Anda di halaman 1dari 11

Memahami dan Mengalisis Konsep Just In Time

Disusun oleh :

KELOMPOK 1 MANAJEMEN KEUANGAN B

• Ni Nyoman Ayuning Kertyasih 1902612010637/06


• Ni Made Sari 1902612010678/07
• Putu Ayu Wika Deviyani 1902612010735/11
• Ni Kadek Mertiasih 1902612010748/13
• I Putu Agus Wiratama 1902612010893/27
• Ni Nyoman Anik Evayanti 1902612010897/28

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS


EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
MAHASARASWATI DENPASAR
2021
A. Sistem Persediaan Just In Time (JIT) (C2)

1. Pengertian Just In Time


Just In Time merupakan suatu filosofi operasi manajemen, yaitu sumber daya, termasuk
material personel, dan fasilitas yang digunakan dalam keadaan tepat waktu. Just In Time
merupakan sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang
mendukung produksi yang ramping (lean). Produksi yang ramping (Lean Production)
memasok pelanggan persis sesuai dengan keinginan pelanggan ketika pelanggan
menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui perbaikan berkelanjutan. Sasaran utama just
in time adalah meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi dengan cara
menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu
produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos improvement untuk mencapai
biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan realibitas
produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki
hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok Just In Time adalah suatu konsep dimana
bahan baku yang digunakan untuk aktivitas produksi didatangkan dari pemasok atau supplier
tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat
menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang atau penyimpanan barang.
2. Konsep Just In Time (JIT) (C2)
Dalam konsep Just In Time, terdapat empat aspek fundamental dalam konsep Just In Time,
yaitu :
a. Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi seluruh produk
atau jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh aktifitas atau sumber daya yang menjadi
sasaran untuk pengurangan atau penghilangan.
b. Komitmen tinggi terhadap mutu melakukan secara benar segala sesuatunya dari awal
adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan ulang. Perusahaan perlu
memiliki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mutu yang tinggi
dalam semua aspek aktivitas-aktivitas perusahaan.
c. Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas perusahaan. Perusahaan
perlu mencanangkan komitmen terhadap perbaikan berkesinambungan (continuous
improvement) pada semua aktivitas perusahaan dan kegunaan data yang dihasilkan bagi
manajemennya. Perbaikan yang berkesinambungan adalah pengupayaan terus-menerus
nilai yang kian besar yang diberikan kepada pelanggan.
d. Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan aktivitas nilai tambah, hal ini
membantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai.
3. Peranan Just In Time
Dalam sistem Just In Time ada beberapa peranan penting yaitu menghasilkan sebuah
produk hanya ketika dibutuhkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh pelanggan.
Just In Time memiliki beberapa peranan penting diantaranya :
a. Meningkatkan laba.
b. Meningkatkan posisi persaingan perusahaan yang dapat dicapai melalui pengendalian
biaya, peningkatan kualitas, dan perbaikan kinerja kualitas.

B. Elemen Kunci Keberhasilan Just In Time (JIT) (C2)


Terdapat lima elemen kunci demi keberhasilan sistem Just In Time yaitu sebagai berikut :
1. Jumlah pemasok yang terbatas, dimana tingkat persediaan yang minimal sistem Just In Time
memotong biaya dengan mengurangi :
a. Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku.
b. Jumlah penanganan bahan baku.
c. Jumlah persediaan yang usang.
2. Pembenahan tata letak pabrik arus lini, dimana maksudnya adalah jalur fisik yang dilewati
oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku
sampai ke pengiriman barang jadi.
3. Pengurangan setup time masa, dimana pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang
dibutuhkan untuk mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan
formulir terkait, dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk yang berbeda.
4. Kendali mutu terpadu, dimana ini berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan
penerimaan-penerimaan komponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada
barang dalam proses maupun pada barang jadi.
5. Tenaga kerja yang fleksibel.
Ada tujuh faktor kesuksesan Just In Time atau elemen kunci just in time yaitu sebagai
berikut :
1. Suppliers, merupakan penyedia produk untuk kebutuhan yang relatif banyak untuk djual
kembali oleh para pengusaha kecil atau pedagang. Hal-hal yang harus diperhatikan dari
suppliers ini adalah :
a. Kedatangan material dan produk akhir termasuk kesia-siaan.
b. Pembeli dan pemasok membentuk kemitraan.
c. Kemitraan just in time.
2. Layout, merupakan tata letak yang memungkiknkan pengurangan kesia-siaan yang lain, yaitu
pergerakan. Misalnya pergerakan bahan baku manusia menjadi fleksibel. Just in time untuk
layout ini mensyaratkan :
a. Sel kerja untuk produk keluarga.
b. Pergerakan atau perubahan mesin.
c. Jarak yang pendek.
d. Tempat yang kecil untuk persediaan.
e. Pengiriman langsung ke area kerja.
3. Inventory, merupakan persediaan dalam sistem produksi dan distribusi sering diadakan untuk
berjaga-jaga. Teknik persediaan yang efektif memerlukan just in time bukan just in case.
Persediaan just in time merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk
mempertahankan operasi sistem yang sempurna yaitu jumlah yang tepat, tiba pada saat yang
diperlukan bukan sebelum atau sesudah.
4. Schedulling, merupakan jadwal yang efektif dikomunikasikan di dalam organisasi dan
kepada pemasok, maka akan sangat mendukung penerapan just in time. Penjadwalan yang
lebih baik juga meningkatkan kemampuan untuk memenuhi pesanan konsumen,
menurunkan persediaan dan mengurangi barang dalam proses, Just in time untuk
penjadwalan ini mensyaratkan:
a. Mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier.
b. Jadwal bertingkat.
c. Menekan bagian dari skedul paling dekat dengan jatuh tempo.
d. Lot kecil.
e. Teknik kanban.
5. Preventive Maintenance, merupakan pemeliharaan dilakukan dalam rangka untuk menjaga
hal-hal yang tidak diinginkan supaya tidak terjadi atau merupakan suatu tindakan pencegahan.
Misalnya dengan cara pemeliharaan rutin pada fasilitas yang digunakan maupun pelatihan
karyawan secara terus menerus agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
6. Kualitas, merupakan hubungan just in time dan mutu kuat sekali, karena berhubungan dengan
tiga hal yaitu:
a. Just in time mengurangi biaya perolehan mutu yang baik karena biaya produk sisa,
pengerjaan ulang, investasi persediaan menurun.
b. Just in time meningkatkan mutu dengan mengurangi antrian dan waktu antara just in time
juga membatasi jumlah sumber kesalahan potensial.
c. Mutu yang baik berarti lebih sedikit cadangan sehingga just in time lebih mudah diterapkan.

7. Employee Empowerment, merupakan karyawan yang diberdayakan dapat ikut terlibat dalam
isu-isu operasi harian yang merupakan falsafah just in time. Pemberdayaan karyawan
mengikuti nasehat manajemen bahwa tidak ada orang yang lebih tahu mengenai suatu
pekerjaan selain karyawan pelaksana pekerja itu sendiri.
C. Perbedaan JIT Dengan Pemanufakturan JIT
Implikasi Konsep Just In Time Perusahaan manufaktur pada dasarnya menyelenggarakan
tiga macam persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan produk jadi. Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk.
Barang dalam proses terdiri atas produk yang belum selesai diproduksi dan masih memerlukan
beberapa pemrosesan sebelum barang tersebut siap dikirimkan kepada para pelanggan.
Persediaan barang jadi terdiri atas unit produk yang telah selesai namun belum dikirimkan
kepada pelanggan.
Terjaminnya kelancaran operasi suatu perusahaan karena tersedianya persediaan dalam
jumlah cukup, disisi lain juga memerlukan biaya. Karena ada sebagian dana yang terikat
(tertanam) dalam persediaan, maka hal ini menimbulkan ketidakefisienan dalam perusahaan.
Jika hal ini berlanjut terus maka akan berdampak pada meningkatnya jumlah produk cacat, dan
jumlah waktu yang diperlukan untuk membuat produk. Dengan demikian jelas bahwa
pengurangan investasi dalam persediaan merupakan hal yang memerlukan perhatian yang
cukup dari manajemen, sehingga efisiensi dapat ditingkatkan, jumlah produk cacat dapat
ditekan, dan waktu pembuatan produk dapat dikurangi. (Krismiaji, 2002:8-9)
Sistem Just In Time implikasinya bisa pada persediaan. Sebab terjadinya persediaan yang
berlebihan adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan takut kehabisan stok barang.
2. Kesalahan yang terjadi pada produksi.
3. Stasiun kerja yang kurang terkoordinasi.
4. Departemen produksi meyakini gugus yang banyak lebih ekonomis untuk diolah daripada
gugus yang sedikit.
5. Stasiun kerja diarahkan untuk menghasilkan barang yang tidak diperlukan.
Dengan aplikasi sistem Just In Time, kelima sebab penyimpangan tersebut dapat
dieliminasi dengan hasil bahwa persediaan bukan lagi faktor utama dalam kegiatan
perusahaan.
Terdapat dua implikasi besar pabrikasi Just In Time terhadap akuntansi manajemen yaitu :
1. Akuntansi manajemen mesti mendukung gerakan ke arah pabrikasi Just In Time dengan
memantau, mengidentifikasi dan mengkomunikasikan sumber keterlambatan, kesalahan dan
pemborosan dalam sistem pabrikasi kepada para pengambil keputusan.
2. Proses klerikal akuntansi manajemen disederhanakan oleh pabrikasi Just In Time karena
terdapat persediaan yang perlu dilaporkan atau dipantau.
Ukuran penting dari keandalan sistem Just In Time akan meliputi faktor-faktor efektivitas
siklus pabrik, yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat produk cacat atau rusak.
2. Waktu siklus.
3. Presentase pengiriman produk yang tepat waktu.
4. Akurasi pesanan.
5. Persentasi produksi sesungguhnya dibandingkan dengan produksi yang dianggarkan.
6. Jam mesin sesungguhnya dibandingkan dengan jam mesin tersedia yang direncanakan.
JIT Pembelian Pembelian JIT adalah sistem pembelian barang berdasar tarikan permintaan
sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi, dan berharga
murah. Berdasar sistem tarikan, barang yang diterima dari pembelian segera digunakan untuk
memenuhi permintaa produksi pada perusahaan manufaktur, dengan demikian barang tersebut
tidak perlu disimpan di gudang sehingga tercapai sediaan nol.10 JIT pembelian mengharuskan
adanya sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat
dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan konsumen atau penggunaan produksi.
JIT pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian
dengan cara:
1) Mengurangi jumlah pemasok. Bagi suatu perusahaan, pengurangan jumlah pemasok dapat
mengurangi waktu dan biaya bernegosiasi dengan para pemasoknya.
2) Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok. Pengurangan
waktu dan biaya bernegosiasi dapat dilakukan karena: jumlah pamasok menjadi sangat
sedikit, kontrak pembelian jangka panjang dengan para pemaok. JIT pembelian biasanya
menggunakan advanced delivery schedule (ADS). Advanced delivery schedule (ADS)
adalah jadwal penyerahan yang ditentukan di muka yang merinci dengat sangat teliti jadwal
pengiriman barang setiap hari dan bahkan mungkin dirinci untuk setiap jam dalam jangka
waktu tertentu, misalnya setiap bulan.
3) Memiliki konsumen dengan program pembelian yang mapan. Rencana pembelian yang
mapan oleh para konsumen dapat memberikan informasi pada para pemasok mengenai
persyaratan mutu dan penyerahan barang. Penyerahan barang oleh pemasok ke perusahaan
dapat lebih ketat misalnya melaui hukuman bagi pemasok yang tidak memenuhi perjanjian.
4) Mengeliminasi atau mengurangi aktivitas dan biaya yang tidak bernilai tambah. Usaha ini
dapat dilakukan dengan penyediaan kontainer yang siap (terpasang) di pabrik sehingga saat
barang datang langsung dapat diserahkan pada konsumen atau digunakan di pabrik.
Pemelihan ukuran kontainer yang tepat (tidak terlalu besar atau kecil) juga penting.
5) Mengurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu. Pemilihan pemasok yang
dapat menjamin ketepatan waktu, jumlah, dan mutu barang yang dibeli dapat mengurangi
waktu dan biaya untuk pemeriksaan mutu.
JIT pembelian mengubah arus aktivitas pembelian. Dalam sistem pembelian tradisional
arus aktivitas pembelian adalah:
a) Departemen gudang bahan meminta departemen pembelian untuk membelikan barang
tertentu.
b) Departemen pembelian mengirimkan surat pada banyak pemasok agar mereka
menawarkan barang yang akan dibeli.
c) Para pemasok mengirimkan surat penawaran.
d) Departemen pembelian memilih pemasok dan mengirimkan order pembelian.
e) Pemasok mengirimkan barang ke departemen penerimaan.
f) Departemen penerimaan memeriksa kesesuaian barang yang diterima.
g) Departemen penerimaan menyerahkan barang yang dibeli ke gudang.
h) Departemen gudang memeriksa barang yang diterima dan memasukkannya ke gudang.
i) departemen produksi meminta barang atau bahan ke gudang bahan untuk dipakai.
JIT pembelian mengeliminasi aktivitas-aktivitas pembelian yang tidak bernilai
tambah sehingga waktu dan biaya dapat dihemat atau pemborosan dapat dihindari.
Dalam sistem pembelian JIT arus aktivitas pembelian adalah:

1) Departemen pembelian bernegosiasi dengan pemasok untuk membuat kontrak


pembelian jangka panjang
2) Pemasok mengirimkan barang ke pabrik atau took
3) Pabrik menggunakan bahan atau toko menyerahkannya ke konsumen
Penerapan JIT pembelian mempengaruhi sistem penentuan biaya dengan cara-cara
sebagai berikut:
1) Keterlacakan langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2) Perubahan cost pools untuk mengumpulkan biaya.
3) Mengubah dasar pengalokasian biaya penanganan bahan (barang).
4) Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual.
5) Mengurangi biaya administrasi sistem akuntansi.
JIT Produksi JIT Produksi disebut juga lean production, yaitu sistem manufaktur
demand-pull di mana proses produksi berlangsung apabila ada pesanan dari konsumen atau
dari proses produksi berikutnya. Bahan baku akan dipesan apabila proses produksi akan
dimulai untuk memenuhi pesanan dari bagian proses produksi berikutnya. JIT produksi
mempunyai tujuan secara simultan antara lain: pesanan konsumen dalam jangka waktu
tertentu, kualitas produk yang tinggi, dan tingkat total biaya yang paling rendah. Paling
tidak ada lima keuntungan dalam sistem JIT produksi, yaitu:
1) Mengorganisasi produksi dalam sel-sel pabrikasi, dimana dilakukan pengelompokan
peralatan yang akan digunakan dalam satu rangkaian pembuatan produk, sehingga
bahan baku berpindah dari satu mesin ke lainnya tanpa membutuhkan biaya
pengangkutan/pemindahan bahan. Mesin atau peralatan ada pada satu ruangan dan satu
jalur produksi. Ini akan mengurangi biaya persediaan.
2) Tenaga kerja dikembangkan untuk memiliki banyak keahlian dalam melaksanakan
tugas operasional, termasuk tugas pemeliharaan peralatan secara rutin dan perbaikan
dalam skala kecil, keamanan dan kebersihan lingkungan pekerjaannya. Satu tenaga
kerja dapat melaksankan tugas pokok dalam memproduksi produk, memelihara
peralatan dan lingkungan area kerja yang menjadi tanggung jawanya, dan
memindahkan bahan baku dan barang jadi yang dihasilkan. Kondisi ini akan dapat
mengurangi biaya produksi secara signifikan.
3) Mempercepat pencapaian total quality management (TQM). Adanya model sel dalam
proses produksi dan tanggung jawab tenaga kerja akan dapat menghindari kerusakan.
Jika terjadi produk cacat, maka akan segera dapat diketahui dan dapat diambil solusi
yang paling menguntungkan. proses ini membuat suatu produk yang memiliki kualitas
tinggi. juga Mengurangi adanya produk yang rusak/gagal, sisa bahan limbah dan biaya
kualitas.
4) Mengurangi setup time, dimana waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapakan
peralatan, perlengkapan, material, mulai proses produksi, lead time proses produksi
menjadi pendek, sehinggga dapat mengurangi biaya produksi.
5) Perusahaan yang menerapkan JIT produksi akan selalu memiliki perusahaan atau
suplier yang juga menerapkan just in time purchasing, karena sistem JIT memerlukan
komitmen yang tinggi terhadap ketepatan waktu dalam segala posisi dalam jalur
produksi dan distribusi. Kerjasama antar suplier dan produsen sangat menentukan
sistem JIT terlaksana. Kondisi ini dalam jangka panjang akan sangat menguntungkan,
karena dapat mengurangi biaya operasional, terutama biaya persediaan.
Perusahaan-perusahaan yang menggunakan JIT produksi menyatakan bahwa
mereka secara signifikan dapat mengurangi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan
meningkaatkan efisiensi secara besar-besaran dalam bidang:
1) Waktu dan biaya proses pemanufakturan
2) Waktu dan biaya Tunggu pemanufakturan
3) Waktu dan biaya Pemindahan
4) Waktu dan biaya Inspeksi
5) Waktu dan biaya Penyimpanan
6) Waktu dan biaya Setup
7) Sediaan bahan, barang dalam proses, dan produksi selesai
8) Waktu dan biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung
9) Ruangan pabrik
10) Biaya mutu
11) Pembelian bahan
12) Peningkatan mutu

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya
dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1) Meningkatkan keterlacakan langsung sejumlah biaya.
2) Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung.
3) Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja
dan overhead pabrik secara individual.
4) Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam work tickets.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umpo.ac.id/4093/3/BAB%20II.pdf

https://ashriramadhani.wordpress.com/2018/04/13/just-in-time-dalam-akuntansi-manajemen/

Anda mungkin juga menyukai