Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI MANAJEMEN

KONSEP JUST IN TIME (JIT)


Dosen : Made Laksmi Sena Hartini, SE.,M.Ak

KELOMPOK 9
Oleh :

1. GUSTI AYU SAFNA SINTA PRATIWI (10/2002622010191)


2. NI MADE ADELIA YUDA PRATIWI (12/2002622010193)

PRODI AKUNTANSI FALKUTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARSWATI DENPASAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
PEMBAHASAN

1.1 KONSEP SISTEM PERSEDIAAN JUST IN TIME (JIT)


Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang
pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang
diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Just In Time dapat berarti sebagai
suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan
baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
Konsep Just In Time (JIT) adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan
untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu
dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan
biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan
tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja,
ruang dan waktu produksi. Ide dasar sistem produksi tepat waktu (Just In Time) yaitu
menghasilkan sejumlah barang yang diperlukan pada saat diminta dengan menghilangkan
segala macam bentuk pemborosan waktu yang tidak diperlukan sehingga diperoleh biaya
produksi yang rendah dan melakukan proses yang berkesinambungan.
Just In Time menekankan bahwa semua material harus menjadi bagian aktif dalam sistem
produksi dan melarang timbulnya masalah yang mengakibatkan hadir pada biaya persediaan.
Dalam Just In Time persediaan diminimalisasi dengan tetap menjaga keberlangsungan
produksi. Ini berarti bahan maupun barang tersedia dalam waktu, jumlah dan kualitas yang
tepat saat diperlukan. Metode Just In Time dalam keberadaannya tidak sekedar diterapkan
untuk bidang persediaan, melainkan juga dapat diimplementasikan dalam bidang produksi.

1.2 Konsep Dasar produk tepat waktu (Just In Time)


Konsep dasar JIT adalah sistem produksi, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan cara
membuat semua proses dapat menghasilkan produk yang diperlukan, pada waktu yang
diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan Dalam sistem pengendalian
produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi
pada semua proses, baik itu pada proses manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit
akhir. Proses manufaktur suku cadang menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan
jadwal, dengan menggunakan sistem dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku
cadang pada proses berikutnya :
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga
produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya
untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap
aktivitas yang bernilai tambah.

Guna mencapai empat konsep dasar ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai
berikut:

1. Sistem kanban untuk mempertahankan produksi JIT.


2. Metode pelancaran produksi, untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
permintaan.
3. Perpendekan waktu penyiapan, untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
4. Tata ruang mesin dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
5. Aktivitas perbaikan melalui kelompok kecil dan sistem saran untuk meningkatkan
moril tenaga kerja.
6. Sistem pengendalian visual untuk mencapai konsep autonomasi.
7. Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh
bagian perusahaan.
1.3 ELEMEN KUNCI KEBERHASILAN JIT
Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time ini dibutuhkan adanya
kerja sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jumlah pemasok yang terbatas
Dalam sistem tepat waktu, pemasok diperlakukan sebagai mitra dan biasanya
terkait kontrak jangka panjang dengan perusahaan. Para pemasok merupakan bagian
vital sistem yang mengakibatkan JIT berjalan mulus, memastikan masukan bermutu
dan pengiriman yang tepat waktu. Supaya aplikasi JIT berjalan dengan baik,
perusahaan harus belajar bergantung pada segelintir pemasok yang bersedia
melakukan pengiriman yang sering dalam jumlah yang kecil. Pada situasi tertentu,
pemasok malahan menempatkan fasilitas mereka di dekat perusahaan pabrikasi.
Pemasok wajib mengirimkan bahan baku dan suku cadang bermutu karena mereka
langsung menuju ke tempat kerja di dalam pabrik pabrikasi.
2. Tingkat persediaan yang minimal
Berlawanan dengan lingkungan pabrikasi tradisional, di mana bahan baku, suku
cadang, dan pasokan dibeli jauh-jauh hari sebelumnya dan disimpan di gudang
sampai departemen produksi membutuhkannya, dalam lingkungan JIT bahan baku
dan suku cadang dibeli serta diterima hanya ketika dibutuhkan saja. Tujuan
lingkungan JIT adalah untuk memastikan bahwa setiap stasiun kerja menghasilkan
dan mengirimkan unsur-unsur yang tepat ke stasiun kerja berikutnya pada kuantitas
yang tepat dan pada waktu yang tepat. Apabila tujuan ini dicapai, perusahaan tidak
lagi membutuhkan persediaan penyangga (buffer inventory).
3. Pembenahan tata letak pabrik
Perubahan besar yang dimulai oleh JIT adalah manajemen lingkungan pabrik dan
restrukturisasi departemen produksi ke dalam sel kerja atau sel pabrikasi. Filosofi JIT
mencari cara-cara praktis untuk menghilangkan kebutuhan akan persediaan. Untuk
menerapkan JIT secara tepat, perusahaan perlu membenahi arus lini pabrikasi di
dalam pabriknya. Arus lini (flow line) adalah jalur fisik yang dilewati oleh sebuah
produk tatkala bergerak melalui proses pabrikasi dan penerimaan bahan baku sampai
ke pengiriman barang jadi. Sistem JIT menggantikan tata letak pabrik tradisional
dengan sebuah pola sel pabrikasi atau sel kerja. Sel pabrikasi berisi mesin-
mesin yang dikelompokkan di dalam sebuah keluarga mesin, umumnya berbentuk
setengah lingkaran. Setiap sel pabrikasi dibentuk untuk menghasilkan produk atau
keluarga produk tertentu. Produk bergerak dari satu mesin ke mesin lainnya mulai
dari awal hingga akhir. Para karyawan ditugaskan dalam setiap sel pabrikasi dan
dilatih untuk mengoperasikan semua mesin di dalam sel pabrikasi.
4. Pengurangan masa pengesetan
Masa pengesetan (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir-formulir terkait
dan bergerak cepat guna mengakomodasikan produksi jenis barang yang berbeda.
Minimisasi masa pengesetan mesin akan meningkatkan fleksibilitas karena lebih
mudah bagi perusahaan untuk mengganti produksi ke produk yang berbeda. Waktu
yang tersita untuk mengeset mesin akan mengurangi waktu yang tersedia untuk
menjalankannya, dan konsekuensinya memotong kapasitas produksi.
5. Kendali mutu terpadu
Aktivitas-aktivitas JIT menghasilkan produk bermutu tinggi karena produk
memang diolah dari bahan baku bermutu tinggi dan inspeksi produk dilakukan pada
seluruh proses produksi. Agar JIT berjalan dengan lancar, perusahaan perlu
membangun sistem kendali mutu terpadu (total quality control, TQC) terhadap
komponen-komponen dan bahan bakunya. TQC berarti bahwa perusahaan tidak
membolehkan penerimaan komponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok,
pada barang dalam proses atau pada barang jadi.
6. Tenaga kerja yang fleksibel
Di dalam lingkungan pabrikasi konvensional, tenaga kerjanya biasanya
terspesialisasi. Para karyawan dilatih untuk menunaikan satu jenis tugas. Karena tata
letak pabrik dalam lingkungan JIT berbeda dengan lingkungan pabrik konvensional,
para karyawan harus menguasai berbagai keterampilan teknis. Di dalam lingkungan
kerja JIT, seorang karyawan mungkin diminta mengoperasikan beberapa jenis mesin
secara simultan. Oleh karena itu, dia harus mempelajari keterampilan operasi yang
baru. Selain itu karena JIT mewajibkan para karyawan menghasilkan hanya yang
dibutuhkan oleh stasiun kerja berikutnya, maka ketika kebutuhan tersebut telah
terpenuhi, karyawan di dalam sel pabrikasi diharapkan melakukan reparasi kecil dan
tugas perawatan terhadap perlengkapan mesin di sel pabrikasinya. Karyawan-
karyawan dalam lingkungan JIT juga bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi
yang dibutuhkan atas keluaran mereka.

1.4 JUST IN TIME dengan PEMANUFAKTURAN JUST IN TIME


Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk
lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal.
Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa
yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.
1. Sistem Pull-through
2. Persediaan tidak signifikan
3. Sel-sel pemanufakturan
4. Tenaga kerja terinterdisipliner
5. Pengendalian mutu (TQC)
6. Dsentralisasi jasa
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui
dalam pemanufakturan tradisional. Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai
dampak pada:
1. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
2. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
3. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
4. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
5. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.
Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan
pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan
hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan
JIT dengan Tradisional meliputi:
a Persediaan Rendah
b Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner c. Filosofi TQC (Total
Quality Control)
1.5 PEMBELIAN dan PRODUKSI JUST IN TIME
Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa
sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas
pembelian dengan cara:
1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber
yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
3. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
5. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
3. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya
tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
4. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual
5. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu,
mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau
sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara :
1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun
kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu
tunggu nol).
3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup
mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi
yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
1. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
2. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
3. Waktu perpindahan
4. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
5. Ruangan pabrik
6. Biaya mutu
7. Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung
3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja
dan overhead pabrik secara individual
4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”
DAFTAR PUSTAKA

Hariyadi. 2009. Pelatihan Penerapan standar internasional berbasis Quality Management


System. Penerbit Nusantara Professional Education. Jakarta.

http://materi-sisfo.blogspot.com/2012/06/ -just-in-time-jit.html

Hardjosoedarmo, Soewarso. 2004. Total Quality Management. Penerbit Andi Yogyakarta.


http://elisamanajemenumg.blogspot.com/2014/01/just-in-time-jit.html

Anda mungkin juga menyukai