Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

OPERASI RISET

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Nerli Khairani, M.Si

OLEH :
ADE SONIA PUTRI 4173530001
FELESIA DAIYUN HARAHAP 4173530019
MONICA BELLYNA HOTMAULI 4172230009

PSM A 2017

JURUSAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Makalah Operasi Riset ini dengan tepat waktu dan baik. Kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah memberikan sumbangan
baik materi maupun pemikiran.
Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan untuk kritis dalam berpikir dan mampu menunjukkan segala kekurangan dan
kelebihan pada materi yang kami bawakan.
Akhirnya kami mengharapkan semoga Makalah Operasi Riset ini dapat diambil
manfaatnya sehingga dapat memberikan wawasan terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran
dari pembaca kami mohonkan untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Medan, Februari 2020

Penulis

i
2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
I.3 Tujuan................................................................................................................... 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................... 2


II.1 Model I (Model ELS tanpa Stock-out)........................................................................... 3

II.2 Model II dengan Stock-Out................................................................................ 6

II.3 Model III (Model dengan t Konstanta)............................................................... 8

II.4 Model IV ( Model dengan Stock )....................................................................... 10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 14

CONTOH SOAL.................................................................................................... 17

LATIHAN SOAL..................................................................................................... 23

LAPORAN HASIL CJR.......................................................................................... 27

STUDI KASUS......................................................................................................... 28

CBR........................................................................................................................... 29

LAMPIRAN

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Masalah umum dalam suatu model persediaan bersumber dari kejadian-kejadan yang
dihadapi tiap saat dalam bidang usaha, baik di bidang dagang maupun di bidang industri.
Kejadian-kejadian tersebut dapat berupa tersedianya barang terlalu banyak atau mungkin
juga barang yang tersedia terlalu sedikit untuk memenuhi permintaan langganan di masa
mendatang. Kalau barang terlalu banyak dalam persediaan, maka perusahaan terpaksa
menderita biaya tambahan misalnya ongkos pergudangan dan lain-lain. Dan barang yang
terlalu sedikit menimbulkan kekecewaan bagi para langganan dan menimbulkan rasa kurang
percaya yang akhirnya merugikan perusahaan sendiri. Pada dasarnya analisis persediaan
berkenaan dengan perancangan teknik memperoleh tingkat persediaan optimal dengan
menjaga keseimbangan antara biaya karena persediaan yang terlalu banyak dengan biaya
karena persediaan yang terlalu sedikit.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1) Apa itu Model persediaan ?
2) Bagaiamana Model Persediaan dapat digunakan ?
3) Kapan Model persediaan digunakan?
4) Apa keuntungan menggunakan Model Persediaan ?

1.3. TUJUAN
1) Untuk mengetahui apa saja bentuk dari Model Persediaan.
2) Mengetahui fungsi dari Model persediaan.
3) Mengetahui kapan saja Model Persediaan akan digunakan.
4) Mengetahui jenis-jenis Model Persediaan.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi
oleh perusahaan. Pendekatan-pendekatan kuantitatif akan sangat membantu dalam memecahkan
masalah ini. Sejak tahun 1915, para ahli telah memusatkan perhatiannya pada pengambilan
keputusan dalam menentukan tingkat persediaan yang optimal. Mulai saat itu makin berkembang
peralatan kuantitatif yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengendalian persediaan.
Alasan utama yang menyebabkan perhatian terhadap masalah pengendalian persediaan
demikian besar adalah karena pada kebanyakan perusahaan persediaan merupakan bagian atau
”porsi” yang besar yang tercantum dalam neraca persediaan yang terlalu besar maupun yang
kecil dapat menimbulkan masalah-masalah yang pelik. Kekurangan persediaan bahan mentah
akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan
barang dagangan akan mimbulkan kekecewaan pada langganan dan akan mengakibatkan
perusahaan kehilangan mereka. Kelebihan persediaan akan menimbulkan biaya ekstra di
samping resiko. Sehingga dapat memberikan dapat dikatakan bahwa manajemen persediaan yang
efektif dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada keuntungan perusahaan.
Pengertian mengenai keempat komponen biaya yang mempengaruhi biaya total persediaan
lebih lanjut dijelaskan dibawah ini.
1. Biaya pembelian (purchase cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan
baku/barang. Faktor biaya pembelian menjadi sangat berarti ketika supplier memberikan
sejumlah diskon kepada perusahaan untuk pembelian dalam jumlah barang yang banyak.
2. Biaya pemesanan (setup cost) adalah biaya yang dikeluarkan ketika sebuah pesanan
diajukan. Biaya ini meliputi biaya ongkos kirim barang, biaya uji kualitas bahan baku,
biaya kontrak pembelian.
3. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang dikerluarkan untuk keperluan
pemeliharaan sewa tempat, asuransi atas barang/bahan baku yang ada. Semakin banyak
persediaan barang akan mengakibatkan biaya penyimpanan menjadi besar.
4. Biaya kekurangan (stockout cost) adalah biaya yang timbul akibat kehabisan bahan
baku/barang sehingga mengakibatkan perusahaan berhenti produksi/beroperasi.
Kekurangan bahan baku dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan yang berpotensial
dan hilangnya kepercayaan konsumen pada perusahaan.

5
Berikut ini kita perkenalkan beberapa simbol yang akan kita pergunakan dalam rumus-rumus:
D = Jumlah seluruh yang diperlukan dalam periode T
Q = Jumlah yang dipesan pada awal satu kurun waktu (yang diproduksi pada awal putaran
produksi)
Qo = jumlah pesanan optimal atau produksi optimal
R = yang diperlukan tiap kurun waktu
L = tingkat persediaan pada awal kurun waktu
Lo = tingkat persediaan optimal
T = satu periode
t = satu kurun waktu antara dua pesanan
to = kurun waktu optimal
CC = carrying (holding) costs tiap satuan barang untuk satu satuan waktu
CS = set up (stock-out) costs untuk tiap kali pesan atau putaran prosuksi
Cp = shortage (stock-out) costs tiap satuan barang untuk satu periode tertentu
N = frekuensi pesanan dalam satu periode T

2.1. Model I (Model ELS tanpa Stock-out)

Persediaan

Q Q Q Q

0 1 2 3 waktu
t t t

Gambar 2.2 Situasi Persediaan untuk Model 1

6
Misalkan suatu pabrik hendak mensuplai langganannya dengan sejumlah D satuan selama
periode T dengan anggapan,
1. Jumlah permintaan tetap
2. Kurun waktu antara dua putaran produksi adalah teetap.
3. Waktu yang dipergunakan untuk awal putaran cukup kecil sehingga produksi
dianggap berkesinambungan artinya tidak ada tenggang waktu (lead time).
4. Tidak terjadi persediaan habis (stoct-out), artinya begitu persediaan habis segera ada
pergantiannya.
Jadi untuk jenis model persediaan ini hanya ada dua macam biaya:
CC = carrying costs
CS = set-up costs
Persediaan berkurang dengan laju tetap selama waktu t, sehingga akhir putaran,
persediaan berakhir dengan nol. Pada saat yang sama barang sudah diproduksi sampai
tingkat persediaan mencapai jumlah sebanyak Q. pola seperti ini berulang terus menerus
selama kurun waktu T. dengan demikian, analisis biaya dapat kita lakukan sebagai berikut:
1. Kalau jumlah produksi atau tingkat persediaan pada awal putaran = Q dan jumlah
kebutuhan selama kurun waktu T berjumlah sebesar D, maka jumlah putaran ialah :

D
N=
Q
Dan :

T TQ
t= =
D D
Q
2. Carrying costs
Selama waktu t yang mulai tingkat persediaan Q dan berakhir dengan 0, jumlah rata-

Q
rata persediaan dalam stock ¿ . Kalau carrying cost untuk tiap satuan (unit) selama
2
satu-satuan waktu adalah CC, maka jumlah carrying cost rata-rata selama waktu t

Q
adalah : C t. Karena itu, jumlah carrying cost rata-rata selama
2 C

7
1 D D . t . CC
T = Q .C C . . t=
2 Q 2

3. Set up costs
Bila set up costs untuk putaran sama dengan C S , maka jumlah set up costs rata-rata
selama

D
T =C S .
Q
Karena itu jumlah seluruh biaya rata-rata selama kurun waktu T, yang kita sebut
JOR, adalah :
1 D D
JOR= Q. C C . .t +C S .
2 Q Q
1 D
¿ .C C . D . t +C S .
2 Q
Subsitusikan harga t, terdapat :
1 D . CS
JOR= .C C .Q . T +.
2 Q
Jawab optimal untuk Q, yaitu QO, dapat kita peroleh dengan kalkulus sebagai
berikut:
d ( JOR ) 1 D. C S
= .C C . T − =0
dQ 2 Q2
2 2. D .C S
QO =
T .C C
Dan,
2. DC S
QO =
√ T .C C
Karena

d 2 (JOR) 2 D .C S
= >0maka QO adalah harga minimum dan karena itu
d Q2 Q3
[ JOR ]O =√2. D .T .C S . CC

8
Dan juga,

D D
NO= =
QO 2 DC

T .C S
Akhirnya,

T QO 2T C S
t O=
D
=

D CC
Contoh :
Sebuah perusahaan angkutan memiliki 400 buah kendaraan. Jumlah ban yang diperlukan dalam
satu tahun adalah 5000 buah. Biaya tiap kali memesan berjumlah Rp. 200,-.
Keterangan yang dapat dikumpulkan ialah :
D = 5.000
T = 1 tahun
CC = Rp. 1.250,- tiap memesan
CS = Rp. 200,- per tahun
Masukkan data ini dalam rumus, hasilnya ialah :
2. DC S
QO =
√ T .C C

2 ( 5.000 )( 1.250 )
QO =
√ 1 ( 200 )
Q O =√ 62.500
QO =250 banuntuk sekali pesan
( 250 ) ( 200 ) ( 1.250 ) ( 5.000 )
[ JOR ]O = + =Rp .50.000 ,
2 250
5000
NO= =20 kali
250
(250)(1)
t O= =0,05 tah un ataut O=2,6 minggu
5000
2.2. Model dengan Stock-Out

9
Model dengan stock-out serupa dengan model ELS tanpa stock-out kecuali bahwa timbul
kejadian dimana persediaan barang tidak mencukupi. Akibatnya, terdapat dua kemungkinan
yaitu:
1. Barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian, atau
2. Permintaan akan dibatalkan sama sekali.

Pilihan pertama adalah yang paling lazim. Karena itu barang yang masih kurang akan
diganti dari produksi pada putaran berikutnya. Akan tetapi perusahaan akan menderita biaya
yang dinamakan stock-out costs sebesar Cp. Dengan demikian, analisis biaya kita lakukan
demikian yaitu:
1. Holding costs
Karena tingkat persediaan pada awal pesanan adalah L dan habis setelah waktu t1

1
dengan laju yang konstan, mka rata-rata persedian selama t1 ialah 2 L. Sehingga:
1
Holding costs rata-rata = 2 L CC t 1
2. Ordering costs atau set-up costs
Ordering costs setiap pesanan = Cs
3. Stock-out
Jumlah kekurangan = Q –L. Sehingga jumlah kekurangan rata-rata selama tenggang

1
(Q−L )
waktu t2 ialah 2 .

Jumlah stock-out costs rata-rata =


1
2
( Q−L ) Ct
p 2

Dari 1,2 dan 3 jumlah biaya rata- rata yaitu JOR selama periode T ialah:

10
{ 1
2
⋅L⋅ C ⋅t + C + 12 ( Q−L ) C t } QD
C 1 S p 2
JOR =

Karena :
t =QL t
1
dan
t = Q−L
2
Q
⋅t

Dan kalau harga-harga ini dimasukkan dalam JOR dan mencari turunan pertama
terhadap Q dan kemudian kita akan memperoleh nilai L sebagai berikut:

C C C +C
L=
Q

C +C c
p

p dan juga akan memperoleh


Q O=
√ 2⋅D⋅

TC C
S

√ C

C p
p

C C
Dan L=
Karena itu:
O √ 2⋅D⋅

TC C
S

√ C +CC
p

Q C C +C
t
Dan
o=
T
D
O
=
√ 2T

DC
S

C √ C
C

P
P

C
[ JOR ] =√ 2 DT C C
O C S √ C +C C
P

Contoh : PT. Beta, perusahaan penghasil alat-alat TV menandatangani kontrak atas permintaan sebuah
P

perusahaan patungan untuk mengirim suku cadangan sebanyak 20 unit tiap hari. Apabila persetujuan ini
tidak dapat dipenuhi maka PT. Beta akan dikenakan denda sebesar Rp.125,- tiap hari atas keterlambatan
penyerahan untuk tiap unit. Berdasarkan perhitungan, tiap unit akan dikenakan Rp.10,- sebagai biaya
pergudangan tiap hari. Set-up costs untuk satu putaran produksi ialah Rp.62.500,-. Disamping itu,
perusahaan telah mengatur waktu putaran produksi selama 20 hari. Persoalan ialah menentukan tingkat
persediaan optimal untuk setiap awal putaran guna menekan jumlah biaya sampai sekecil-kecilnya.
Berdasarkan keterangan di atas, kita mempunyai beberapa petunjuk sebagai berikut:
T = 1 hari
D = 20 unit
CP = Rp.125,- tiap hari
CS = Rp. 62.500,- tiap putaran
CC = Rp. 10,- tiap hari
11
Karena itu:

2 ( 20 )( 62500 ) 10+125
Q= O √ (1 )( 10 ) √ 125
=519 unit

L =519×125
O
135
= 481 unit

t = 20( 1) ( 519)
O

26 hari

125
[ JOR ] =√ ( 2 ) (20 )( 1 ) ( 10 ) (62500 )
O √ 135
= Rp. 4.817,-
2.3. Model III (Model dengan t Konstanta)
Model seperti ini serupa dengan model II kecuali bahwa waktu putaran produksi t ditetapkan
terlebih dahulu. Karena itu t bukan lagi suatu variabel akan tetapi adalah konstanta. Karena itu t
bukan lagi suatu variabel akan tetapi adalah konstanta. Analisis biaya, kalau demikian, kita
lakukan sebagai berikut :
1. Set-up costs
D
Jumlah set-up costs, tetapi = C
Q S
2. Carrying costs
1 t
Jumlah carryung costs rata-rata¿ LC C . 1
2 t
t1 L
Karena = , maka jumlah carrying costs rata-rata =
t Q
2
1 L CC
2 Q
3. Stock-out costs
Q−L t2
Jumlah stock-out costs rata-rata ¿ . Cp .
2 t1

12
t2 L
Karena =1− , maka jumlah stock-out cots rata-rata =
t1 Q
(Q−L)2
. Cp
2Q
Dari (1), (2), (3) terdapat : Jumlah biaya rata-rata adalah :
L2 C C (Q−L)2 D
JOR = + . Cp+ CS
2Q 2Q Q
dan :
d ( JOR ) C C . L Q−L
= − . C p=0
dL Q Q
atau :
Cp
LO=Q.
C C +C p
Contoh :
Ambil contoh dari model II dengan tambahan keterangan yaitu :

t= 20 hari
Q = D.t = (20) (20) = 400 unit
Dengan demikian :
125
LO= ( 400 )
10+125
= 374 satuan
dan:
( 374 )2 (10 ) ( 26 )2 (125 ) 20
[JOR] = + + ( 62.500 )
( 2 ) ( 400 ) ( 2 ) ( 400 ) 400
= Rp 4.979,-
Dibandingkan dengan model III, maka model II ternyata lebih menguntungkan.
Karena dengan mengubah waktu putaran produksi dari 20 hari menjadi 26 hari maka PT.
Beta berhasil menekan biaya sebesar (Rp 4.979 – Rp 4.817,-) = Rp 162,- tiap hari.

2.4 Model IV (Model dengan Stock)


Sampai sekarag kita baru menjelaskan bahwa seluruh putaran produksi seolah-olah
terjadi pada suatu saat. Ini tentu tidak masuk akal, sebab, bagaimanapun, suatu perusahaan

13
memproduksi atau menerima barang pada sebagian atau seluruh periode waktu tertentu. Karena
itu adalah lebih masuk akal kalau suatu pabrik menghasilkan barang lebih banyak daripada
permintaan dan produksi akan berjalan terus sampai permintaan terpenuhi seluruhnya. Itulah
sebabnya kita melihat suatu pabrik berputar secara terus-menerus dan pada saat yang sama harus
memenuhi permintaan langganan hingga terdapat suatu arus yang kontinu dari persediaan barang
didalam stok.
Misalkan produksi berjalan secara kontinu dengan laju P satuan tiap hari. Kalau
permintaan setiap hari sebesar D satuan maka stok dalam gudang sama dengan (P-D) satuan tiap
hari. Dan kalau produksi berhenti pada satu waktu, maka persediaan akan berkurang dengan
kecepatan D setiap hari. Situasi persediaan seperti ini dapat kita lihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.4

Misalkan bahwa tidak


terjadi stock-out. Seperti biasanya
waktu antara dua putaran
produksi sama dengan t. Karena Q adalah jumlah barang yang diproduksi dalam satu putaran
produksi dan D adalah jumlah yang diperlukan tiap hati , maka :
Q
t = D hari

Lamanya tiap putaran produksi , ialah :


Q
tp = P hari

Karena persediaan bertambah dengan laju (P-D) tiap hari, maka tingkat persediaan maksimum
ialah :
Q
Lo = P (P-D) Satuan

1 Q(P−D)
Persediaan rata-rata =
2( P
dan )
14
Q(P−D)
Carrying costs rata-rata = . Cc
P
D
Karena jumlah putaran produksi = , maka :
P
D
Set-up costs rata-rata = . Cs
Q
Sehingga jumlah seluruh biaya rata-rata yaitu JOR ialah :
Q(P−D) D
JOR = Cc + Cs
2P Q
d (JOR ) (P− D) D 2 D PC CS
= Cc - 2 Cs= 0 atau : Q 2=
dQ 2P Q ( P−D ) CC
Sehingga :
C
Q 0= 2 . D. P . S

(P−D) C C
Adalah produksi optimal dalam satu putaran produksi hingga jumlah biaya JOR serendah
mungkin
Contoh : Satu perusahaan makanan membuat satu kontrak untuk menyediakan 500 kotak
makanan tiap hari. Sebetulnya perusahaan ini mampu berproduksi sebanyak 1.000 kotak sehari,

1
dan karena itu umumnya pabrik cukup bekerja 3 hari untuk memenuhi permintaan satu
2
minggu. Menurut perhitungan, set-up costs untuk tiap kali kerja ialah Rp. 10.000,- dan carrying
costs untuk tiap bungkus Rp. 10,- tiap hari.
Dari keterangan di atas kita dapat mengetahui bahwa :
D = 500 Cs = 10.000
P = 1.000 CC = 10
Karena itu :
2(500)(1 . 000)(10. 000)
Q 0=
√ (1 . 000−500)(10)
= √ 2 .10002
= 1.414 bungkus
Dan :
1. 414
to = 500 = 2,283 ≈ 3 hari
15
(1 . 414)(1 . 000−500)(10) 500
[JOR] o = + (10.000)
2.(1 . 000) 1. 414
= Rp. 7.071
Jika dibandingkan dengan kalau Q = 1.000 kotak , maka :
(1 . 000)(1 . 000−500)(10) 500
[JOR] o = + (10.000)
2 .(1 . 000) 1. 000
= Rp. 7.500,-

Ternyata perusahaan dapat menghemat sebanyak (Rp. 7.500 – Rp. 7.017 ) = Rp. 429,- untuk

1
setiap putaran produksi. Dan juga dapat menghemat waktu dari 3 hari menjadi 3 hari.
2
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Model ELS tanpa Stock Out
Dalam model ini terdapat dua biaya yaitu carrying costs dan set-up costs. Pada model
ini terdapat sebuah anggapan dimana jumlah permintaan tetap dan tidak terjadi
persediaan habis atau yang disebut dengan stock out.
3.1.2 Model dengan Stock-Out
Pada model ini terdapat dua kemungkinan, yaitu barang yang masih kurang akan
dipenuhi kemudian dan permintaan akan dibatalkan sama sekali. Dalam model ini
terdapat simbol Cp yang berarti shortage ataupun stock-out.
3.1.3 Model dengan t Konstanta
Model ini mengandung yang namanya waktu putaran produksi t. Dimana t adalah
konstanta.
3.1.4 Model dengan Stock
Suatu produksi berjalan secara kontinu dengan permintaan setiap harinya.

3.2 SARAN

16
Saran kami dalam melakukan analisis persediaan haruslah jeli dalam melihat pasaran
permintaan atau sedikit banyaknya permintaan karena akan sangat mempengaruhi
permasalahan persediaan tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

P. Siagian.1987.Penelitian Operasional Teori dan Praktek.Jakarta:Penerbit Universitas


Indonesia(UI Press).

Subagyo, P. Asri, M. dan H. Hani T. 1989. Dasar-dasar Operations Research.BPFE Yogyakarta.


Yogyakarta

Sarjono,hariadi. 2015. Perhitungan extra carrying cost dan stock out cost untuk menentukan
waktu tunggu kedatangan bahan baku optimal. Jurnal eksekutif. volume 12.

Felesiarambitan, bela, dkk. 2018. Analisis penerapan manajemen persediaan pada Cv. Indovice
manado. jurnal emba. vol.6. no.3

18
CONTOH SOAL
1. Sebuah perusahaan Sepeda Mototr memiliki 500 ban kendaraan. Jumlah ban yang diperlukan
dalam satu tahun adalah 2500 buah. Biaya tiap kali memesan berjumlah Rp. 100,-.
Keterangan yang dapat dikumpulkan ialah :
D = 2.500
T = 1 tahun
CC = Rp. 1.000,- tiap memesan
CS = Rp. 100,- per tahun
Masukkan data ini dalam rumus, hasilnya ialah :
2. DC S
QO =
√ T .C C

2 ( 2.500 )( 1.000 )
QO =
√ 1 (100 )
QO =√ 50.000
Q O =224 ban untuk sekali pesan
( 224 )( 100 ) ( 1.000 )( 2.500 )
[ JOR ]O = + =Rp . 22.400 ,
2 224
2500
NO= =11 kali
224
(224 )(1)
t O= =0,08 ta hun
2500
2. Suatu perusahaan penghasil alat elektronik menandatangani kontrak atas permintaan sebuah
perusahaan patungan untuk mengirim suku cadangan sebanyak 10 unit tiap hari. Apabila persetujuan ini
tidak dapat dipenuhi maka perusahaan tersebut akan dikenakan denda sebesar Rp.75,- tiap hari atas
keterlambatan penyerahan untuk tiap unit. Berdasarkan perhitungan, tiap unit akan dikenakan Rp.10,-
sebagai biaya pergudangan tiap hari. Set-up costs untuk satu putaran produksi ialah Rp.50.500,-.
Disamping itu, perusahaan telah mengatur waktu putaran produksi selama 10 hari. Persoalan ialah
menentukan tingkat persediaan optimal untuk setiap awal putaran guna menekan jumlah biaya sampai
sekecil-kecilnya.
T = 1 hari
D = 10 unit
CP = Rp.100,- tiap nhari

19
CS = Rp. 50.500,- tiap putaran
CC = Rp. 10,- tiap hari
Karena itu:
2(20)(50.500) 10+100
QO =
√ 1(10) √
100
=471 unit
110
LO=471 x
100
= 518 unit
471
t O=
10
= 47 hari
100
[JOR]=√ 2( 20)(1)(10)(50.500)
√ 110
= Rp. 4.285,-
3. Suatu perusahaan memerlukan barang dalam satu tahun adalah 2500 buah. Jumlah yang dipesan
pada awal satu kurun waktu sebanyak 200 . Coba tentukan satu kurun waktu antara dua pesanan
Keterangan yang dapat dikumpulkan ialah :
D = 2.500
T = 1 tahun
Q = 200
Jawab :
T TQ
t= =
D D
Q
TQ 1(200)
t= = = 12,5
D 2500
4. Perjanjian setiap toko grosir mengirimkan sebanyak 20 kotak tiap hari untuk di jajahkan ke pedagang.
Apabila persetujuan ini tidak dapat dipenuhi maka perusahaan tersebut akan dikenakan denda sebesar
Rp.50,- tiap hari atas keterlambatan pengiriman . Berdasarkan perhitungan, tiap kotak akan dikenakan
Rp.10,- sebagai biaya penyimpanan tiap hari. Set-up costs untuk satu putaran produksi ialah Rp.30.000,-.
Disamping itu, telah diatur waktu putaran produksi selama 10 hari. Persoalan ialah menentukan tingkat
persediaan optimal untuk setiap awal putaran guna menekan jumlah biaya sampai sekecil-kecilnya.

20
T = 1 hari
D = 10 unit
CP = Rp.50,- tiap n hari
CS = Rp.30.000,- tiap putaran
CC = Rp. 10,- tiap hari
Karena itu:
2(10)(30.000) 10+50
QO =
√ 1(10) √
50
= 268
60
LO=268 x
50
= 321 buah
268
t O=
10
= 27 hari
50
[JOR]=√ 2( 10)(1)(10)(30.000)
√ 60
= Rp. 2.236,-
5. Ambil contoh dari nomor 4 dengan tambahan keterangan yaitu :

t= 20 hari
Q = D.t = (10) (20) = 200 unit
Dengan demikian :
50
LO= ( 200 )
10+50
= 167 buah
dan:
( 167 )2 ( 10 ) ( 27 )2 ( 50 ) 10
[JOR] = + + ( 30.000 )
( 2 ) ( 200 ) ( 2 ) ( 200 ) 200
= Rp 2.288,-
Jadi, Rp 2.288 - Rp. 2.236 = Rp. 52,-
6. Ambil contoh dari nomor 2 dengan tambahan keterangan yaitu :

t= 20 hari

21
Q = D.t = (10) (20) = 200 unit
Dengan demikian :
100
LO= ( 200 )
10+100
= 182 buah
dan:
( 182 )2 ( 10 ) ( 47 )2 ( 100 ) 10
[JOR] = + + ( 50.500 )
( 2 ) ( 200 ) ( 2 ) ( 200 ) 200
= Rp 4.733,-
Jadi, Rp 4.733 - Rp. 4.285 = Rp. 448,-
7. Satu perusahaan makanan membuat satu kontrak untuk menyediakan 500 kotak makanan tiap
hari. Sebetulnya perusahaan ini mampu berproduksi sebanyak 1.000 kotak sehari, dan karena itu

1
umumnya pabrik cukup bekerja 3 hari untuk memenuhi permintaan satu minggu. Menurut
2
perhitungan, set-up costs untuk tiap kali kerja ialah Rp. 10.000,- dan carrying costs untuk tiap
bungkus Rp. 10,- tiap hari.
Jawab :
D = 500
P = 1.000
Cs = 10.000
CC = 10
Karena itu :
2(500)(1.000)(10.000)
Q 0=
√ (1.000−500)(10)
= √ 2.1000 2
= 1.414 bungkus
Dan :
1.414
to = 500 = 2,283 ≈ 3 hari

(1.414)(1.000−500)( 10) 500


[JOR] o = + (10.000)
2.(1.000) 1.414
22
= Rp. 7.071
Jika dibandingkan dengan kalau Q = 1.000 kotak , maka :

(1.000)(1.000−500)(10) 500
[JOR] o = + (10.000)
2.( 1.000) 1.000
= Rp. 7.500,-
Ternyata perusahaan dapat menghemat sebanyak (Rp. 7.500 – Rp. 7.017 ) = Rp. 429,- untuk

1
setiap putaran produksi. Dan juga dapat menghemat waktu dari 3 hari menjadi 3 hari.
2
8. Suatu perusahaan memerlukan barang sebanyak 20.000 satuan setiap tahun. Ongkos gudang
(holding cost) tiap unit Rp 1,20,– tiap tahun dan Cs Rp 36,- setiap memesan, Tentukan Qo dan to
dari soal tersebut ?
Jawab :

Q 0= 2 D .Cs

T . Cc

Q 0= 2 20.000 (36)
( )
√1(1,20)
= 1.095 satuan
Dan
1(1.095)
t O=
20.000
= 0,1 bulan

23
LATIHAN SOAL dan PENYELESAIAN

1. Sebuah pabrik mengharapkan pemakaian salah satu jenis ssuku cadang sebanyak
D=4.000 unit tiap tahun. Carrying costs suku cadang sebanyak CC=Rp. 240,- tiap unit
tiap tahun dan ordering costs sebesar CS =Rp. 350,- tiap pemasanan. Anggap bahwa
pesanan terpenuhi secara terus-menerus dan tidak terjadi sortasi (shortage). Tentukan
besar pesanan optimal tanpa sortasi!
2. Dari soal no.1 Tentuka biaya total dengan menggunakan besar pesanan optimal!
3. Dalam soal 1), berapa kiranya jumlah persediaan optimal (L) bila terjadi sortasi dengan
CP = Rp. 300,- tiap tahun, dan jumlah pesanan tetap pada Q optimal? Berapa banyak
penurunan biaya total (JOR) dengan kebijakan ini?
4. Suatu pabrik membutuhkan suku cadang untuk keperluan perbuatan suatu radio sebanyak
20 unit tiap hari. Carrying costs dikenakan biata sebesar Rp. 15,- per unit. Set-up costs
tiap putaran sebesar Rp. 65.000,- Bila terjadi sortasi dengan CP =150 tiap hari dengan
t=25 hari. Tentukan tingkat persediaan optimal?
5. Satu perusahanmembuatsuatu konrak menyediakan 400 kalkulator tiap hari. Sebuah
perusahaan memproduksi 500 kalkulatorperhari. Selama 250 hari kerja dalam setahun.
Biaya pemesanan untuk tiap kali kerja Rp.5000000 dan harga satuan barang adalah
Rp.10.000. Tentukan biaya pesanan optimal.
6. Sebuah toko komputer memerlukan 3600 monitor untuk memenuhi permintaan setiap
tahunnya. Adapun biaya yang diperlukan yaitu ongkos gedung Rp.13 per tahunnya. Dan
pemesanan Rp.65 setiap memesan. Tentukan biaya pesanan optimal.
7. Dari soal No. 6 tentukan biaya rata-rata selama kurun waktu satu tahun.
8. PT. Antik Ekektrik memiliki tingkat permintaan terhadap stop kontak sebesar 25 unit tiap
hari. Apabila permintaan ini tak dapat dipenuhi maka akan dikenakan denda Rp.150.
Biaya pemesanan untuk satu putaran produksi ialah Rp. 60000. Tiap unit akan dikenakan
denda Rp.15 sebagai biaya pergudangan setiap hari. Tentukan biaya produksi optimal.
9. Dari soal No.8 tentukan jumlah biaya rata-rata dengan waktu putaran produksi 20 hari.
10. Pada soal no.8 tentukan tingkat persedian optimal (LO) dan kurun waktu optimal.

24
PENYELESAIAN
1. Dik: D = 4000 unit
CC = Rp.240 tiap unit tiap tahun
CS = Rp.350 tiap pesanan

C
Jawab : QO = √ 2D

TC C
S

= 108
= √ 2 . 4000 .350
1 .240

1
C Q ..T D C S

2. JOR = 2 C
+ Q

1 4000. 350
240. 108+
= 2 108 = 12960 + 12963
= Rp. 25923,-
3. Dik: Cp = 300
Dit: QO dan JOR?

2 . 4000 .350 240+300


Jawab: QO = √ 1 .240 √ 300
= 108 ¿ 1,34
= 145 unit

C
JOR = √ 2 DT CC C S √ C +C
C
P

300
= √ 2.4000.1.240.350 √ 240+300
= Rp. 25924
4. Dik: D = 20 unit CP = 150 Dit: LO ?
CC = Rp.15 t = 20 hari
CS = Rp.65000
150
Jawab : Q = D . T = 20 . 25 LO = 500. 15+150
= 500 unit = 455 unit

25
5. Dik: P = 500 Dit: QO ?
D = 400
CS = Rp.5000000
CC = Rp.10000

2 .(400 ).(500 ).(5000000 )


Jawab: QO = √ (500)(400 )(10000)

= √ 2000000 = 1414
6. Dik: D = 3600/tahun Dit: QO ?
CC = Rp.13 /tahun
CS = Rp.65 tiap memesan

2(3600 )(65)
Jawab: QO = √ 13

= √ 36000
= 189

1
C D C S
2 C QT +
7. JOR = Q

1 3600(65 )
13(189)(1)+
= 2 189
= Rp. 2466
8. Dik: D = 25 unit dit: QO ?
CP = Rp.150
CS = Rp. 60000
CC = Rp.15

2(25)(60000)
Jawab: QO = √ 1(15 ) √ 15+150
150
= 447,2 (1,05)
= 469 unit

26
9. T = 20 hari
Q=D.t
= 25 .(20) = 500 unit
2

L C + ( Q−L ) C + D C
2

C
2Q 2Q
P Q S
JOR =
2 2
454 ( 15 )+ 46 (150 )+
25
( 60000 )
= 2( 500) 2(500 ) 500

= Rp. 6409

10. LO =
(150
15+150 )
500 1( 469)
tO = 25
= 454 = 19 hari

27
LAPORAN HASIL CRITICAL JURNAL REVIEW
Dalam dunia usaha, persediaan memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Persediaan
dikelola sedemikian rupa sehingga perusahaan akan berada pada titik aman dari berbagai
kemungkinan yang bisa mengancam perusahaan terkait dengan persediaan yang mereka
butuhkan. Adanya keperluan mengelolah persediaan inilah yang disebut manajemen persediaan.
Manajemen persediaan memiliki beberapa peranan bagi sebuah perusahaan, diantaranya
adalah untuk menemukan tahap yang seimbang antara biaya perusahaan dan biaya pengadaan
serta penyimpanan. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai persediaan yang semaksimal
mungkin dengan biaya seminimal mungkin.
Manajemen persediaan memiliki banyak tujuan, yaitu untuk mengantisipasi resiko
keterlambatan datangnya barang, untuk mengantisipasi pesanan bahan yang tidak sesuai dengan
apa yang diperlukan perusahaan sehingga harus dikembalikan, untuk mengantisipasi apabila
bahan yang diperlukan tidak tersedia di pasaran, sebagai tahapan untuk menjamin lancarnya
proses produksi, untuk memanfaatkan penggunaan mesin secara optimal, dan untuk memenuhi
kebutuhan pasar secara optimal.
Banyak cara agar memaksimalkan barang persediaan yang ada di dunia manejemen salah
satunya adalah ELS atau lebih dikenal dengan model yang sering digunakan seorang
matematikawan untuk mencari nilai optimal dari barang persediaan suatu instansi.
Berdasarkan dari jurnal yang di review penulis dapat menarik suatu kesimpulan yakni:
1. Banyak cara dan model yang dapt menyelesaikan permasalahan dari persediaan yang
bermasalah yakni salah satunya adalah ELS.
2. Model ELS juga dapat divariasikan dalam model yang lainnya tergantung studi kasus yang
dialami dalam persediaan yang diangkat.
3. Semakin banyaknya persediaan semakin rumit dan semakin banyak data yang diperlukan
dalam menyeesaikan nilai optimal suatu persediaan.
Sekian yang data disimpulkan dari hasil Critical Jurnal Riview yang dapat disampaikan,
masih banyak lagi model yang dapat digunakan untuk model pesediaan, khususnya adalah
pengembangan model ELS dengan berbagai masalah (masalah) suatu instansi atau perusahaan.

28
STUDI KASUS (MINI RISET)
Sebuah pemasokan beras memiliki 1.000 kg karung beras. Jumlah beras yang diperlukan dalam
satu tahun adalah 15.000 kg karung beras. Biaya tiap kali memesan berjumlah Rp. 15.000,- per
kg. sewa gudang penyimpanan selama setahun adalah 500
Keterangan yang dapat dikumpulkan ialah :
D = 15.000
T = 1 tahun
CS = Rp. 1.000,- tiap memesan
CC = Rp. 500,- per tahun
Masukkan data ini dalam rumus, hasilnya ialah :
2. DC S
QO =
√ T .C C

2 ( 15.000 )( 1.000 )
QO =
√ 1 ( 500 )
Q O =√ 60.000
Q O =245 berasuntuk sekali pesan
( 245 ) ( 500 ) ( 15.000 ) ( 1.000 )
[ JOR ]O = + =Rp. 61.862 ,
2 245
15.000
NO= =61 kali
245
(245)(1)
t O= =0,016 tah un
15.000

29

Anda mungkin juga menyukai