Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Oleh

Afifah Mery R(20223234)

Zahrotul Qutziyah(202213227)

Andre Nurdiansyah(202213222)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIERSITAS ABDURACHMAN SHALEH SITUBONDO


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kamimengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa di praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

SITUBONDO,8 OKTOBER 2023


DATAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................ii

HALAMAN JUDUL........................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DATAR ISI.......................................................................................................ii

BAB 1 ....................................................................................................1

1.1 Latar belakang.................................................................1


1.2 Masalah Rumusan...........................................................2

1.3 Tujuan penulisan..............................................................3

1.4 Sistematika penulisan.......................................................4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................5

2.1 Batasan pengertian pengendalian persediaan

2.2 Tujuan Persediaan

2.3 Metode Manajamen Persediaan

2.4 Persediaan Dari Sudut Pandang Tradisional

2.5 Persediaan Menurut Metode Justin Time

2.6 Teori Batasan Dalam Manajmemen Persediaan

2.7 Data Manajemen Persediaan Dan Kendala

BAB III PENUTUP..............................................................................6

3.1 Simpulan......................................................................7

3.2 Saran............................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksi berdasarkan pada peramalan kebutuhan
di masa yang akan datang. Padahal tidak seorangpun yang dapat memprediksi masa yang akan datang
dengan pasti walaupun dia memiliki pemahaman yang sempurna tentang masa lalu dan memiliki
insting yang tajam terhadap kecendrungan yang terjadi di pasar

Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal
memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan
permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi
apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh
proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa
perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebu menjadikan perusahaan
lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan
perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan
kinerja pengiriman

Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah
pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan
dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain.
Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis ( operation, marketing, dan
finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut.
Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan operasi
menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi
dapat dipenuhi.

Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan,
baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan
pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu
mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau
mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi, yaitu
jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak,
maupun terlalu sedikit akan minimbulkan membengkaknya biaya persediaan.

Jika persediaan terlalu banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost,
yaitu biaya-biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang banyak, seperti : biaya
yang tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang
tertanam dalam persediaan), sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pegawai
pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persediaan, biaya kerusakan/kehilangan,

Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya akibat kekurangan
persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti : mahalnya harga karena membeli dalam partai
kecil, terganggunya proses produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan.Jika tidak
memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu : 1). Konsumen menangguhkan
pembelian (jika kebutuhannya tidak mendesak). Hal ini akan mengakibatkan tertundanya kesempatan
memperoleh keuntungan.

2). Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika kebutuhan mendesak dan masih
setia). Hal ini akan menimbulkan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan selama persediaan
tidak ada.

3). Yang terparah jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah menjadi pelanggan pesaing,
artinya kita kehilangan konsumen.

Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost) yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan sejak penempatan pesanan sampai tersedianya
bahan/barang di gudang. Biaya-biaya tersebut antara lain : biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya
adminisrasi dan penempatan pesanan, biaya pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar
muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan bahan/barang.

B. Rumusan masalah

a. Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka Kami menarik suatu
perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana perlakuan manajemen persediaan dari sudut
pandang tradisional ?

b. Bagaiman perlakuan manajemen persediaan terhadap just in time ?

C. Tujuan penulisan

Untuk mengetahui perlakuan manajemen persediaan terhadap metode tradisional dan just in timeserta
teori yang membatasi perlakuan manajemen terhadap persedian itu sendiri.

D. Sistematika penulisan

Penulisan makalah ini terbagi dalam empat bab. Pembagian penulisan dalam makalah ini untuk
memudahkan penulis dalam menyusun hasil penelaahan terhadap permasalahan yang ada.

Dan sistematika penulisan makalh ini dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini secara garis besar memuat hal-hal yang bersangkutan dengan manajemen persediaan

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang manajemen persediaan terhadap sudut pandang tradisional
dan just in time serta teori-teori batasan dalam manajemen persediaan

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMECAHAN MASALAH

Dalam bab ini akan disajikan data-data manajemen persediaan dalam perhitungan menurut tradisional
serta kendala-kendala yang terjadi pada manajemen persediaan tersebut .Dan membahas pemecahan
masalah kendala yang terjadi tersebut.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini memuat tentang pokok-pokok hasil pembahasan dari bab II dan III. Uraian
kesimpulan akan menjadi jawaban atas masalah yang sudah dirumuskan
BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh
perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses
produksi. Kekurangan persediaan barang jadi di pasaran akan menimbulkan kekecewaan pada
pelanggan dan akan mengakibatkan perusahaan kehilangan mereka, sedangkan kelebihan persediaan
akan menimbulkan biaya ekstra (biaya penyimpanan dan lain-lain), di samping resiko kerusakan
karena penyimpanan barang yang terlalu lama. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengendalian
persediaan yang efektif sangat diperlukan oleh suatu perusahaan.

Oleh karena itu pengendalian persediaan pada hakikatnya mencakup dua fungsi yang berhubungan
sangat erat yaitu:

a. Perencanaan persediaan

Aspek perencanaan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang akan disediakan atau
diproduksi dan sumber terbaik pengadaan barang-barang.

b. Pengawasan persediaan

Aspek pengawasan yaitu:

1. Bila mana dan berapa kali pesanan atau produksi dilaksanakan.

2. Berapa banyak pesanan atau produksi tersebut.

Fungsi pengendalian persediaan ditentukan oleh berbagai kondisi yaitu:

a. Bila jangka waktu pengiriman relatif lama maka perusahaan perlu persediaan bahan baku
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama jangka waktu pengiriman. Atau
pada perusahaan dagang, persediaan barang dagangan harus cukup untuk melayani
permintaan langganan selama jangka waktu pengiriman barang dari penyedia atau produsen.

b. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar daripada yang dibutuhkan. Hal ini
disebabkan karena membeli dan memproduksi dalam jumlah yang besar pada umumnya lebih
ekonomis. Karena sebagian barang/bahan yang belum digunakan disimpan sebagai
persediaan.

c. Apabila permintaan barang bersifat musiman sedangkan tingkat produksi setiap saat adalah
konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan tersebut dengan membuat tingkat
persediaannya berfluktuasi mengikuti fluktuasi permintaan. Tingkat produksi yang konstan
umumnya lebih disukai karena biaya-biaya untuk mencari dan melatih tenaga kerja baru, upah
lembur, dan sebagainya (bila tingkat produksi berfluktuasi) akan lebih besar daripada biaya
penyimpanan barang di gudang (bila tingkat persediaan berfluktuasi).
d. Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan, persediaan juga diperlukan apabila biaya
untuk mencari barang/bahan pengganti atau biaya kehabisan barang/bahan (stock out cost)
relatif besar

B. TUJUAN PERSEDIAAN

1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian (mis: safety stock)

2. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian

3. Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.

4. Menghilangkan/mengurangi risiko keterlambatan pengiriman bahan

5. Menyesuaikan dengan jadwal produksi

6. Menghilangkan/mengurangi resiko kenaikan harga

7. Menjaga persediaan bahan yang dihasilkan secara musiman

8. Mengantisipasi permintaan yang dapat diramalkan.

9. Mendapatkan keuntungan dari quantity discount

10. Komitmen terhadap pelanggan.

C. HAL-HAL YANG DIPERTIMBANGKAN

Struktur biaya persediaan.

a. Biaya per unit (item cost)

b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)

- Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)

- Biaya pengiriman pemesanan

- Biaya transportasi

- Biaya penerimaan (Receiving cost)

- Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat
menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.

c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)

- Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila
nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).

- Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage).
Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.

d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and


loss).

e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)

D. METODA MANAJEMEN PERSEDIAAN


A. METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

B.METODA JIT ( JUST IN TIME)

E. PERSEDIAAN DARI SUDUT PANDANG TRADISIONAL (EOQ)

Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem
tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi
berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang
memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila
diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala
besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut
menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba
dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan
kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.

EOQ merupakan contoh dari system persediaan yang didorong (push inventory system) perolehan
persediaan diawali dengan antisipasi permintaan di masa mendatang – bukan reaksi terhadap
permintaan saat ini.

ASUMSI:

1. Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.

2. Waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan dating (lead time) harus tetap.

3. Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.

4. Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan dating pada waktu yang bersamaan dan
tetap dalam bentuk paket.

5. Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah
volume yang besar.

6. Besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah persediaan.

7. Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan dan tidak tergantung
pada jumlah item pada setiap lot.

8. Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.

1. Biaya Persediaan = Biaya pemesanan / Persiapan + Biaya penyimpanan

TC = PD/Q + CQ/2 ………..(1)

dimana :

P : Biaya penempatan dan penerimaan pesanan/biaya persiapan pelaksanaan produksi

D : Jumlah permintaan tahunan yang diketahui

Q : Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan

C : Biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun

Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point / ROP)


Titik dimana suatu pesanan baru harus dilakukan (atau persiapan dimulai)

Fungsi dari EOQ, tenggang waktu dan tingkat dimana persediaan hampir habis

Tenggang waktu / Lead Time : waktu yang dibutuhkan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis
setelah pesanan dilakukan atau persiapan dimulai

ROP = Tingkat Penggunaan x Tenggang Waktu

Misal : Contoh di atas. Produsen gunakan 50 komponen / hari dengan tenggang waktu 4 hari ROP =
50 x 4 = 200 unit

Saat persediaan 200 unit sudah harus pesan lagi.

Ketidakpastian Permintaan dan Titik Pemesanan Kembali

Jika permintaan atas komponen atau produk tidak diketahui dengan pasti, maka ada kemungkinan
terjadinya kehabisan persediaan. Sebagai contoh, jika komponen lemari es digunakan pada tingkat 60
komponen perhari dan bukan 50, maka sesuai perhitungan ROP diatas sebesar 200 komponen akan
habis dalam waku 3 1/3 hari dan aktivitas reparasi yang membutuhkan komponin ini akan
menganggur 2/3 hari.

Guna menghindari hal ini, organisasi sering menyimpan persediaan pengaman (safety stock)
persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan.

Kebaikan EOQ :

 Persediaan tradisional baik bagi beberapa kasus seperti persediaan obat yang penting untuk
mengatasi serangan jantung

 Menyeimbangkan biaya persiapan biaya persiapan dan penyimpanan yang memaksimumkan


laba atau meminimumkan biaya

 Saat biaya persiapan tinggi jadi lebih baik buat produk dengan jumlah besar

Sangat baik saat mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian

F. PERSEDIAAN MENURUT METODE JUST IN TIME (JIT)

Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya,
termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time
didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses
produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam
lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada
pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.

Metode produksi Just In time mensyaratkan tidak adanya persediaan bahan baku karena bahan baku
dan suku cadang dijadwalkan untuk sampai ke pabrik dari pemasok hanya pada saat dibutuhkan saja.

Persediaan Just In Time Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana
segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In
Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian
proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam
lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada
pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.

Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan : bahan baku, barang dalam proses,
dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga
kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat
melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa
waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai
penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para
pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi
selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Namun penyimpanan persediaan-persediaan
itu sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In Time merupakan upaya untuk
mengurangi atau menghilangkan persedian. Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke
proses produksinya mestilah merancang kembali fasilitas - fasilitas pabrikasinya dan kejadian -
kejadian yang memicu proses

JIT merupakan pendekatan yang meminimalkan total biaya penyimpanan dan biaya persiapan
yang sangat berbeda dari trandisional. Dalam JIT, tidak menerima biaya persiapan (atau biaya
pemesanan) malah JIT mencoba menekan hingga nol sehingga biaya yang tersisa untuk dikurangi
adalah biaya penyimpanan yang dicapai dengan mengurangi persediaan sampai tingkat yang sangat
rendah.

Biaya Pemesanan dikurangi dengan cara :

1. Kontrak Jangka Panjang dengan Pemasok

2. Pengisian Kembali Yang Berkesinambungan (continuous replenishment)

Pembuat barang mengambil alih fungsi manajemen persediaan pengecer dengan


memberitahu pengecer kapan dan berapa banyak persediaan yang harus dipesan kembali dan pengecer
meninjau usul ini.

Contoh : Yang dijalankan Wal-Mart dan Proctec & Gamble

3. Pertukaran Data Elektronik (Electronic data interchange –EDI)

suatu bentuk awal dari perdagangan elektronik yang intinya : suatu metode terotomatisasi dari
pengiriman informasi dari computer ke computer.

EDI memungkinkan para pemasok mengakses database para pembeli, sehingga


memungkinkan pemasok tahu kapan pembeli butuh pesanan barang  karena ada tukuren barang

4. JIT

Kemitraan JIT ke tingkat yang lebih tinggi, dengan menempatkan wakil pemasok yang
bekerja di lapangan (secara penuh), difasilitasi pelanggan tetapi dibayar oleh pemasok, menghadiri
pertemuan perencanaan produksi, memiliki otoritas untuk membuat pesanan atas nama pelanggan.
Contoh : JIT II yang dijalankan oleh IBM, Intel, AT&T dll

KETERBATASAN JIT

1. Sering timbul masalah dengan pemasok, meski ada kontrak jangka panjang

2. Pandangan negative dari karyawan yang merasa diperas tenaganya

3. Jika tidak dijalankan dengan baik ada resiko kehilangan penjualan yang bisa jadi meruakan
penjualan yang hilang selamanya
Rumusan JIT yang digunakan adalah :

Sumber : Hendra Kusuma : 2004

Dimana : X1 : Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu.

I : Laba sebelum pajak penghasilan

X1=(I+F1+X2V2) / (P-V1)

F1 : Total biaya tetap

X2 : Jumlah kuantitas berbasis nonunit

V2 : Biaya variable berbasis nonunit

P : Harga jual perunit

V1 : Biaya variable perunit

G. TEORI –TEORI BATASAN DALAM MANAJEMEN PERSEDIAAN

Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya system persediaan adalah semua pengeluaran dan
kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari:
(Nasution, 2008: 121)

 Biaya Pembelian (Purchasing Cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya
pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian
menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini
bias disebut sebagai quantity discount atau price break dimana harga barang per unit akan turun bila
jumlah barang yang dibeli banyak.

Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan ke dalam
total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unit dipengaruhi oleh
jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu
(misalnya 1 tahun) konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi

berapa banyak barang yang harus dipesan.

 Biaya Pengadaan (Procurement Cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal usul barang, yaitu:

a. Biaya pemesanan (ordering cost)


Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari
luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, biaya
pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk sekali pesan.

b. Biaya pembuatan (setup cost)

Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbu dalam mempersiapkan produksi
suatu barang. Biaya ini timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi,
menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.

 Biaya penyimpanan (Holding Cost)

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini
meliputi:

a. Biaya Modal

Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan


memiliki ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suatu bunga bank. Oleh karena itu biaya yang
ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam suatu biaya sistem persediaan.
Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.

b. Biaya Gudang

Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang
dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan
mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.

c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya
berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur
dari pengalaman sesuai persentasenya.

d. Biaya Kadaluarsa (Absolence)

Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan
model sepeti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan
nilai jual dari barang tersebut.

e. Biaya Asuransi

Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tak diinginkan seperti
kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan
perusahaan asuransi.

f. Biaya Administrasi dan Pemindahan

Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat
pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari,
ke, dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.

 Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)

Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan
persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan
kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa
sehiggan beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari:

a. Kuantitas tidak dapat dipenuhi

Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau
dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalti atau
hukuman kerugian bagi perusahaan.

b. Waktu Pemenuhan

Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan
tidak mendapat keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang
hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang.

c. Biaya Pengadaan Darurat

Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya
menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan
pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan.

BAB III

DATA MANAJEMEN PERSEDIAAAN DAN KENDALA

SERTA SOLUSI

Dalam bab ini akan di paparkan contoh perhitungan EOQ terhadap persediaan dalam
manajemen persediaan.

EOQ merupakan contoh dari system persediaan yang didorong (push inventory system)
perolehan persediaan diawali dengan antisipasi permintaan di masa mendatang – bukan reaksi
terhadap permintaan saat ini.

2. Biaya Persediaan = Biaya pemesanan / Persiapan + Biaya penyimpanan

TC = PD/Q + CQ/2 ………..(1)

dimana :

P : Biaya penempatan dan penerimaan pesanan/biaya persiapan pelaksanaan produksi

D : Jumlah permintaan tahunan yang diketahui

Q : Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan

C : Biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun

Missal : Sebuah usaha reparasi lemari es (dimana komponen dibeli dari pemasok eksternal)

D = 10.000 unit P = $25 perpesanan

Q = 1.000 unit C = $2 perunt

Biaya persediaan = (10 kali pesanan X $25/pesanan) + ($2 x (1000 unit /2)

= $1.250
Artinya : Kuantitas pesanan sebanyak 1.000 dengan total biaya $1.250 apakah sudah merupakan
pilihan terbaik (biaya terkecil)  Itu sebabnya perlu EOQ !!!

EOQ / Q = √ 2PD/C

= √ (2 x $25 X 10.000) : $2

= √ 250.000

= 500 unit

Pemesanan 500 unit tiap kali pesanan  20 x pesanan merupakan hitungan yang menghasilkan biaya
persediaan terkecil  masukan ke pesamaan (1)  Biayanya menjadi $1.000 (Bandingkan dengan Q
= 1.000 unit  biaya $1.250)

Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point / ROP)

 Titik dimana suatu pesanan baru harus dilakukan (atau persiapan dimulai)

 Fungsi dari EOQ, tenggang waktu dan tingkat dimana persediaan hampir habis

Tenggang waktu / Lead Time : waktu yang dibutuhkan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis
setelah pesanan dilakukan atau persiapan dimulai

ROP = Tingkat Penggunaan x Tenggang Waktu

Misal : Contoh di atas. Produsen gunakan 50 komponen / hari dengan tenggang waktu 4 hari  ROP
= 50 x 4 = 200 unit

Saat persediaan 200 unit sudah harus pesan lagi.

Ketidakpastian Permintaan dan Titik Pemesanan Kembali

Jika permintaan atas komponen atau produk tidak diketahui dengan pasti, maka ada kemungkinan
terjadinya kehabisan persediaan. Sebagai contoh, jika komponen lemari es digunakan pada tingkat 60
komponen perhari dan bukan 50, maka sesuai perhitungan ROP diatas sebesar 200 komponen akan
habis dalam waku 3 1/3 hari dan aktivitas reparasi yang membutuhkan komponin ini akan
menganggur 2/3 hari.

Guna menghindari hal ini, organisasi sering menyimpan persediaan pengaman (safety stock)
persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan.

Contoh : Jika penggunaan maksimal komponen lemari es 60 unit perhari dan rata-rata penggunaan
adalah 50 unit perhari, dan tenggang waktu 4 hari, maka persediaan pengaman dihitung sb:

Safety Stock = Penggunaan maksimal 60

Rata-rata penggunaan 50

Selisih 10

Tenggang waktu x 4 hari

Safety stock 40 unit

ROP = ROP semula + Safety Stock


= 200 + 40 = 240 unit

EOQ, ROP dan SAFETY STOCK pada Perusahaan Manufaktur

Benson Company, manufaktur besar pembuat alat-alat pertanian yang memiliki beberapa pabrik.
Manajer di baprik Barat Tengah ini mencoba menentukan ukuran produksi untuk bagian pembuatan
mata pisau. Ia yakin bahwa ukuran lota yang ada sekarang terlalu besar dan ingin mengidentifikasi
jumlah yang harus diproduksi agar dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya persiapan. Ia
juga ingin menghindari kehabisan persediaan karena setiap kehabisan persediaan itu akan menutup
Departemen Perakitan.

Guna membantu manajer tersebut membuat keputusan, kontroler perusahaan telah menyedian
informasi beriktut :

Permintaan rata-rata mata pisau 320 perhari

Permintaan maksimal mata pisau 340 perhari

Permintaan tahunan mata pisau 80.000

Biaya penyimpanan perunit $5

Biaya persiapan $12.500

Tenggang waktu 20 hari

EOQ = √ 2PD/C  √ 2 x 12.500 x 80.000 : 5  √400.000.000  20.000 belati

Safety Stock : Penggunaan maksimal 340

Penggunaan rata-rata 320

Selisih 20

Tenggang waktu x 20

Safety Stock 400

ROP = (Penggunaan rata-rata x tenggang waktu) + Safety stock

= (320 x 20) + 400  6.800 unit


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

EOQ merupakan contoh dari system persediaan yang didorong (push inventory system)
perolehan persediaan diawali dengan antisipasi permintaan di masa mendatang – bukan reaksi
terhadap permintaan saat ini.

Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal
memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan
permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi
apabila ada permintaan.

Tujuan utama JIT adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai
melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.

Persediaan JIT adalah untuk sistem persediaan yang dirancang guna mendapatkan barang secara tepat
waktu. Pada persediaan JIT mensyaratkan bahwa proses atau orang yang membuat unit-unit rusak
dapat dikirim untuk menunggu pengerjaan ulang atau menjadi bahan sisa.

Teori-teori dalam batasan pada manajemen persediaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya system persediaan adalah semua pengeluaran dan
kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari:
(Nasution, 2008: 121)

 Biaya Pembelian (Purchasing Cost)

 Biaya Pengadaan (Procurement Cost)

 Biaya penyimpanan (Holding Cost)

 Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)

B. SARAN

Kami selaku pemakalah menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan
maupun dari segi penyajian materinya .

Untuk itu , kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan agar penyusunan
makalah untuk yang akan datang menjadi baik dan lebih sempurna
DAFTAR PUSTAKA

Tjiptono, Fandi dan Diana Anastasia. Total Quality Management, Yogyakarta : Andi Offset, 1994.

Simamora, Henri, Akuntansi Manajemen, Jakarta : Salemba Empat, 1999.

Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Ed. 5, Jakarta : Salemba Empat, 1999.

Deakin, Maher, Akuntansi Biaya, Ed. 4, Jakarta : Erlangga, 1996.

Anda mungkin juga menyukai