Mata Kuliah
AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Dwi Istiqomah
C1C018063
KELAS R-10
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Akuntansi Keperilakuan ini tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Aspek
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dan mendukung kami dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Terutama kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing dan memberi arahan kepada
kami.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang.
Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pengambilan setiap keputusan oleh stakeholder, pasti dibutuhkan yang namanya
menganalisis laporan keuangan perusahaan tentu dibutuhkan analis yang memang benar-
benar mumpuni dalam menangani hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa, analis yang memang
Singkatnya, bisa dikatakan bahwa ilmu akuntansi itu fleksibel yang maksudnya bisa
dikaitkan dan dikombinasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti ilmu analisis, ilmu
sosial dan psikologi. Karena adanya situasi seperti inilah yang menjadikan Akuntansi
Keperilakuan menjadi suatu sistem yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan
karena semua bidang ilmu yang dikombinasikan tentunya saling terkait satu sama lain.
pakar?
1
Untuk mengetahui apa saja kaitannya dengan sub bidang ilmu lainnya.
Pengambil Keputusan.
Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka, yaitu metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan
dengan alat baik berupa buku maupun informasi dari internet (e-book).
2
BAB II
PENGAMBIL KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu berada dan dijalani oleh setiap
manusia dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan manusia
menuntut banyak keputusan yang harus dibuat. Hampir setiap saat selalu ada keputusan yang
dibuat, baik di dalam rumah tangga, di jalan, di kantor, atau di mana saja di dalam
masyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh individu, kelompok individu, organisasi, atau dapat
pula keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau negara. Keputusan itu dibuat dengan satu
tujuan yang dicapai. Dalam pengertian yang sangat populer, mengambil atau membuat suatu
keputusan berarti memílih satu dari sekian banyak alternatif. Dalam hal ini seseorang yang
akan mengambil keputusan tidak hanya menghadapi satu pilihan, tetapi banyak pilihan
alternatif yang tersedia untuk dipilih. Jika hanya terdapat satu alternatif dan tidak tersedia
alternatif lainnya, maka hal itu bukanlah sesuatu yang dapat dipilih. Sesuatu yang berkaitan
dengan pilihan adalah jika seseorang berhadapan dengan lebih dari satu alternatif pilihan.
Proses pengambilan keputusan adalah salah satu mekanisme pemikiran manusia yang
paling kompleks karena berbagai faktor dan tindakan campur tangan di dalamnya, dengan
hasil yang berbeda. Orasanu dan Connolly (1993) mendefinisikannya sebagai serangkaian
operasi kognitif yang dilakukan secara sadar yang mencakup unsur-unsur lingkungan pada
pengambilan keputusan sebagai interaksi antara masalah yang perlu dipecahkan dan
seseorang yang ingin menyelesaikannya dalam lingkungan tertentu. Ada beberapa langkah
yang harus diikuti untuk mencapai sebuah keputusan, yakni harus menyadari bahwa perlunya
3
membuat keputusan, menentukan tujuan akan dicapai, menghasilkan alternatif yang
mengarah pada pencapaian tujuan yang diajukan, megevaluasi apakah alternatif ini
memenuhi harapan seseorang dan terakhir, menentukan alternatif terbaik yang dapat
di antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak di masa depan. Seperti banyak
aktivitas sosial lainnya, proses pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah-
Langkah ini dapat berupa respons terhadap suatu kejadian yang problematis, ancaman,
atau peluang. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil
terkait kondisi lingkungan eksternal mengungkapkan adanya peluang produk atau pasar baru
atau malah ancaman terhadap status quo. Informasi keuangan atau operasional dapat
pengalaman, watak, karakter dan faktor-faktor keperilakuan lainnya dari para pengambil
keputusan dapat menentukan apakah masalah tersebut akan dianggap penting, menjanjika
peluang, atau menginisiasi proses pengambilan keputusan. Beberapa manajer lebih suka
status quo dan hanya bereaksi terhadap kejadian utama yang tidak dapat diantisipasi.
Sementara manajer lainnya terdorong bahkan oleh diskrepansi minor dan tidak akan berhenti
Sekali suatu masalah atau peluang telah ditentukan sebagai pokok perhatian, maka
mäsalah tersebut harus didefinisikan dengan hati-hati. Pada situasi yang kompleks, aktivitas
ini sebaiknya dilakukan oleh tim yang anggotanya mempunyai latar belakang pendidikan dan
4
2. Pencarian tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya
Ketika definisi atas suatu masalah atau peluang telah selesai, pencarian tindakan alternatif
dan kuantifikasi atas konsekuensinya dimulai. Dalam tahapan ini, sebanyak mungkin
alternatif yang praktis diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian tersebut sering kali dimulai
dengan melihat persamaan masalah yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada
waktu itu. Jika tindakan yang dipilih berhasil, maka kemungkinan tindakan tersebut akan
Fitur-fitur yang dapat dikuantifikasikan akan berupa estimasi keuangan atas biaya dan
manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif. Estimasi ini akan disaring dan diperiksa
kembali jika alternatif tersebut dianggap mungkin dan layak untuk memperoleh perhatian
lebih lanjut. Kuantifikasi nonkeuangan akan diterjemahkan ke dalam pendapatan dan beban
jika memungkinkan. Tidak semua fitur dari suatu alternatif dapat dikuantifikasi. Dalam kasus
Tahapan yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih satu
dari beberapa alternatif. Walaupun tahapan ini tampaknya rasional, tetapi keputusan akhir
sering kali didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis dibandingkan pada fakta-
fakta ekonomi. Manajer yang membuat pilihan final mungkin saja menghadapi beberapa
alternatif yang mungkin, masing-masing memiliki kelebihan tertentu daripada yang lain
terkait kriteria keputusan yang dipilih. Manajer juga menyadari manfaat dan biaya politis dari
setiap alternatif.
Kesuksesan atau kegagalan atas keputusan akhir bergantung pada efisiensi dan
penerapannya. Penerapan tersebut hanya berhasil jika orang-orang yang menguasai sumber
daya organisasi benar-benar berkomitmen untuk melakukannya. Situasi yang ideal akan
5
terwujud jika sumber kekuatan itu dikuasai oleh pendukung dari keputusan yang diambil.
Untuk menjamin efisiensi penerapannya, umpan balik secara periodik dan koreksi segera atas
Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena
merupakan sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran
dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan eksplorasi, serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan atau
Dua faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya
prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan, yaitu :
Motif-motif yang berada di belakang keputusan bersifat kompleks. Tiga model utama
pengambilan keputusan berusaha untuk menentukan motif dari seorang pengambil keputusan
dalam suatu organisasi. Model-model tersebut adalah model ekonomi, model sosial dan
6
1. Model Ekonomi
Model ekonomi tradisional ini mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan
manusia adalah rasional sempurna dan bahwa dalam suatu organisasi ada konsistensi di
antara beragam motif dan tujuan. Terdapat asumsi bahwa semua alternatif yang mungkin
diketahui dan bahwa probabilitas yang terkait dengan alternatif-alternatif tersebut dapat
dihitung dengan pasti. Keputusan tidak bergantung pada preferensi pribadi, melainkan didikte
oleh tujuan organisasi yang konsisten. Berkaitan dengan aktivitas pengambilan keputusan,
b. Sistem pilihan yang lengkap dan konsisten yang memungkinkan adanya pemilihan
alternatif.
d. Tidak ada batasan pada kompleksitas komputasi yang dapat ditampilkan untuk
memaksimalkan hasil dalam perusahaan dan keputusan akan diarahkan pada titik p
maksimum, yang mana biaya marjinal sama dengan pendapatan marjinal (MC = MR).
2. Model Sosial
Model ini adalah kebalikan dari model ekonomi yang ekstrem. Model ini mengasumsikan
bahwa manusia pada kenyataannya adalah irasional dan keputusan yang dihasilkan
didasarkan pada interaksi sosial. Dalam hal ini terasa bahwa tekanan dan harapan rekan kerja
merupakan kekuatan utama yang memotivasi. Pada sisi yang berlawanan dengan model
rasionalitas ekonomi ada model yang digambarkan secara psikologi. Sigmund Freud
memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan, emosi dan naluri dengan perilaku yang
7
dipandu keinginan yang tidak disadari. Jelas jika hal ini merupakan deskripsi yang lengkap,
hampir semua sependapat bahwa pengaruh psikologi berdampak signifikan pada perilalu
manajer membuat keputusan yang tidak rasional. Terdapat empat alasan utama mengapa
fenomena ini terjadi. Fenomena ini disebut eskalasi komitmen yang terjadi karena :
a. Karakteristik proyek. Hal ini mungkin menjadi alasan utama untuk keputusan
eskalasi. Karakteristik dan tugas atau proyek seperti keuntungan atau investasi
c. Kekuatan sosial. Mungkin para pengambil keputusan mendapat tekanan dari rekan
kerja dan/atau mereka perlu mempertahankan gengsi, sehingga mereka terus atau
keputusan yang buruk, begitu juga halnya dengan kegagalan dalam komunikasi,
3. Model Simon
Model ini adalah model yang lebih berguna dan praktis. Model ini didasarkan pada
konsep Simon tentang manusia administratif, yang mana manusia dipandang sebagai
makhluk yang rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, mengolah
informasi, membuat pilihan dan belajar. Akan tetapi terbatas batasan rasionalitas mereka.
8
Manusia dibatasi oleh kemampuan mereka untuk memproses informasi secara berurutan.
Mereka tidak pernah memiliki informasi penuh dan memiliki kemampuan yang terbatas
untuk mengelola data dalam jumluh besar. Dengan demikian, sikap manusia dalam kondisi
ini adalah perilaku yang berusaha memuaskan dan bukan untuk melakukan optimalisasi.
Orang menganggap masalah telah selesai saat solusi yang layak dan dapat diterima
ditemukan.
Untuk mempresentasikan model rasionalitas ekonomi yang lebih realistis, Herbert Simon
mencari sesuatu yang memuaskan atau cukup bagus. Contoh kriteria kepuasan
minimal adalah keuntungan yang memadai atau saham pasar dan harga yang adil.
b. Mereka menyadari bahwa dunia nyata yang mereka rasakan merupakan model
hanya dengan metode pengalaman atau trik perdagangan atau kekuatan kebiasaan.
tahapan yang jelas dan dikerjakan oleh tenaga profesional. Tenaga profesional adalah mereka
9
yang memiliki kompetensi bidang yang diteliti dan mampu memilih metode penelitian yang
tepat dan menggunakannya. Dengan proses tersebut, maka keputusan rasional memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi dan dapat membuat akuntabilitas dan dijelaskan mengapa
suatu keputusan dapat diambil. Berdasarkan alasan tersebut, para pemimpin berupaya
mengambil keputusan dengan metode rasional dengan menggunakan metode analisis, seperti
SWOT, Cause and Effect Analysis, Value Chain Analysis, dan lain sebagainya.
diunggulkan oleh berbagai pihak, tetapi hasil keputusan yang dihasilkan tidak selamanya
benar dalam artian tidak dapat mengubah situasi menjadi lebih baik atau memberikan
keuntungan yang diharapkan, bahkan mungkin terdapat keputusan yang sifatnya merugikan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya organisasi yang merugi dan guling tikar. Dengan alasan
tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak selamanya pengambilan keputusan
keputusan tersebut disebabkan adanya prakondisi yang tidak dapat dipenuhi. Prakondisi
tersebut adalah bahwa (1) analisis harus dilakukan oleh para profesional, (2) menggunakan
metode analisis yang tepat, (3) didukung dengan data yang lengkap, akurat dan terkini, serta
penyakit yang akan timbul pada musim banjir menjadi kewenangan para dokter, sementara
untuk memprediksi inflasi pada musim kemarau menjadi kewenangan para ekonom, tentunya
dengan bantuan pihak terkait untuk mengumpulkan data. Dalam kehidupan sehari-hari tidak
Pada kasus tertentu, para profesional memiliki keterbatasan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang dapat mengidentifikasi dan menganalisis masalah, memberikan alternatif solusi
dan menyiapkan rekomendasi sementara keputusan diambil oleh para pemimpin yang
10
bertanggung jawab dan berweanang untuk memutuskan, sehingga sering terjadi rekomendasi
hasil analisis tidak dapat diterima. Hal ini membuktikan bahwa para pemimpin selain
memperhatikan hasil analisis juga menggunakan cara lain dalam pengambilan keputusan.
Prakondisi tersebut harus dipenuhi untuk mendapatkan keputusan akhir yang tepat.
keterbatasan dalam pemikiran rasional. Organisasi merupakan sesuatu yang kompleks dan
para manajer memiliki waktu dan kemampuan untuk memproses informasi dalam jumlah
yang terbatas bagi pengambilan keputusan. Oleh karena pemimpin tidak memiliki waktu
yang cukup atau kemampuan untuk memproses informasi yang lengkap mengenai keputusan
yang kompleks, mereka harus satisfice. Satisficing berarti bahwa pembuat keputusan memilih
alternatif solusi pertama yang memenuhi kriteria keputusan minimal. Salah satu aspek yang
menarik dari konsep rasional terbatas adalah bahwa urutan yang mana alternatif-alternatif
tersebut akan dipilih. Jika pengambil keputusan sedang melakukan optimasi, semua alternatif
akhirnya akan dicantumkan dalam hierarki urutan preferensi. Oleh karena semua alternatif
akan dipertimbangkan, maka urutan mana alternatif-alternatif tersebut dievaluasi tidak akan
relevan. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan kasus yang penyelesaiannya dianggap
memuaskan. Dengan mengasumsikan bahwa suatu masalah mempunyai lebih dari satu
penyelesaian potensial, pilihan yang cukup memuaskan akan menjadi pilihan pertama yang
2.2.2 Intuisi
Terdapat berbagai pandangan tentang intuisi, yaitu intuisi sebagai suatu pengetahuan,
sebagai pendekatan untuk merespons suatu fenomena dan sebagai suatu proses berfikir.
Group Taylor dan Francis (2010), mendefinisikan intuisi sebagai suatu proses berfikir. Group
menyatakan bahwa input dan proses dikelola menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari
11
proses pembelajaran yang lama dan telah diakumulasikan dalam memori. Pengelolaan input
tersebut merupakan proses otomatis tanpa menggunakan pikiran sadar. Dari input dan proses
tersebut diperoleh output berupa perasaan (feeling) sebagai dasar untuk mengembangkan
intuisi. Intuisi juga dapat didefinisikan sebagai perasaan untuk mengenali sesuatu tanpa
penjelasan, tetapi intuisi bukan sesuatu yang misterius. Hal ini yang membuat intuisi menjadi
menarik untuk mempelajari. Berdasarkan pengertian tersebut, maka intuisi dibentuk dari
proses yang panjang, otomatis, tidak menggunakan pikiran sadar dan tidak dapat dijelaskan
asal usulnya. Intuisi dikembangkan dari pengetahuan yang telah lama diperoleh dan
digunakan dalam situasi ambigu, tidak stabil atau pada waktu terdapat informasi yang
berlebihan. Senada dengan hal tersebut, Robbins dan Judge (2009) menyatakan bahwa
pengambilan keputusan dengan intuisi dapat dilakukan pada kondisi (1) ketidakpastian yang
secara rasional/ilmiah, (4) keterbatasan fakta-fakta, (5) tidak sepenuhnya fakta terkait dengan
permasalahan, (6) keterbatasan data untuk analisis, (7) terdapat beberapa alternatif solusi
tinggi daripada masalah yang penting. Pernyataan ini didasarkan setidaknya pada dua alasan.
Pertama, cukup mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak (visible). Kedua,
perlu diingat bahwa semua orang menaruh perhatian yang besar terhadap pengambilan
keputusan dalam organisasi. Para pengambil keputusan ingin terlihat kompeten dan
menguasai masalah. Hal ini memotivasi mereka untuk memusatkan perhatian pada masalah
12
yang tampak bagi orang lain. Jangan sekali-kali mengabaikan kepentingan pribadi dari
pengambil keputusan. Jika pengambil keputusan menghadapi suatu konflik antara memilih
suatu masalah yang penting bagi organisasi dan masalah yang penting bagi dirinya,
kepentingan pribadilah yang cenderung menang. Hal ini juga berkaitan dengan masalah
visibilitas.
mengandalkan heuristis atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Heuristic
adalah strategi yang disederhanakan dalam pengambilan keputusan yang mana para manajer
dihadapkan pada lingkungan yang kompleks, informasi yang terbatas dan keterbatasan
kognitif. Kekurangan dari model ini adalah dapat menimbulkan kesalahan keputusan.
Terdapat dua kategori umum heuristis, yaitu ketersediaan dan keterwakilan. Masing-masing
kategori menciptakan bias dalam penilaian. Bias lain yang sering ada pada para pengambil
keputusan adalah kecenderungan untuk mengangkat komitmen ke arah tindakan yang gagal.
1. Availability Heuristic
Heuristis penilaian ini terjadi ketika para manajer menggunakan informasi yang telah
tersedia sebagai dasar penilaian atas peristiwa yang sedang berlangsung. Misalnya, keputusan
untuk tidak menanamkan saham pada perusahaan yang memiliki produk baru.Bias
potensialnya adalah informasi yang tersedia bisa jadi salah dan tidak relevan. Ide tentang
produk baru tersebut baik dan kegagalannya bisa jadi waktu peluncurannya yang kurang
tepat.
2. Representativeness Heuristic
Heuristis penilaian ini terjadi ketika seorang manajer menilai kemiripan sesuatu yang
seorang karyawan karena karyawan tersebut juga alumni dari sekolah/universitas yang sama
13
dengan karyawan sebelumnya yang sukses. Bias potensialnya adalah diskriminasi pada
faktor-faktor yang relevan karena bisa saja kemampuan karyawan baru tersebut tidak sesuai
Heuristis penilaian ini terjadi ketika seorang manajer membuat keputusan berdasarkan
penyesuaian nilai yang telah ada sebelumnya. Misalnya, penetapan gaji baru hanya dengan
menaikkan gaji tahun sebelumnya dengan proporsi yang masuk akal. Bias potensialnya
adalah adanya bias keputusan yang tidak tepat terhadap peningkatan nilai karena nilai pasar
mungkin lebih tinggi daripada gaji yang diterima, sehingga tidak dapat mencegah karyawan
Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi setiap pendekatan dari
keempat pendekatan yang berbeda atas proses pengambilan keputusan. Model ini dirancang
agar dapat digunakan oleh para manajer dan memberi aspirasi bagi manajer, tetapi kerangka
kerja umumnya dapat digunakan pada setiap pengambilan keputusan apapun. Pondasi dasar
yang menjadi modal adalah pengakuan bahwa orang-orang itu berbeda pada dua dimensi.
Pertama, cara mereka berpikir. Ada orang yang memang logis dan rasional. Mereka
mengolah informasi secara berurutan (serial). Sebaliknya, ada orang yang intuitif dan kreatif.
Mereka memahami segala sesuatu secara keseluruhan. Hal yang perlu dicatat bahwa
terkait rasionalitas yang terbatas. Dimensi yang kedua, toleransi pribadi terhadap ambiguitas.
Ada orang yang mempunyai kebutuhan tinggi untuk menyusun informasi dengan
meminimalkan ambiguitas, sementara yang lain mampu memproses banyak pemikiran pada
14
2.2.6 Keterbatasan Organisasi
Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan. Para
penilaian kinerja dan pemberian imbalan dengan mematuhi peraturan formal dan memenuhi
batas waktu yang ditetapkan organisasi. Keputusan di masa lalu juga merupakan preseden
Kebanyakan teknik berorientasi pada perilaku, setidaknya secara tradisional masuk dalam
atau kelompok dalam proses yang dapat dilakukan secara formal maupun informal dan
pengambilan keputusan berkisar dari tidak adanya partisipasi pada satu sisi, yang mana
manajer mengambil keputusan dan tidak meminta bantuan atau ide dari partisipan sampai
partisipasi penuh pada sisi lainnya, yang mana setiap orang yang terkait akan terpengaruh
oleh keputusan menjadi sepenuhnya terlibat. Dalam praktiknya, tingkat partisipasi ditentukan
oleh faktor pengalaman individu atau kelompok dan sifat tugas. Semakin banyak
pengalaman, semakin terbuka, serta semakin tidak terstrukturnya tugas, maka partisipasi di
Kreativitas pengambilan keputusan dapat diterapkan pada individu atau kelompok karena
pengambilan keputusan individu membantu pengambilan keputusan dalam organisasi saat ini,
sehingga pemahaman mengenai dinamika kelompok dan tim menjadi relevan dengan
kesesuaian nilai dan kelompok, seperti perubahan risiko (bahwa kelompok mungkin
15
membuat keputusan yang lebih berisiko daripada anggota individu) membantu seseorang
belakangan ini sejumlah skema keputusan sosial muncul dari penelitian psikologi sosial.
Skema yang lazim digunakan kelompok sampai pada keputusan yang didukung oleh
mayoritas. Skema ini muncul untuk memandu pengambilan keputusan saat tidak ada
keputusan yang benar dan objektif. Misalnya, model mobil apa yang dibuat saat berbagai
Saat semakin banyak informasi yang diberikan dan pendapat dibahas dalam skema ini,
kelompok menyadari bahwa ada satu pendekatan yang benar dan objektif. Misalnya,
kelompok memutuskan apakah penggunaan nilai tes untuk menyeleksi karyawan akan
Skema ini sering digunakan juri yang cenderung menghukum terdakwa saat dua per tiga
juri menyetujui.
"perubahan pertana dalam pendapat yang ditunjukkan pada anggota kelompok jika kelompok
produsen mobil terbagi dalam kelompok yang memproduksi mobil touring atau tidak. Maka
kelompok cenderung melakukan ide awal setelah salah satu kelompokyare yang menyatakan
bahwa pernyataan tersebut adalah adanya Jika juri mengala jalan buntu, anggota akhirnya
16
2.3.3 Teknik Delphi
kelompok untuk prediksi jangka panjang. Saat ini, berbagai organisasi bisnis, pendidikan,
pemerintahan, kesehatan dan militer menggunakan Delphi. Tidak ada teknik keputusan yang
dapat memprediksi masa depan, tetapi teknik Delphi mampu meramal dengan baik. Teknik
1. Sebuah kelompok (biasanya terdiri dari para ahli, tetapi dalam kasus ini bukan para
berinteraksi (tatap muka) satu sama lain. Dengan demikian, biaya pengeluaran untuk
2. Setiap anggota diminta membuat prediksi atau input tanpa mencantumkan nama untuk
3. Setiap anggota kemudian menerima umpan balik dari orang lain. Dalam beberapa
variasi, alasan dicantumkan (tanpa nama), tetapi kebanyakan hanya berupa data dan
4. Pada umpan balik, dilakukan babak lain dari input anonim. Pengulangan terjadi pada
sejumlah waktu yang telah ditetapkan atau sampai umpan balik gabungan tetap sama,
Saat pendekatan kelompak nominal murni dikembangkan menjadi teknik khusus untuk
2. Umpan balik round-robin dari anggota kelompok yang mencatat setiap ide dalam
17
3. Pembahasan dari setiap gagasan yang tercatat untuk melakukan klarifikasi dan
evaluasi.
Perbedaan antara pendekatan tersebut dan metode Delphi adalah bahwa anggota NGT
biasanya diperkenalkan satu sama lain, memiliki kontak langsung dan berkomunikasi secara
Perusahaan dapat menjawab sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa dalam
banyak hal dengan seorang individu. Masalah keputusan yang dihadapi perusahaan begitu
banyak dan kompleks. Masalah tersebut sering kali melibatkan lebih dari satu departemen
atas aktivitas tertentu. Keputusan yang bersifat rutin atau berulang kali muncul secara teratur,
mengembangkan prosedur operasi standar yang formal atau tidak formal untuk masalah-
masalah yang sifatnya berulang. Prosedur operasi standar ini menjadi aturan pengambilan
perhitungan biaya, penetapan harga dan pemrosesan pesanan. Keputusan dibuat berdasarkan
aturan pengambilan keputusan yang telah ditentukan sebelumnya yang disebut dengan
keputusan yang direncanakan. Cybert dan March (1963) menggambarkan empat konsep dasar
relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis, yakni (1) Resolusi semu dari
konflik, (2) Menghindari ketidakpastian, (3) Pencarian masalah, dan (4) Pembelajaran
organisasi.
18
2.4.2 Pengambilan Keputusan Dengan Konsensus Versus Aturan Mayoritas
Topik lainnya yang kontroversial adalah apakah keputusan tersebut sebaiknya didasarkan
pada konsensus atau aturan yang sesuai. Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan
Dalam situasi sejumlah, konsensus hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang,
konsensus juga dianggap mendorong individu untuk membagi pengetahuan dan keahlian
mereka secara lebih bebas dan menginspirasi mereka untuk mengomunikasikan seluruh
informasi yang relevan. Beberapa orang mengklaim bahwa hal tersebut memotivasi anggota
kelompok untuk melakukan yang terbaik dalam implementasi untuk memastikan pencapaian
pengambilan keputusan dengan aturan yang canggih. Oleh karenanya, konsensus menjadi
kurang sesuai untuk diterapkan jika berada di waktu-waktu kritis. Walaupun konsensus
memiliki keunggulan yang terbukti, pengambilan keputusan dengan aturan mayoritas (dengan
dan diterima pada banyak situasi pengambilan keputusan sebagai satu-satunya alternatif yang
memungkinkan.
Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan yang
dipertimbangkan lebih lanjut hanya informasi yang terlihat sangat relevan dengan tugas, yang
mana keputusan tersebut yang harus dilaksanakan. Studi itu menunjukkan bahwa baik para
pakar maupun para pendatang baru menerjemahkan informasi keuangan ke dalam istilah
kualitatif dan menggunakan metode yang serupa (misalnya, perhitungan rasio, perkembangan
19
trend dan laporan arus kas). Apakah hal yang berbeda adalah bauran dari metode yang
digunakan? Para pakar lebih banyak mengandalkan aturan yang diperoleh berdasarkan
pengalaman dibandingkan dengan para pendatang baru dan mereka juga menguji data dengan
lebih banyak tahun. Analisisnya dipandu oleh suatu perasaan terhadap perusahaan, yang
memberikan kerangka kerja bagi mereka untuk menyusun daftar pertanyaan yang terstruktur
menghubungkan pengamatan dan temuan yang dapat menjelaskan satu sama lain dan
mengabaikan yang tidak. Sebaliknya, para pakar menempatkan penekanan khusus pada
kontradiksi yang potensial terkait pengamatan dan temuan sebagai alat untuk memeriksa
2.5.3 Pertimbangan
Pertimbangan yang digunakan selama proses pengambilan keputuian tampak lebih jelas
dalam merumuskan hipotesis, mengembangkan petunjuk dalam rumusan keputusan akhir dan
pertimbangan dengan memutuskan "kapan waktu yang tepat untuk memilih mana dari fakta-
fakta yang diamati yang merupakan masalah utama." Bagi para ahli, pertimbangan adalah
suatu upaya untuk mengembangkan dalam pikirannya terkait "suatu gambaran dari apa yang
sebenarnya terjadi." Mereka mencapai hal ini melalui penggunaan teknik-teknik yang
sistematis yang menghasilkan jalan pintas tanpa mengorbankan urutan logis dalam analisis
yang dilakukan. Para pakar tidak menyimpan catatan atas setiap temua individu, tetapi
20
hipotesis yang akan diuji. Mereka menggunakan daftar dari masalah-masalah umum yang
ditemukan di masa lalu sebagai titik referensi dalam mengenali masalah yang terjadi saat ini
Toleransi terhadap ambiguitas mengukur sampai pada tingkat mana yang mana
individu merasa terancam oleh ambiguitas dalam situasi pengambilan keputusan dan
penulis merasa bahwa orang yang tidak toleran terhadap ambiguitas diperkirakan akan
kurang atau yakin dengan keputusannya. Mereka akan mencari lebih banyak informasi dalam
situasi yang ambigu dibandingkan rekan kerja mereka yang toleran. Penulis lain
menunjukkan keyakinan yang lebih besar dan mencari lebih sedikit informasi daripada
masa depan. Keputusan tersebut dapat memengaruhi hanya satu peristiwa masa depan atau
memengaruhi semua kejadian atau tindakan setelah keputusan itu dibuat. Tidak ada kejadian
atau tindakan yang dapat diubah oleh suatu keputusan ketika kejadian atau tindakan tersebut
telah selesai. Informasi akuntansi yang fokus pada peristiwa di masa lalu tidak dengan
sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya, kecuali jika hal itu dilakukan melalui
proses pengambilan keputusan yang mana kejadian masa depan beserta konsekuensinya
ditentukan. Oleh karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja
akuntansi fokus pada periode waktu yang berbeda, maka itu hanya dikaitkan oleh sejumlah
fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang
21
dimodifikasi selain informasi nonkeuangan. Oleh karena itu, pertanyaan pentingnya adalah,
mana masalah dan peluang dikenali dan didefinisikan, tindakan alternatif diisolasi dan
alternatif.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
menghasilkan suatu reaksi yang kurang diharapkan manakala sistem biaya tersebut digunakan
dalam pengendalian dan evaluasi kinerja. Walaupun berpotensi untuk meningkatkan motivasi
disfungsional dari orang-orang dan memiliki kecenderungan yang bersifat memaksa. Melalui
3.2 Saran
Dalam implementasi akuntansi keperilakuan ini diharapkan nantinya bisa menjadi acuan
bagi para karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan diri sendiri (self
ability) agar mampu menghasilkan keputusan yang optimal bagi organisasi atau perusahaan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24