Anda di halaman 1dari 13

JUST IN TIME

KELOMPOK 9
Anastasya Grace N L Tobing (152180053)
Ervina Elsa Pradita (152180073)
Heru Setyawan (152180074)
JUST IN TIME
Just In Time adalah pendekatan berkelanjutan dan penyelesaian
masalah secara paksa yang berfokus pada keluaran dan pengurangan
penggunaan persediaan.

Just In Time ini dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation pada


tahun 1973 oleh Taiichi Ohno. Konsep JIT berprinsip hanya
memproduksi jenis-jenis barang yang diminta (what) sejumlah yang
diperlukan (How much) dan pada saat dibutuhkan (When) oleh
konsumen.
Menghilangkan Buangan

7 Buangan menurut Ohno :

• Produksi berlebih : memproduksi lebih awal atau lebih dari yang dipesan
pelanggan.
• Antrean : waktu yang digunakan untuk menunggu.
• Transportasi : pemindahan material antara pabrik dan penanganan berulang.
• Persediaan : bahan mentah yang tidak dibutuhkan, kerja dalam proses, barang-
barang sudah selesai dan pasokan operasi berlebih.
• Gerakan : gerakan perlengkapan atau orang yang tidak memberikan nilai tambah.
• Proses berlebih : kerja dilakukan pada produk yang tidak memberikan nilai
tambah.
• Produk yang rusak : barang dikembalikan, klaim garansi, pekerjaan ulang, dan sisa.
Perhatian pemasok meliputi :

• Diversifikasi. Pemasok mungkin tidak ingin terikat kontrak jangka panjang dengan
hanya satu pelanggan. Pemasok beranggapan resiko akan dapat dikurangi jika mereka
mempunya beberapa pelanggan.
• Penentuan jadwal. Banyak pemasok kurang yakin terhadap kemampuan pembeli
untuk memproduksi pesanan dalam jadwal yang lancar dan terkoordinasi.
• Perubahan. Perubahan teknik atau spesifikasi kerap merupakan malapetaka bagi JIT
karena kurangnya waktu tunggu bagi pemasok untuk mengimplementasikan
perubahan-perubahan yang diperlukan.
• Kualitas. Anggaran permodalan, proses-proses, dan teknologi dapat membatasi
kualitas produk.
• Ukuran lot. Para pemasok beranggapan pengiriman barang dalam lot yang kecil secara
sering merupakan suatu cara mentransfer biaya penyimpanan yang seharusnya
ditanggung pembeli kepada pemasok.
Toyota Production System (TPS)

Toyota merupakan sebuah merek otomotif terkenal di dunia dengan produk-produk otomotif yang

berkualitas tinggi. Dalam melakukan produksinya, Toyota menggunakan sistem produksi yang

dikenal dengan sebutan Sistem Produksi Toyota atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Toyota

Production System yang disingkat dengan TPS.

Sistem produksi yang dikembangkan oleh Taiichi Ohno dan Eiji Toyoda dari Toyota Motor
Corporation ini bertujuan untuk memberikan kualitas terbaik, biaya terendah dan jangka waktu
(lead time) produksi terpendek melalui penghapusan pemborosan-pemborosan atau waste yang
terjadi pada saat produksi. Saat ini banyak perusahaan manufakturing yang mempelajari dan
menerapkan sistem produksi Toyota ini dalam menjalankan produksi dan operasional perusahaan
Komponen-komponen inti TPS, yaitu:

1. Perbaikan Berkesinambungan

Berarti membangun suatu budaya organisasi dan mempersiapkan sumber daya manusianya

dalam suatu sistem nilai yang menekankan bahwa proses-proses dapat ditingkatkan, dimana

peningkatan itu merupakan bagian takterpisahkan setiap tugas para pekerja. Proses ini diformalkan

dalam TPS melalui kazen, istilah bahasa Jepang bagi perubahan menuju ke arah lebih baik.

Menanamkan ide kemajuan berkesinambungan dimulai saat perekrutan dan berlanjut melalui

latihan ekstensif yang berkesinambungan. Salah satu alasan-alasan kemajuan berkesinambungan

dapat diterapkan di Toyota hendaknya dicatat bahwa hal itu berasal dari nilai inti lainnya di

Toyota, yakni penghormatan bagi sumber daya manusia.


2. Penghormatan Bagi SDM

Di Toyota orang direkrut, dilatih, dan diperlakukan sebagai pekerja berpengetahuan, melibatkan

mental dan kapasitas fisik para pekerja dalam mengemban tugas menantang untuk

meningkatkan operasi kerja. Mereka diberdayakan untuk menghentikan mesin dan proses jika

timbul permasalahan kualitas. Hal ini berarti bahwa tugas-tugas tersebut yang secara tradisonal

diembankan pada staf kini dialihkan pada pekerja.

Menggerakkan mesin hanya membutuhkan waktu dalam hitungan menit, tapi mengubah cara

berpikir dan bertindak seseorang memerlukan waktu bertahun-tahun. Menurut Gritton, apa yang

mereka sebut budaya adalah cara berpikir dan bertindak secara otomatis setiap harinya. Setelah

bertahun-tahun, ini akan mendarah daging dalam diri Anda.


3. Praktek Kerja Standart

Mencakup prinsip-prinsip sebagai berikut :

• Pekerjaan dispesifikasikan secara lengkap berdasarkan pada isi, urutan, waktu, dan hasil.

• Aliran produk dan jasa bersifat sederhana dan langsung. Barang dan jasa diarahkan menuju orang
dan mesin tertentu.

• Peningkatan dalan sistem harus dibuat sesuai dengan metode saintifik (mencari tahu informasi dari
berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu), pada tingkatan terendah yang
mungkin dalam organisasi.

Pendidikan dan pelatihan bagi pekerja Toyota dan ketanggapan sistem pada permasalahn menjadikan
sistem yang kaku menjadi fleksibel serta dapat diterapkan pada lingkungan yang berubah. Hasilnya
adalah peningkatan berjalan dalam realibilitas, fleksibilitas, keamanan, dan efisiensi.
Operasi-Operasi Ramping
Berarti mengidentifikasi nilai pelanggan dengan memahami seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan

produk, kemudian mengoptimasi keseluruhan proses berdasarkan pada sudut pandang pelanggan.

Atau dapat dipandang sebagai hasil akhir OM yang berjalan dengan baik, yang memahami kehendak pelanggan dan

menjamin masukan serta umpan balik pelanggan.

1. Membangun Organisasi Ramping

Peralihan ke sistem poduksi ramping memang sulit. Membangun sebuah budaya organisasi di mana

pembelajaran dan perbaikan berkesinambungan adalah norma merupakan suatu tantangan. Namun, organisasi yang

fokus pada JIT, kualitas, dan peningkatan pekerja biasanya merupakan prosedur-prosedur yang ramping. Dengan

demikian, perusahaan menghilangkan berbagai aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah di mata pelanggan.
Operasi ramping cenderung memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

• Menggunakan teknik just-in-time untuk meniadakan hampir semua persediaan.

• Membangun sistem yang membantu pekerja menghasilkan komponen yang sempurna setiap saat.

• Mengurangi kebutuhan ruangan dengan mengurangi jarak tempuh.

• Mengembangkan hubungan yang erat dengan para pemasok dengan membantu mereka memahami pentingnya kebutuhan
pelanggan.

• Mendidik para pemasok untuk menerima tanggung jawab dalam memuaskan kebutuhan pelanggan.

2. Keberlanjutan Sistem Ramping

Ramping dan keberlanjutan adalah dua sisi mata uang logam yang sama. Keduanya bertujuan memaksimalkan sumber-
sumber daya dan efisiensi ekonomi. Ramping menyingkirkan buangan karena buangan tidak menambah nilai apa pun
bagi pelanggan. Keberlanjutan menghalau buangan karena buangan memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Menghalau
buangan adalah landasan bersama bagi kelanggengan ramping.
Operasi Ramping dalam Bidang Jasa
1. Pemasok : seperti yang kita ketahui, hampir setiap restoran mengadakan kesepakatan bisnis dengan para
pemasoknya berdasarkan JIT, restoran yang tidak melakukannya biasanya akan gagal.

2. Tata Ruang : tata letak yang ramping diperlukan dalam dapur restoran, di mana makanan dingin harus disajikan
dingin dan makanan panas disajikan panas.

3. Persediaan : pasokan kritis seperti obat-obatan barangkali dijaga dalam tingkatan rendah dengan mengembangkan
jaringan komunitas dalam sistem backup. Dengan cara seperti ini, jika suatu apotek kehabisan obat yang dibutuhkan,
anggota lain jaringan ini dapat memasoknya hingga kiriman di hari berikutnya tiba.

4. Penentuan Jadwal : pada loket penjualan maskapai penerbangan, fokus sistemnya adalah permintaan pelanggan.
Namun, permintaan dipuaskan dengan kedersediaan personel. Melalui penjadwalan yang rumit, pekerja loket
muncul tepat waktu agar dapat memnuhi permintaan pelanggan, dan mereka menyediakan pelayanan berdasarkan
JIT.
Guna mengirimkan barang dan jasa pada pelanggan di bawah permintaan
yang terus-menerus mengalami perubahan, pemasok harus dapat diandalkan,
persediaan yang ramping, siklus waktu pendek, dan jadwal-jadwal yang gesit.
Suatu kerampingan berpusat pada keikutsertaan dan memberdayakan pekerjaan
untuk menciptakan dan mengirimkan persepsi pelanggan mengenai nilai,
mengeliminasi apa pun yang tidak memberikan sumbangasih bagi tujuan ini.
Teknik-teknik ramping digunakan secara luas, baik pada penghasil barang
maupun jasa, namun semuanya itu hanya kelihatannya berbeda.
Sumber referensi
• https://smkberkaizen.wordpress.com/2011/12/29/belajar-dari-buday
a-toyota
/
• https://www.scribd.com/doc/190286413/Jit-Dan-Operasi-Ramping

Anda mungkin juga menyukai