DETERMINISTIK MODEL
Disusun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah mengizinkan kami
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Karena keterbatasan ilmu, kami percaya tetap banyak kekurangan dalam makalah ini,
dan kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala
masukkan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan makalah sehingga bisa menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberi manfaat ataupun inspirasi kepada
pembaca. Dan kami berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu
bagi para pembaca. Sehingga untuk kedepannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
tingkatan isian makalah ini sehingga menjadi makalah yang memiliki wawasan yang luas dan
lebih lagi. Sebagai pemula, kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam makalah ini,
dan mohon kritik serta saran yang membangun di masa depan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................7
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Persediaan merupakan suatu hal yang cukup penting dari suatu organisasi perusahaan.
Terlebih pada perusahaan manufaktur, persediaan ada dimana-mana dan memiliki bentuk,
nilai, dan tingkat kepentingan yang berbeda-beda. Di samping membutuhkan tempat
penyimpanan yang luas, persediaan yang banyak juga berakibat terjadinya biaya-biaya
penyimpanan yang tinggi. Padahal di sisi lain, perusahaan senantiasa membutuhkan
persediaan dalam mengoperasikan bisnis mereka (Arman Hakim, 2008).
Dalam aktivitas kehidupan, persediaan hampir selalu diperlukan terutama dalam aktivitas
produksi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan baik dalam kegiatan produksi
maupun dalam kegiatan distribusinya. Dalam pengendaliannya, perlu dilakukan secara
cermat dan tepat guna meminimalkan biaya pengadaan persediaan dan memaksimalkan
kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, masalah efisiensi di semua lini selalu mendapat
perhatian agar dihasilkan barang yang unggul di pasaran. Salah satu faktor efisiensi yang
harus diperhatikan adalah besar kecilnya jumlah persediaan bahan/barang tersebut.
Kekurangan persediaan barang dapat menyebabkan permintaan tidak terpenuhi sehingga
mengakibatkan kerugian, maupun kekurangan kepuasaan pelanggan yang mengakibatkan
berpindahnya pelanggan ke pihak lain. Persediaan yang sedikit mengakibatkan hilangnya
kesempatan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jika permintaan nyatanya lebih besar
dari permintaan yang diperkirakan. Di sisi lain, kelebihan persediaan barang mengakibatkan
membengkaknya modal yang harus dikeluarkan dalam menjalankan kegiatan usaha, sehingga
modal tersebut menjadi tertimbun sebagai persediaan yang tidak produktif.
Oleh karena persediaan merupakan kekayaan perusahaan yang memiliki peranan penting
dalam operasi bisnis, maka perusahaan perlu melakukan manajemen persediaan proaktif,
artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang ada dalam
manajemen persediaan untuk mencapai sasaran akhir dalam manajemen persediaan, yaitu
untuk meminimasi total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan
persediaan (Yamit, 2002).
4
Usaha untuk meminimasi biaya persediaan dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah
satu caranya adalah meminimasi biaya pembeliannya. Untuk mendapat biaya pembeliaan
yang serendah-rendahnya atau seminimal mungkin, maka faktor diskon harus diperhatikan
dengan sebaik-baiknya, karena belum tentu dengan mendapatkan diskon yang kelihatannya
menguntungkan dapat benar-benar menguntungkan bagi pembeli. Bisa saja kebutuhan
persediaan yang sebenarnya jauh di bawah jumlah pembelian minimal untuk mendapatkan
diskon, sehingga menyebabkan biaya simpan menjadi tinggi dan usaha untuk mengejar
diskon menjadi tidak efisien. Maka diperlukan perhitungan cermat untuk mengejar diskon
yang tepat dalam rangka mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya.
Potongan harga sering dijumpai dalam sistim penjualan, baik penjualan produk maupun
jasa. Ada 2 jenis potongan harga yang biasa digunakan yaitu potongan harga kumulatif (all
units discount) dan potongan harga bertahap (incremental discount). Potongan harga bertahap
dimaksudkan untuk mendorong pembeli untuk meningkatkan jumlah pembeliannya.
Potongan harga dapat ditinjau dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu pembeli dan
penjual. Ditinjau dari sudut pandang pembeli, adanya potongan harga yang ditawarkan
penjual mengakibatkan perlunya modifikasi pada sistim persediaan, yaitu dalam menentukan
ukuran pemesanan ekonomis. Pada dasarnya pembeli lebih tertarik untuk melakukan
pembelian jika potongan harga yang ditawarkan lebih besar. Begitu pun pihak perusahan,
tentunya akan mempertimbangkan kuantintas diskon terhadap keputusan pemesanan
ekonomisnya (Gunawan, 1990).
Teori-teori yang berkaitan dengan masalah pengendalian persediaan ini telah banyak
dikembangkan. Dari pengendalian persediaan dengan model-model deterministik maupun
dengan model stokastik (probability Models), permasalahan back order dan stock out, adanya
potongan harga berdasarkan jumlah, mempertimbangkan ketidakpastian permintaan,
leadtime, dan sebagainya. Dalam tulisan ini penulis akan membahas suatu kasus mengenai
pengendalian persediaan deterministik dengan jenis item yang banyak (multi item), di mana
ada pengelompokan barang yang dipesan dari supplier, sehingga biaya pesan dapat
diminimalkan dan ada potongan harga pada setiap pembelian masing-masing jenis barang
dalam jumlah yang berbeda setiap itemnya. Dari struktur kisaran potongan harga yang
disediakan oleh supplier dibentuklah struktur potongan kisaran baru yang mewakili potongan
harga yang sebelumnya. Pada struktur kisaran baru akan ditentukan jumlah pesanan
ekonomis yang valid, yaitu jumlah pesan ekonomis yang berada pada kisaran yang sesuai dan
menghasilkan total biaya persediaan yang paling minimum. Dalam tulisan ini, akan
5
dijelaskan juga mengenai perumusan model pengadaan persediaan untuk kasus yang sudah
dijelaskan di atas serta tahapan penentuan frekuensi pemesanan dalam suatu periode sehingga
didapat jumlah pesanan ekonomis setiap kali pesan untuk meminimumkan total biaya
pengadaan persedian dalam satu periode pemesanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari solusi optimal pada persediaan dengan
permintaan yang bersifat deterministik, yaitu:
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Persediaan komponen-komponen rakitan ini sangat mudah dijumpai di industri
elektronik dan otomotif. Setiap pabrik elektronik atau otomotif pasti memiliki pabrik
perakitannya sendiri. Dalam sebuah pabrik perakitan tersebut ada bermacam-
macam persediaan komponen-komponen rakitan. Seperti contohnya dalam sebuah
pabrik laptop maka hard disk merupakan persediaan komponen-komponen rakitan
yang siap dirakit menjadi laptop.
Persediaan barang dalam proses
Persediaan dalam proses atau biasa disebut persediaan setengah jadi merupakan
persediaan yang merupakan keluaran dari tiap-tiap proses, namun masih belum
sempurna dan masih harus dilakukan pengolahan lagi.
Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi adalah barang yang sudah tidak memerlukan pengolahan
lagi. Tinggal di pasarkan dan siap dijual, yang berarti bahan semua unsur biaya
produksi sudah melekat di barang tersebut.
Persediaan bahan pembantu
Persediaan bahan penolong ini merupakan katalisator dari produksi bahan
tersebut. jadi bahan tersebut bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi
namun bahan tersebut sangat diperlukan dalam produksi.
8
kecelakaan, kemacetan lalu lintas, pemogokan atau bencana alam dll. Dengan
adanya persediaan perusahaan dapat meminimalisasi pengaruh keterlambatan
tersebut terhadap kelancaran operasi.
Mendapatkan keuntungan ekonomis dari jumlah pembelian yang lebih besar.
Misalnya adanya diskon/potongan harga untuk pembelian dengan jumlah besar
tertentu.
9
a. Holding cost, adalah biaya yang ditimbulkan oleh penyimpanan persediaan dalam
gudang pada periode waktu tertentu, termasuk pula di dalamnya biaya asuransi,
penyusutan, bunga dan lain-lainnya.
b. Ordering/Setup cost. Ordering cost adalah biaya yang ditimbulkan oleh adanya
kegiatan pemesanan persediaan dalam sekali pesan, misal: formulir, supplies,
proses pemesanan dan administrasi; selama bahan/barang belum tersedia untuk
diproses lebih lanjut. Sementara setup cost adalah biaya untuk mempersiapkan
mesin atau proses produksi untuk membuat suatu pesanan atau biaya-biaya yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian pada saat bahan/barang diproses.
Secara prinsip, setup cost adalah order cost pada saat bahan telah/sedang diproses.
Pada banyak kasus, setup cost sangat berkorelasi dengan setup time (setup time
dapat dieliminasi dengan inovasi mesin dan perbaikan standard bahan baku).
c. Stock out cost, adalah kerugian akibat demand tidak terpenuhi pada periode
tertentu, seperti: kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan, biaya pemesan-an
khusus, adanya selisih harga, terganggunya operasi, dan tambahan pengeluaran
kegiatan manajerial.
10
Model pengendalian persediaan deterministic merupakan model persediaan yang
semua parameternya diketahui dengan pasti. Model deterministik dalam masalah inventory
berkaitan dengan persediaan, dimana permintaan yang sebenarnya diasumsikan diketahui.
Masalah persediaan yang paling umum yang dihadapi produsen, pengecer dan pedagang
besar adalah yang berkaitan dengan kasus dimana tingkat persediaan/stok habis dengan
waktu dan kemudian kembali diisi oleh kedatangan item baru.
Model deterministik dapat bersifat statis, yaitu model persediaan yang dimana
kuantitas pemesanan hanya dilakukan dalam satu kali, persediaannya selalu tetap/ terbatas
dalam suatu periode tertentu.Atau bersifat dinamis, dimana permintaan diketahui dengan
pasti (kontinu) atau berulang-ulang tetapi bervariasi dari satu periode ke periode berikutnya.
Model deterministik adalah sebuah model yang dimana terdapat gejala yang dapat
diukur dengan derajat kepastian yang cukup tinggi. Di dalam model deterministik ini semua
parameter serta variable telah diketahui atau dapat dihitung secara pasti. Untuk menhitung
pengendalian perseddiaan digunakan metode EOQ (Economic Order Quantity), yang
merupakan model persediaan yang sederhana. Model ini bertujuan untuk menentukan ukuran
pemesanan yang paling ekonomis yang dapat meminimasi biaya-biaya dalam
persediaan.Model-model lain yang dapat digunakan untuk pengendalian persediaan
deterministik antara lain: Production Order Quantity (POQ), Quantity Discount, Economic
Lot Size (ELS), dan Back Order Inventory.
11
2.2.3 CONTOH PERHITUGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Dari analisa peramalan, PT. ELEKTRON mengetahui bahwa total permintaan yang
akan datang adalah 125 unit produk “X” per bulan dengan pola permintaan konstan. Pada
awal periode perencanaan diketahui PT. ELEKTRON memiliki persediaan produk “X”
sebanyak 100 unit. Pihak manajemen dalam usahanya mengurangi biaya simpan telah
meminta manajer produksi agar persediaan produk “X” tersebut ditekan menjadi 50 unit saja
pada akhir periode perencanaan. Bila tiap unit produk “X” membutuhkan 3 unit bahan baku
A, jumlah tiap hari kerja efektif pada periode perencanaan yang akan datang adalah 285 hari,
dan diketahui data-data biaya bahan baku A sebagai berikut :\
- Harga produk “X” = Rp. 8000,- /unit
- Biaya Pemesanan = Rp. 24.000,- /pesan
- Biaya Penyimpanan = Rp. 2.500,- /unit/tahun
Tentukan EOQ, frekuensi pemesanan (f), waktu antar pemesanan (to), TIC, dan TC
persediaan untuk bahan baku A.
JAWAB:
Soal ini merupakan penentuan EOQ yang terkait dengan Jadwal Induk Produksi, sehingga
penyelesaiannya sebagai berikut:
Data-data status persediaan selama periode perencanaan:
- Persediaan awal = 100 unit produk “X”
- Permintaan = 12 x 125 = 1500 unit produk “X”
- Persediaan akhir = 50 unit produk “X”
Berdasarkan data diatas, jumlah produk “X” yang akan dibuat = (1500 – 100) + 50 = 1450
unit. Kebutuhan akan bahan baku A tersebut diperoleh dari pihak luar.
Dari rumus Wilson, maka:
2(4350)(24000)
EOQ = √ = 289
2500
𝐷 4350
𝑓= = = 15 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑄 289
𝐸𝑂𝑄 289
𝑡0 = × 285 = × 285 = 19 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐷 4350
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor
tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus di jaga, kapan persediaan
harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan
dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada
waktu yang tepat atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk
meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan
secara optimal.
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan,
baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun
kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14