JUST IN TIME
Disusun Oleh :
Kelompok 3
I Made Arya Suputra A1C014054
Ni Made Ayu Trishna Hendrawati A1C014087
Ni Putu Setia Devi Astini A1C014089
Bozarth & Handfield mengatakan bahwa Just In Time (JIT) didefinisikan sebagai
sebuah filosofi manufaktur yang berbasis pada perencanaan penghapusan dari semua limbah
dan perbaikan terus-menerus pada kegiatan produksi. Dalam arti luas, itu berlaku untuk
semua bentuk manufaktur dan banyak industri layanan juga.
Menurut Hansen & Mowen (2001:591), Just In Time (JIT) merupakan suatu
pendekatan manufaktur yang mempertahankan bahwa produk-produk harus ditarik dari
seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan bukannya mendorong seluruh sistem dengan
skedul yang tetap untuk mengantisipasi permintaan.
Just In Time (JIT) merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem
manajemen persediaan dimana bahan baku dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan
serta digunakan pada saat yang tepat dalam setiap proses produksi (Blocher, dkk., 2002:113;
dalam Kuzatmono, 2008).
Just In Time (JIT) dapat berarti banyak hal yang berbeda-beda bagi masyarakat, baik
masyarakat bisnis maupun masyarakat umum. Beberapa pihak menganggap Just In Time
(JIT) adalah suatu pendekatan; bagi pihak lain JIT adalah suatu metodologi, atau suatu
filosofi, atau suatu konsep atau suatu strategi (Schniederjans, 1993:4; dalam Soewarno,
2005).
Menurut (Agustina, dkk., 2007) secara garis besar Just In Time (JIT) ada dua macam,
yaitu Just In Time Purchasing dan Just In Time Production. Menurut Gaspersz (2001:37;
dalam Kuszatmono, 2008), Just In Time Purchasing adalah sistem pembelian barang dengan
jumlah dan waktu yang tepat sehingga barang tersebut dapat segera diterima untuk memenuhi
permintaan atau untuk digunakan. Sedangkan Just In Time Production adalah sistem produksi
yang prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang
diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.
Menurut Gaspersz (2004:37) konsep dasar sistem produksi tepat waktu (Just In Time-
JIT) adalah memproduksi output yang diperlukan pada waktu yang dibutuhkan dalam jumlah
sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara
yang paling ekonomis dan paling efisien.
Just in Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan
dan memaksa yang mendukung produksi yang ramping (lean). Produksi yang ramping (lean
Production) memasok pelanggan persis sesuai dengan keinginan pelanggan ketika pelanggan
menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui perbaikan berkelanjutan (Heizer and Render,
2004,258). Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas system produksi
atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai
(pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos
improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih
tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk
akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok (Ariani,2003).
Definisi Just In Time didefinisikan sebagai sistem manajemen pabrikasi dan persediaan
komprehensif di mana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli dan diproduksi pada saat
diproduksi dan pada saat (just in time) akan digunakan dalam setiap tahap proses
produksi/pabrikasi. (Simamora, 2002:105).
Menurut Krismiaji (2011:8), ide-ide yang mendukung Just In Time adalah
sebagai berikut: (a). Sederhana adalah lebih baik. (b). Penekanan pada kualitas dan perbaikan
yang berkesinambungan. (c). Mempertahankan persediaan yang menjadi sumber pemborosan
dan pekerjaan jelek yang tersembunyi. (d). Setiap aktivitas atau fungsi yang tidak menambah
nilai harus dihilangkan. (e). Barang diproduksi apabila dibutuhkan. (f). Pekerja harus
berketrampilan banyak dan berpartisipasi dalam memperbaiki efisiensi dan kualitas produk.
Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau
operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai
(pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos
improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih
tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk
akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok. Tjahjadi
(2001:227) mendefinisikan JIT sebagai the successful completion of a product or service at
each stage of production activity from vendor to customer just in time for its use and at
minimum cost. JIT can also be generally defined as a strategy or guiding philosophy
whose goal it is to seek manufacturing excellence.
Selanjutnya Tjahjadi (2001:227) menyatakan bahwa JIT memiliki 8 prinsip dasar,
yaitu: (a). Seek a produce-to order production schedule. (b). Seek unitary production. (c).
Seek eliminate waste. (d). Seek continous product flow improvement. (e). Seek product quality
perfection. (f). Respect people. (g). Seek to eliminate contingencies. (h). Maintain long
term emphasis. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa eliminasi
pemborosan merupakan jantung dari JIT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka
perusahaan akan menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.
Berdasarkan uraian diatas maka indikator JIT yang dimunculkan adalah biaya produksi yang
rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, hubungan antara pelanggan dengan pemasok.
Selain konsep diatas, terdapat beberapa konsep lain dalam pendekatan Just In Time,
yakni : (www.tazakigroup.com)
1. Konsep 3 M (Muda, Mura, dan Muri)
Konsep ini dibentuk untuk mengurangi banyaknya proses kerja, meningkatkan mutu,
mempersingkat waktu dan mencapai efisiensi.
a. Muda () diartikan sebagai pengurangan pemborosan atau kesia-siaan.
b. Mura () diartikan sebagai pengurangan perbedaan.
c. Muri () diartikan sebagai pengurangan ketegangan.
2. Gerakan 5 S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke)
Konsep 5 S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan
penataan, kebersihan, dan kedisiplinan di tempat kerja. Konsep 5 S merupakan budaya
tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila
tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan dapat
diciptakan. Dengan kemudahan bekerja ini, empat bidang sasaran pokok industri yang
meliputi:
a. Efisiensi Kerja
b. Produktifitas Kerja
c. Kualitas Kerja
d. Keselamatan Kerja dapat lebih mudah dipenuhi.
3. Konsep PDCA (Plan, Do, Check, Action)
Langkah pertama dari kaizen adalah menerapkan siklus PDCA (plan, do, check
action) sebagian sarana yang menjamin terlaksananya kesinambungan dari kaizen. Hal
ini berguna dalam mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan memperbaiki atau
meningkatkan standar. Siklus ini merupakan konsep yang terpenting dari proses
kaizen (Imai, 2005: 4).
Rencana (plan) berkaitan dengan penetapan target untuk perbaikan, karena kaizen
adalah cara hidup, maka harus selalu ada perbaikan untuk semua bidang, dan
perumusan rencana guna mencapai target tersebut. Periksa (check) merujuk pada
penetapan apakah penerapan tersebut berada pada jalur yang sesuai rencana dan
memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Tindak (action) berkaitan dengan
standarisasi prosedur baru guna menghindari terjadinya kembali masalah yang sama
atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya (Imai, 2005: 5).
4. Konsep 5 W + 1 H
Salah satu pola piker untuk menjalankan roda PDCA dalam kegiatan JIT adalah
dengan teknik bertanya dengan pertanyaan dasar 5 W + 1 H (what, who, why, where,
when dan how).
Karakteristik Just-In-time
Heizer & Render (2001) mengemukakan karakteristik Just-In-Time dengan Tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1 Karakteristik Just-In-Time
Supplier Reduced number of vendors; Supportive supplier relationship;
Quality deliveries on time
Layout Work-cell layout with testing at each step of the process; Group
technology; Movable, changeable, flexible machinery; High level
inventory; Delivery
directly to work areas.
Inventory Small lot sizes; Low setup times; Specialized bins for holding set
number of parts
Scheduling Zero deviation from schedules; Level schedules; Suppliers
informed of schedules; Kanban techniques
Preventive Maintenance Scheduled; Daily routine; Operator involvement
Quality Production Statistical process control; Quality suppliers; Quality within the firm
Employee Empowerment Empowered and cross-trained employess; Training support; Few
job classifications to ensure flexibility of employees.
Commitment Support of management; employees, and suppliers
Sumber: Heizer & Render (2001)
Hansen & Mowen (2005:479) menyatakan ada beberapa karakteristik dasar Just In
Time (JIT):
a) Tata letak pabrik
Just In Time (JIT) mengganti tata letak pabrik tradisional ini dengan suatu pola sel
manufaktur. Sel manufaktur terdiri dari mesin-mesin yang dikelompokkan dalam kumpulan,
biasanya dalam bentuk setengah lingkaran. Mesin-mesin diatur sehingga mereka dapat
digunakan untuk melakukan berbagai operasi secara berurutan. Tiap sel dipersiapkan untuk
menghasilkan produk atau kumpulan produk tertentu. Produk dipindah dari satu mesin ke
yang lainnya dari awal hingga selesai. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk
mengoperasikan semua mesin dalam sel.
b) Pengelompokkan dan pemberdayaan karyawan
Pelatihan pekerja sel untuk melakukan tugas-tugas ganda juga memiliki pengaruh pada
relokasi dukungan pelayanan pada sel. Sebagai tambahan dari pekerjaan produksi langsung,
para pekerja sel dapat melakukan tugas persiapan, memindahkan barang setengah jadi dari
bagian ke bagian lain dalam sel, melakukan perawatan pencegahan dan perbaikan kecil,
melakukan inspeksi kualitas, dan melakukan tugas pembersihan. Kemampuan multitugas ini
secara langsung berhubungan pada pendekatan tarikan melalui produksi.
c) Total quality control
Just In Time (JIT) perlu memberikan tekanan yang lebih kuat pada pengelolaan kualitas. Total
quality control pada intinya adalah suatu pengerjaan tanpa henti untuk suatu kualitas
sempurna, usaha untuk mendapatkan suatu desain produk dan proses manufaktur tanpa cacat.
d) Ketelusuran biaya overhead
Suatu sistem pembiayaan menggunakan tiga metode untuk membebankan biaya pada
produk individual: penelusuran langsung, penelusuran penggerak, dan alokasi. Dari ketiga
metode, penelusuran langsung adalah yang paling akurat dan, sehingga, lebih disukai
daripada dua metode lainnya.
e) Pengaruh persediaan
Just In Time (JIT) umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang sangat rendah.
Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari persediaan adalah vital bagi
kesuksesan Just In Time. Just In Time (JIT) menolak untuk menggunakan persediaan
sebagai solusi dari masalah-masalah ini. Bahkan, persediaan tidak hanya dipandang
sebagai pemborosan namun sebagai sesuatu yang langsung berhubungan dengan
kemampuan perusahaan untuk bersaing.
Menurut Masao, Sadao dan Roger dalam Adoption of Jus In Time Manufacturing, JIT
menekankan kemampuan pekerja dengan berbagai tugas. Sebagai contoh, produksi JIT sering
memanfaatkan sel pekerjaan yang membutuhkan multiskill pekerja. pemeliharaan preventif
peralatan dengan produksi Staf juga membutuhkan pekerja untuk menjadi akrab dengan
kedua produksi dan pemeliharaan tugas.
Salah satu aspek inovatif pemanufakturan JIT adalah pola arus informasi yang terkait:
aliran horizontal daripada tipe vertikal (hirarkis) sistem perencanaan kebutuhan material
tradisional. Salah satu implikasi dari aliran horizontal ini proses serta informasi yang
berkualitas dikumpulkan pada sumber, di mana tindakan langsung pemecahan masalah dapat
diambil . Grafik breakdown, yang menampilkan informasi frekuensi kerusakan mesin, sering
merupakan bagian dari pengaturan semacam ini.
Hou, Bo, Hing Kai, dan Xiaojun Wang. 2011. A Case Study of Just-in-Time System in the
Chinese Automotive Industry. World Congress on Engineering 2011 Vol. 1.
Nakamura, Masao, Sadao Sakakibara, dan Roger Schroeder. 1998. Adoption of Just-in-Time
Manufacturing Methods at U.S.- and Japanese-Owned Plants: Some Empirical
Evidence. IEEE Transaction On Engineering Management Vol 45 No.3.
Nuryanto, Aris. 2010. Analisis Perbandingan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kain
Micropolar Fleece Antara Pendekatan Model EOQ dengan Just In Time Inventiory
Control (JIT/EOQ) Pada CV Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Putra, Christyandhika dan Farida Idayati. 2014. Penerapan Metode Just In Time Untuk
Meningkatkan Efisiensi Biaya Persedian Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi
Vol. 3 No. 1.
Rahayu. 2005. Pengaruh Aplikasi Strategi Just In Time Terhadap Efektivitas Dan Efisiensi
Biaya Produksi Pada PT. Santosa Jaya Abadi Sidoarjo. Jurnal Ekuitas Vol. 9 No. 4: 439-
463.
W, Heri Sukendar. 2011. Penerapan Just In Time dalam Sistem Pembelian Dan Sistem
Produksi. Binus Business Review Vol. 2 No. 1