Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 2

RINGKASAN
“ GLOBAL E-BUSINESS AND COLLABORATION“

1. Tujuan Pengembangan Organisasi


OD bertujuan memberi informasi yang lengkap dan benar dari dalam organisasi
itu sendiri untuk dapat membantu organisasi dan juga para anggotanya untuk membuat
pilihan secara bebas. Pilihanpilihan tersebut berkaitan dengan bantuan bagi para anggota
organisasi untuk mendapatkan berbagai solusi atas masalah atau isu yang sedang mereka
hadapi. OD memang memiliki kepentingan lebih jauh, yaitu memperkuat kemampuan
organisasi dalam memecahkan masalah. Dengan kata lain,para pengembang organisasi
berusaha membuat diri mereka tidak menonjol. Perlu diperhatikan bahwa OD
berhubungan dengan pengembangan organisasi secara menyeluruh yang orientasinya
bukan hanya para manajer tetapi juga karyawan organisasi lainnya. Akan tetapi beberapa
fakta menunjukkan bahwa sekalipun para pengembang organisasi mempunyai tujuan
tersebut, pada kenyataannya mereka lebih memperhatikan tingkat analisis individu.
Perbedaan antara OD dengan perubahan organisasi merupakan bidang yang tidak
jelas,sebab OD juga berkaitan dengan perubahan yang terencana. Sampai tahun-tahun
terakhir ini perubahan terencana ini terpusat pada permasalahan antar pribadi. Akan
tetapi, orientasi tersebut lambat laun mulai berubah. Singkatnya OD kini jauh lebih luas
dan mencakup berbagai isu yang beberapa tahun lalu diklasifikasikan sebagai perubahan
organisasi.

1.1 Sudut Pandang OD


1) Tujuan yang akan dicapai
2) Pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan
organisasi
3) Strategi dan kebijaksanaan untuk meninjau dan memperbaiki efektivitas
perusahaan atau bagiannya
4) Aktivitas untuk melaksanakan strategi dan kebijakan.

1.2 Hal – hal yang meliputi OD


1) Membuat diagnosa tentang apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki
efektifitas organisasi dan menentukan tujuan-tujuannya
2) Mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.
3) Mengembangkan aktivitas untuk melaksanakan strategi
4) Memastikan umpan balik dan memonitor serta mengevaluasi.
5) Dari hal-hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa OD merupakan proses
jangka panjang dan berlangsung terus menerus. OD mencakup proses
untuk meningkatkan kinerja organisasi.

2. Proses Bisnis dan Sistem Informasi


2.1 Proses Bisnis
Proses bisnis adalah kumpulan kegiatan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu produk atau jasa. Kegiatan ini didukung oleh aliran
material, informasi, dan pengetahuan dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses
bisnis. Proses bisnis juga mengacu pada cara yang unik dimana organisasi
mengoordinasikan pekerjaan, informasi, dan pengetahuan, serta cara-cara yang
dipilih manajemen dalam mengoordinasikan pekerjaan.
Secara garis besar kinerja sebuah perusahaan bisnis bergantung pada
seberapa baik proses bisnis dirancang dan dikoordinasikan. Proses bisnis sebuah
perusahaan dapat menjadi sumber kekuatan kompetitif, jika mereka memungkinkan
perusahaan untuk berinovasi atau beroperasi lebih baik dari pesaingnya. Proses
bisnis juga dapat menjadi beban jika mereka didasarkan pada cara kerja yang
ketinggalan zaman/tidak sesuai kebutuhan yang menghambat efesiensi dan respon
organisasi
Setiap bisnis dapat dilihat sebagai kumpulan proses bisnis, beberapa di
antaranya merupakan bagian dari proses yang memiliki cakupan yang lebih
besar. Misalnya, menggunakan mentor/pendidikan, wiki, blog, dan video adalah
bagian dari proses manajemen pengetahuan secara keseluruhan. Banyak proses bisnis
yang terkait dengan area fungsional tertentu.

2.2 Bagaimana Teknologi Informasi Meningkatkan Proses Bisnis


Sistem informasi mengotomatisasikan banyak langkah dalam proses bisnis
yanga sebelumnya dilakukan secara manual, seperti memeriksa kredit, atau
mencetak tagihan, dan mengirim pesanan. Namun sekarang teknologi informasi
dapat melakukan lebih banyak lagi. Teknologi baru dapat betul-betul mengubah arus
informasi, sehingga memungkinkan lebih banyak orang untuk mengakses dan
berbagi informasi, mengubah prosedur yang seharusnya dikerjakan secara berurutan
menjadi dapat dilakukan secara bersamaan, serta menghilangkan hambatan-
hambatan dalam pengambilan keputusan. 
Teknologi informasi yang baru, sering kali mengubah cara organisasi bisnis
yang baru secara menyeluruh. Mengunduh berbagai macam e-book dari
amazon, membeli computer secara online di Bes Buy, dan mengunduh musik dari
iTunes adalah proses bisnis yang sangat baru berdasarkan model bisnis baru, yang
tak dapat dibayangkan tanpa teknologi informasi saat ini. (Kenneth C. Laudon, Jane
P. Laudon, 2017: 45)

3. Modal Bisnis
Penerapan e-business tidak hanya sekadar penerapan internet atau teknologi
dari sisi teknisnya saja, tetapi lebih dari perubahan struktur bisnis. E-
business sekarang dipandang sebagai transformasi struktur bisnis yang mengubah
cara dan model bisnis untuk bersaing mendapatkan laba. Sebagai contoh adalah
Encyclopedia Britannica yang dulu berbisnis menawarkan barangnya di toko,
melalui wiraniaga (salesman) atau katalog-katalog. Dengan adanya internet,
perusahaan ini segera mengubah model bisnisnya dengan menjualnya melalui
internet.
Perubahan struktur atau model bisnis sudah mulai merambah ke semua
industri bisnis, seperti jasa keuangan, distribusi barang, pengecer, agen, dan
sebagainya. Melalui penggunaan e-business, industri-industri ini mulai
mentransformasikan dirinya dari model bisnis yang konvensional menjadi model
bisnis yang baru, seperti penyedia jasa aplikasi, penyedia jasa internet, portal, dan
lain sebagainya.
Transformasi model atau struktur bisnis bukan hal yang mudah terutama
pada perusahaan yang sudah mapan dengan model tradisionalnya. Alasannya
adalah :
a.    Manajemen merasa model konvensional tersebut merupakan model yang
sudah tepat dan menghasilkan laba. Pemikiran seperti ini benar jika kondisi
persaingan statis-tidak dinamis yang berubah terus menerus karena banyak faktor
lingkungan.
b.    Keengganan untuk mentransformasi ke struktur baru karena banyaknya
modal yang sudah ditanamkan, misalnya aset-aset tetap yang tidak dapat
dikembalikan karena perubahan struktur. Manajemen pun tidak mau mengorbankan
lini produknya yang sudah berhasil bertahun-tahun. (Jogiyanto Hartono, 2013: 107-
108)

4. Jenis-Jenis Sistem Informasi


Organisasi bisnis pada umumnya memiliki sistem-sistem yang mendukung
proses-proses tersebut dalam tiap area fungsi bisnis utama penjualan dan
pemasaran, manufaktur dan produksi, keuangan akuntansi, serta sumber daya
manusia.
1. Sistem-Sistem Untuk Kelompok Manajemen Yang Berbeda
a. Sistem Pemrosesan Transaksi
Sistem pemrosesan transaksi (transaction processing system-TPS) adalah
sistem kumputerisasi yang mengoperasikan dan mencatat transaksi rutin harian yang
diperlukan untuk melakukan bisnis, seperti entri pesanan
penjualan, pengajian, karyawan yang mencatat, dan mengirim.
Tujuan utama dari sistem pada tingkat ini adalah untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan rutin dan untuk memantau arus transaksi seluruh
perusahaan. Berapa banyak barang lokasi penyimpanan barang? Untuk menjawab
pertanyaan semacam ini, umumnya informasi harus tersedia dengan mudah, terkini,
dan akurat.
b. Sistem untuk Intelijen Bisnis
Intilijen bisnis (business intelligence) adalah istilah terkini mengenail data
dan perangkat lunak untuk mengorganisasi, menganalisis, dan menyediakan akses
kepada data untuk menbantu manajer dan pengguna lain dalam sesuatu perusahaan
dalam membuat keputusan yang lebih berdasarkan informasi. Intelijen bisnis
menunjukan segala hal yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan pada setiap
tingkat manajemen.
Beberapa jenis sistem intelijen bisnis mendukung lebih banyak pengambilan
keputusan tanpa pengulangan (non-routine). Sistem pendukung keputusan (decision
support system-DSS) berfokus pada masalah-masalah yang unik dan dan cepat
berubah, yang prosedur dalam mencapai atau menghasilkan suatu solusi belum
ditentukan sebelumnya secara keseluruhannya. Sistem pendukung eksekutif
(executive support system-ESS) membantu manajemen senior dalam mewujudkan
keputusan-keputusan yang telah dibuat. Sistem tersebut ditujukan untuk mendukung
pengambilan keputusan tanpa routine yang membutuhkan pertimbangan, evaluasi,
dan wawasan karena tidak ada prosedur terprogram yang telah ditetapkan
sebelumnya untuk menciptakan solusi. ESS menyajikan grafik dan data dari banyak
sumber melalui batasan yang mudah digunakan oleh manajer senior

2. Sistem Untuk Membuat Perusahaan Saling Terhubung


a. Aplikasi Perusahaan
Menjalankan secara bersama-sama berbagai macam sistem yang berbeda-
beda  telah menjadi tantangan utama bagi suatu perusahan. Umumnya, perusahaan
menggunakan dua cara, yaitu membiarkan sistem tumbuh secara alami dalam
perusahan atau menggunakan jasa perusahan yang lebih kecil. Ada beberapa solusi
untuk masalah ini. Salah satu solusinya adalah dengan mengimplementasikan
aplikasi perusahaan (enterprise application), yang menjangkau seluruh area
fungsional, berfokus pada pelaksanaan proses bisnis yang terjadi di seluruh
perusahaan, dan menjangkau seluruh tingkat manajemen. Aplikasi perusahaan
membantu perusahaan membantu perusahaan lebih fleksibel dan produktif dengan
cara mengoordinasikan proses-proses bisnis menjadi lebih singkat, serta
mengintegrasikan kelompok-kelompok proses guna menciptakan pengelolaan
sumber daya serta layanan pelanggan yang efisien.
Terdapat empat kategori utama aplikasi perusahaaan: sistem
perusahaan, sistem pengelolahan, rantai pasokan, sistem pengelolaan hubungan
pelanggan, serta sistem manajemen pengetahuan.
Sistem perusahan (enterprise system) yang digunakan oleh perusahaan sering
disebut sebagai perencaanaan sumber daya
perusahaan (enterprise resource planning-ERP), untuk mengintegrasikan proses
bisnis pada area manufaktur dan produksi, keuangan dan akuntansi, penjualan dan
pemasaran, serta sumber daya manusia ke dalam sebuah sistem perangkat lunak
tunggal. Informasi yang sebelumnya terpecah-pecah berdasarkan beberapa sistem,
disimpan kedalam bentuk data tunggal komprehensif (dapat dipahami oleh semua
sistem) pada sebuah lokasi penampuangan data, yang dapat digunakan oleh banyak
bisnis yang berbeda-beda.
Sistem manajemen rantai pasokan. Perusahaan menggunakan sistem
manajemen rantai pasokan (supply chain management-SCM) untuk mengelola
hubunganya dengan pemasok. Sistem ini membantu pemasok, perusahaan
pembeli, distributor, dan perusahaan logistik berbagi informasi tentang
pesanan, produksi, tingkat persedian, serta pengiriman produk dan jasa, sehingga
mereka dapat memanfaatkan sumber daya, memproduksi, mengirimkan barang dan
jasa secara efisien. 
Sistem manajemen hubungan pelanggan.   Perusahaan menggunakan sistem
manajemen hubungan pelanggan (custometer relantionship management system-
CRM) untuk mengelola hubungan mereka dengan pelanggan. CRM menyediakan
informasi guna mengoordinasikan seluruh proses bisnis yang berhubungan dengan
pelanggan di bidang penjualan, pemasaran, serta pelayanan untuk
mengoptimalisasikan pendapatan, kepuasan pelanggan, serta mempertahan
pelanggan. Informasi yang disediakan oleh CRM membantu perusahaan dalam
mengidentifikasi, menarik minat, dan mempertahankan konsumen yang paling
memberikan keuntungan, menyediakan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan
yang sudah ada, serta meningkatkan penjualan.
Sistem manajemen pengetahuan. Beberapa perusahaan memiliki kinerja yang
lebih baik daripada perusahaan lainnya. Hal tersebut disebabkan mereka memiliki
pengetahuan yang lebih baik dalam menciptakan, memproduksi, serta mengirimkan
barang dan jasa. 
Pengetahuan yang dimiliki perusahan ini bersifat unik/khas, sulit ditiru, serta
dapat berpengaruh sebagai keunggulan strategis jangka panjang. Sistem manajemen
pengetahuan (knowledge management system-KMS) memungkinkan perusahaan
menerima dan mengaplikasikan pengetahuan dan keahlian secara lebih baik. Sistem
ini mengumpulkan seluruh pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan
perusahaan, serta menbuat pengetahuan dan pengalaman tersebut tersedia
dimanapun dan kapanpun pada saat dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja proses
bisnis dan peningkatan kualitas pengambilan keputusan oleh pihak
manajemen. Mereka juga menghubungkan perusahaan ke sumber manajemen
pengetahuan.
b. Intranet dan Ekstranet
Intranet dan ekstranet disebut sebagai perangkat altenatif untuk
meningkatkan integrasi dan kelancaran arus informasi antar perusahaan, dengan
pelanggannya beserta pemasoknya. Secara sederhana intranet adalah situs web
internal perusahaan yang hanya dapat di akses oleh karyawannya
saja. Istilah “intranet” mengacu pada jaringan internal, yang berbeda dengan internet
yang merupakan jaringan umum yang menghubungkan tiap organisasi beserta
jaringan eksternal lainnya. Intranet menggunakan teknologi dan teknik yang sama
dengan internet, dan intranet sering kali nerupakan wilayah akses pribadi/khusus
kalangan karyawan saja pada situs web perusahaan yang lebih besar. Demikian juga
ekstranet adalah situs web perusahaan yang dapat di akses oleh vendor dan pemasok
yang memiliki wewenang dan biasanya digunakan untuk mengoordinasikan
pengiriman persedian ke fasilitas produksi perusahaan tersebut. (Kenneth C. Laudon,
Jane P. Laudon, 2017: 53-58)

5. E-Business, E-Commerce, dan E-Governmen
Bisnis elektronik (electronic business atau e-business), mengacu pada
penggunaan teknologi digital dan internet untuk menjalankan proses-proses bisnis
utama dalam suatu perusahaan. E-business meliputi aktifitas pengelolaan internal
dalam suatu perusahaan serta kegiatan koordinasi dengan pemasok dan rekan bisnis
lainnya. E-business juga meliputi perdagangan elektronik (elecktronik
commerce atau e-commerce).
E-commerce adalah bagian dari e-business yang berhubungan dengan
kegiatan jual-beli barang/jasa melalui internet. E-commerce juga meliputi aktivitas
yang mendukung transaksi tersebut, seperti periklanan, pemasaran, dukungan
konsumen, keamanan, pengiriman, dan pembayaran. E-government mengacu pada
penggunaan teknologi aplikasi jaringan dan internet untuk memungkinkan
pemerintah berhubungan dengan masyarakat, organisasi bisnis, sektor swasta, dan
instansi pemerintah terkait lainnya secara digital.
Sebagai tambahan,untuk meningkatkan kualitas pengiriman jasa
pemerintahan, e-government meningkatkan efesiensi kegiatan operasional
pemerintah dan memperkuat peran serta masyarakat dengan cara memberikan akses
informasi secara lebih mudah dan kemampuan saling berhubungan antar masyarakat
lewat jaringan elektronis. Sebagai contoh, penduduk di suatu negara bagian dapat
memperbarui surat izin mengemudi (SIM) mereka atau mengajukan tunjangan
pengangguran secara online. Dan internet telah menjandi perangkat yang sangat
berguna untuk menyuarakan kepentingan kelompok bagi tujuan politik, serta
pengumpulan dana. (Kenneth C. Laudon, Jane P. Laudon, 2017: 58-59)

6. Sistem untuk Kolaborasi dan Bisnis Jejaring Sosial


1. Kolaborasi
Kolaborasi (collaboration) adalah bekerja bersama-sama orang lain untuk
mencapai tujuan bersama yang jelas. Kolaborasi berfokus pada penyelesaian tugas
ataupun misi, dan biasanya digunakan pada organisasi bisnis, atau organisasi
lainnyan, atau antara satu bisnis dengan bisnis lainnya. Karyawan dapat
berkolaborasi dalam kelompok-kelompok informal yang bukan merupakan bagian
resmi dari suatu struktur organisasi perusahaan, atau mererka dapat di bentuk
menjadi kelompok-kelompok resmi. Tim (team) memiliki sebuah misi khusus yang
diberikan oleh seseorang dalam suatu organisasi bisnis.
Saat ini, kolaborasi dan kerja sama tim menjadi lebih penting dibandingkan
sebelumnya karena berbagai alasan.
a. Mengubah sifat pekerjaan.
b. Pertumbuhan bidang pekerjaan profesional.
c. Mengubah struktur organisasi perusahaan.
d. Mengubah ruang lingkup perusahaan.
e. Menitikberatkan pada inovasi.
f. Mengubah budaya kerja dan bisnis.
2. Bisnis Jejaring Sosial
Saat ini, banyak perusahaan meningkatkan kolaborasi dengan memanfaatkan
bisnis jejaring sosial (social business) menggunakan platform jejaring sosial, yang
meliputi Facebook, Twitter, dan perangkat sosial yang terdapat dalam perusahaan
untuk berhubungan dengan karyawan, pelanggan, serta pemasok mereka. Perangkat
ini memungkinkan pekerja untuk membuat profil, membentuk kelompok, dan
mengikuti perkembangan status anggota lainnya. Tujuan dari bisnis jejaring sosial
adalah untuk memperdalam interaksi dengan kelompok-kelompok dari dalam dan
luar perusahaan guna memperlancar dan memperbaiki pendistribusian informasi,
inovasi, dan pengambila keputusan. Kunci utama dalam bisnis jejaring sosial adalah
“percakapan”.

7. Faktor-faktor Keberhasilan E-Business


Terdapat dua faktor penting dalam menetapkan keberhasilan langkah-
langkah untuk masuk dalam e-business. Faktor pertama adalah tingkat kesesuaian
dan dukungan aktivitas e-business atas strategi keseluruhan perusahaan. Dan faktor
kedua adalah kemampuan untuk menjamin bahwa proses e-business memenuhi tiga
karakteristik kunci yang dibutuhkan dalam transaksi bisnis apapun yaitu:
1. Validitas
Validasi kedua pihak dalam suatu transaksi harus dapat menyatakan
keaslian identitas kedua belah pihak untuk memastikan bahwa transaksi
tersebut valid dan sah.
2. Integritas
Integritas kedua pihak dalam suatu transaksi harus yakin bahwa informasi
yang di pertukarkan akurat dan tidak diubah selama proses transaksi.
3. Privasi
Privasi atau keberhasilan transaksi bisnis dan informasi apa pun yang
dipertukarkan dalam transaksi tersebut harus disimpan dengan baik, jika
diinginkan oleh salah satu pihak. (Marshall B. Romney dan Paul John
Steinbart, 2006: 70)

8. Kendala Manajerial
Dalam menerapkan SMKI pada organisasi atau perusahaan dibutuhkan suatu
komitmen dari manajemen khususnya pada tim manajemen yang terlibat dalam ruang
lingkup penerapan SMKI. Karena tujuan dari menerapkan SMKI adalah untuk
menyusun sebuah sistem manajemen. Apabila tidak ada dukungan/komitmen dari
manajemen terhadap penerapan SMKI, maka penerapan SMKI tersebut tidak akan
berjalan sehingga akan mengakibatkan kegagalan dalam proses implementasi.
Kurangnya komitmen dari manajemen merupakan faktor utama penyebab kegagalan
implementasi SMKI.

9. Kendala Sumber Daya Manusia


Salah satu kendala yang sering muncul ketika organisasi/perusahaan
menerapkan SMKI adalah kurangnya SDM yang mendukung proses penerapan
tersebut. Kendala SDM dapat berbagai macam misalnya:
1. Kurangnya pemahaman serta kompetensi pegawai untuk mendukung
penerapan SMKI
2. Kurangnya jumlah personil yang dapat berakibat setiap personil harus
melakukan beberapa pekerjaan secara bersamaan untuk menunjang
penerapan SMKI.
3. Tidak adanya sosialisasi terhadap penerapan SMKI sehingga kurangnya
kesadaran personil terhadap implementasi yang dilakukan.
4. Tidak adanya personil yang ahli dibidang keamanan informasi sehingga
penerapan yang dilakukan tidak practical dan pengendalian yang ada
sulit untuk diterapkan oleh organisasi.

SDM berperan penting dalam penerapan SMKI karena proses penilaian,


mitigasi risiko serta pelaksanaan SMKI merupakan tugas dari personil yang terlibat
di dalam ruang lingkup penerapan.

10. Kendala Budaya Organisasi


Budaya organisasi dapat menjadi penghambat dalam melakukan penerapan
SMKI. Karena budaya yang telah tertanam pada kegiatan sehari-hari sulit untuk
dirubah. Sehingga akan muncul resistensi/penolakan terhadap perubahan atau
penambahan kegiatan-kegiatan baru seperti penerapan SMKI ini. Hal ini dapat
menjadi potensi terhadap kegagalan penerapan SMKI.

11. Kendala Organisasi


Kendala organisasi merupakan hal yang cukup penting dalam penerapan
SMKI. Kurangnya tingkat kematangan organisasi dalam mengelola proses
bisnis/kegiatan dapat menjadi penghambat proses penerapan. Hal ini sering
dihadapi oleh organisasi/perusahaan menengah ataupun yang masih baru karena
belum secara jelas menetapkan tugas dan tanggung jawab pekerjaan (tupoksi).
Selain itu perubahan terhadap struktur organisasi dapat menjadi faktor
penghambat penerapan SMKI khususnya ketika terjadi perubahan struktural pada
saat proses implementasi telah berjalan.

12. Kendala Teknikal


Kurangnya teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung dapat
menjadi faktor penghambat penerapan SMKI. Hal ini dapat terjadi akibat kurang
akuratnya estimasi dan pengelolaan anggaran yang telah direncanakan untuk
mendukung proses penerapan SMKI.

13. Kendala Perencanaan dari pihak eksternal


Pada beberapa organisasi sering terjadi pelaksanaan audit eksternal yang
tidak sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, sehingga mempengaruhi timeline
project.
14. Penyelesaian Kendala Manajerial
Hal ini dapat diatasi dengan membentuk sebuah kebijakan yang disahkan oleh
manajemen terkait penerapan sistem manajemen keamanan informasi

14.2 Penyelesaian Kendala Sumber Daya Manusia


Permasalahan yang terkait SDM perlu mendapat perhatian khusus dari
manajemen. Maka dari itu, manajemen perlu mengadakan Awareness dan training
terkait ISO/IEC 27001:2013 untuk meningkatkan pemahaman serta kompetensi
pegawai dalam mendukung penerapan SMKI.

14.3 Penyelesaian Kendala Budaya Organisasi


Pada beberapa organisasi, kendala diatas dapat diatasi dengan adanya dukungan
dan komitmen dari manajemen puncak serta memasukan proses penerapan SMKI ke
dalam sasaran penilaian kinerja (KPI) tim atau personil untuk mendukung
terlaksananya penerapan tersebut.

14.4 Penyelesaian Kendala Organisasi


Apabila belum terdapat tupoksi yang jelas pada perusahaan, dapat dibuat
tupoksi berdasarkan fungsi yang ada pada ISO/IEC 27001:2013. Selain itu, proses
penerapan ISO/IEC 27001:2013 harus terdokumentasi secara lengkap agar
permasalahan seperti perubahan struktur organisasi tidak akan mempengaruhi ataupun
menghambat implementasi SMKI.

14.5 Penyelesaian Kendala Teknikal


Melakukan penganggaran kembali sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

14.6 Penyelesaian Kendala Perencanaan dari pihak eksternal


Memastikan kembali kesiapan auditor eksternal jauh sebelum pelaksanaan audit
eksternal (tidak dadakan).
Hal-hal diatas merupakan beberapa kendala yang sering dijumpai ketika
melakukan penerapan Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) di organisasi
maupun perusahaan. Pada dasarnya, kendala tersebut dapat diatasi apabila terdapat
komunikasi yang baik antara pihak manajemen dan personil yang terlibat dalam proses
penerapan dan komitmen bersama untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang
muncul.

Anda mungkin juga menyukai