualitas, hubungan Just In Time dan mutu kuat sekali, karena

berhubungan dengan tiga hal, yaitu:

a. Just In Time mengurangi biaya perolehan mutu yang baik

karena biaya produk sisa, pengerjaan ulang, investasi persediaan

menurun.

b. Just In Time meningkatkan mutu dengan mengurangi antrian

dan waktu antara Just In Time juga membatasi jumlah sumber kesalahan

potensial.

c. Mutu yang baik berarti lebih sedikit cadangan sehingga Just In

Time lebih mudah diterapkan.

7. Employee Empowerment, karyawan yang diberdayakan dapat ikut

terlibat dalam isu-isu operasi harian yang merupakan falsafah Just In Time.

Pemberdayaan karyawan mengikuti nasehat manajemen bahwa tidak ada

orang yang lebih tahu mengenai suatu pekerjaan selain karyawan pelaksana
pekerja itu sendir. (Putra, 2014, hal 7-8)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk

mendapatkan kualitas, menekankan biaya, dan mencapai waktu

penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis

pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan

mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai

kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem ini,

perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan,

sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan

kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang. Tujuan

utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam

meningkatkan produktivitas. JIT pada dasarnya berusaha menghilangkan

semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah terhadap

produk yang dihasilkan.


CONTOH KASUS

PT. TRI DHARMA WISESA

Stabilitas dan kelancaran produksi merupakan faktor utama keunggulan

suatu perusahaan. Apabila produksi tidak stabil dan kurang lancar maka

produktivitas akan menurun bahkan target produksi tidak dapat tercapai. Hal ini

dapat menurunkan kredibilitas perusahaan di mata pelanggan sekaligus

menurunkan keuntungan perusahaan.

PT. Tri Dharma Wisesa merupakan salah satu vendor produsen rem yang

ada di Indonesia. PT. Tri Dharma Wisesa merupakan salah satu perusahaan

manufaktur yang memasok brake system untuk pelanggan-pelanggan seperti

Yamaha, Toyota, Daihatsu, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu lini

produksi yang ada adalah lini produksi disc brake untuk konsumen tunggal yaitu

Yamaha. Pada perusahaan ini sering terjadi masalah khususnya bagian produksi,

mulai dari mesin rusak, target produksi kurang, komponen kurang, dll sehingga

kegiatan produksi kurang lancar. Tindakan yang berguna untuk mengurangi

permasalahan tersebut adalah dengan melakukan perubahan sistem produksi.

Pada sistem sekarang, masih menggunakan push system dan menghadapi

masalah-masalah seperti volume kegiatan Departemen Production Planning &

Control yang besar, ketidakcocokan rencana dan produksi aktual, kurang adaptif

terhadap perubahan permintaan, mekanisme informasi yang kurang baik, dan

inventori yang menumpuk. Tindakan yang diusulkan untuk menjawab


permasalahan tersebut adalah merancang system produksi JIT (Just In Time)

untuk menggantikan sistem produksi sekarang.

Perancangan yang dilakukan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu (1) perhitungan

alokasi MPS (Master Production Schedule) ke tiap stasiun kerja yang ada di

bagian-bagian produksi, (2) perhitungan jumlah kanban di bagianbagian produksi,

(3) penerapan kanban supplier, dan (4) penjadwalan produksi dengan mixed

scheduling.

Masalah yang dihadapi adalah bagaimana Algoritma Distribusi Beban

Kerja untuk stasiun-stasiun kerja, rencana produksi di tiap stasiun kerja yang ada,

jumlah kanban di bagian produksi dan kanban supplier, model rancangan sistem

produksi JIT beserta aliran material dan informasi, dan algoritma perencanaan

sistem produksi JIT. Dalam alokasi MPS ke stasiun kerja tidak digunakan

proporsi historis, melainkan dilakukan perhitungan dengan Algoritma Distribusi

Beban Kerja yang diusulkan agar tiap stasiun kerja menerima beban kerja yang

lebih berimbang. Kanban digunakan sebagai alat yang sah untuk melakukan

penarikan ataupun produksi suatu produk.

Kanban supplier diterapkan untuk semua komponen penyusun disc brake

tiap tipe dan raw material dari supplier. Penjadwalan dilakukan dengan mixed

scheduling agar dapat lebih adaptif terhadap fluktuasi permintaan. Dari hasil

penelitian tersebut, sistem perancangan baru (berdasarkan JIT) layak diterapkan

karena penggunaan biaya dan kuantitas persediaan yang lebih kecil dibandingkan

dengan sistem yang sekarang dipakai perusahaan.


Algoritma perencanaan Sistem Produksi JIT dengan menggunakan

kebutuhan aktual (sebenarnya) sehingga lebih efisien dan sesuai dengan kondisi

nyata. Hasil ini akan dapat mereduksi biaya (dalam hal ini holding cost). Untuk

kebijakan dalam pengendalian persediaan maupun permintaan membutuhkan Re-

Order Point (ROP) untuk memperlancar produksi. Dalam perencanaan dan

penjadwalan membutuhkan Lead Time (LT) sebagai acuan dasar dalam

menentukan kapasitas dan waktu penyelesaian produk.


DAFTAR PUSTAKA

Dania, W. A. (2015). Aplikasi Just In Time Pada Perencanaan &

Pengendalian Persediaan Kentang. Jurnal Industria Vol.1 No.1 , 22-30.

Agustina, Y. (2007). Analisa Penerapan Sistem Just In Time Untuk

Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Pada Perusahaan Industri.

Jurnal Akuntansi & Keuangan , 139-141.

Dania, W. A. (2015). Aplikasi Just In Time Pada Perencanaan &

Pengendalian Persediaan Kentang. Jurnal Industria Vol.1 No.1 , 22-30.

Diaz, A. P. (2015). Penerapan Metode JIT Pembelian Bahan Baku Dalam

Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset

Akuntansi Vol.4 No.10 , 4.

Efrianti, D. (2014). Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time

Terhadap Efisiensi Pengadaan Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmiah

Akuntansi Kesatuan Vol.2 No.1 ISSN 2337-7852 , 99-108.

Haming, M. (2014). Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur

dan Jasa Buku 2. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Mulla, B. M. (2009). Pengaruh Penerapan JIT (Just In Time) dan TQM

(Total Quality Management) Terhadap Delivery Performance Pada

Industri Otomotif Di Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan


Tahun.2 No.2 , 115.

Putra, C. (2014). Penerapan Metode Just In Time Untuk Meningkatkan

Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi

Vol.3 No.1 , 4-5.

Salman, K. R. (2016). Akuntansi Manajemen Alat Pengukuran Dan

Pengambilan Keputusan Manajerial. Jakarta: PT Indeks.

Santoso, H. F. (2001). Just In Time. Jurnal Akuntansi Krida Wacana Vol.1

No.1 , 5.

Anda mungkin juga menyukai