Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SISTEM INFORMASI MENEJEMEN DALAM SUATU


ORGANISASI
Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi
Menejemen

Dosen Pengampu : Lu’luul Ma’nunah ,S.TP.,M.P.

Disusun Oleh :
Amirotul Khoir (20105530003)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
BLITAR
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah saya dapat menyalesaikan makalah
Sistem Informasi Manajemen
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen. Untuk itu saya selaku penyusun sangat berterimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen
mata kuliah Sistem Informasi Manajemen yang telah memberikan bimbingannya sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Selaku penyusun saya sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi saya selaku
penyusun.

Blitar,25 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
Tujuan penulisan .................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Peranan Sistem Informasi Menejemen Bagi Suatu Organisasi ......................................... 5
B.Peranan Informasi dalam Pemecahan Masalah Menejemen .............................................. 5
C.Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan ............................................................. 5
Langkah-langkah Pemecahan Masalah 1. Definisikan Masalah yang Ada. ....................... 5
Kita perlu berfokus pada apa yang menjadi masalah intinya dan mencari tahu segalanya
secara rinci. Seringkali kita hanya menganalisa permasalahan sekejap saja, sehingga kita
tidak bisa mengetahui penyebab suatu permasalahan dengan benar. Untuk
mendefinisikan permasalahan secara tepat, jangan lupa untuk mengikuti langkah-langkah
berikut ini:........................................................................................................................... 5
2. Mencari Solusi Alternatif. .............................................................................................. 6
3. Evaluasi dan Pilih Solusi Alternatif yang Ada. .............................................................. 6
4. Coba untuk Terapkan dan Tindak Lanjuti Solusinya. .................................................... 6
Pengambilan Keputusan ......................................................................................................... 7
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ............................................................................. 7
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ........ 9
PRINSIP DAN PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN ....................................................... 10
MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN ............................................................................ 12
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDU (INDIVIDUAL DECISION
MAKING) ................................................................................................................................ 13
E. Manfaat Sistem Informasi Menejemen Dalam Organisasi .................................................. 22
H. Tahapan-Tahapan Pemecahan Masalah .............................................................................. 25
BAB III .................................................................................................................................... 27
PENUTUPAN .......................................................................................................................... 27
A.KESIMPULAN ................................................................................................................ 27
B.DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sistem informasi manajemen ( SIM ) adalah salah satu dari lima subsistem utama CBIS.
Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan
atau dalam subunit organisasional perusahaan. Subunit dapat didasarkan pada area fungsional
atau tingkatan manjemen. SIM menyediakan informasi bagai pemakai dalam bentuk laporan
dan output dari berbagai simulasi model matematika. Laporan dan output model dapat
disediakan dalam bentuk tabel atau grafik. Pengaruh perilaku selalu penting bagi kinerja
sistem informasi, tetapi terutama penting bagi sistem informasi organisasi seperti SIM. Para
manajer dan spesialis informasi dapat membuat program yang dirancang untuk mengubah
dampak negatif dari pengaruh perilaku menjadi hasil yang positif. SIM mencerminkan suatu
sikap para eksekutif yang menginginkan agar komputer tersedia untuk semua pemecah
masalah perusahaan. Ketika SIM berada pada tempatnya dan berfungsi seperti yang
diinginkan, SIM dapat membantu manajer dan pemakai lain di dalam dan di luar perusahaan
mengidentifikasi dan memahami masalah.

Rumusan Masalah
1.Apa peran SIM bagi suatu organisasi?
2.Apa peran SIM untuk pengambilan keputusan dan pemecah masalah?
3.Apa manfaat SIM bagi suatu organisasi dan perusahaan
4..Bagaimana tahapan – tahapan pemecahan masalah?

Tujuan penulisan
1.Untuk mengetahui apa peran SIM bagi suatu organisasi dan perusahaan
2.Untuk mengetahui manfaat SIM bagi suatu organisasi dan perusahaan
3.Untuk mengetahui Tahapan – tahapan pemecahan masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranan Sistem Informasi Menejemen Bagi Suatu Organisasi


Tanpa adanya informasi yang tepat di dalam organisasi, kegiatan dalam organisasi tidak akan
berjalan dengan baik. Dalam organisasi, sistem informasi manajemen berperan penting
dalam menyediakan informasi. informasi tidak hanya berasal dari dalam organisasi tetapi dari
luar organisasi.Perkembangan sistem informasi manajemen memberikan dukungan yang
besar pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan informasi bagi para pengambil keputusan dan
pemakai lainnya dalam organisasi.
B.Peranan Informasi dalam Pemecahan Masalah Menejemen
Hasil dari aktivitas pemecahan masalah adalah solusi. Memikirkan masalah sebagai sesuatu
hal yang selalu buruk adalah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, karena kita jarang
mengartikan frase mengambil keuntungan dari sebuah situasi sama halnya dengan kita
mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan memperhitungkan
peraihan kesempatan ke dalam pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah sebagai
suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki potensi untuk merugikan bagi
sebuah perusahaanatau yang menguntungkan atau yang memiliki potensi untuk menghasilkan
keuntungan.
Selama proses pemecahan masalah, manajer akan terlibat dalam pengambilan keputusan,
yaitu tindakan memilih alternatif tindakan.
C.Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Pemecahan masalah adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan dengan cara mendefinisikan masalah, menentukan penyebab utama dari suatu
permasalahan, mencari sebuah solusi dan alternatif untuk pemecahan masalah, dan
mengimplementasikan solusi tersebut sampai masalah benar-benar dapat terselesaikan.

Langkah-langkah Pemecahan Masalah


1. Definisikan Masalah yang Ada.

Kita perlu berfokus pada apa yang menjadi masalah intinya dan mencari tahu segalanya
secara rinci. Seringkali kita hanya menganalisa permasalahan sekejap saja, sehingga kita
tidak bisa mengetahui penyebab suatu permasalahan dengan benar. Untuk mendefinisikan
permasalahan secara tepat, jangan lupa untuk mengikuti langkah-langkah berikut ini:

- Ketika mendefinisikan permasalahan, kita perlu membedakan antara fakta dan pendapat.
Logikanya, kita tidak akan mendapatkan penyebab permasalahan yang valid jika kita tidak
bisa membedakan keduanya.
- Dalam hal ini, kita juga perlu menyatakan atau mengungkapkan permasalahan yang terjadi
secara spesifik.
- Coba identifikasi standar, norma-norma atau nilai-nilai apa saja yang telah dilanggar dari
permasalahan ini.
- Kita perlu menentukan dimana titik permasalahan yang ada dan mulai merancang proses
pemecahan masalah.
- Pastikan untuk tidak menyelesaikan sebuah permasalahan tanpa data-data yang valid.

2. Mencari Solusi Alternatif.

Setelah mengidentifikasi permasalahan yang ada secara detail, maka sekarang waktunya
untuk membuat beberapa pilihan yang bisa kita pilih untuk mencari solusi alternatif yang
efektif. Oleh karena itu, kita perlu menunda pemilihan solusi alternatif sampai kita benar-
benar sudah mendapatkan solusi yang cocok dan yang diinginkan oleh semua pihak yang
terlibat. Jadi, kita perlu menunggu sampai proses evaluasi terakhir, baru bisa menentukan
solusi alternatif mana yang akan kita gunakan. Oh ya, jangan lupa gunakan langkah-langkah
di bawah ini ya.
- Pastikan untuk tidak terburu-buru dalam menentukan suatu solusi alternatif.
- Sertakan semua individu yang terlibat dalam menentukan solusi alternatif yang terbaik.
- Tentukan solusi alternatif yang sejalan dengan tujuan organisasi atau perusahaan.
- Tentukan solusi alternatif untuk jangka pendek dan jangka panjang.
- Pertimbangkan ide-ide yang disampaikan oleh orang lain (Ingat, semua orang berhak
memberikan pendapat mereka terhadap solusi alternatif).
- Pilih solusi alternatif yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah.

3. Evaluasi dan Pilih Solusi Alternatif yang Ada.

Langkah ketiga yang bisa kita lakukan adalah mengevaluasi setiap pilihan solusi alternatif
yang ada, lalu memilihnya secara bijak dengan mempertimbangkan segala kebaikan dan
keburukan yang akan dihasilkan di masa depan. Dalam mengevaluasi pilihan solusi alternatif,
kita juga perlu melakukannya secara hati-hati. Maksudnya, jangan sampai kita
mempertimbangkannya secara bias, sehingga solusi alternatif yang dihasilkan bisa saja
sebenarnya tidak cocok dengan permasalahan yang ada. Oh ya, juga jangan lupa untuk
memilih solusi alternatif yang benar-benar sesuai dengan visi dan misi perusahaan kita ya,
rekan-rekan Career Advice. Berikut ini adalah poin-poin yang bisa kita terapkan:
- Mengevaluasi solusi alternatif yang relatif terhadap standar target yang ada.
- Kita juga perlu mengevaluasi semua solusi alternatif yang ada tanpa rasa bias.
- Kita perlu mengevaluasi solusi alternatif yang mungkin terbukti berhasil.

4. Coba untuk Terapkan dan Tindak Lanjuti Solusinya.

Kini saatnya kita menerapkan solusi yang sudah terpilih untuk memecahkan permasalahan
yang ada. Akan tetapi, bukan berarti menerapkan solusi telah menandakan bahwa
permasalahan dapat selesai begitu saja loh ya. Perlu ada tindak lanjut atau follow up yang
dilakukan oleh orang-orang yang terlibat agar mereka bisa meninjau bersama, apakah
permasalahan yang ada sudah benar-benar terselesaikan atau belum. Nah, pastikan rekan
pembaca sudah melewati poin-poin di bawah ini ya.
- Kita perlu merencanakan dan mengimplementasikan solusi alternatif yang telah dipilih dan
di uji coba.
- Kita perlu mengumpulkan segala umpan balik dari semua pihak yang mungkin akan terkena
dampak dari solusi alternatif tersebut.
- Kita juga perlu mencari persetujuan atau konsensus dari semua pihak yang terkena
dampaknya.
- Selain itu, jangan lupa untuk menetapkan langkah-langkah dan pemantauan secara
berkelanjutan ya!
- Terakhir, kita perlu terus mengevaluasi hasil jangka panjang berdasarkan solusi akhir yang
telah kita pilih secara bersama-sama.

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari
seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh
pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan (decision). Definisi
Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :
1. G. R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu
dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
2. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara
bertindak adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak
ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
3. Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak.
Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh
manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan
pemecahan masalah.
4. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah
alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.
5. Chester I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran
proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku
organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah
proses pemilihan alternatif solusi untuk masalah. Secara umum pengambilan keputusan
adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan memilih alternatif solusi yang ada.

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1. Teori Rasional Komprehensif
Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak diterima
oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari
masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat
diperbandingkan satu sama lain.
2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas
dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kepentingannya
3. Berbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.
4. Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif Yang diPilih
diteliti.
5. Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya,
dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya.
6. Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat
memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah digariskan.

2. Teori Inkremental
Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan
keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti daram
teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih banyak
menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil
kepurusan sehari-hari. Pokok-pokok teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai sesuatu hal
yang saling terpisah.
2. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa altematif yang langsung
berhubungan dengan pokok masalah dan altematif-alternatif ini hanya dipandang berbeda
secara inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada
sekarang.
3. Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja yang akan
dievaluasi.
4. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara terarur.
Pandangan inkrementalisme memberikan kemungkin untuk mempertimbangkan dan
menyesuaikan tujuan dan sarana serta sarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari
masalah itu lebih dapat ditanggulangi.
5. Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah. Batu uji
bagi keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada akhirnya
akan sepakat pada keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa keputusan itu
adalah yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
6. Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan
kecil dan hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-upaya
konkrit dalam mengatasi masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk
menyodorkan tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan datang.

Keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada hakikatnya merupakan produk


dari saling memberi dan menerima dan saling percaya di antara berbagai pihak yang terlibat
dalam proses keputusan tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya majemuk paham
lnkremental ini secara politis lebih aman karena akan lebih gampang untuk mencapai
kesepakatan apabila masalah-masalah yang diperdebatkan oleh berbagai kelompok yang
terlibat hanyalah bersifat upaya untuk memodifikasi terhadap program-program yang sudah
ada daripada jika hal tersebut menyangkut isu-isu kebijaksanaan mengenai perubahan-
perubahan yang radikal yang memiliki sifat ” ambil semua atau tidak sama sekali.
Karena para pembuat keputusan itu berada dalam keadaan yang serba tidak pasti khususnya
yang menyangkut akibat-akibat dari tindakan-tindakan mereka di masa datang, maka
keputusan yang bersifat inkremental ini akan dapat mengurangi resiko dan biaya yang
ditimbulkan oleh suasana ketidakpastian itu Paham inkremental ini juga cukup realistis
karena ia menyadari bahwa para pembuat keputusan sebenarya kurang waktu, kurang
pengalaman dan kurang sumber-sumber lain yang diperlukan untuk melakukan analisis yang
komprehensif terhadap semua altematif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada
3. teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)
Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju terhadap
kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori rasional komprehensif, akan
tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang terdapat pada teori inkremental.
Misalnya, keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan penganut model
inkremental akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari
kelompok-kelompok yang kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang mampu
mengorganisasikan kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-
kepentingan dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu
mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan.
Lebih lanjut dengan memusatkan perhatiannya pada kepentingan/tujuan jangka pendek dan
hanya berusaha untuk memperhatikan variasi yang terbatas dalam kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang ada sekarang, maka model inkremental cenderung mengabaikan peluang
bagi perlunya pembaruan sosial (social inovation) yang mendasar.

Oleh karena itu, menurut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam pembuatan
keputusan cenderung menghasilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo, sehingga
merintangi upaya menyempurnakan proses pembuatan keputusan itu sendiri. Bagi sarjana
seperti Dror– yang pada dasamya merupakan salah seorang penganjur teori rasional yang
terkemuka — model inkremental ini justru dianggapnya merupakan strategi yang tidak cocok
untuk diterapkan di negara-negara sedang berkembang, sebab di negara-negara ini perubahan
yang kecil-kecilan (inkremental) tidaklah memadai guna tercapainya hasil berupa perbaikan-
perbaikan besar-besaran.
Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat kemampuan para pembuat
keputusan yang berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan, bahwa semakin besar
kemampuan para pembuat keputusan untuk memobilisasikan kekuasaannya guna
mengimplementasikan keputusan-keputusan mereka, semakin besar keperluannya untuk
melakukan scanning dan semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif pengambilan
keputusan ‘tersebul Dengan demikian, moder pengamatan terpadu ini pada hakikatnya
merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional
komprehensif dan moder inkremental dalam proses pengambilan keputusan.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN


KEPUTUSAN
A) Komposisi kelompok.
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok.
1. Penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi
2. Pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi
3. Komunikasi dan status struktur; biasanya yang osisinya tertinggi paling mendominasi
dalam kelompok.
4. Ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya
adalah semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut.
B) Kesamaan anggota kelompok Keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila
anggota kelompok sama satu dengan yang lain.
C) Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok
lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya
perbadingan sosial. Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk
mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut.
PRINSIP DAN PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pembuatan keputusan mengenal berbagai prinsip dasar sehingga baik dalam tahapan
perumusan maupun implementasinya pembuatan keputusan tersebut memenuhi syarat
sebagai alat manajemen yang dapat memberikan panduan bagi anggota dalam bertindak dan
berprilaku. Adapun Prinsip-Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keputusan pada dasarnya ditujukan untuk memecahkan masalah, karena itu setiap
alternatif solusi hendaknya tepat untuk masalah yang dituju.
2. Setiap keputusan hendaknya merupakan alternatif terbaik dengan resiko yang amat minial.
3. Keputusan hendaknya sudah mempertimbangkan lingkup dan resiko secara sistematik dan
sistemik.
4. Keputusan hendaknya tidak berada diluar zona of acceptance manusia.
5. Keputusan yang efektif adalah keputusan yang dapat dilaksanakan.
6. Keputusan hendaknya memecahkan masalah yang generik bukan masalah yang oprasional
teknis.
7. Pembuatan Keputusan terdiri dari tahap perumusan keputusan dan implementasi
keputusan.
8. Pembuatan keputusan hendaknya menghasilkan suatu hasil yang dapat diukur.
9. keputusan tidak selalu harus dimulai dari data, tapi dari judgement.
Keseluruhan prinsip di atas dapat dijadikan dasar dalam setiap pembuatan keputusan. Dengan
menerapkan prinsip tersebut pembuat keputusan dapat terhindar dari berbagai kesalahan
dalam menggunakan pembuatan keputusan. Ini mengandung arti bahwa kekacauan
manajemen yang acap kali disebabkan oleh pembuatan keputusan yang tidak didasarkan
kepada prinsip yang tepat dapat dihindari. Proses pembuatan keputusan terdiri dari dua
tahapan yaitu: tahapan perumusan keputusan dan tahapan implementasi keputusan. Setiap
tahapan terdiri dari berbagai langkah atau kegiatan yang secara sistematik dan runtun perlu
diikuti oleh setiap pembuat keputusan. Keseluruhan rincian tahapan dan kegiatan pembuatan
keputusan tersebut tercantum di bawah ini.
A. Perumusan Keputusan
1. Identifikasi masalah
Keputusan diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah. Langkah pertama yang harus
dilakukan oleh pembuat keputusan adalah masalah-masalah apa saja yang harus diputuskan.
Menurut Peter Drucker, seorang eksekutif yang efektif tidak membuat keputusan untuk setiap
masalah. Masalah yang harus mendapat perhatian adalah masalah-masalah mendasar yang
mempunyai dampak luas dan menyeluruh bagi anggota dan bagi organisasi. Masalah-masalah
ini disebut dengan “generic problems”. Masalah biasa tidak perlu diputuskan oleh eksekutif,
tapi cukup oleh pimpinan tingkat yang lebih rendah berdasarkan aturan organisasi yang
berlaku. Identifikasi masalah generik ini tidak perlu ditunjang oleh data yang lengkap, sebab
bila data yang lengkap harus terkumpul dahulu, maka tidak akan ada suatu keputusan.
Keputusan dapat dimulai dari judgment rasional dari seorang pemimpin.
2. Perumusan tujuan
Tujuan apakah yang harus dicapai melalui pemecahan suatu masalah? Asumsi dasar untuk
setiap keputusan adalah bahwa suatu keputusan dibuat oleh seorang pemimpin untuk
mencapai tujuan tertentu. Ini berarti tidak hanya masalah yang dipecahkan saja yang perlu
jelas, tapi juga tujuan yang akan dicapainya harus labih jelas lagi. Kejelasan tujuan ini
diperlukan sebagai pedoman untuk menentukan pilihan-pilihan keputusan yang paling tepat
untuk suatu masalah. Keberhasilan suatu keputusan ditentukan oleh “apakah tujuan yang
sudah ditetapkan itu akhirnya dapat dicapai atau tidak”. Tujuan untuk masalah-masalah yang
generik harus dirumuskan secara umum dan mendasar, yang kemudian diterjemahkan
kedalam tujuan-tijuan yang lebih operasional yang disebut dengan objektif. Setiap objektif
perlu pula dijabarkan kedalam target-target baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Suatu “decision tree” perlu dikembangkan sehingga jangkauan dampak dan lingkup suatu
keputusan dapat diketahui dengan jelas.
3. Identifikasi Alternatif Solusi
Alternatif solusi atau pemecahan untuk suatu masalah sangat penting karena setiap masalah
tidak mungkin dipecahkan hanya oleh suatu cara pemecahan saja. Alternatif-alternatif ini
diperlukan untuk sampai kepada pilihan keputusan yang tepat dengan resiko yang sangat
minimal. Identifikasi alternatif solusi ini ditentukan oleh: latar belakang pendidikan,
pengalaman hidup, tingkat kecerdasan, kemampuan antisipatif, kemampuan berfikir kedepan,
imaginasi, cita-cita, kreativitas, dan kemampuan untuk melihat secara jeli setiap resiko dan
dampak serta peluang yang mungkin diciptakan oleh suatu alternatif keputusan tertentu.
4. Penentuan Kriteria Pemilihan Alternatif Solusi
Kriteria suatu alternatif pemecahan sangat sulit dikembangkan secara pasti, karena sangat
bergantung kepada kondisi dan visi pembuat dan pelaksana keputusan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Namun demikian kriteria umum dapat diungkap seperti dibawah ini:
a. Alternatif solusi itu harus tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
b. Altertnatif solusi itu harus jelas dampak, resiko dan peluang yang mungkin diciptakan
c. Alternatif solusi itu harus feasible untuk dilaksanakan
d. Alternatif solusi itu harus tidak bertentangan dengan nilai, etika, moral yang dipegang oleh
anggota organisasi dan oleh organisasi.
e. Alternatif solusi itu harus membawa perubahan bagi organisasi menuju yang lebih baik
dari keadaan sekarang.
Secara operasional akhirnya kriteria ini sangat ditentukan oleh pembuat keputusan. Alternatif
solusi yang dipilih mungkin mempunyai resiko tinggi dan sulit dilaksanakan, tapi dapat
membawa perubahan yang diinginkan. Dalam manajemen acapkali ditemukan suatu alternatif
solusi yang sangat mahal yang harus diambil untuk suatu hasil yang mempunyai nilai sangat
tinggi.
5. Penentuan Pilihan Alternatif Solusi (Keputusan)
Penentuan pilihan solusi atau keputusan ini dalam tahapan pembuatan keputusan merupakan
tahapan yang sangat kritis dan sangat menentukan. Pembuat keputusan atas dasar semua
pilihan yang tersedia, dengan berbagai resiko, dampak dan peluang akhirnya harus sampai
pada suatu titik pilihan keputusan. Pilihan ini harus diambil dengan kecermatan, kejelian,
keberanian, tanggung jawab, dan komitmen yang besar. Tanpa sikap-sikap seperti itu suatu
keputusan tidak akan mempunyai makna apa-apa. Sikap seperti inilah yang menciptakan
berbagai dinamika dan perubahan dalam suatu organisasi.
B. Implentasi Keputusan
1. Legalisasi Keputusan
Langkah ini diperlukan dalam suatu proses pembuatan keputusan sebagai suatu cara untuk
memperoleh keabsahan dan komitmen serta dasar hokum dari suatu keputusan sehingga
seluruh anggota, unsur-unsur pimpinan dan seluruh jajaran organisasi terikat untuk
melaksanakan keputusan itu. Legalisasi ini diwujudkan berdasarkan ketentuan yang
diberlakukan dalam suatu organisasi.
2. Plan of actions
Atas dasar keputusan formal organisasi yang secara hukum memperoleh kekuatan, maka
rancangan oprasional atau plan of action dapat disusun. Plan of action mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Objective dan sasaran operasional
b. Penentuan tugas dan tanggung jawab bagi setiap, personel yang terlibat
c. Mekanisme organisasi dalam melaksanakan keputusan termasuk mekanisme pengawasan
d. Penentuan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk setiap kegiatan, termasuk sumber
dana
e. Time-line dari langkah awal hingga langkah review dan evaluasi
3. Sosialisasi dan Komunikasi
Langkah ini dipandang strategis untuk memasyarakatkan keputusan agar setiap orang
memahami dalam rangka memenangkan dukungan untuk upaya yang mengandung
pembaharuan. Tujuan yang perlu dicapai adalah support atau dukungan dari segenap anggota
atau masyarakat organisasi terhadap upaya yang akan dilaksanakan. Sosialisasi dan
komunikasi ini harus dirancang secara sistematik untuk menciptakan kondisi dan suasana
yang favourable. Kritikan dan resistansi harus diantisipasi dan langkah-langkah
penanggulangannya sudah harus disiapkan. Keseluruhan jalur komunikasi organisasi dan
media teknologi yang diperlukan harus dimobilisir sedemikian rupa sehingga suasana yang
favourable itu dapat diciptakan. Winning the support dari masyarakat begitu penting untuk
ikut mendorong terwujudnya hasil yang diharapkan.
4. Action
Tahapan ini merupakan titik tumpu untuk keberhasilan tahapan implementasi keputusan.
Tahapan action ini merupakan ”putting thing into practice”. Keseluruhan persiapan termasuk
mekanisme organisasi yang telah disusun dicoba untuk bekerja melaksanakan keputusan yang
telah diambil. Koordinasi, Komunikasi, dan kerja sama adalah kunci dari kelancaran proses
implementasi ini Dalam pelaksanaan action ini ada beberapa hal yang kritis yaitu: organisasi,
personnel, dan dana dalam suatu interaksi manajemen. Unsur kemampuan pimpinan untuk
menggerakan rancangan adalah sangat penting. Pada awal action tentu akan ditemui berbagai
kesulitan, pada langkah awal inilah diperlukan kesiapan seluruh aparat eksekutif untuk selalu
siaga dalam menangani berbagai kesulitan yang muncul.
5. Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu unsur yang dapat dimanfaatkan untuk membantu kelancaran
implementasi. Pengawasan ini mencakup pemantauan atau monitoring, evaluasi dan
intervensi untuk meluruskan apa yang ditemui tidak sesuai dengan ketentuan dan aturan yang
telah ditentukan. Pengawasan ini dapat dilakukan oleh aparat yang ditunjuk untuk itu, atau
langsung oleh unsur pimpinan kepada bawahannya.
6. Review dan evaluasi
Review adalah kaji ulang setiap langkah dan tahapan yang telah dilaksanakan sedangkan
evaluasi adalah proses penilaian untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas
manajemen dalam rangka melaksanakan keputusan. Kegiatan ini tidak harus menunggu
hingga keseluruhan langkah implementasi selesai, tapi dapat dilaksanakan secara terjadwal
dan kontinue dalam rintangan waktu yang telah ditentukan. Dengan sistem review dan
evaluasi seperti ini keseluruhan gambaran proses implementasi dapat di ketahui tingkat
kemajuannya, kesulitannya dan hambatannya, karena itu langkah-langkah teknis untuk
mengatasi semua persoalan dapat disusun secara sistemik dan sistematik.

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN


A. Model Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty). Menggambarkan
bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) hanya mempunyai satu hasil (pay off tunggal).
Model ini disebut juga Model Kepastian/ Deterministik.
B. Model Pengambilan Keputusan dalam kondisi Berisiko (Risk). Menggambarkan bahwa
setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-
masing kemungkinan hasil probabilitasnya dapat diperhitungakan atau dapat diketahui.
Model Keputusan dengan Risiko ini disebut juga Model Stokastik.
C. Model Pengambilan Keputusan dengan Ketidakpastian (Uncertainty). Menggambarkan
bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan
masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya tidak dapat diketahui/ditentukan. Model
Keputusan dengan kondisi seperti ini adalah situasi yang paling sulit untuk pengambilan
keputusan. (Kondisi yang penuh ketidakpastian ini relevan dengan apa yang dipelajari dalam
Game Theory)
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDU (INDIVIDUAL
DECISION MAKING)

Proses pembuatan keputusan individu yang dihasilkan oleh manager dapat dibedakan menjadi
dua macam, pertama rational approach pendekatan ini menuntut manajer untuk membuat
keputusan dan kedua adalah bounded rationality perspective yang menjelaskan bagaimana
keputusan dibuat dibawah keterbatasan waktu dan sumber daya.
a. Rational Approach
Merupakan sebuah pendekatan rasional yang menekankan analisis permasalahan secara
sistematis yang diikuti dengan pemilihan alternatif serta implementasi keputusan tersebut
proses pembuatan keputusan secara individu. Pendekatan ini merupakan model ideal
bagaimana keputusan dibuat dan pada praktiknya pendekatan ini tidak sepenuhnya dapat
dicapai dalam dunia nyata. Menurut model ini keputusan dibuat melalui 8 tahap, antara lain:
1) Monitor the decision environment
Pada tahap ini, manajer memonitor informasi yang mengindikasikan terjadinya
penyimpangan baik itu informasi yang bersifat internal maupun eksternal.
2) Define the decision problem
Pada tahap ini dilakukan identifikasi detail dari permasalahan yang terjadi.
3) Specify decision objectives
Pada tahap ini manajer menentukan apa yang ingin dicapai oleh keputusan yang akan dibuat.
4) Diagnose the problem
Di tahap ini manajer menelusuri lebih lanjut serta menganalisa apa yang menjadi sumber
permasalahan.
5) Develop alternative solutions
Manajer mengemukakan tidak hanya satu alternatif keputusan dalam menangani masalah.
6) Evaluate alternatives
Pada tahap ini teknik-teknik statistik atau pengalaman pribadi dapat digunakan untuk mencari
alternatif keputusan dengan tingkat keberhasilan tertinggi.
7) Choose the best alternative
Pada tahap ini kemampuan seorang manajer diuji untuk memutuskan alternatif keputusan
mana yang harus dipilih, sehingga ditahap ini akan dihasilkan alternatif keputusan tunggal
sebagai solusi dari permasalahan yang terjadi.
8) Implement the chosen alternative
Pada tahap ini manager mulai menggunakan kemampuan persuasif dan administratif
manjerial yang dimilikinya. Manajer juga dituntut untuk memberikan arahan guna menjamin
keputusan yang diambil dilaksanakan dengan baik.
b. Bounded Rationality Perspective
Pendekatan proses pengambilan keputusan secara rasional sangat sulit dilakukan karena pada
kenyataannya manajer dalam dunia nyata dituntut untuk melakukan pengambilan keputusan
yang cepat, sehingga dalam pengambilan keputusan manajer akan terbatasi oleh waktu, faktor
internal dan eksternal serta sifat alamiah suatu permasalahan yang tidak memungkinkan
untuk dilakukannya suatu analisa menyeluruh terhadap permasalahan tersebut. Hal ini
menjadikan pengambilan keputusan secara rasional menjadi terbatasi (bounded rationality
perspective). Pengambilan keputusan menggunakan pendekatan ini umumnya lebih
menekankan pada aspek intuisi, pengalaman dan penilaian (judgement) dibandingkan dengan
langkah-langkah logis. Intuisi tidak selalu bersifat irasional, karena intuisi didasarkan atas
pengalaman bertahun-tahun dari seorang manajer terhadap pekerjaannya yang telah
tersimpan di alam bawah sadarnya. Intuisi akan menghasilkan keberanian serta firasat
mengenai alternatif keputusan mana yang diperkirakan dapat memecahkan permasalahan,
sehingga intuisi akan mempersingkat waktu dalam pengambilan keputusan.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORGANISASI
Pada level organisasi keputusan yang dibuat umumnya tidak berasal dari satu manajer tapi
merupakan kombinasi keputusan yang melibatkan seluruh manajer pada suatu organisasi.
Berdasarkan penelitian terdapat 4 macam proses pengambilan keputusan pada level
organisasi, yaitu: Perspective Management science approach, Carniege model, Incremental
decision proses model, Garbage can model.
a. Management Science Approach
Pendekatan manajemen pengetahuan dapat didefinisikan sebagai pendekatan rasional
pengambilan keputusan pada level organisasi. Pendekatan ini merupakan alat yang baik
dalam proses pengambilan keputusan organisasi, terutama jika permasalahan yang terjadi
dapat dianalisa serta variabel permasalahan dapat di identifikasi serta terukur. Kelemahan
model ini adalah tidak banyak permasalahan dengan data kuantitatif yang memadai dan
proses penyampaian tacit knowledge (pengetahuan yang dimiliki setiap manajer) umumnya
sukar dilakukan. Keputusan yang dihasilkan menggunakan pendekatan ini dapat berupa
kesimpulan kualitatif, kuantitatif atau kombinasi keduanya.
b. Carnegie Model
Model ini dapat digambarkan sebagai model bounded rationality perspective pada level
organisasi. Model ini menjelaskan pengambilan keputusan melalui beberapa tahapan sebagai
berikut:
1) Adanya ketidakpastian karena terbatasnya informasi yang dapat diperoleh manajer serta
konflik kepentingan yang terjadi karena setiap manajer memiliki tujuan, opini, nilai, serta
pengalaman yang berbeda-beda akan mendorong terjadinya koalisi antar manajer.
2) Koalisi akan dibutuhkan selama proses pengambilan keputusan karena:
a) Ambiguitas tujuan organisasi dan inkonsistensi tujuan dari departemen operasi.
b) Manajer tidak memiliki waktu, sumber daya serta kapasitas mental untuk mengidentifikasi
setiap dimensi serta memproses seluruh informasi yang relevan dengan keputusan yang akan
dibuat.
Terbentuknya koalisi antar manajer memungkin kan terjadinya diskusi, interpretasi tujuan
serta permasalahan, tukar pendapat, menentukan prioritas masalah, serta dukungan secara
sosial terhadap permasalahan beserta solusinya.
3) Koalisi akan mempermudah pencarian solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada.
4) Solusi yang ada akan menghasilkan keputusan yang akan memberikan solusi memuaskan
(satisficing) dan bukan solusi optimal bagi organisasi. Hal ini terjadi karena adanya
problemistic search, yaitu kondisi dimana manajer terpaku pada lingkungan koalisi yang
terbentuk sehingga mereka hanya mengharapkan solusi yang secepatnya dapat memecahkan
masalah tanpa mempertimbangkan optimalisasi organisasi.
Kelemahan model Carnegie antara lain, terkadang sulit untuk membangun koalisi yang solid,
diskusi dalam tubuh koalisi biasanya memerlukan waktu lama untuk mencapai suatu
kesepakatan dan keputusan yang dihasilkan biasanya hanya memberikan solusi satisficing,
selain itu model ini juga menekankan pentingnya persetujuan politik (political bargaining)
sehingga model Carnegie cocok digunakan dalam mengidentifikasi masalah yang terjadi di
organisasi.
c. Incremental Decision Process Model
Model ini pengambilan keputusan ini menyerupai dengan model pengambilan keputusan
secara Carnegie, yang menekankan lebih detail pada tahapan mulai dari identifikasi masalah
hingga solusinya, namun kurang menekankan pada faktor sosial dan politik. Tahapan
pengambilan keputusan dapat dijabarkan melalui 3 fase, yaitu:
1) Identification Phase
Fase identifikasi ini diawali dengan rekognisi, yaitu suatu keadaan dimana para manajer
menjadi sadar akan adanya masalah dan perlunya mengambil suatu keputusan. Rekognisi
pada umumnya distimulasi oleh adanya masalah yang tercermin dari perubahan lingkungan
eksternal organisasi sehingga terjadi penurunan kinerja. Kemudian, setelah rekognisi manajer
akan melalui langkah selanjutnya, yakni diagnosis dimana terjadi pengumpulan informasi
yang dibutuhkan untuk menjelaskan masalah yang terjadi.
2) Development Phase
Pada fase ini terbentuk beberapa solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang sebelumnya
telah teridentifikasi. Solusi ini terbentuk melalui dua cara, antara lain:
a) Search
Pada cara ini dapat digunakan prosedur dalam mencari alternatif keputusan.
b) Design
Setelah itu dilakukan pemilihan desain solusi yang diinginkan melalui proses trial-and-error.
3) Selection Phase
Fase dimana terjadi pemilihan solusi. Pemilihan solusi ini dilakukan melalui 3 cara, pertama
penilaian (judgement) dimana para pembuat keputusan melakukan penilaian terhadap
alternatif-alternatif solusi yang ada. Kedua, perundingan (bargaining), perundingan akan
terjadi jika pemilihan solusi melibatkan lebih dari satu pembuat keputusan, diskusi dan
perundingan ini akan berjalan hingga terbentuk sebuah koalisi seperti yang dijelaskan pada
model Carnegie diatas. Ketiga, pemberian wewenang (authorization) pada tahap ini
keputusan akan disebarluaskan kepada setiap hirarki organisasi hingga level terbawah dari
hirarki.
d. Garbage Can Model
Model ini merupakan hasil evolusi dari Carnegie Model dan Incremental Decision Process
Model. Perbedaannya adalah, jika Carnegie dan Incremental Decision Process Model
memberikan informasi mengenai bagaimana keputusan tunggal terbentuk, maka Garbage Can
Model menggambarkan bagaimana alur setiap keputusan dibuat dalam organisasi secara
keseluruhan. Beberapa karakteristik mengenai model ini adalah:
1) Organized anarchy
Yaitu suatu keadaan dimana terjadi tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, sehingga terjadi
anarki organisasi dimana terjadi penyimpangan otoritas vertikal dari hirarki serta
keputusan birokratik. Anarki organisasi ditandai dengan adanya perubahan yang cepat dan
kolektif terhadap lingkungan birokrasi.
2) Streams of events
Karakteristik lain dari Garbage Can Model adalah proses pengambilan keputusan yang tidak
berurutan dimana seharusnya pengambilan keputusan seharusnya diawali dengan adanya
suatu masalah dan berakhir dengan ditemukannya solusi. Pengambilan keputusan yang terjadi
pada model ini mengikuti aliran sebagai berikut:
a) Problems
Masalah muncul saat terjadi ketidakpuasan terhadap kinerja.
b) Potential solution
Merupakan gagasan yang dikemukakan seorang karyawan yang tidak selalu menduduki
jabatan seorang manajer.
c) Participants
Partisipan merupakan karyawan organisasi.
d) Choice of opportunities
Merupakan saat dimana organisasi memiliki peluang dan harus membuat keputusan.
3) Consequences
Gargbage can model memiliki 4 macam konsekuensi, antara lain:
a) Solusi dapat saja terbentuk meskipun organisasi tidak sedang mengalami masalah.
b) Pilihan dapat ditentukan meskipun terkadang tidak memecahkan permasalahan.
c) Permasalahan dapat berlarut-larut, karena partisipan terbiasa dengan masalah yang terjadi
dan menyerah untuk menyelesaikannya.
d) Tidak semua masalah dapat terpecahkan.
Garbage can model cocok untuk digunakan pada pengambilan keputusan pada keadaaan
problematik dengan informasi mengenai permasalahan yang sangat minim.

Di era sekarang ini pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan yang dilakukan manajer
selalu berkaitan dengan ketidakpastian dari hasil keputusan yang diambil. Untuk mengurangi
faktor ketidakpastian tersebut, keputusan membutuhkan informasi yang akurat mengenai
kondisi yang telah, dan mungkin akan terjadi, kemudian mengolah informasi tersebut
menjadi beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai bahan pertimbangannya dalam
memutuskan langkah yang akan dilaksanakannya, sehingga keputusan yang diambil
diharapkan dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Karena itulah dikembangkan dan
digunakan Decision Support System (DSS) untuk membantu manajer dalam meningkatkan
kinerjanya dalam pengambilan keputusan.
Seringkali pihak manajemen dihadapakan dengan fenomena bisnis yang terjadi di dalam
dunia usaha. Hal inilah yang menuntut manajemen untuk dapat mengambil keputusan dari
berbagai macam alternatif pilihan. Keputusan yang diambil oleh manajemen meliputi
berbagai masalah dan jangka waktu. Misalnya keputusan dalam kegiatan operasional rutin,
sumberdaya atau keputusan yang diambil dalam masalah-masalah khusus. Pengambilan
keputusan rutin pada umumnya berkaitan pelaksanaan operasional perusahaan yang bersifat
teratur dan rutin. Pengambilan keputusan khusus pada umumnya bersifat tidak teratur waktu
terjadinya dibandingkan dengan keputusan operasional perusahaan secara periodik, bersifat
khusus dan bahkan luar biasa.
1.Pengambilan Keputusan
Menurut Siagian (dalam Hasan, 2002:10) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan terhadap berbagai alternatif sesuai dengan
kepentingan tertentu. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan:
a. Mengidentifikasi tujuan
b. Merumuskan masalah
c. Mengidentifikasi kemungkinan alternative pemecahan masalah dengan berbagai macam
pilihan
d. Melaksanakan dan memantau keputusan
2. Decision Support System (DSS).
Definisi awalnya adalah suatu sistem yang ditujukan untuk mendukung manajemen
pengambilan keputusan.
Sistem berbasis model yang terdiri dari prosedur-prosedur dalam pemrosesan data dan
pertimbangannya untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan.
Agar berhasil mencapai tujuannya maka sistem tersebut harus: (1) sederhana(2) mudah untuk
dikontrol, (3) mudah beradaptasi, (4) lengkap pada hal-hal penting, (5) mudah berkomunikasi
dengannya.
Secara implisit juga berarti bahwa sistem ini harus berbasis komputer dan digunakan sebagai
tambahan dari kemampuan penyelesaian masalah dari seseorang.
DSS yang baik memiliki lima karakteristik utama:
a. Sistem yang berbasis komputer;
b. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan;
c. Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang “mustahil” dilakukan dengan kalkulasi
manual;
d. Melalui cara simulasi yang interaktif
e. Dimana data dan model analisis sebagai komponen utama.
2. Tujuan DSS
Tiga tujuan yang harus dicapai DSS:
a. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi-terstruktur.
b. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya.
c. Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer daripada efisiensinya.
Tujuan-tujuan ini berhubungan dengan tiga prinsip dasar dari konsep DSS –
struktur masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas keputusan.
3. Karakteristik DSS:
a. Kajiannya ada pada keputusan-keputusan dimana ada struktur yang cukup untuk
komputer dan alat bantu analitis yang memiliki nilai tersendiri, tetapi tetap
pertimbangan manajer memiliki esensi utama.
b. Hasil utamanya adalah dalam peningkatan jangkauan dan kemampuan dari
proses pengambilan keputusan para manajer untuk membantu mereka
meningkatkan efektivitasnya.
c. Relevansinya untuk manajer adalah dalam pembuatan tool pendukung, di bawah
pengawasan mereka, yang tidak dimaksudkan untuk mengotomatiskan proses
pengambilan keputusan, tujuan sistem, atau solusi tertentu.
4.Kemampuan DSS:
a. DSS menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan utamanya pada situasi semi
terstruktur dan tak terstruktur dengan memadukan pertimbangan manusia dan
informasi terkomputerisasi.
b. Dukungan disediakan untuk berbagai level manajerial yang berbeda, mulai dari
pimpinan puncak sampai manajer lapangan.
c. Dukungan disediakan bagi individu dan juga bagi group. berbagai masalah
organisasional melibatkan pengambilan keputusan dari orang dalam group. Untuk
masalah yang strukturnya lebih sedikit seringkali hanya membutuhkan keterlibatan
beberapa individu dari departemen dan level organisasi yang berbeda.
d. DSS menyediakan dukungan ke berbagai keputusan yang berurutan atau saling
berkaitan.
e. DSS mendukung berbagai fase proses pengambilan keputusan: intelligence, design,
choice dan implementation.
f. DSS mendukung berbagai proses pengambilan keputusan dan style yang berbeda-beda; ada
kesesuaian diantara DSS dan atribut pengambil keputusan individu
(contohnya vocabulary dan style keputusan).
g. DSS selalu bisa beradaptasi sepanjang masa. Pengambil keputusan harus reaktif,
mampu mengatasi perubahan kondisi secepatnya dan beradaptasi untuk membuat
DSS selalu bisa menangani perubahan ini. DSS adalah fleksibel, sehingga user
dapat menambahkan, menghapus, mengkombinasikan, mengubah, atau mengatur
kembali elemen-elemen dasar (menyediakan respon cepat pada situasi yang tak
diharapkan). Kemampuan ini memberikan analisis yang tepat waktu dan cepat
setiap saat.
h. DSS mencoba untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan
(akurasi, jangka waktu, kualitas), lebih daripada efisiensi yang bisa diperoleh (biaya
membuat keputusan, termasuk biaya penggunaan komputer).
i. Pengambil keputusan memiliki kontrol menyeluruh terhadap semua langkah proses
pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah. DSS secara khusus
ditujukan untuk mendukung dan tak menggantikan pengambil keputusan.
Pengambil keputusan dapat menindaklanjuti rekomendasi komputer sembarang
waktu dalam proses dengan tambahan pendapat pribadi atau pun tidak.
j. DSS mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru dan
penyempurnaan sistem, yang mengarah pada pembelajaran tambahan, dan begitu
selanjutnya dalam proses pengembangan dan peningkatan DSS secara
berkelanjutan.
k. User/pengguna harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana. Sistem
yang lebih besar dapat dibangun dalam organisasi user tadi dengan melibatkan
sedikit saja bantuan dari spesialis di bidang Information Systems (IS).
l. DSS biasanya mendayagunakan berbagai model (standar atau sesuai keinginan
user) dalam menganalisis berbagai keputusan. Kemampuan pemodelan ini
menjadikan percobaan yang dilakukan dapat dilakukan pada berbagai konfigurasi
yang berbeda. berbagai percobaan tersebut lebih lanjut akan memberikan
pandangan dan pembelajaran baru.
m. DSS dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan komponen knowledge yang bisa
memberikan solusi yang efisien dan efektif dari berbagai masalah yang pelik.
5. Komponen DSS
a. Data Management. Termasuk database, yang mengandung data yang
relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database
Management Systems (DBMS).
b. Model Management. Melibatkan model finansial, statistikal, management
science, atau berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan
ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang
diperlukan.
c. Communication (dialog subsystem). User dapat berkomunikasi dan
memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan
antarmuka.
d. Knowledge Management. Subsistem optional ini dapat mendukung
subsistem lain atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.
The Data Management Subsystem
Terdiri dari elemen-elemen:
a. DSS database.
b. Database management system.
c. Data directory.
d. Query facility.
6. Model DSS
Model DSS terdiri dari:
a. Model matematika.
b. Database.
c. Perangkat lunak.
Perangkat lunak DSS sering disebut juga dengan DSS generator. DSS
generator ini berisi modul-modul untuk database, model dan dialog manajemen. Modul
database ini menyediakan beberapa hal, seperti: creation, interrogation dan
maintenance untuk DSS database. DSS database memiliki kemampuan untuk
menemukan sistem database yang telah disimpan. Sedangkan modul model digunakan
untuk menyajikan kemampuan membuat, menjaga dan memanipulasi ke dalam
bentuk model matematika. Model dasar ini menampilkan electronic spreadsheet. Model
dialog digunakan untuk menarik perhatian para pengguna untuk berhubungan
langsung antara pengguna dengan komputer dalam mencari solusi.
7. Cara penggunaan informasi dari DSS
Pada dasarnya dua pengguna informasi dari DSS oleh manajer, yaitu untuk
mendefinisikan masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pendefinisian masalah
adalah usaha definisi dari pendekatan system. Ia juga berkaitan dengan fase
intelegensi yang dikemukakan oleh Simon. Selanjutnya manajer menggunakan
informasi untuk memecahkan masalah yang telah diidentifikasi. Hal ini merupakan
usaha pemecahan menurut pendekatan sistem dan berkaitan denga fase disain dan
pemilihan. Pada umumnya, lapaoran berkala dan khusus digunakan terutama dalam
usaha definisi, dan simulasi dalam usaha pemecahan. Laporan berkala dapat di
rancang untuk mengidentifikasi masalah atau masalah yang kemungkinan besar akan
muncul, manajer juga melakukan query terhadap database untuk menemukan
masalah atau mempelajari lebih jauh lagi mengenai masalah yang telah di identifikasi.
Simulasi dapat juga membuka masalah yang tersembunyi, karena kelemahan
cenderung akan kelihatan menonjol ketika operasi perusahaan diubah secara
matematis. Laporan berkala dan khusus dapat juga membantu manajer untuk
memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi keputusan alternatif,
mengevaluasi dan memilih alternatif tersebut, dan memberikan informasi lanjutan.
8. Jenis-jenis DSS
Jenis-jenis DSS menurut tingkat kerumitan dan tingkat dukungan pemecahan
masalahnya menurut Steven L. Alter , 1976 adalah sebagai berikut:
a. Mengambil elemen-elemen informasi.
b. Menganalisis seluruh file.
c. Menyiapkan laporan dari berbagai file.
d. Memperkirakan dari akibat. Keputusan
e. Mengusulkan. keputusan
f. Membuat keputusan
9. Manfaat DSS
a. DSS memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses
data/informasi bagi pemakainya.
b. DSS membantu pengambil keputusan untuk memecahkan masalah terutama
berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
c. DSS dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.
d. Walaupun suatu DSS, mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang
dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia dapat menjadi stimulan bagi
pengambil keputusan dalam memahami persoalannya, karena mampu menyajikan
berbagai alternatif pemecahan.
10. Beberapa Keterbatasan DSS
a. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan,
sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya.
b. Kemampuan suatu DSS terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang
dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).
c. Proses-proses yang dapat dilakukan DSS biasanya juga tergantung pada
perangkat lunak yang digunakan.
E. Manfaat Sistem Informasi Menejemen Dalam Organisasi
1.Mempermudah Koordinasi

Sistem ini juga menyediakan layanan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
perencanaan, pengawasan dan pengarahan pihak manajemen.Dari data informasi yang
dihasilkan, selanjutnya dapat digunakan oleh departemen atau divisi lain yang
membutuhkan.Pertukaran informasi yang tepat antar departemen mampu membentuk
hubungan yang sehat dalam sebuah organisasi.

Tidak hanya itu, sistem informasi juga membantu pihak manajemen dalam pendelegasian
tugas kepada pihak lain secara mudah. Koordinasi antar departemen juga dapat dilakukan
secara cepat tanpa harus bertatap muka.

3. Meningkatkan Kualitas SDM

Ketika data informasi telah tersedia secara akurat dan cepat, tentu hal ini berpengaruh pada
kinerja sumber daya manusia perusahaan.Mau tidak mau sumber daya manusia yang
menggunakan sistem ini harus menyesuaikan sistem kerjanya mengikuti perkembangan
teknologi.Dengan sumber daya yang berkualitas, tentu saja akan berpengaruh pada progres
perkembangan bisnis Anda di masa mendatang.

4. Menekan Biaya Operasional

Ketika sistem informasi manajemen telah bekerja bagi bisnis Anda, kesalahan yang terjadi
akibat human error dapat diminimalisir.

Dengan minimnya kesalahan yang terjadi, membuat produktivitas kerja SDM yang ada
menjadi meningkat.

5. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi,


mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan
mereka.

f.Peranan Proses Bisnis dan Operasional

Proses bisnis adalah tentang langkah-langkah yang tepat yang memainkan peran penting
dalam memberikan penawaran kepada pelanggan. Proses bisnis selalu memainkan peran
penting dalam berfungsinya organisasi dan strukturnya.

Manfaat proses bisnis

 Pengurangan pengeluaran dan resiko: sebuah proses terencana dan baik akan
mengurangi pengeluaran dan resiko dengan meletakkan cara-cara yang paling efisien
untuk melakukan pekerjaan dengan mempertimbangkan potensi kekurangan di masa
depan.
 Mengurangi kesalahan manusia: mengurangi kesalahan manusia atau human
error dengan mendistribusikan tugas kepada orang-orang yang berspesialisasi di
dalamnya.
 Meningkatkan efisiensi: meningkatkan produktivitas departemen dengan memetakan
hal yang harus dilakukan dan langkah relevan yang terbaik untuk bisnis.
 Lebih fokus pada pelanggan: proses yang baik adalah langkah yang berorientasi
pelanggan. Ini terus memperbarui perusahaan tentang keinginan pelanggan dan ulasan
tentang produk / layanan.
 Menjembatani kesenjangan komunikasi: Menjembatani kesenjangan komunikasi
antara perusahaan dan pelanggannya melalui ulasan dan riset pasar.
 Manajemen waktu yang lebih baik: proses yang benar juga akan meningkatkan
efisiensi waktu dengan mengembangkan strategi dan diagram alur untuk
meminimalkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tertentu.
 Adaptasi teknologi baru: proses ini sering kali terus berubah dan meningkat seiring
waktu. Perusahaan mengadopsi teknologi baru untuk tetap berdiri tegak dengan
meningkatkan proses bisnis sesuai dengan teknologi terbaru.

Proses operasional, yakni proses yang meliputi bisnis inti dan menciptakan aliran nilai utama.
Contohnya semisal proses pembelian, manufaktur, pengiklanan dan pemasaran, dan
penjualan. Proses pendukung, yang mendukung proses inti. Contohnya semisal akunting,
rekrutmen, pusat bantuan.

Peranan sistem informasi untuk operasi bisnis adalah untuk memproses transaksi bisnis,
mengontrol proses industrial, dan mendukung komunikasi serta produktivitas kantor secara
efisien.

a. Transaction Processing Systems (TPS)

TPS berkembang dari sistem informasi manual untuk sistem proses data dengan bantuan
mesin menjadi sistem proses data elektronik (electronic data processing systems). TPS
mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis, seperti penjualan, pembelian, dan
perubahan persediaan/inventori. TPS menghasilkan berbagai informasi produk untuk
penggunaan internal maupun eksternal. Sebagai contoh, TPS membuat pernyataan konsumen,
cek gaji karyawan, kuitansi penjualan, order pembelian, formulir pajak, dan rekening
keuangan.

b. Process Control Systems (PCS)

Sistem informasi operasi secara rutin membuat keputusan yang mengendalikan proses
operasional, seperti keputusan pengendalian produksi. Hal ini melibatkan process control
systems (PCS) yang keputusannya mengatur proses produksi fisik yang secara otomatis
dibuat oleh komputer. Kilang minyak petroleum dan assembly lines dari pabrik-pabrik yang
otomatis menggunakan sistem ini.

c. Office Automation Systems (OAS)


OAS mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mengirim data dan informasi dalam
bentuk komunikasi kantor elektronik. Contoh dari office automation (OA) adalah word
processing, surat elektronik. electronic mail, teleconferencing, dan lain-lain.

G.Peranan Sistem informasi manajemen Bagi perusahaan

Pengelolaan dengan manajemen sistem informasi membantu Anda dalam menganalisis data
yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi manajemen. Setiap langkah dalam sistem ini
akan memastikan informasi diolah dengan langkah dan software yang tepat untuk kemudian
disajikan melalui cara yang mudah dipahami.

Oleh karena itu, manajemen sistem informasi diandalkan perusahaan dalam kegiatan
operasional. Bukan hanya untuk keuangan, manajemen informasi membantu pengelola dalam
mengumpulkan, menyimpan, hingga memperlihatkan data secara akurat. Untuk lebih
jelasnya, berikut peran sistem informasi manajemen yang membuatnya penting untuk
perusahaan.

1. Meningkatkan akurasi data

Ada banyak jenis informasi yang bersirkulasi dalam perusahaan. Sebut saja administrasi,
keuangan, pemasaran, hingga proyek dengan klien. Data-data tersebut harus dipantau dengan
saksama dan akurat, sebab akan mempengaruhi keputusan penting, termasuk penerapan
strategi.

Melalui sistem informasi manajemen, data-data tersebut akan diproses secara otomatis,
sehingga tugas-tugas orang di bagian manajemen akan lebih efisien dan efektif. Apalagi
sistem ini sekarang sudah didukung teknologi internet, sehingga semuanya bisa dilakukan
secara realtime.

2. Memudahkan koordinasi divisi

Sistem informasi manajemen menyediakan layanan yang dapat dipakai sebagai dasar
perencanaan, pengawasan, hingga pengarahan yang dilakukan pihak manajemen. Data yang
dihasilkan lantas akan digunakan divisi atau departemen lain yang membutuhkannya untuk
menjalankan tugasnya.

Pertukaran informasi antar divisi atau departemen seperti ini yang membantu pembentukan
relasi sehat dalam menjalani usaha. Bukan hanya itu, Anda juga akan lebih mudah
mendelegasikan tugas kepada pihak lain sesuai bidang yang dikuasainya.

3. Memperbaiki kualitas SDM

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu aset terpenting dalam usaha.
Mengenalkan mereka pada sistem informasi manajemen secara tak langsung meningkatkan
kualitas mereka, terutama kalau SDM sebelumnya belum mengenal cara kerja sistem
tersebut.

Untuk menunjangnya, perusahaan harus memberikan pelatihan sistem informasi manajemen


yang berkaitan dengan usaha. Dengan begitu, SDM dapat beradaptasi cepat dengan teknologi
tersebut dan mampu mengolah informasi untuk yang akan membantu memajukan perusahaan
4. Mengurangi biaya operasional

Perputaran uang dalam perusahaan harus diawasi secara ketat untuk menghindari
kemungkinan tak terduga, salah satunya pembengkakan biaya operasional. Memakai sistem
informasi manajemen pun dianggap efektif untuk menekan human error yang berpengaruh
pada penggunaan uang.

H. Tahapan-Tahapan Pemecahan Masalah


1. Identifikasi masalah

Mengidentifikasi masalah yang sebenarnya terjadi merupakan tahapan pertama dari


pemecahan masalah. Sebagai contoh, jika kinerja dari tim kamu menurun, kamu mungkin
berpikir bahwa masalah terletak pada anggota tim yang tidak bekerja dengan maksimal.

Akan tetapi, jika kamu mengidentifikasi lebih dalam, bisa saja masalah tersebut karena
kurangnya training, deadline yang terlalu mepet, atau jumlah pekerjaan yang terlalu banyak.

Dalam tahapan ini, sangat penting bagi kamu untuk melihat masalah dari berbagai perspektif
dan jangan terlalu cepat dalam mengambil keputusan. Hal tersebut membuatmu kehilangan
kesempatan untuk menemukan masalah sebenarnya.

2. Analisis masalah

Untuk melakukan pemecahan masalah, kamu harus menemukan apa yang menyebabkannya.
Oleh karena itu, kamu butuh untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data, memisahkan hal
yang mungkin berkontribusi, dan menentukan apa yang harus ditangani. Adapun kemampuan
yang perlu kamu gunakan untuk menganalisis masalah adalah:

 Mengumpulkan data
 Menganalisis data
 Menemukan fakta
 Menganalisis faktor yang berkontribusi sebelum masalah terjadi

3. Brainstorming berbagai macam solusi

Setelah menemukan penyebab dari masalah, kamu bisa melakukan brainstorming untuk
menemukan solusi yang memungkinkan. Terkadang kamu memerlukan kerjasama tim untuk
dapat melakukannya dengan lebih efektif.

berikut ini beberapa hal yang kamu perlukan untuk melakukan tahapan ini:

 Pemikiran kreatif
 Prediksi
 Membuat kemungkinan
 Merancang proyek
 Merencanakan proyek

4. Mengambil keputusan terkait solusi yang tepat


Setelah melakukan brainstorming dan menemukan berbagai macam alternatif, tahapan
selanjutnya adalah memutuskan solusi yang tepat. Mengevaluasi solusi yang terbaik mungkin
saja dilakukan oleh tim yang bersangkutan, manajer atau leader, atau diteruskan kepada
pembuat keputusan dalam perusahaan.

Pembuat keputusan juga harus mengevaluasi potensi risiko, sumber daya yang dibutuhkan,
dan kemungkinan hambatan saat melakukan implementasi. Hal yang harus dilakukan saat
membuat solusi meliputi, analisi, diskusi, kerjasama, pengembangan tes, mediasi, dan
memprioritaskan.

5. Mengambil tindakan

Menerapkan solusi yang kamu sudah kamu tentukan juga mencakup perencanaannya.
Termasuk juga merencanakan apa yang akan terjadi selanjutnya jika solusi yang kamu
implementasikan tidak berjalan dengan lancar atau kurang efektif.

Mengimplementasikan solusi berarti setiap anggota dalam tim mengetahui dan memahami
bagian masing-masing untuk menjalankannya. Kamu juga harus memiliki timeline saat
melakukan eksekusi dan melakukan evaluasi apakah solusi tersebut dapat memecahkan
masalah yang dihadapi
BAB III
PENUTUPAN
A.KESIMPULAN
Kesimpulan dari Sistem Informasi Manajemen yaitu menyediakan informasi bagi para
pengelola perusahan untuk pengambilan keputusan yang bersifat taktis dengan menggunakan
komputer. Pada tingkat tertinggi, Sistem Informasi Manajemen menyediakan informasi bagi
pimpinan perusahaan, menyangkut informasi strategis yang diperlukan untuk menentukan
langkah perusahaan. Secara teoritis, Sstem Informasi Manajemen akan sangat membantu para
pengelola perusahaan dari berbagai tingkatan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam teori
Sistem Informasi Manajemen, tersirat pengertian bahwa informasi akan selalu tersedia pada
setiap tingkatan pengelola, sesuai dengan kebutuhannya. Proses pengolahan dan penyebaran
infofmasi pada Sistem Informasi Manajemen sifatnya menyeluruh, atau kadang kala disebut
sebagai pendekatan system secara total (Total Systems Approach).

B.DAFTAR PUSTAKA
https://online.studilmu.com/blogs/details/pengertian-dan-4-langkah-dasar-proses-pemecahan-
masalah

http://blog.ub.ac.id/windautariindriani/praktikum-msip/tujuan-dan-manfaat-penggunaan-
sistem-informasi-manajemen-dalam-administrasi-negara-atau-organisasi-publik/

https://www.google.com/search?q=peranan+sistem+informasi+manajemen+bagi+perusahaan
&oq=peranan+sistem+informasi+menejemen+bagi+&aqs=chrome.1.69i57j0i22i30l9.25590j
0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai