Anda di halaman 1dari 23

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME

Makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional

Oleh :

Azza Assrofi Putri

(21106620145)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Produksi Just In
Time” ini tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
dosen dalam mata kuliah Manajemen Operasional. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Adib Mawardi., SE., MM selaku
Dosen Mata Kuliah Manajemen Operasional yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
bahwasannya makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik, saran, serta masukan dari beberapa pembaca akan kami nantikan dan kami jadikan
masukan demi kesempurnaan makalah ini.

Blitar, 22 Juli 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB 1 ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang .................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan masalah ................................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Just In Time dan Filosofinya .......................................................................... 6
2.2 Konsep Dasar dan Tujuan Esensil Just In Time ............................................................... 7
2.3 Konsep Just In Time ......................................................................................................... 9
2.4 Elemen-elemen Just In Time .......................................................................................... 10
2.4.1 Langkah mengurangi waktu set up : ........................................................................... 10
2.4.2 Aliran Produksi ........................................................................................................... 11
2.4.3 Total Productive Maintenance .................................................................................... 11
2.5 Implikasi Just In Time .................................................................................................... 12
2.6 Prinsip-prinsip Just In Time ........................................................................................... 13
2.7 Pemanufakturan Just In Time dan Penentuan Biaya Produk ......................................... 14
2.7.1 Dasar-dasar pemanufakturan Just In Time dan Perbedaannya dengan Pemanufakturan
Tradisional:........................................................................................................................... 14
2.8 Tujuan dan Manfaat Just In Time .................................................................................. 17
2.9 Keunggulan dan kelemahan Just In Time ...................................................................... 19
BAB III .................................................................................................................................... 22
PENUTUP................................................................................................................................ 22
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Persaingan di antara perusahaan-perusahaan akan membawa keuntungan bagi
konsumen karena persaingan yang semakin intensif akan mendorong perusahaan untuk
menghasilkan produk dengan harga yang lebih rendah, kualitas menjadi lebih tinggi, dan
semakin banyak pilihan. Selain itu, perkembangan teknologi informasi seperti internet, e-
commerce,dll membuat konsumen lebih mudah melakukan akses terhadap kualitas produk
dan jasa yang akan mereka beli. Tentu saja produk dan jasa yang akan mereka beli adalah
produk dengan kualitas terbaik dan harga yang relatif murah. Dengan demikian perusahaan
yang mampu eksis didunia bisnis adalah perusahaan yang dapat menghasilkan produk-produk
tersebut. Untuk menghadapi masalah tersebut, manajer harus mengetahui apa yang
diinginkan konsumen dan kapan mereka memerlukannya. Perusahaan harus mampu
menciptakan suatu sistem yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan
dengan mengeliminasi setiap pemborosan yang ada. Salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh perusahaan untuk mewujudkan kondisi ini adalah dengan menerapkan sistem
pengendalian persediaan dan produksi Just In Time. Sekarang, Sistem Just In Time bukan
hanya sekedar wacana saja tetapi telah dapat diimplementasikan di beberapa perusahaan baik
diperusahaan luar negeri maupun perusahaan dalam negeri.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep dasar produk tepat waktu ( Just In Time ) ?

2. Bagaimana elemen-elemen produk tepat waktu ( Just In Time ) ?

3. Bagaimana Implikasi produk tepat waktu ( Just In Time ) ?

4. Bagaimana prinsip-prinsip produk tepat waktu ( Just In Time ) ?

5. Bagaimana pemanufakturan produk tepat waktu ( Just In Time ) dan penentuan biaya
produk ?

1.3 Tujuan masalah


1. Untuk mengetahui konsep dasar produk tepat waktu ( Just In Time )

2. Untuk mengetahui elemen-elemen produk tepat waktu ( Just In Time )

4
3. Untuk mengetahui Implikasi produk tepat waktu ( Just In Time )

4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip produk tepat waktu ( Just In Time )

5. Untuk mengetahui pemanufakturan produk tepat waktu ( Just In Time ) dan penentuan
biaya produk

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Just In Time dan Filosofinya


Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan perusahaan Jepang yang
pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang
diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen (Simamora, 2000). Just In Time dapat
berarti sebagai suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya,
termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
JIT juga merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada
permintaan (puil sistem) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan
hanya sebesar kuantitas yang diminta Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan
kemudian. diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur di Jepang.

JIT juga berarti filosofi manajemen dari pemecahan masalah yang berkelanjutan dan
dipaksakan, sehingga pemasok-pemasok dan komponen komponen ditarik melalui sistem
untuk menunjukkan dimana dan kapan mereka dibutuhkan. Bila JIT merupakan suatu filosofi
manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari
kegiatan-kegiatan produksi perusahaan. Sasaran utama JIT adalah meningkatkan
produktivitas sistem produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam
kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu produk. Just in Time (JIT) mendasarkan pada
delapan kunci utama, yaitu :

1. menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.

2. memproduksi dengan jumlah kecil

3. menghilangkan pemborosan

4. memperbaiki aliran produksi

5. menyempurnakan kualitas produk

6. orang-orang yang tanggap

7. menghilangkan ketidakpastian

6
8. penekanan pada pemeliharaan jangka panjang.

 Berbagai perusahaan banyak yang menggunakan istilahnya sendiri sebagai pengganti dari
Just In Time, seperti :

• IBM dikenal "Continuous Flow Manufacturing (CFM)".

• Harley Davidson dikenal "Material as Needed (MAN)".

• Hewlett Packard dikenal "Stockless Production".

• Omark Industries dikenal "Zero Inventory Production System (ZIPS)".

 Dalam menerapkan JIT ini, ada tiga hal yang tidak boleh dilakukan. Ketiga hal tersebut
adalah MUDA, MURA dan MURI.

• MUDA dalam bahasa Jepang berarti pemborosan, yang bila diterapkan dalam manajemen
tidak akan memberikan nilai tambah.

• MURA dalam bahasa Jepang berarti ketimpangan, keragaman, atau ketidakteraturan


(variability and irregularity).

• MURI dalam bahasa Jepang berarti keterpaksaan, kesulitan, lewat ambang batas. Keadaan
timpang, beragam maupun terpaksa merupakan indikasi dalam suatu masalah.

Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap
sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan, Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan,
Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan
setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya.

2.2 Konsep Dasar dan Tujuan Esensil Just In Time


JIT memiliki tiga macam kerangka perspektif, yaitu pendekatan filosofis JIT terhadap
produksi, teknik pendesainan dan perencanaan sistem pabrikasi JIT, dan teknik pengendalian
lantai perakitan dengan JIT. Pengendalian aktivitas pengerjaan, perakitan atau pengolahan di
lantai pabrik dalam sistem JIT sangat transparan karena kendali arus material atau komponen
dan pekerjaan dikendalikan dengan kanban. Kanban akan mengendalikan arus material
(komponen dan subkomponen) sehingga material tiba di tempat yang sesuai dalam jumlah

7
yang benar dan sesuai, serta tepat pada waktu yang ditentukan sebelumnya. Sehubungan
dengan itu, pengerjaan dapat berlangsung sesuai jadwal.

Untuk menunjang pelaksanaan pengerjaan yang lancar, tepat jumlah, tepat mutu, dan
tepat waktu, maka sistem manufaktur dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga
memungkinkan menerapkan JIT di pabrik tersebut. Untuk keperluan itu, didesain produk dan
tata letak pabrik disinkronkan. Penataan disesuaikan dengan visibilitas untuk menerapkan
kanban di pabrik yang bersangkutan. Filosofi JIT merupakan sesuatu yang sering kurang
diperhatikan, tetapi perannya sangat menentukan keberhasilan aplikasi JIT. Filosofi JIT
menetapkan berbagai gagasan dan strategi mendasar dari JIT, terutama yang berhubungan
dengan kelayakan menerapkan sistem kanban dalam pelaksanaan produksi.

Kebanyakan perusahaan menggunakan sistem persediaan terbaik yang sesuai untuk


perusahaan mereka. Sistem persediaan Just In Time (JIT) mempunyai beberapa manfaat.
Manfaat JIT yang utama sebagai berikut:

1. Waktu penyiapan (set up) diperpendek secara signifikan didalam gudang. Kurangilah
waktu penyiapan agar lebih produktif yang akan memungkinkan perusahaan meningkatkan
efisiensi, dan waktu yang dihemat dapat dimanfaatkan pada bidang lain yang memerlukan
peningkatan.

2. Kelancaran arus bahan atau komponen dari gudang ke rak perakitan ditingkatkan. Setelah
karyawan memusat pada area spesifik dari sistem, akan memungkinkan mereka untuk
memproses pengerjaan barang dengan lebih cepat sebagai ganti dari mempunyai pekerjaan
yang banyak, melelahkan, dan menyederhanakan tugas yang ada.

3. Karyawan yang memiliki banyak keahlian, dapat digunakan secara lebih efisien. Setelah
karyawan terlatih atau terdidik bekerja pada bagian yang berbeda dalam sistem siklus
sediaan, akan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pekerja ketika mereka
diperlukan dan pada saat terjadi kekurangan pekerja, serta permintaan untuk produk tertentu
meningkat.

4. Konsistensi yang lebih baik terhadap penjadwalan dan konsistensi penggunaan jam orang
terhadap karyawan. Jika tidak ada permintaan atas suatu produk pada waktu tertentu maka
pekerja tidak perlu dibebani pekerjaan. Hal itu dapat menyelamatkan uang perusahaan karena
tidak perlu membayar pekerja untuk pekerjaan yang belum diselesaikan dan memungkinkan
mereka diarahkan pada pekerjaan lain.

8
5. Penekanan peningkatan hubungan dengan pembekal. Tidak ada perusahaan yang ingin
terjadi kekurangan atas sediaan. Tidak ada perusahaan yang ingin kekurangan atas sistem
persediaan mereka dan akan menciptakan kekurangan persediaan yang dimiliki didalam rak
penyimpanan. Jika perusahaan memiliki seorang pembekal kepercayaan maka perusahaan
dimungkinkan mendapat barang-barang atau komponen yang diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan perusahaan dan memelihara nama baik perusahaan di depan orang banyak
(masyarakat).

6. Pembekal melanjutkan pemeliharaan terhadap karyawan yang produktif selama 24 jam


penuh dan kegiatan dipusatkan atas keluar masuknya karyawan. Setelah manajemen
memusatkan perhatian pada batas waktu pertemuan, akan membuat karyawan bekerja keras
untuk memenuhi perwujudan sasaran persahaan dalam kaitan dengan keputusan kerja,
promosi, atau bahkan upah yang lebih tinggi.

2.3 Konsep Just In Time


Dalam konsep Just In Time, menyatakan terdapat empat aspek fundamental dalam
konsep Just In Time, yaitu:

1. Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi seluruh produk
atau jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh aktivitas atau sumber daya yang menjadi sasaran
untuk pengurangan atau penghilangan

2. Komitmen tinggi terhadap mutu melakukan secara benar segala sesuatunya dari awal
adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan ulang. Perusahaan perlu
memiliki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mutu yang tinggi dalam
semua aspek aktivitas-aktivitas perusahaan

3. Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas perusahaan. Perusahaan


perlu mencanangkan komitmen terhadap perbaikan berkesinambungan (continous
improvement) pada semua aktivitas perusahaan dan kegunaan data yang dihasilkan bagi
manajemennya. Perbaikan yang berkesinambungan adalah pengupayaan terus-menerus nilai
yang kian besar yang diberikan kepada pelanggan

4. Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan visibilitas aktivitas nilai tambah, hal ini
membantu untuk mengidentifkasi aktivitas yang tidak menambah nilai.

9
2.4 Elemen-elemen Just In Time
Pengurangan waktu set up Aliran produksi lancar (layout) Produksi tanpa kerusakan
mesin Produksi tanpa cacat Peranan operator Hubungan yang harmonis dengan pemasok
Penjadwalan produksi stabil dan terkendali Sistem Kanban.

 Pengurangan Waktu set up dan ukuran lot Pemilahan kegiatan set up Kegiatan set up bisa
dipilah menjadi :

• Kegiatan eksternal set up: persiapan cetakan & alat bantu, pemindahan cetakan, dan lain-
lain.

• Kegiatan internal set up: bongkar pasang pada mesin, penyetelan mesin, dan lain-lain.

2.4.1 Langkah mengurangi waktu set up :


Memisahkan pekerjaan set up yang harus diselesaikan selagi mesin berhenti (internal
set up) terhadap pekerjaan yang dapat dikerjakan selagi mesin beroperasi (eksternal setup)
Mengurangi internal set up dengan mengerjakan lebih banyak eksternal set up, contohnya:
persiapan cetakan, pemindahan cetakan, peralatan, dan lain-lain. Mengurangi internal set up
dengan mengurangi kegiatan penyesuaian (adjustment), menyederhanakan alat bantu dan
kegiatan bongkar pasang, menambah personil pembantu, dan lain-lain. Mengurangi total
waktu untuk seluruh pekerjaan set up, baik internal maupun eksternal.

Contoh :

Jika set up mesin lamanya 1 jam (60 menit), bisa disingkat menjadi 6 menit. Andai kata lot
yang harus dibuat banyaknya 3000 buah yang setiap unitnya memakan waktu 1 menit, maka
waktu produksinya 1 jam (3000 x 1 menit) = 3060 menit = 51 jam. Setelah waktu set up
dikurangi menjadi 6 menit, maka waktu produksinya menjadi = 6 menit +(3000x1 menit)-
3006menit. Namun, dengan waktu yang sama (3060 menit) dapat dibuat lot sebanyak 300
buah dari berbagai jenis, yang diulang sebanyak 10 kali, yaitu: (6 menit (300 x 1 menit); x 10
= 3060 menit 51jam.

Hal ini berarti sistem produksi lebih tanggap terhadap perubahan.

 Aliran produksi lancar (layout)


Pemborosan yang berkaitan dengan process Layout Pada layout proses ditemukan berbagai
pemborosan, yaitu:

• Kesulitan koordinasi dan jadwal produksi

10
• Pemborosan transportasi dan material handling

• Akumulasi persediaan dalam proses

• Penanganan material berganda bahkan beberapa kali

• Lead time produksi yang sangat panjang

• Kesulitan mengenali penyebab cacat produksi

• Arus material dan prosedur kerja sulit dibakukan

• Sulitnya perbaikan kerja karena tidak ada standardisasi

2.4.2 Aliran Produksi


Proses layout. Waktu simpan komponen lama, tingkat persediaan tinggi, dan prioritas
kerja sulit ditentukan. Ketidak seimbangan jalur. Jika proses tidak terkoordinir maka
komponen akan terakumulasi sebagai persediaan, dan pengaturan kerja akan sulit
dilakukan.Set up atau penggantian alat yang makan waktu. Persediaan komponen akan
menumpuk, sementara proses berikutnya akan tertunda. Kerusakan dan gangguan mesin.
Jalur akan berhenti dan akan terjadi penumpukan barang dalam proses. Masalah kualitas.
Kalau cacat produksi ditemukan, maka proses selanjutnya akan berhenti dan persediaan akan
menumpuk. Jika seorang operator ada yang berhalangan kerja dan penggantinya sulit
ditemukan, maka jalur produksi akan terhenti.

 Produksi tanpa kerusakan mesin


• Preventive Maintenance Pendekatan untuk mencegah kerusakan dan gangguan mesin

• aktor penyebab gangguan mesin

• Gangguan mesin dan penanggulangannya

2.4.3 Total Productive Maintenance


Belajar bagaimana melakukan pemeliharaan rutin mesin, misalnya: pelumasan,
pengencangan baut, dan sebagainya. Guna mencegah penurunan daya kerja
mesin.Melaksanakan petunjuk penggunaan mesin secara wajar Mengembangkan kesadaran
dan kewaspadaan terhadap tanda-tanda awal penurunan kemampuan mesin, dengan
melakukan perawatan yang mudah, pembersihan, penyetelan, dan lain-lain.

11
2.5 Implikasi Just In Time
1. JIT sederhana dalam teori, namun sangat sulit diwujudkan terutama dalam manufaktur.

2. Salah satu alasan utama banyak perusahaan enggan menerapkan JIT adalah dengan
ketiadaan barang dalam proses, disertai kekhawatiran seluruh proses produksi akan terhenti
bilamana suatu masalah muncul pada salah satu rantai proses produksi.

3. Perusahaan yang hendak menerapkan JIT hendaknya terlebih dahulu menghilangkan


seluruh hal yang berpotensi menjadi penyebab kegagalan sistem antara lain dengan cara :

a. Mendesain kembali proses produksi sehingga tidak menimbulkan biaya tinggi bila
hendak memproduksi satu atau sejumlah kecil item produk pada saat tertentu.
b. Alternatif yang biasa dilakukan untuk mengurangi biaya adalah dengan
memperpendek jarak antar proses, memperkerjakan pegawai yang memiliki
kemampuan beradaptasi dengan tuntutan tugas baru dan menggunakan peralatan yang
serba guna.
4. Inti utama dari sistem JIT adalah para pegawai yang sangat terlatih dan senantiasa mampu
memenuhi tuntutan untuk mencapai standar kualitas produk barang/jasa tertinggi.

5. Bilamana seorang pekerja menjumpai masalah pada komponen produk yang diterimanya,
maka pekerja yang bersangkutan berkewajiban untuk segera melaporkan hal tersebut pada
atasannya agar segera dapat diambil tindakan yang diperlukan.

6. Para pemasok dituntut agar mampu memproduksi sekaligus mengirimkan produk yang
bebas cacat (free defect) kapan saja diperlukan.

7. Implikasi JIT pada sistem akuntansi manajemen:

a. Bagian akuntansi manajemen wajib mendukung peralihan dari sistem konvensional


menuju sistem JIT dengan cara melakukan pemantauan, identifikasi dan komunikasi
pada para pengambil keputusan mengenai asal-muasal/sumber penundaan (delay),
kesalahan (error) dan pemborosan (waste).
b. Kegiatan klerikal akuntansi manajemen menjadi lebih sederhana, karena
berkurangnya mutasi persediaan yang harus dipantau.
8. Untuk mengukur tingkat reabilitas sistem JIT memanfaatkan ukuran berikut ini sebagai
patok duga (bench mark) efektivitas siklus manufaktur, antara lain:

a. Defect Rate

12
b. Cycle Time
c. Prosentasi ketetapan waktu pengiriman produk pada pelanggan
d. Akurasi perintah produksi/ pengadaan bahan
e. Perbandingan antara produksi aktual dengan rencana produksi
f. Perbandigan antara jam mesin aktual dengan jam mesin yang tersedia
9. Rasio produktivitas konvensional berkenaan dengan tenaga kerja dan mesin kerap tidak
konsisten dengan filosofi JIT.

10. Inovasi manajemen, termasuk JIT memerlukan perubahan kultur organisasi secara
keseluruhan, contohnya:

a. JIT dapat mengubah irama kerja dan disiplin kerja organisasi secara keseluruhan.
b. Perombakan tata letak pabrik (plan lay out) untuk membentuk shop, sangat mungkin
memerlukan renovasi besar-besaran yang harus diperhitungkan sebagai investasi.
11. Karena ide dasar JIT adalah minimalisasi pemborosan sekaligus keseragaman alur kerja,
menyebabkan banyak pekerja yang tidak siap dengan perubahan tersebut. Karenanya
sosialisasi penerapan JIT harus dilakukan jauh sebelum hari-H.

12. JIT sangat menekankan kerja sama tim, maka kerap dijumpai pekerja yang mengalami
stress, terutama mereka yang berasal dari lingkungan kerja yang selama ini terisolasi atau
mereka yang memiliki kepribadian yang tidak tearn orinted.

2.6 Prinsip-prinsip Just In Time


Ada beberapa prinsip-prinsip just in time (JIT) :

• Simplification, merupakan salah satu tools just in time dalam penyederhanaan proses yang
ada.

• Cleanliness and Organization, merupakan aturan dalam organisasi dan perusahaan

• Visibility, membuat agar kesalahan terlihat.

• Cycle time, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk.

• Agility, kekuatan dalam pembuatan produk

• Variability Reduction, kemampuan mengurangi hal-hal yang tidak diperlukan

• Measurement, pengertian akan proses keseluruhan

13
2.7 Pemanufakturan Just In Time dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang
ditemui dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT
mempunyai dampak pada :

a. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.

b. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.

c. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)

d. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.

e. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.

2.7.1 Dasar-dasar pemanufakturan Just In Time dan Perbedaannya dengan


Pemanufakturan Tradisional:
a. JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.

Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan


pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan
hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan
JIT dengan Tradisional meliputi:

1. Persediaan Rendah

2. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner

3. Filosofi TQC (Total Quality Control)

b. JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead

Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama
untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk
tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas
jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.

14
Just In Time Tradisional
Sistem Pull-through Sistem Push-through
Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan
Sel-sel pemanufakturan Berstruktur departemen
Tenaga kerja terinterdisipliner Tenaga kerja terspesialisasi
Pengendalian mutu (TQC) Level mutu akseptabel (AQL)
Dsentralisasi jasa Sentralisasi jasa

c. Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT

Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya
langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah
sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat
menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.

d. JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa

Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan


pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.
Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini
produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan
aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.

e. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung

Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja
langsung tradisional dikurangi secara signifikan. Oleh sebab itu ada dua akibat:

1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi
berkurang

2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.

f. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan

Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka
15
penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan
penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT
diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga
penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT,
keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial.
Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan
misalnya :

1. penetapan harga jual berdasar cost-plus,

2. analisis trend biaya,

3. analisis profitabilitas lini produk,

4. perbandingan dengan biaya para pesaing, dan

5. keputusan membeli atau membuat sendiri.

g. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan

Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus
memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel
pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang. Dengan mereorganisasi tata
letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian yang besar dalam
mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan pada
level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk
menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan
menggunakan sifat sistem harga pokok proses.

h. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT

Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena
adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan
nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu
menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada
penyederhanaan.

i. Penentuan Harga Pokok Backflush

16
Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses dan
membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan
menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.

2. Setiap produk ditentukan biaya standarnya.

3. Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkan
informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.

2.8 Tujuan dan Manfaat Just In Time


Pada dasarnya sistem just-in-time mempunyai enam tujuan. (Achmad Tjahjono,
2002).

1. Mengintegrasikan dan mengoptimumkan setiap langkah dalam proses manufacturing.

2. Menghasilkan produk berkualitas sesuai dengan keinginan pelanggan.

3. Menurunkan biaya pengolahan secara terus menerus.

4. Menghasilkan produk hanya berdasarkan permintaan pelanggan.

5. Mengembangkan dan mempertahankan fleksibilitas manufacturing.

6. Mempertahankan komitmen yang tinggi untuk bekerjasama dengan pemasok dan


pelanggan.

Dengan tujuan tersebut maka sasaran utama yang harus dicapai oleh sistem produksi
ini adalah peniadaan persediaan dalam pabrik (zero inventories), meniadakan produk cacat
(zero defect), serta peniadaan gangguan pada jadwal produksi (zero schedule interuptions)
dapat tercapai. Sesuai dengan sasaran utama sistem just-in-time, maka sistem ini tidak
sekedar menerapkan kanban, penjadwalan bahan baku atau sistem perencanan produksi.
Namun just-in-time merupakan filosofi manajemen global yang disebut dengan peningkatan
terus menerus (continuous improvement) dalam semua fase operasi perusahaan. Filosofi ini
berfokus pada upaya menghasilkan produk dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen pada tempat dan waktu yang tepat. Di bawah filosofi just-in-time segala sesuatu
yang tidak memberikan nilai tambah pada produk merupakan pemborosan yang seharusnya
dieliminasi.

17
Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan just-in-time dalam perusahaan
adalah sebagai berikut (Acmad Tjahjono, 2002).

1. Just-in-time memungkinkan pengurangan persediaan. Dengan meningkatkan jumlah


produk yang akan dihasilkan dalam tiap batch (lot size), manfaat pertama yang dapat
dirasakan adalah berkurangnya jumlah persediaan bahan yang harus dikendalikan. Just-in-
time memungkinkan pengurangan persediaan baik bahan baku, barang setengah jadi maupun
produk jadi.

2. Peningkatan pengendalian mutu memperkecil jumlah produk yang cacat (scrap). Pendapat
ini juga didukung oleh Vokurka dan Davis (1996) bahwa dengan menerapkan quality
improvement maka akan mengurangi produk yang cacat.

3. Penghematan tenaga kerja karena tidak perlu mengulangi produk yang tidak sempurna
(rework).

4. Penghematan bahan baku.

5. Karena terbatasnya produk yang dihasilkan pada tiap lot, kesalahan yang dilakukan dapat
cepat diketahui, dan umpan balik dapat segera diberikan kepada pekerja.

6. Kepekaan pekerja meningkat terhadap masalah-masalah yang dihadapi dan penyebabnya,


serta dapat diperbandingkan dengan sistem produksi yang diterapkan di negara-negara barat
dengan jumlah produk yang besar, dalam sistem produksi dengan lot yang kecil penyebab
timbulnya masalah lebih mudah dikenali. Situasi ini dapat menimbulkan gagasan-gagasan
untuk :

a. Meningkatkan pengaturan kerja (work flow), misalnya pengaturan tempat bahan dan
suku cadang demi kelancaran produksi dan sebagainya.
b. Mengatur kembali jadwal demi peningkatan efisiensi.

7. Laju keluaran lebih lancar.

8. Jumlah persediaan dan pekerja lebih kecil. Penghematan biaya secara tidak langsung,
terutama biaya bunga bank untuk menimbun persediaan, biaya ruang dan peralatan untuk
menyimpan persediaan, upaya pengendalian persediaan dan sebagianya.

18
2.9 Keunggulan dan kelemahan Just In Time
Penggunaan metode just-in-time memberikan beberapa keunggulan dalam suatu
perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Mengurangi biaya tenaga kerja sebagai akibat adanya pengurangan kegiatan

Dalam suatu proses produksi, proses pertama langsung digunakan oleh proses
berikutnya sehingga tidak memerlukan persediaan. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
untuk menangani persediaan menjadi berkurang karena adanya pengurangan kegiatan.

2. Mengurangi persediaan

Pengurangan persediaan dilakukan dengan pembelian dalam jumlah, kualitas, dan


waktu yang tepat dengan kebutuhan produksi. Persediaan yang minimum akan menyebabkan
biaya penanganan dan biaya penyimpanan persediaan menjadi lebih kecil.

3. Mengurangi resiko kerusakan

Penggunaan sistem otonomasi merupakan suatu mekanisme untuk mencegah


diproduksinya poduk rusak atau cacat. Mesin otonom adalah suatu mesin yang diberi alat
penghenti otomatis bila ada produk cacat. Dalam just-in-time hampir semua mesin bersifat
otonom sehingga produksi masal barang cacat dapat dicegah dan kerusakan mesin di cek
secara otomatis.

4. Peningkatan kualitas produk

Jika dalam proses produksi dihasilkan suatu produk yang tanpa cacat, diharapkan
perusahaan tersebut mempunyai kualitas produk yang baik. Kualitas merupakan ukuran
relatif kebaikan, sehingga bila suatu perusahaan menghasilkan suatu produk yang baik dan
tanpa cacat maka produk tersebut mempunyai kualitas yang baik.

Selain terdapat keunggulan dari penerapan metode just-in-time juga terdapat beberapa
kelemahan, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Kesulitan mencari pemasok

Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan kesulitan mencari pemasok antara lain


adanya infrastruktur yang tidak memadai, misalnya sarana komunikasi yang tidak lancar akan
menghambat penyampaian pemesanan barang dan sarana jalan yang tidak memadai akan

19
mengakibatkan pesanan tidak dapat sampai di perusahaan tepat pada waktunya. Pemasok
yang dikehendaki oleh perusahaan dalam menerapkan just-in-time adalah pemasok yang
mampu menyediakan bahan baku dalam jumlah, kualitas, dan waktu yang sesuai dengan
permintaan produksi. Selain itu, perusahaan akan lebih baik lagi jika dapat memperoleh
pemasok yang lokasinya berdekatan dengan lokasi pabrik.

2. Tingginya biaya pengiriman

Biaya pengiriman akan lebih mahal jika sering terjadi pengiriman dalam ukuran kecil,
meskipun besar kecilnya biaya transportasi juga dipengaruhi oleh jauh dekatnya jarak antara
pemasok ke lokasi pabrik perakitan dan jenis fasilitas transportasi yang digunakan. Dalam
banyak hal, kenaikan biaya pengiriman dapat menjadi hambatan penyerahan komponen ke
pabrik perakitan.

3. Kesulitan menghadapi perubahan permintaan

Metode just-in-time biasanya menangani permintaan dalam jumlah kecil. Perusahaan


yang menerapkan just-in-time sangat dipengaruhi oleh permintaan yang stabil, sehingga
perusahaan dapat menyediakan permintaan secara tepat waktu. Jika permintaan pasar
berfluktuatif maka perusahaan sulit untuk menghasilkan barang. Kesulitannya yaitu pihak
supplier tidak dapat menyediakan bahan baku yang diperlukan perusahaan, jika kebutuhan
perusahaan selalu berubah-ubah.

4. Tuntutan sumberdaya manusia yang multifungsi

Perusahaan yang menerapkan just-in-time menuntut adanya pekerja yang multifungsi,


sehingga pekerja dapat mengoperasikan berbagai macam mesin serta melakukan
pemeliharaan terhadap mesin tersebut. Oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan
pelatihan terhadap karyawan. Waktu yang diperlukan untuk pelatihanpun relatif lama.
Apalagi bila pekerja sudah menjadi pekerja multifungsi, tentu biaya gaji yang dimintanya
akan lebih banyak. Hal itulah yang menyebabkan perusahaan akan mengeluarkan biaya yang
cukup besar.

5. Perlengkapan teknologi yang membutuhkan biaya besar

Perusahaan yang ingin menerapkan just-in-time pada kegiatan usahanya memerlukan


biaya yang besar, terutama dalam pemakaian teknologi maju seperti komputerisasi.
Perusahaan yang tidak didukung oleh sistem informasi yang dikelola dengan baik, sulit untuk

20
mengharapkan komunikasi yang cepat, dan pengambilan keputusan yang tepat dan cepat dari
pihak yang telibat. Dalam keadaan demikian maka konsep just-in-time tidak dapat diterapkan
secara tepat.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan
kualitas, menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan
menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga
perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak
konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksinya
hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan
maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang. Tujuan
utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan
produktivitas. JIT pada dasarnya berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang
tidak memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini pemakalah buat dengan sesungguhnya, untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Operasional tentang Sistem Produksi Just In Time (JIT).
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam menganalisis biaya-biaya
pada perusahaan. Pemakalah menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada makalah ini
baik dari segi penulisan makalah, kelengkapan isi, data yang disajikan, dan lainnya. Kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca untuk penulisan makalah
yang lebih baik lagi kedepannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

• Hariyadi. 2009. Pelatihan Penerapan standar internasional berbasis Quality Management


System. Penerbit Nusantara Professional Education. Jakarta.

• Hardjosoedarmo, Soewarso, 2004. Total Quality Management. Penerbit Andi Yogyakarta.

• Tjiptono, Fandi dan Diana Anastasia. Total Quality Management, Yogyakarta: Andi Offset,
1994.

• Simamora Henri, Akuntansi Manajemen, Jakarta: Salemba Empat, 1999.

• Putra, C. (2014). Penerapan Metode Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya
Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.3 No.1 , 4-5.

• Agustina, Y. (2007). Analisa Penerapan Sistem Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi
dan Produktivitas Pada Perusahaan Industri. Jurnal Akuntansi & Keuangan , 139-141.

• Dania, W. A. (2015). Aplikasi Just In Time Pada Perencanaan & Pengendalian Persediaan
Kentang. Jurnal Industria Vol.1 No.1 , 22-30.

• I Made Narsa, 1999. Sistem Pembelian Just-in-time: Karakteristik dan Dampaknya


Terhadap Kualitas. Surabaya: Majalah Ekonomi Universitas Airlangga.

23

Anda mungkin juga menyukai