Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMEN OPERASIONAL

“MANAJEMEN PERSEDIAAN”

Dosen Pengampu : Dra. MARLIA SARIDEWI, MM

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Tereny Kesuma (20612291)

Ayu Rizky Seftiani (20612257)

Yudi Sukmana (20612295)

Muhammat Azroy (18612030)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

TANJUNGPINANG

2020/2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG............................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
1. MANAJEMEN PERSEDIAAN JUST-IN-CASE...................................................5
2. MANAJEMEN PERSEDIAAN JUST-IN-TIME......................................................7
3. TEORI CONSTRAINT............................................................................................10
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. KESIMPULAN....................................................................................................11
B. SARAN................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia Nya kami mampu menyelesaikan pembentukan makalah mengenai
“Manajemen Persediaan” ini dengan baik dan tepat waktu. Tujuan pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
manajemen operasional yang diberikan pengarahan oleh Ibu Dra. Marlia Saridewi,
MM.

Dalam penulisan kami menyadari bahwa banyak sekali kesalahan-


kesalahan dan kekurangan yang terdapat didalamnya, baik kesalahan pada
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran bagi
pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Tanjungpinang, 2 Oktober 2021

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu
perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan
persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu
sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini
berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis (operation, marketing, dan finance).
Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi
bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan
Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar
kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi

Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah
persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses
produksi maupun kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama dari
pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai persediaan
dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu
yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi,
yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan
yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan minimbulkan membengkaknya
biaya persediaan. Jika persediaan terlalu banyak, maka akan timbul biaya-biaya
yang disebut carrying cost, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena perusahaan
memiliki persediaan yang banyak, seperti : biaya yang tertanam dalam persediaan,
biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang tertanam
dalam persediaan), sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pegawai
pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persediaan, biaya
kerusakan/kehilangan, Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan
menimbulkan biaya akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out
cost seperti : mahalnya harga karena membeli dalam partai kecil, terganggunya
proses produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan. Jika tidak
memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu :

3
1) Konsumen menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak
mendesak). Hal ini akan mengakibatkan tertundanya kesempatan
memperoleh keuntungan.
2) Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika
kebutuhan mendesak dan masih setia). Hal ini akan menimbulkan
kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan selama persediaan tidak
ada.
3) Yang terparah jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah
menjadi pelanggan pesaing, artinya kita kehilangan konsumen.

Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost) yaitu
biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan sejak
penempatan pesanan sampai tersedianya bahan/barang di gudang. Biaya-biaya
tersebut antara lain : biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya adminisrasi dan
penempatan pesanan, biaya pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar
muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan bahan/barang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana deskripsi Manajemen persediaan Just-in-case?

2. Bagaimana deskripsi Manajemen persediaan Just-in-time?

3. Bagaimana tahap-tahap Teori Constrait?

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. MANAJEMEN PERSEDIAAN JUST-IN-CASE

Manajemen persediaan penting untuk membentuk keunggulan kompetitif


jangka panjang. Tingkat persediaan memengaruhi harga jual, kualitas,
perekayasaan produk, kapasiatas menganggur, waktu lembur, kemampuan
merespons permintaan pelanggan, waktu tunggu, dan profitabilitas secara
keseluruhan. Manajemen persediaan berhubungan kuat dengan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kas sekarang dan masa mendatang. Kebijakan
manajemen persediaan telah menjadi suatu alat untuk bersaing.

a. Biaya pemesanan

Apabila permintaan terhadap persediaan yang diperoleh dari pemasok


dapat diketahui dengan pasti untuk suatu periode tertentu, maka terdapat dua
macam biaya yang berhubungan dengan persediaan, yaitu biaya pemesanan
(ordering cost). Jika persediaan diproduksi secara internal, maka dua biaya, yaitu
biaya setup dan biaya penyimpanan.

Biaya pemesanan adalah biaya untuk memesan dan menerima pesanan.


Misalnya, biaya pemrosesan suatu pesanan bahan, biaya asuransi pengiriman
bahan yang dipesan, dan biaya pembongkaran. Biaya setup (setup cost) adalah
biaya untuk pnyiapan peralatan dan fasilitas agar dapat digunakan memproduksi
suatu produk atau komponen tertentu. Misalnya, upah karyawan produksi
menganggur, biaya fasilitas produksi menganggur, dan biaya pengujian. Biaya
penyimpanan adalah biaya yang timbul karna menyimpan persediaan. Misalnya,
biaya asuransi persediaan, biaya karena barang ketinggalan jaman, biaya
kesempatan karena modal tertanam dalam persediaan, biaya penanganan bahan,
dan biaya ruang penyimpanan.

b. Alasan Tradisional untuk Memiliki Persediaan

Biaya persediaan harus diminimalkan untuk tujuan pemerolehan laba maksimal.


Namun, minimalisasi biaya penyimpanan menyebabkan peningkatan frekuensi
pemesanan dan berproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan minimalisasi
biaya pemesanan menyebabkan pemesanan dalam jumlah besar dengan frekuensi
pemesanan yang lebih sedikit, atau minimalisasi biaya setup mengakibatkan
periode produksi yang lebih lama dengan frekuensi order produksi yang lebih
sedikit.

5
Berikut ini adalah alasan-alasan mengapa perusahaan mengadakan persediaan.

1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau setup dengan biaya


penyimpanan.
2. Untuk memuaskan permintaan pelanggan, misalnya pengiriman yang
tepat waktu.
3. Untuk menghindari kemungkinana kegagalan produksi karena:
a. Kegagalan mesin;
b. Suku cadang atau bahan yang tidak memenuhi spesiifikasi;
c. Ketidaksediaan bahan atau suku cadang;
d. Keterlambatan pengiriman bahan atau suku cadang oleh pemasok.
4. Sebagai cadangan terhadap proses produksi yang tidak andal.
5. Untuk memperoleh keuntungan berupa diskon karena membeli dalam
kuantitas yang lebih banyak.
6. Untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga bahan atau suku
cadang.

c. Economic Order Quantity: Model Persediaan Tradisional

Dalam pengembangan kebijakan yang berhubungan dengan persediaan,


perusahaan harus mampu menjawab dua pertanyaan berikut ini:

1. Berapa banyak jumlah unit bahan atau suku cadang yang harus dipesan
atau diproduksi?
2. Kapan suatu pesanan atau aktivitas setup dilakukan?

Kuantitas dipesan dan total biaya pemesanan dan penyimpanan. Apabila


permintaan diketahui dalam pemilihan kuantitas unit dipesan atau ukuran lot
produksi, manajer harus memerhatikan biaya pemesanan atau pengesetan. Biaya
pemesanan atau pengesetan dan penyimpanan total dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

TC= P(D/Q)+C(Q/2)

Keterangan :

TC= Biaya pemesanan/pengesetan dan biaya penyimpanan total

P= Biaya memesan dan menerima pesanan atau biaya pengesetan suatu


production run

D= Jumlah yang diminta tahunan

6
Q= Jumlah unit dipesan setiap kali suatu pesanan dipesan atau ukuran lot produksi

C= Biaya penyimpanan suatu unit persediaan selama satu tahun

d. Reorder Point

Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Titik pemesanan kembali adalah titik waktu di mana sebuah pesanan baru
harus dilakukan. Hal ini merupakan fungsi dari EOQ, tenggang waktu, dan tingkat
di mana persediaan hampir habis. Tenggang waktu adalah waktu yang diperlukan
untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis setelah pesanan dilakukan atu
persiapan dimulai.

Berikut ini penentuan reorder point jika perusahaan menetapkan persediaan


minimal.

Reorder point = Persediaan minimal + (tingkat penggunaan bahan rata-rata per


hari X waktu tunggu dalam hari)

e. EOQ dan Manajemen Persediaan

Pendekatan tradisonal untuk mengelola persediaan telah dikenal sebagai sistem


just-in-case. Dalam beberapa situasi, sistem persediaan just-in-case benar-benar
sangat tepat. Model EOQ sangat berguna dalam mengidentifikasi pertukaran
optimal antara biaya penyimpanan persediaaan dan biaya persiapan. Model EOQ
juga berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian
melalui penggunaan persediaan pengaman.

2. MANAJEMEN PERSEDIAAN JUST-IN-TIME

Manufaktur JIT (just-in-time manufacturing) adalah suatu sistem berdasarkan


tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem oleh
permintaan yang ada, bukan didorong ke dalam suatu sistem pada waktu tertentu
berdasarkan permintaan yang diantisipasi.

Pembelian JIT mensyaratkan para pemasok untuk mengirimkan suku cadang


dan bahan baku tepat pada waktunya untuk produksi. Hubungan dengan pemasok
adalah hal yang sangat penting. Pasokan suku cadang harus dihubungkan dengan
produksi, yang mana berhubungan dengan permintaan.

7
a. Pull system

Jit adalah pendekatan manufaktur yang memproduksi barang berdasarkan


permintaan yang sesungguhnya ada, bukannya berproduksi dengan jadwal tetap
berdasarkan pada proyeksi permintaan. Dalam pull system, permintaan pelanggan
menarik bahan baku untuk masuk proses produksi. Prinsip yang sama digunakan
dalam proses. Setiap aktivitas produksi hanya dilakukan jika diperlukan untuk
memenuhi permintaan aktivitas berikutnya. Bahan baku atau suku cadang tersedia
hanya pada waktu dibutuhkan untuk aktivitas produksi sehingga permintaan tetap
dapat dipenuhi.

b. Biaya Pemesanan dan Penyimpanan: Pendekatan JIT

Kontrak Jangka Panjang, Pengisian Kembali yang Berkelanjutan,


Pertukaran Data Elektronik dan JIT II. Dengan pengisian kembali berkelanjutan,
pembuat barang mengambil alih fungsi manajemen persediaan pengecer. Pembuat
barang memberitahu pengecer kapan dan berapa banyak persediaan yang harus
dipesan kembali.

Pertukaran data elektronik adalah suatu bentuk awal dari perdagangan


elektronik yang pada intinya adalah suatu metode terotomatisasi dari pengiriman
informasi dari komputer ke komputer.Pengaturan bersama sering didukung
dengan kontrak terbuka, jangka panjang yang dianggap sebagai suatu kontrak
abadi. Kontrak abadi tidak memiliki tanggal berakhir, tidak membutuhkan
penawaran ulang, sehingga menurunkan resiko permintaan bagi pemasok.

c. Kinerja Tenggat (Jatuh Tempo) : Solusi JIT

Kinerja jatuh tempo adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk


menanggapi kebutuhan pelanggan. Sistem JIT memecahkan maslah kinerja jatuh
tempo bukan dengan menimbun persediaan, tetapi dengan mengurangi tenggang
waktu secara dramatis.

d. Penghindaran Shutdown dan Reliabilitas Proses : Pendekatan JIT

Kebanyakan penghentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan
: kegagalan mesin, kecacatan bahan baku atau subperakitan, dan ketidaktersediaan
bahan baku atau subperakitan. Memiliki persediaan adalah suatu solusi tradisional
atas semua masalah tersebut.

1. Pemeliharaan Preventif Total. Kegagalan mesin nol adalah tujuan


pemeliharaan pencegahan total. Dengan memberikan perhatian lebih
pada pemeliharaan pencegahan, sebagian besar kegagalan mesin dapat
dihindari.

8
2. Pengendalian Kualitas Total. Masalah suku cadang atau bahan baku
yang cacat dapat di selesaikan dengan pencapaian zero-defect. Oleh
karena produksi berdasar JIT tidak menggunakan persediaan untuk
menggantikan suku cadang atau bahan yang cacat.
3. Sistem Kanban. Untuk menjamin bahwa komponen atau bahan baku
tersedia ketika dibutuhkan, digunakan sebuah sistem yang disebut
sistem kanban. Ini adalah sebuah sistem informasi yang
mengendalikan produksi melalui penggunaan tanda atau kartu.
Kanban penarikan merinci kuantitas proses berikutnya yang harus
ditarik dari proses sebelumnya. Kanban produksi merinci kualitas
yang harus diproduksi oleh proses sebelumnya. Kanban pemasok
digunakan untuk memberitahukan pemasok agar menyerahkan lebih
banyak komponen; dan juga merinci komponen tersebut dibutuhkan.

e. Diskon dan Peningkatan Harga : Pembelian JIT versus Penyelenggaraan


Persediaan

Secara tradisional, persediaan disimpan sehingga perusahaan dapat


mengambil keuntungan diskon kuantitas dan melindungi diri dari kenaikan harga
di masa mendatang atas barang yang dibeli. Tujuannya adalah untuk menurunkan
biaya persediaan. Sistem JIT mencapai tujuan yang sama tanpa harus menyimpan
persediaan. Solusi JIT adalah menegosiasikan kontrak jangka panjang dengan
sejumlah kecil pemasok terpilih yang berlokasi sedekat mungkin dengan fasilitas
produksi dan membangun keterbatasan pemasok secara lebih intensif.

f. Keterbatasan JIT

JIT bukan merupakan pendekatan yang dapat dibeli dan diterapkan dengan
hasil segera. Implementasinya merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner.
Di sini dibutuhkan kesabaran. JIT sering kali disebut sebagai program
penyederhanaan – namun ini bukan berarti ia mudah atau sederhana untuk
diterapkan.

Pekerja juga dapat terpengaruh oleh JIT. Dari studi yang dilakukan terlihat
bahwa pengurangan dan peyangga persediaan secara tajam dapat menyebabkan
arus kerja yang terpecah dan tingkat stress yang tinggi diantara para pekerja
produksi. Kekurangan yang paling menonjol dari JIT adalah tidak adanya
persediaan untuk menyangga berhentinya produksi. Pilihan lain, yang mungkin
sebagai pendekatan pelengkap, adalah teori kendala (TOC).

9
3. TEORI CONSTRAINT

Setiap perusahaan menghadapi sumber daya yang terbatas dan permintaan


yang terbatas atas setiap produk. Keterbatasan-keterbatasn ini disebut kendala.

a. Konsep Dasar Teori Constraint

TOC memfokuskan pada tiga ukuran kinerja organisasi : throughput,


persediaan, dan beban operasi. Throughput adalah tingkat di mana suatu
organisasi menghasilkan uang melalui penjualan. Dalam istilah operasional,
throughput adalah selisih antara pendapatn penjualan dan biaya variabel tingkat
unit seperti bahan baku dan listrik. Persediaan adalah seluruh uang yang
dikeluarkan organisasi dalam mengubah bahan baku menjadi throughput. Beban
operasi disefinisikan sebagai seluruh uang yang dikeluarkan organisasi untuk
mengubah persediaan menjadi throughput.

1. Produk yang Lebih Baik. Produk yang lebih baik berarti kualitas yang
lebih tinggi. Hal ini juga berarti bahwa perusahaan mampu memperbaiki
produk dan menyediakan produk yang sudah diperbaiki tersebut secara
cepat ke pasar.
2. Harga jual yang Lebih Rendah. Persediaan yang rendah akan mengurangi
biaya penyimpanan, biaya investasi per unit, dan beban operasi lainnya
seperti lembur dan beban pengiriman khusus. Harga yang lebih rendah
atau margin produk yang lebih tinggi dapat saja terjadi jika kondisi
kompetitif tidak memerlukan pemotongan harga.
3. Daya Tanggap. Tingkat persediaan menandakan kemampuan perusahaan
untuk merespon. Tingkat yang tinggi secara relatif terhadap pesaing akan
mengakibatkan kelemahan kompetitif. Dengan kata lain, TOC
menekankan pengurangan persediaan dengan mengurangi teggang waktu.

b.. Tahap-Tahap Teori Constraint (TOC)

Teori kendala menggunakan lima langkah untuk mencapai tujuan


memperbaiki kinerja organisasi :

1. Mengidentifikasi batasan-batasan organisasi.


2. Mengeksploitasi batasan-batasan yang mengikat.
3. Mengesampingkan hal lain untuk keputusan-keputusan yang dibuat dalam
tahap kedua.
4. Mengurangi batasan-batasan yang mengikat.
5. Mengulangi proses.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Perusahaan dalam melakukan pelaporan mengenai persediaan sangat


penting bagi perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan
merupakan salah satu dari beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi
perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh
karena itu, system manajemen itu sendiri harus dilaksanakan sebaik mungkin
sehingga tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya operasi perusahaan.
Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap sangat penting untuk
memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan
dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam
menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan kami sampaikan, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada penulisan atau kata-kata yang kurang
berkenan bahkan jauh dari kesempurnaan kami mohon maaf. Kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi. Raja Grafindo Persada;


Jakarta,

Rangkuti, Freddy, 2007, Manajemen Persediaan, Rajawali Pers, Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai