Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah manajemen operasional
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS LABUHANBATU
T2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah berjudul Sitem Operasi Just In Time ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih terhadap seluruh bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami
selaku penulis juga mengucapakna terimakasih kepeda Bu Yona selaku dosen pengampu
mata kuliah Manajemen Operasional Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca mengenai konsep dan
pengimplementasian dari sistem operasi Just In Time . Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini dapat pembaca praktikan dan implementasikan dalam kegiatan operasi
usaha yang sedang dijalankan. Kami sebagai penyusun makalah merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami dalam penyusunan makalah ini Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................3
ISI.......................................................................................................................................................3
A. Keuntungan JIT.................................................................................................................19
B. Kelemahan JIT..................................................................................................................20
PENUTUP.........................................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................26
3.2 Saran......................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Ketatnya persaingan bisnis pada era 4.0 mengharuskan setiap perusahaan untuk
segera merancang inovasi strategis pada segala aspek kegiatan perusahaannya. Persaingan
antar perusahaan pada masa kini tidak hanya berhubungan dengan persaingan harga termurah
akantetapi juga mencakup persaingan kualitas yang tinggi dengan harga yang lebih rendah1
.Hal tersebut menjadi tuntutan setiap pelanggan atas produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, serta factor waktu juga menjadi salah satu unsur krusial persaingan dalam kinerja
proses bisnis saat ini.Berdasarkan permasalahan tersebut,setiap perusahaan harus membentuk
sistem kerja yang berlandaskan prinsip efesiensi dan efektifitas. Salah satu cara agar sistem
perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien yaitu, dengan cara menerapkan sistem
produksi Just In Time.
1
Dahtiah, N. (2020). METODE JUST IN TIME SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI
BIAYA PERSEDIAAN BAHANBAKU. 9, 12.
2
Jay Heizer, B. R. (2016). Manajemen Operasi:Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan. Jakarta:
Salemba Empat.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.5 Apa saja keuntungan dan kerugian sistem operasi Just In Time ?.
1.2.7 Bagaimana impikasi dan peran pemasok dalam sistem Just In Time ?.
1.3 Tujuan
1.3.6 Membandingkan perbedaan yang ada pada sistem JIT dengan sistem tradisional
1.3.7 Menjelaskan mengenai impikasi dan peran pemasok dalam sistem Just In Time.
BAB II
ISI
Pada perjalananya, sistem operasi Just In Time muncal karena adanya persaingan
ekonomi yang begitu ketat antara sistem ekonomi barat dan sistem ekonomi Jepang. Sistem
ekonomi barat berkembang di belahan negara Eroapa dan Amerika. Sitem ekonomi mereka
berpacu pada sistem produksi yag ditentukan melalui peramalan, optimalisasi dalam
penjadwalan produksi, penentuan kebutuhan bahan, penentuan kebutuhan mesin, dan para
pekerja. Sistem ekonomi barat juga menekankan mengenai strategi mengenai gudang receiver
dan gudang warehouse sebagai penyimpan persediaan. Adanya krisi sumber daya baik dari
segi bahan baku maupun pekerja menyebabkan sistem ekonomi barat ini mulai melemah, dan
justru sistem ekonomi jepang yang mulai meningkat. Hal tersebut dapat terjadi karena sistem
Industri di Jepang menerapkan beberapa prinsip ekonomi yang dapat memaksimalkan
efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan. Prinsip yang ada pada sistem indutri Jepang
3
Sulastri, :. P. (2012). SISTEM JUST IN TIME ( JIT ) PENTING BAGI PERUSAHAAN INDUST. Dharma
Ekonomi(36).
4
W, H. S. (2011). PENERAPAN JUST IN TIME DALAM SISTEM PEMBELIAN DAN SISTEM
PRODUKSI. BINUS BUSINESS REVIEW, 2(1), 446-455.
yaitu memproduksi jenis produk yang diperlukan.,hanya memproduksi produk sejumlah
yang dibutuhkan. , hanya memproduksi produk pada saat diperlukan5.
Sitem ekonomi Jepang inilah yang pada masa kini dikenal sebagi sistem operasi Just
In Time. Sitem operasi JIT memiliki 4 inti aspek dalam proses pelaksananya. Aspek yang
pertama yaitu Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus
dieliminasi, hal tersebut dilakukan karena untuk mengurangi pemborosan biaya dan beban
perusahaan.Aspek yang ke-2 yaitu Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan kualitas
produk dengan tidak meloloskan produk cacat ke tahap produksi selanjutnya. Hal tersebut
dilakukan agar kepercayaan konsumen terhadap produk yang dikeluarkan perusahaan tetap
terus terjaga. Aspek yang ke-3 yaitu ,perbaikan terus-menerus dalam meningkatkan efisiensi
kegiatan, Inovasi proses harus terus dilakukan guna menemukan sistem yang lebih baik
kedepannya. Aspek ke-4 yaitu Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan
meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.Hal tersebut dilakukan
untuk menkan pemborosan-pemborosan yang ada di suatu sistem operasi perusahaan serta
mementuk sistem operasi yang lebih efisien
Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk
mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan
baku, WIP, dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem produksi JIT adalah memproduksi
produk yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai
kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang
paling ekonomis atau paling efisien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan
perbaikan terus – menerus (contionous process improvement)6
Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut,
dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnya
sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull
System (system tarik). Dalam system JIT, hanya final assembly line yang menerima
jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima
5
Rony Edward Utama, N. A. (2019). MANAJEMEN OPERASI. Jakarta: UM Jakarta Press.
6
Hansen, Don.R. dan Maryanne M.Mowen. 1995. Akuntansi Manajemen . Jakarta: Erlangga.
pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja
sebelumya (stasiun kerja 1 ) menerima pesananproduksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun
kerja 2 ), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang
tepatdengan spesifiksai yang tepat pula. Dalam kasus seperti ini, stasiun kerja 2sering disebut
sebagai stasiun kerja pengguna (using work station). Apabila stasiun kerja pengguna itu
menghentikan produksi untuk suatu waktu tertentu, secara otomatis satisun kerja pemasok
(supplying wotk station) akan berhenti memasok produk, karena tidak menerima pesanan
produksi.
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas
yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya
persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga
produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk
pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya
pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya. Konsep Just In Time (JIT)
adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan
terbaik yang ada di Jepang, sejak awal tahun 1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan
disempurnakan di pabrik Toyota Manufacturing oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi
Ohno sering disebut sebagai bapak JIT.7 Konsep JIT berprinsip hanya memproduksi jenis-
7
Supriyono, Drs.R.A, Akuntan. 1999. Manajemen Biaya-Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
jenis barang yang diminta (what) sejumlah yang diperlukan (How much) dan pada saat
dibutuhkan (When) oleh konsumen.
Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu
yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan
waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk.
Dalam bahasa sederhanya pengertian pemborosan adalah segala sesuatu tidak memberi nilai
tambah itulah pemborosan.
3. Transportasi ( Transportation )
Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system produksi atau opersi
dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menembah nilai bagi suatu
produk.Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu:
1. Menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.
3. Menghilangkan pemborodan
4. aliran produksi
8
Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat
5. Menyempurnakan kualitas produk
7. Menghilangkan ketidakpastian
Dalam pelaksanaan konsep JIT terdapat empat hal pokok yang harus dipenuhi
:pertama, Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada
saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan. Kedua, Autonomasi merupakan suatu
unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke
proses berikutnya. Ketiga, Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah
pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan. Keempat, Berpikir kreatif, inovatif serta selalu
menerima masukan atau saran dari karyawan9
Untuk mencapai empat konsep tersebut perlu diterapkan sistem dan metode sebagai
berikut :
d. Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang
fleksibel.
e. Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil (small group) dan sistem saran untuk
meningkatkan skills tenaga kerja.
9
Supriyono, Drs.R.A, Akuntan. 1999. Manajemen Biaya-Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Sedangkan elemen-elemen Just In Time (JIT) adalah :
Sistem Kanban
Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan
dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu:
Yang kecil untuk menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks
seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa
10
Wicaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
8
dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan
pasar. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)
3. Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.
Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau
orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk
mencapai target produksi.
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem
produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan
cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada.
Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini
mungkin.
Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi
kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah
suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya
masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
9
waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa
dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan
ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan
dan formulasi model peramalannya.
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di atas bukanlah
suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek, melainkan harus
dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang.
Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just in Time dalam sistem produksi justru
akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.
Selain prinsip dasar just in time, berikut adalah urutan penerapan teknik just in
time:Menerapkan 5S – dasar untuk perbaikan: Dasar perbaikan ditempat kerja adalah konsep
5S yang terdiri dari Seiri (Pemilihan), Seiton (Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu
(Pemantapan), dan Shitsuke (Kebiasaan).11
E. Autonomasi (“jidoka”)
Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani pesanan
pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya memproduksi
satu jenis produk.Dalam industri sulit sekali suatu tidak memiliki persediaan, khususnya yang
bahan bakunya impor.Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya
11
Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat
memproduksi satu macam komoditi dengan teknologi khusus.Menempatkan karyawan pada
keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.
Waktu set-up gudang dapat dikurangi. Mengatur waktu secara signifikan berkurang
dalam gudang yang akan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan bottom line
mereka untuk melihat lebih banyak waktu efisien dan fokus menghabiskan di daerah lain.
Aliran barang dari gudang ke produksi akan meningkat. Beberapa pekerja akan fokus
pada daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat. Arus barang dari gudang ke rak
ditingkatkan. Memiliki karyawan difokuskan pada area-area tertentu dari sistem akan
memungkinkan mereka untuk proses barang lebih cepat daripada harus mereka rentan
terhadap kelelahan dari melakukan terlalu banyak pekerjaan sekaligus dan menyederhanakan
tugas-tugas di tangan.
Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih efisien. Karyawan
yang memiliki multi-keterampilan yang digunakan lebih efisien. Hal ini akan memungkinkan
perusahaan untuk menggunakan pekerja dalam situasi di mana mereka dibutuhkan bila ada
kekurangan pekerja dan permintaan yang tinggi untuk produk tertentu.
Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten. Konsistensi yang
lebih baik dari penjadwalan dan konsistensi dari jam kerja karyawan yang mungkin. Hal ini
dapat menghemat uang perusahaan dengan tidak harus membayar pekerja untuk pekerjaan
tidak selesai atau bisa minta mereka fokus pada pekerjaan lain di sekitar gudang yang belum
tentu dilakukan pada hari normal.
Kecerdasan, lebih relevan berguna bahwa manajer keuangan di ujung jari mereka
tentang bisnis mereka, pelanggan, pemasok atau mitra dan operasi mereka akan memotivasi
organisasi mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik dan meningkatkan keunggulan
kompetitif mereka dengan menerapkan konsep JIT ke persediaan atau manufaktur . JIT
merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan pada banyak aspek dari bisnis selain
persediaan atau manufaktur.
Sebagai alat inventaris, dapat diawasi oleh manajer keuangan untuk memonitor
biaya dalam rantai nilai. JIT merupakan paradigma baru dari strategi bisnis bergeser dari
manajemen persediaan tradisional ke manajemen rantai pasokan berbasis web yang
meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi memegang persediaan.
Organisasi Pabrik: Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout
berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu
12
Dahtiah, N. (2020). METODE JUST IN TIME SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI
BIAYA PERSEDIAAN BAHANBAKU. 9, 12.
diletakkan dalam satu lokasi.Pelatihan/Tim/keterampilan: JIT memerlukan tambahan
pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi
pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahanyang dilakukan dari system tradisional
dan bagaimana cara kerja JIT yaitu: Membentuk Aliran/Penyederhanaan: Idealnya suatu lini
produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi,
menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.
Kanbal Pull System: Kanbal merupakan system manajemen suatu pengendalian perusahaan,
karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan.
Visibiltas/ pengendalian visual: Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang
merupakan system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional sulit
dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam prosess
dan banyak rute produksi yang saling bersilangan.
Eliminasi Kemacetan: Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun
dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi
silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan
dan departemen lainnya yang relevan.
Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup: Ukuran lot yang ideal bukan
ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini esuai bila
nesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda
yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
Total Productive Maintance: TPM merupakan suatu keharusan dalam sisitem JIT.
Mesi-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator
yang menjalankan mesin tersebut. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan
Perbaikan Berkesinambungan. Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan
harus ada dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus
bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIt tidak ada bahan
cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja
dengan prima.
Dimana:
13
Wicaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kaizen atau perbaikan secara terus menerus selalu beriringan dengan Total Quality
Management (TQM).
Bahkan sebelum filosofi TQM ini terlaksana atau sebelum sistem mutu dapat
dilaksanakan dalam suatu perusahaan maka filosofi ini tidak akan dapat dilaksanakan
sehingga perbaikan secara terus menerus (Kaizen) ini adalah usaha yang melekat pada
filosofi TQM itu sendiri. Sehingga Kaizen bisa juga merupakan suatu kesatuan pandangan
yang komprehensif dan terintegrasi.
Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa jepang yang dapat diartikan sebagai
perbaikan secara terus menerus (countinius improvement). Kaizen nerupakan suatu kesatuan
pandangan yang komperhensif dan terintegrasi yang meliputi:
3. Robotic
5. Sistem saran
6. Otomatisasi
9. Kanban
Startegi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua pihak
terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan.
Tanpa ada komitmen dari pinpinan tersebut JIt tidak dapat terlaksana. Mengubah sistem,
yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang
dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang,
selanjutnya barang akan dating sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita.
Startegi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem produksi
yang tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan. Penemuan lini produksi
yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua
kebutuhanpelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut
dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya. JIT bukan hanya sekedar
metode pengedalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem produksi system produksi yang
saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.
Pembelian dengan Konsep JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan
cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi
permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang
berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:
1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-
sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
10. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli
secara individual
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang
tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi
berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.Produksi JIT dapat
mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
3. Waktu perpindahan
5. Ruangan pabrik
6. Biaya mutu
7. Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan
setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga
kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung
14
Wicaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan
waktu produksi.15
A. Keuntungan JIT
1) Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
3) Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
15
Rony Edward Utama, N. A. (2019). MANAJEMEN OPERASI. Jakarta: UM Jakarta Press.
4) Kertas kerja dapat lebih simple.
B. Kelemahan JIT
Satu kelemahan sistem JIT adalah tingkatan order ditentukan oleh data permintaan
historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori
akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
JIT TRADISIONAL
10. Total quality control (TQC) 10. Acceptable quality level (AQL)
1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan
Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi
tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam
system tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya
signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah
produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan
penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah
produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang
dibeli.16
JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau
mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu
tinggi dan berharga murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok
untuk memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-
aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli
bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.
16
Wicaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk
memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya
rendah.
Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga,
biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf “U” sehingga satu sel tertentu dapat
digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara
berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di
dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan
biaya yang tidak bernilai tambah. Sedangkan struktur departemen dalam system departemen
adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan
tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi
departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta
waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.
System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus digunakan oleh
karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam
berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan,
reparasi, setup, inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan
terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau
departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan
bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi
pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.
TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang
mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan
mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari
karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.AQL
(Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu
yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi
tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sistem JIT juga akan berimplikasi pada sistem akuntansi manajemen karena akan
menyederhanakan sistem akuntansi manajemen. Namun, bagian akuntansi manajemen wajib
mendukung peralihan dari sistem konvensional menuju sistem JIT dengan cara melakukan
pemantauan, identifikasi, dan komunikasi pada para pengambil keputusan mengenai asal-
muasal/sumber penundaan (delay), kesalahan (error), dan pemborosan (waste).
1.Rasio produktivitas konvensional berkenaan dengan tenaga kerja dan mesin kerap
tidak konsisten dengan filosofi JIT.
3.Karena ide dasar JIT adalah minimalisasi pemborosan sekaligus keseragaman alur
kerja, hal tersebut menyebabkan banyak pekerja yang tidak siap dengan perubahan
tersebut. Oleh karena itu, sosialisasi penerapan JIT harus dilakukan jauh-jauh hari.
4. Sistem JIT sangat menekankan kerja sama tim sehingga kerap dijumpai pekerja
yang mengalami stress, terutama mereka yang berasal dari lingkungan kerja yang
selama ini terisolasi atau mereka yang memiliki kepribadian yang tidak team orinted.
17
Rony Edward Utama, N. A. (2019). MANAJEMEN OPERASI. Jakarta: UM Jakarta Press
pemborosan dan menekan biaya18. Pemasok dianggap sebagai mitra usaha, bukan sekedar
hubungan dagang. Hubungan dengan para pemasok bersifat jangka panjang. Dalam JIT,
pembelian bahan yang disesuaikan dengan permintaan konsumen berimplikasi pada
pengurangan jumlah pemasok dan peningkatan kualitas, baik kualitas bahan maupun kualitas
fungsi pembelian.
18
Jay Heizer, B. R. (2016). Manajemen Operasi:Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan. Jakarta:
Salemba Empat.
19
Yamit, Zulian. 2011. Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: Ekonisia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Just In Time merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai
produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan baku, WIP,
dan produk jadi. Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi
berikut, dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja
sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut
sebagai Pull System (system tarik). Dalam system JIT, hanya final assembly line yang
menerima jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier)
menerima pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja
sebelumya (stasiun kerja 1 ) menerima pesananproduksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun
kerja 2 ), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang
tepatdengan spesifiksai yang tepat pula.
3.2 Saran
Setiap perusahaan atau badan usaha sebaiknya menerapkan prinsip dan konsep Just In
Time agar sistem operasional yang dijalankan oleh perusahaan dapat berjalan dengan efektiv
dan efisien. Dengan adanya penerapan sistem operasi Just In Time perusahaan dapat
mengontrol sistem perputaran produksi, persediaan dan pembelian, sehingga sistem
operasional perusahaan dapat berjalan secara teratur dan mengurangi adanya pemborosan
pembiayaan bahan baku, sehingga biaya operasional perusahaan dapat lebih ditekan. Adanya
sistem anggaran biaya operasional yang lebih terarah menjadikan sistem opersional
perusahaan menjadi lebih sehat, Hal ini akan mempengaruhi tingkat penentuan harga dan
kualitas output yang dikeluarkan oleh perusahaan, sehingga hasil akhirnya produk-produk
yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat bersaing di perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, Don.R. dan Maryanne M.Mowen. 1995. Akuntansi Manajemen . Jakarta: Erlangga.
Jay Heizer, B. R. (2016). Manajemen Operasi:Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan.
Jakarta: Salemba Empat.
Rony Edward Utama, N. A. (2019). MANAJEMEN OPERASI. Jakarta: UM Jakarta Press.
Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Sulastri, :. P. (2012). SISTEM JUST IN TIME ( JIT ) PENTING BAGI PERUSAHAAN INDUST.
Dharma Ekonomi(36).
Supriyono, Drs.R.A, Akuntan. 1999. Manajemen Biaya-Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
W, H. S. (2011). PENERAPAN JUST IN TIME DALAM SISTEM PEMBELIAN DAN SISTEM
PRODUKSI. BINUS BUSINESS REVIEW, 2(1), 446-455.
Wicaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yamit, Zulian. 2011. Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: Ekonisia