Anda di halaman 1dari 29

Diajukan Untuk Memenuhi Ulangan Tengah Semester Mata Kuliah :

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dosen Pengampu : Drs, Rustam, MA

Di Susun Oleh:
Tamimi Mujahid (0307212031)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan

Ujian Tengah Semester yang dilakukan secara Take home ini dengan baik

meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Saya juga ingin

berterima kasih kepada Bapak Drs, Rustam, MA sebagai

instruktur/Dosen pengampu kursus yang telah memberi kami tugas ini.

Saya sangat berharap laporan buku penting ini dapat membantu kita

untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita. Saya juga tahu bahwa

ujian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, saya berharap setiap orang dapat memberikan kritik,

komentar, dan saran untuk Ujian Tengah Semester yang akan saya buat

di masa mendatang. Ingat, tanpa saran yang membangun, tidak ada yang

sempurna. Semoga siapapun yang membacanya dapat memahami

laporan buku kritis yang sederhana ini. Jika laporan yang telah disusun

bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi yang membacanya. Mohon

maaf jika ada kata-kata yang kurang memuaskan pada artikel

sebelumnya, dan mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

perbaikan.

Medan, 8 November 2023

Tamimi Mujahid

ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................3
BAB II..........................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................4
A. PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.................................4
1. Pengambilan Keputusan Dari Aspek Psikologi..............................6
2. Pengambilan Keputusan Dari Aspek Ekonomi..............................9
3. Pengambilan Keputusan Dari Aspek Budaya..............................12
4. Pengambilan Keputusan Dari Aspek Sosial................................15
B. ASPEK YANG MEMPENGARUHI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DI NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG..........16
1. Aspek Psikologi:..........................................................................17
2. Aspek Ekonomi :..........................................................................17
3. Aspek dari Budaya :.....................................................................18
4. Aspek Sosial................................................................................19
BAB III.......................................................................................................21
PENUTUP.................................................................................................21
A. KESIMPULAN.................................................................................21
B. REKOMENDASI..............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Membuat keputusan adalah bagian penting dari kehidupan sehari-

hari kita. Setiap individu, organisasi, dan masyarakat harus membuat

keputusan yang berkisar dari sederhana hingga sangat kompleks.

Keputusan dapat berkisar dari apa yang akan kita makan hari ini hingga

keputusan bisnis strategis yang mempengaruhi perkembangan jangka

panjang perusahaan. Akibatnya, memahami bagaimana orang dan

organisasi membuat keputusan sangat penting untuk mencapai tujuan,

mencapai kesuksesan, dan menghindari konsekuensi negatif.

Keputusan menjadi lebih kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai

faktor sebagai hasil dari kemajuan teknologi dan globalisasi. Membuat

keputusan yang tepat dalam sebuah organisasi dapat meningkatkan

produktivitas, kualitas hidup, dan efisiensi. Keputusan yang buruk, di

sisi lain, dapat mengakibatkan kerugian keuangan, ketegangan

hubungan, dan konsekuensi sosial yang signifikan. Untuk membuat

keputusan yang lebih baik, pemeriksaan yang hati-hati terhadap proses

pengambilan keputusan dan faktor-faktor yang mempengaruhi itu

diperlukan.

Pengambilan keputusan dilakukan pimpinan untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan

melalui pemilihan satu alternatif pemecahan masalah (problem solving)

1
yang terbaik dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (kriteria)

tertentu. Pengambilan keputusan harus dilakukan secara sistematis,

mengumpulkan fakta-fakta, kemudian ada penentuan yang matang dari

alternatif yang dihadapi, dan selanjutnya mengambil tindakan yang

menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat (Pratiwi,

2020).

Keputusan biasanya dibuat berdasarkan pertimbangan tertentu

atau pada dasar logis, dengan alternatif terbaik dari beberapa alternatif

yang harus dipilih dan tujuan yang harus dipenuhi. Pengambilan

keputusan sangat penting untuk pertumbuhan atau penurunan

organisasi. Membuat keputusan yang benar akan mengakibatkan

perubahan positif dalam organisasi, tetapi membuat keputusan yang

salah akan memiliki dampak negatif pada roda organisasi dan

administrasi. Pengambilan keputusan membutuhkan kemampuan yang

berkisar dari mengumpulkan informasi, mencari keputusan alternatif,

memilih keputusan, dan mengelola konsekuensi atau konsekuensinya

dari keputusan yang dibuat.

Pengambilan keputusan harus didasarkan pada prinsip-prinsip

kemanusiaan, yang berarti bahwa akal budi dan hati harus seimbang

sehingga membuat keputusan tidak kaku dan ditandai sebagai produk

sampingan kepemimpinan otoriter. Implementasi dari hasil pengambilan

keputusan sering menjadi masalah karena keputusan yang harus

dibuat oleh banyak orang ditangani oleh sekelompok kecil orang.

Keputusan yang harus ditangani oleh dua atau tiga orang ditugaskan ke

2
tim 40 atau lebih. Akibatnya, ada perdebatan yang konstan. Jadi,

pertama-tama, memutuskan metode pengambilan keputusan mana

yang paling sesuai dengan situasi dan masalah yang ada: individu, tim,

diskusi, suara, dan sebagainya.

Setiap keputusan mewakili kebijakan yang telah ditetapkan.

Akibatnya, menganalisis proses pengambilan keputusan sama dengan

menganalisa proses kebijakan. Pengambilan keputusan adalah hasil

dari pemikiran kritis, hukum keadaan, dan pemilihan satu pilihan atas

yang lain yang ada, sama seperti itu adalah hasil perspektif pada

masalah saat ini. Keputusan satu tujuan adalah keputusan di mana

keputusan yang dihasilkan hanya menangani satu masalah. Artinya,

setelah keputusan dibuat, tidak akan ada harmoni dengan masalah lain,

dan keputusan yang dihasilkan yang melibatkan beberapa masalah

akan memiliki sifat ganda.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan dan uaraikan pengemabilan keputusan di tinjau dari
Aspek/kajian :
a. Psikologi.
b. Ekonomi.
c. Budaya.
d. Sosial.

2. Aspek yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan di negara


maju dan negara berkembang

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan terdiri dari berbagai tindakan yang

memanfaatkan berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang

diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi. Oleh

karena itu, pengambilan sebuah keputusan bukanlah sebuah hal yang

mudah, Karena sebuah keputusan adalah permulaan dari sebuah

risiko. Benar, setiap keputusan mengandung sebuah risiko, yang mau

tak mau harus dihadapi ke depannya, terutama oleh sang pengambil

keputusan, yaitu manajer (Anwar, 2014).

Pengambilan Keputusan salah satu fungsi fundamental dalam

kepimpinan, untuk lebih spesifik, manajer lebih melihat waktu,

perhatian, pertimbangan, dan pengkajian digunakan untuk melihat

siklus pengambilan keputusan. Pengambilan Keputusan dilakukan

dengan tepatdan akuratdari posisi seorang manajer, yang akan

menjadi tugas utama yang harus diselesaikan (Wahono & Ali,

2021).

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang mencakup

semua penilaian kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan

meperlihatkan pilihan terbaik dalam menyelesaiakan suatu masalah

tertentu. setiap keputusan adalah akibat dari sebuah proses dinamis

yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan, pengambilan keputusan bukan

4
merupakan prosedur yang tetap akan tetapi sebuah proses yang

beruntun (Rahayu & Mulyani, 2020).

Kecakapan dalam mengambil keputusan merupakan tujuan

utama dalam perencanaan karier yang harus ditempuh oleh setiap

individu. Remaja sebagai siswa di sekolah menengah, merupakan

individu yang masih dalam tahap perkembangan dalam merencanakan

karier. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja berawal dari

usia 11 sampai dengan akhir usia belasan yaitu sekitar 20 tahun

ketika pertumbuhan fisik dan perubahan lain berlangsung cepat,

yang ditandai dengan ada perubahan baik secarabiologis, kognitif,

maupun psikososial (Nurmalasari & Erdiantoro, 2020).

Dapat diklasifikas menjadi 2 kategori yang berkaitan dengan

jenis keputusan yakni keputusan yang bersifat terencana atau

terprogram dan juga keputusan yang bersifat tidak terencana atau

tidak terprogram (Sirojuddin et al., 2022).

Dapat diklasifikas menjadi 2 kategori yang berkaitan dengan

jenis keputusan yakni keputusan yang bersifat terencana atau

terprogram dan juga keputusan yang bersifat tidak terencana atau

tidak terprogram.Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

pemimpin disesuaikan dengan gaya dan model pengambilan

keputusan yang diselaraskan dengan tahapan pengambilan keputusan

tersebut. Seorang pemimpin di lembaga pendidikan harus dapat

memenuhi persyaratan dalam mengambil sebuah keputusan (Hayati

et al., 2021). Adapun persyaratan tersebut adalah:

5
1) seorang pemimpin harus mampu mengetahui perangkat

alternatif dan sebab akibat yang dihasilkan dari keputusan

tersebut,

2) pemimpin lembaga pendidikan harus mampu, dan

3) pemimpin lembaga pendidikan harus dapat menentukan

alternatif keuntungan yang dapat dilaksanakan.

Pengambilan keputusan adalah proses yang membutuhkan

pendekatan sistemik yang harus disesuaikan dengan keadaan.

Pendekatan sistematis untuk mengatasi masalah dengan fakta dan

data digunakan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Dengan

pengambilan keputusan, sekolah berubah menjadi organisasi yang

dinamis di hadapan rintangan dan ancaman yang muncul selama

proses mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam membuat keputusan

yang sesuai dengan masalah yang ada. Keputusan dapat dibuat

berdasarkan perasaan, tetapi juga dapat dibuat dengan memperhatikan

rasio. Selain itu, pengambilan keputusan dapat didasarkan pada orang

yang membuat keputusan.

1. Pengambilan Keputusan Dari Aspek Psikologi

Banyak faktor dari perilaku konsumen yang dapat berpengaruh

dalam pengambilan keputusan salah satunya adalah faktor psikologis.

Faktor psikologis merupakan sisi kejiwaan yang ada dalam dari

seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan

keputusan (Casriyanti, 2020).

6
Pentingnya psikologi dalam memahami pengambilan keputusan

tidak dapat ditebak. Psikologi menjelaskan bagaimana faktor

emosional, kognitif, dan sosial mempengaruhi bagaimana kita

mengevaluasi informasi, membuat keputusan, dan menangani risiko.

Bias kognitif yang dapat mempengaruhi keputusan telah diidentifikasi

dalam studi psikologis, seperti ada teori yang menjelaskan proses

pengambilan keputusan manusia.

Behavioral finance berkaitan dengan faktor psikologis investor

dalam pengambilan keputusan investasi, seperti rasa takut dan cemas

karena keputusan tersebut harus diambil secara tepat dan cepat karena

bila salah dalam mengambil sebuah keputusan, maka akan kehilangan

kesempatan untuk memperoleh sebuah keuntungan yang diharapkan

tersebut (Sukandani et al., 2019).

Faktor-faktor psikologis dalam pengambilan keputusan investasi

investor menyebabkan investor untuk mengambil tindakan yang tidak

masuk akal dan tidak dapat diprediksi, mengakibatkan munculnya

keputusan investasional yang didasarkan pada emosi, sifat, dan

pengetahuan, menyebabkan kendali diri menjadi terlalu percaya diri.

Kemampuan manajemen diri dan kematangan emosi merupakan

aspek psikologis yang dapat mempengaruhi orientasi pengambilan

keputusan. Secara praktis, setelah diketahuinya beberapa faktor yang

turut mempengaruhi kemampuan manajemen diri dan kematangan

emosi yang dapat mempengaruhi orientasi pengambilan keputusan

karyawan, pihak manajemen perusahaan dapat melakukan upaya-

7
upaya untuk meningkatkan kemampuan manajemen diri dan

kematangan emosi karyawan sehingga keputusan yang diambil dapat

lebih bermanfaat bagi perusahaan (Satar & Yusri, 2019).

Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor kepribadian

seperti manajemen diri dan kematangan emosional, selain kemampuan

memecahkan masalah. Apakah Anda menyadarinya atau tidak,

manajemen diri mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membuat

keputusan. Salah satu metode adalah melatih karyawan untuk

meningkatkan keterampilan manajemen diri dan kematangan

emosional mereka.

Dengan memasukkan faktor emosional dan psikologi maka

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang tidak lagi

sepenuhnya rasional dan kadang kala aspek psikologis tersebut

yang lebih dominan berperan. Akibatnya muncul beberapa bias

dalam pengambilan keputusan yang disebut dengan bias

keperilakuan (Alteza, 2021).

Manusia cenderung membuat keputusan berdasarkan bias kognitif

dan emosional, yang dapat menyebabkan hasil yang kurang optimal.

Bias konfirmasi, bias penempatan yang berlebihan, dan efek afektif

positif atau negatif adalah contoh. Emosi sangat penting dalam

pengambilan keputusan. Keputusan yang memicu emosi positif atau

negatif dapat mempengaruhi pilihan seseorang. Emosi sering

mempengaruhi keputusan yang sulit atau penting. Norma sosial,

tekanan kelompok, dan pengaruh orang lain di lingkungan sosial semua

8
memiliki dampak pada keputusan. Pilihan individu dalam berbagai

konteks dapat dipengaruhi oleh ini.

Meskipun berbagai faktor psikologis dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan, individu dapat memahami faktor-faktor

tersebut dan mengembangkan keterampilan membuat keputusan yang

lebih baik. Anda dapat membuat keputusan yang lebih rasional dan

optimal jika Anda menyadari bias dan proses kognitif. Karena tidak ada

metode pengambilan keputusan tunggal yang cocok untuk semua

situasi, sangat penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini

selama proses pengambalian keputusan.

2. Pengambilan Keputusan Dari Aspek Ekonomi

Peneliti selalu beranggapan bahwa pengambilan keputusan dalam

bidang keuangan, akuntansi dan ekonomi merupakan pengambil

keputusan yang rasional, yang mampu mencerna seluruh informasi

dengan baik, dan menentukan pilihan terbaik. Namun, pada praktiknya,

peneliti menemukan suatu fenomena baru yang menyatakan bahwa

asumsi “rasionalitas” tersebut sering dilanggar. Salah satu faktor yang

menyebabkan hal tersebut adalah decison frame (Prawirasasra &

Dialysa, 2016).

Mekanisme pengambilan keputusan dalam sistem kapitalisme

ditentukan sendiri oleh pelaku pasar, yaitu produsen dan konsumen.

Alur pengambilan keputusan ini dengan demikian menggunakan sistem

9
bottom-up, artinya bahwa keputusan ekonomi tidak terpusat di tangan

pemerintah.

Carson, didalam artikel (Irkhami, 2015) mengatakan, Secara garis

besar, mekanisme pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi

dua kutub; sentralisasi (planned economy) dan desentralisasi. Dalam

sistem ekonomi planned, pemerintah menentukan rencana strategi

pertumbuhan ekonomi negara. Ini berarti bahwa negara

menformulasikan dan mengimplementasikan seperangkat prioritas

rencana selama jangka waktu tertentu yang dapat mempengaruhi

komposisi produksi barang dan jasa jenis-jenis input yang digunakan

dalam produksi.

Behavioral finance tumbuh dari berbagai asumsi dan ide dari

perilaku ekonomi Dalam behavioral finance juga melibatkan emosi,

sifat, kesukaan dan berbagai macam hal yang ada pada diri manusia

sebagai makhluk intelektual dan social yang akan berinteraksi

melandasi munculnya keputusan dalam melakukantindakan. Konsep

Behavioral Finance “Behavioral finance is the study of how humans

interpret and act on information to make informed investment decisions.

Its findings suggest that investors do not always behave in a rational,

predictable and an unbiased manner indicated by the quantitative

models. In fact, investors make mistakes. Penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa behavioral finance merupakan ilmu yang

memperlajari tentang bagaimana manusia dalam mengambil suatu

tindakan pada proses pengambilan keputusan dalam berinvestasi

10
sebagai respons dari informasi yang diperolehnya. Selain itu investor

tidak selalu berprilaku rasional dan tidak menyimpang serta mampu

dimodelkan secara quantitative (Wiryaningtyas, 2016).

Behavioral finance merupakan ilmu yang memperlajari tentang

bagaimana manusia dalam mengambil suatu tindakan pada proses

pengambilan keputusan dalam berinvestasi sebagai respons dari

informasi yang diperolehnya.

Membuat keputusan yang benar dan bijaksana adalah aspek

penting dalam menjalankan bisnis. Seorang investor dapat membuat

keputusan yang berbeda sebagai pembuat keputusan karena investor

tidak selalu bertindak secara rasional saat membuat keputusan.

Perilaku investor menantang teori keuangan dan ekonomi standar,

bahkan dalam fenomena pasar modal atau pasar keuangan. Perilaku

keuangan mulai menggantikan konsep keuangan tradisional dan

konsep investor rasional dengan investor normal yang memiliki bias

sosial, kognitif, dan emosional.

Pengaruh ekonomis mencakup rangsangan yang hadir dalam

wujud variabel-variabel ekonomi, seperti fluktuasi harga, akses pasar,

modal (material, tenaga kerja dan waktu), dan kebutuhan ekonomi

rumah tangga (Lubis, 1997). Pengambilan keputusan ekonomi

melibatkan pemikiran tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya

terbatas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tanpa batas.

Keputusan ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada

kesejahteraan individu dan masyarakat.

11
Risiko dan ketidakpastian adalah faktor penting dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Pembuat keputusan harus

mempertimbangkan risiko yang terkait dengan setiap keputusan dan

merumuskan strategi untuk mengurangi mereka. Akhirnya, etika harus

dipertimbangkan saat membuat keputusan ekonomi. Nilai-nilai moral

dan etika, serta dampaknya pada masyarakat dan lingkungan, harus

dipertimbangkan saat membuat keputusan ekonomi. Adalah penting

dalam pengambilan keputusan ekonomi untuk menggunakan data,

analisis, dan pertimbangan hati-hati untuk mencapai hasil yang

menguntungkan dan berkelanjutan sambil mempertimbangkan berbagai

faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut.

3. Pengambilan Keputusan Dari Aspek Budaya

Budaya mempunyai pengertian teknografis yangnluas meliputi

ilmu pengetahuan, keyakinan/percaya, seni, moral, hukum, adapt

istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat

sebagai anggota masyarakat (Hakim, 2016).

Budaya adalah pola asumsi fundamental yang diciptakan,

ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai

pembelajaran untuk menangani masalah adaptasi eksternal dan

integrasi internal yang bersifat formal dan diterapkan dengan baik, dan

dengan demikian diajarkan/diwariskan kepada anggota baru sebagai

cara yang tepat untuk memahami, berpikir, dan merasa tentang

masalah tersebut.

12
Budaya mencakup pikiran, perasaan, dan reaksi yang

membimbing pengambilan keputusan anggota organisasi dan kegiatan

lainnya. Organisasi yang sukses tampaknya memiliki budaya kerja

yang kuat yang mampu menarik, mempertahankan, dan memberi

imbalan kepada siapa pun yang memenuhi kewajiban mereka dan

mencapai tujuan mereka.

Menurut Kast dan Rosenzweig dalam (Robbins, 2003)

mengemukakan bahwa budaya mempunyai fungsi antara lain:

1) menyampaikan rasa identitas untuk anggota-anggota

organisasi,

2) memudahkan komitmen untuk sesuatu yang lebih besar dari

pada diri sendiri,

3) meningkatkan stabilitas sosial,

4) menyediakan premises (pokok pendapat) yang diterima dan

diakui untuk pengambilan keputusan.

Keragaman warisan budaya lokal memungkinkan kita untuk

mempelajari jenius lokal dalam menangani masalah di masa lalu.

Kebijaksanaan lokal adalah sikap, sudut pandang, dan kemampuan

komunitas untuk mengelola lingkungan spiritual dan fisiknya, yang

memberi komunitas ketahanan dan pertumbuhan dalam wilayah di

mana ia terletak. Kebijaksanaan lokal mengacu pada kekayaan budaya

yang beragam yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan

merupakan komponen penting dalam membangun kohesi sosial di

antara warga.

13
Keragaman warisan budaya lokal memungkinkan kita untuk

mempelajari jenius lokal dalam menangani masalah di masa lalu.

Kebijaksanaan lokal adalah sikap, sudut pandang, dan kemampuan

komunitas untuk mengelola lingkungan spiritual dan fisiknya, yang

memberi komunitas ketahanan dan pertumbuhan dalam wilayah di

mana ia terletak. Kebijaksanaan lokal mengacu pada kekayaan budaya

yang beragam yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan

merupakan komponen penting dalam membangun kohesi sosial di

antara warga.keberadaan budaya, baik itu adat istiadat, suku dan

agama, menjadi nilai penting untuk menjaga kolektivisme di

masyarakat, sehingga keputusan kelompok menjadi lebih tinggi nilainya

dibandingkan dengan keputusan individu (Widhagdha et al., 2016).

Keputusan yang diambil setelah diskusi dan debat di forum

kelompok formal dan informal cenderung menandakan proses

penyesuaian pengetahuan yang lebih terbuka oleh masyarakat karena

sumber informasi dan akses informasi menjadi lebih mudah tersedia.

Pengaruh budaya ini memiliki dampak yang signifikan pada

pengambilan keputusan kelompok di setiap masyarakat. Faktor-faktor

seperti kepentingan kolektif dan kepatuhan terhadap hierarki sosial

terus mempengaruhi pengambilan keputusan kelompok.

Kehadiran teori fungsialisme struktural Talcott Parsons, yang

menjelaskan konsep Adaptation, Goal Attaintment, Integration dan

Latency (AGIL), dapat digunakan sebagai alat analitis untuk memahami

dinamika kelompok yang terjadi di masyarakat Indonesia dengan

14
karakteristik dan budaya yang beragam, sedangkan dimensi budaya

Hofstede dapat membantu memahami aspek budaya yang merupakan

penggerak dan inhibitor dari fungsi sistem sosial.

4. Pengambilan Keputusan Dari Aspek Sosial

Pengambilan keputusan dari perspektif sosial melibatkan

mempertimbangkan bagaimana keputusan akan mempengaruhi

individu, kelompok, komunitas, dan masyarakat secara keseluruhan. Ini

mencakup sejumlah komponen, termasuk keadilan sosial, dampak

sosial, partisipasi masyarakat, nilai-nilai dan etika, perubahan sosial,

keberlanjutan, dan penilaian dampak masyarakat. Adalah penting

dalam pengambilan keputusan sosial untuk memastikan bahwa

keputusan tidak menguntungkan kelompok atau individu tertentu dan

bahwa hak dan kepentingan semua pihak dihormati. Partisipasi

masyarakat dalam pengambilan keputusan sosial dapat meningkatkan

kualitas keputusan. Ini termasuk mendengarkan pendapat dan minat

publik, memungkinkan publik untuk berkontribusi, dan

memungkinkannya untuk mempengaruhi keputusan.

Dalam pengambilan keputusan investor dihadapkan dengan

banyak pertimbangan yang tidak hanya meliputi aspek keuangan, tetapi

investor juga melihat aspek sosial dan lingkungan. Dalam menilai aspek

sosial dan lingkungan, biasanya investor menelaah informasi dalam

sustainability report yang bukan berupa angka (Angga et al., 2022).

Hubungan subjek dengan beberapa teman seprofesi menjadi salah

15
satu keadaan yang mendukung subjek untuk melakukan pengambilan

keputusan. Melalui komunikasi dan diskusi, maka subjek akan

mengetahui alternatif pilihan mana yang akan dipilih oleh teman

seprofesinya untuk menyelesaikan masalah (Setyasari & Afiatin, 2015).

Keterampilan pengambilan keputusan sosial (Social Decision

Making Skills) merupakan kemampuan untuk mengontrol diri agar tidak

mudah terpengaruh oleh rangsangan sosial dengan menggunakan

langkah-langkah mengambil keputusan yaitu mengidentifikasi masalah,

mengumpulkan informasi, melakukan verifikasi, menentukan alternative

pemecahan masalahnya dan memilih solusi yang terbaik (Rofiq, 2016).

Kita selalu membuat keputusan dan keputusan dalam kehidupan

sehari-hari. Pengambilan keputusan adalah proses memilih antara

pilihan untuk mengevaluasi peluang yang tersedia. Pilihan yang

tersedia kemudian dipilih dengan mempertimbangkan semua hasil yang

mungkin sampai keputusan dicapai. Keterampilan pengambilan

keputusan sosial adalah program universal, yang berarti mereka dapat

diajarkan kepada siswa manapun dan bukan hanya mereka yang

memiliki kemampuan khusus.

B. ASPEK YANG MEMPENGARUHI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


DI NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

Keputusan di negara-negara maju dan berkembang dipengaruhi

oleh berbagai faktor, termasuk pertimbangan psikologis, ekonomi,

budaya dan sosial. Namun, perlu diingat bahwa setiap negara memiliki

16
konteks uniknya sendiri, dan faktor-faktor ini dapat berinteraksi berbeda

di setiap negara. Berikut adalah gambaran tentang bagaimana faktor-

faktor ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan di kedua negara

maju dan berkembang:

1. Aspek Psikologi:

Psikologi individu di negara-negara maju sering dipengaruhi oleh

pendidikan, akses informasi, dan stabilitas mental. Individu lebih

mampu membuat keputusan berdasarkan data yang solid, penelitian,

dan analisis. Kepercayaan diri, motivasi, dan rasa tanggung jawab

adalah semua faktor penting yang harus dipertimbangkan saat

membuat keputusan.

Negara berkembang : Akses ke pendidikan dan informasi mungkin

lebih terbatas di negara-negara berkembang. Ketidakpastian ekonomi,

ketidakstabilan politik, dan tekanan sosial dapat berdampak pada

psikologi seseorang. Ini dapat mengakibatkan keputusan yang lebih

dipengaruhi oleh faktor emosional dan naluri daripada analisis rasional.

2. Aspek Ekonomi :

Negara-negara maju: Ekonomi yang stabil dan berkembang

memberikan akses yang lebih besar ke sumber daya ekonomi yang

memadai, dan individu memiliki lebih banyak kebebasan dalam banyak

aspek kehidupan mereka.

Pilihan individu sering dibatasi di negara berkembang karena

sumber daya ekonomi yang terbatas. Kemampuan individu untuk

17
membuat keputusan optimal dapat terhambat oleh faktor-faktor

ekonomi seperti tingkat pengangguran, inflasi, dan ketidakpastian

ekonomi. Perkembangan ekonomi telah menjadi penting karena telah

menjadi jelas bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam

perkembangan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang.

Untuk negara-negara berkembang miskin, definisi pembangunan lebih

terkait dengan pendekatan ekonomi.

Faktor-faktor ekonomi seperti pendapatan, stabilitas pekerjaan,

dan akses ke barang dan jasa mempengaruhi pengambilan keputusan

di negara-negara maju (Christian, et all, 2022). Orang-orang di negara-

negara maju memiliki lebih banyak pilihan dan akses ke pasar maju.

Negara berkembang: Ketidakpastian ekonomi, ketidaksetaraan,

dan akses terbatas dapat membatasi pilihan dan mempengaruhi

keputusan di negara berkembang.

3. Aspek dari Budaya :

Budaya di negara-negara maju sering lebih terbuka untuk

perubahan dan keragaman. Individualisme, kebebasan berpikir, dan

toleransi adalah semua nilai-nilai yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan. Budaya negara-negara berkembang mungkin

lebih konservatif dan mungkin mempertahankan nilai-nilai tradisional

yang menghormati otoritas dan hierarki. Pilihan individu dalam hal

norma sosial dan agama dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai ini.

Salah satu masalah yang paling mendesak yang dihadapi negara-

negara berkembang adalah keterlambatan dan kesenjangan yang

18
disebabkan oleh warisan kolonial sebagai akibat dari negara yang baru

merdeka. Layanan publik di Indonesia ditandai dengan dominasi

negara atas berbagai aspek kehidupan bangsa selama Peraturan Baru,

sehingga sekarang dikenal sebagai paradigma negara yang kuat atau

negara otonom di mana kekuatan politik sosial mencakup kekuatan

pasar kecil yang mempengaruhi kebijakan publik, bahkan dalam

implementasinya.

4. Aspek Sosial

Negara maju: Masyarakat negara maju sering lebih maju dalam

hal hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan akses ke perawatan

kesehatan dan pendidikan. Ini memiliki potensi untuk mempengaruhi

pilihan individu sehubungan dengan kebebasan pilihan dan

perencanaan keluarga.

Negara berkembang: Ketidaksetaraan, konflik, dan akses terbatas

ke layanan sosial dapat membatasi pilihan individu dan memaksa

negara berkembang menghadapi tantangan sosial yang lebih besar.

Ketika mempelajari pengambilan keputusan di negara maju dan

berkembang, kompleksitas masing-masing konteks harus

dipertimbangkan. Tidak ada faktor tunggal yang mendominasi

pengambilan keputusan, dan faktor-faktor ini sering berinteraksi dalam

cara yang kompleks untuk membentuk pilihan individu dan kebijakan

pemerintah. Layanan publik yang buruk menyiratkan kurangnya

kepercayaan pada pemerintah. Kemiskinan, keterbelakangan, dan

19
ketidaksetaraan di negara-negara berkembang adalah hasil dari

warisan kolonial yang diwariskan oleh negara yang baru merdeka.

Tidak mungkin untuk menyimpulkan dari empat faktor ini bahwa

satu lebih berpengaruh daripada yang lain. Karena empat faktor ini

saling terkait dan kompleks, pengambilan keputusan di kedua negara

maju dan berkembang dipengaruhi oleh faktor yang kompleks dan

saling terkait. Akibatnya, pembentukan sistem ekonomi global yang

komprehensif diperlukan untuk memajukan negara-negara

berkembang, bukan hanya untuk memodernisasi rakyat atau nilai-nilai

budaya komunitas negara berkembang.

Aspek-aspek yang paling berpengaruh dalam pengambilan

keputusan di kedua negara maju dan berkembang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Faktor psikologis, ekonomi, budaya, dan

sosial semua berinteraksi dan mempengaruhi pengambilan keputusan.

Akibatnya, tidak ada faktor tunggal yang dapat dikatakan memiliki

pengaruh terbesar pada pengambilan keputusan di negara-negara

maju atau berkembang.

Faktanya, setiap negara memiliki kompleksitas tersendiri dan

berbagai variasi di masing-masing daerah ini. Selain itu, dampak

globalisasi dan perubahan sosial dapat menghasilkan dinamika yang

kompleks dalam pengambilan keputusan di negara maju maupun

berkembang.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Untuk membuat keputusan yang lebih baik, pemeriksaan yang

hati-hati terhadap proses pengambilan keputusan dan faktor-faktor

yang mempengaruhi itu diperlukan.

Pengambilan keputusan harus dilakukan secara sistematis,

mengumpulkan fakta-fakta, kemudian ada penentuan yang matang

dari alternatif yang dihadapi, dan selanjutnya mengambil tindakan

yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

Pengambilan keputusan membutuhkan kemampuan yang

berkisar dari mengumpulkan informasi, mencari keputusan

alternatif, memilih keputusan, dan mengelola konsekuensi atau

konsekuensinya dari keputusan yang dibuat.

B. REKOMENDASI
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna.

Akibatnya, kami berharap bahwa dengan membaca referensi

tambahan, pembaca akan mendapatkan pemahaman yang lebih

baik tentang topik yang dibahas. Penulis berharap kritik pembaca

terhadap artikel ini akan digunakan sebagai referensi untuk

evaluasi lebih lanjut.

21
DAFTAR PUSTAKA
Alteza, M. (2021). Keuangan Keperilakuan : Telaah Atas Evolusi. Jurnal

Ilmu Manajemen, 18(1), 1–19.

https://journal.uny.ac.id/index.php/jim/article/view/39342

Angga Sudiartama, I. W., Sudana, I. P., Budiasih, I. G. A. N., & Sisdyani,

E. A. (2022). Sustainability Report Sebagai Dasar Pengambilan

Keputusan Investasi: Multiple Case Study. E-Jurnal Akuntansi, 32(7),

1703. https://doi.org/10.24843/eja.2022.v32.i07.p03

Anwar, H. (2014). Proses Pengambilan Keputusan untuk

Mengembangkan Mutu Madrasah. Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam,

8(1), 37–56. https://doi.org/10.21580/nw.2014.8.1.569

Casriyanti. (2020). Pengaruh Religiusitas, Consumer Knowledge dan

Brand Image terhadap Keputusan Menjadi Nasabah pada Bank

Syariah Casriyanti Sekolah Tinggi Agama Islam Pangeran Dharma

Kusuma Segeran Indramayu. Jurnal Mu’amalah Dan Ekonomi

Syari’ah, 2(1), 52–70.

Christian, Natalis, Natasya Des T.G, and Josephine Ardini Yaputri. (2022).

Kajian Pengaruh Sosial, Ekonomi, Dan Politik Terhadap

Perekonomian Negara: Nasional Dan Internasional’. Jurnal Ilmiah

Akuntansi Dan Bisnis, 7.2, 88.

https://doi.org/<https://doi.org/10.38043/jiab.v7i2.3454>

Hakim, L. (2016). Budaya Organisasi Islami Sebagai Upaya Meningkatkan

Kinerja. Iqtishadia, 9(1), 179–205.

22
Hayati, F., Zulvira, R., & Gistituati, N. (2021). Lembaga pendidikan:

kebijakan dan pengambilan keputusan. JRTI (Jurnal Riset Tindakan

Indonesia), 6(1), 100. https://doi.org/10.29210/3003911000

Irkhami, N. (2015). Aspek Insentif, Mekanisme Pengambilan Keputusan

dan Koordinasi (Analisis Komparasi Sistem-Sistem Ekonomi).

Muqtasid: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 6(2), 65.

https://doi.org/10.18326/muqtasid.v6i2.65-87

Lubis, Z. (1997). Repong Damar: Kajian tentang pengambilan keputusan

dalam pengelolaan lahan hutan di Pesisir Krui, Lampung Barat.

Repong Damar: Kajian Tentang Pengambilan Keputusan Dalam

Pengelolaan Lahan Hutan Di Pesisir Krui, Lampung Barat, 62(20).

https://doi.org/10.17528/cifor/000080

Nurmalasari, Y., & Erdiantoro, R. (2020). Perencanaan Dan Keputusan

Karier: Konsep Krusial Dalam Layanan BK Karier. Quanta, 4(1), 44–

51. https://doi.org/10.22460/q.v1i1p1-10.497

Pratiwi, H. (2020). Penjelasan sistem pendukung keputusan. Spk, May, 3.

https://www.researchgate.net/publication/341767301%0APENJELAS

AN

Prawirasasra, K. P., & Dialysa, F. (2016). Implikasi behavioral finance

pada proses pengambilan keputusan investasi di masa pensiun.

Jurnal Manajemen Dan Bisnis (Performa), 13(2), 21–36.

https://web.archive.org/web/20180422142942id_/https://ejournal.unis

ba.ac.id/index.php/performa/article/viewFile/2626/pdf

23
Rahayu, C. D., & Mulyani, S. (2020). Pengambilan Keputusan Klinis

Perawat. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1–11.

Robbins, S. C. (2003). Organizational Behavior, Concept Contropversies

and Applications. Prentice Hall Inc. Terjemahan. P.T. Indeks

Kelompok Gramedia.

Rofiq, A. A. (2016). Pentingnya Keterampilan Pengambilan Keputusan

Sosial Bagi Siswa Smp. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(2),

175–184. https://doi.org/10.15575/psy.v2i2.458

Satar, M., & Yusri, N. A. (2019). Pengambilan Keputusan Ditinjau Dari

Manajemen Diri Dan Kematangan Emosi. Al-Qalb : Jurnal Psikologi

Islam, 10(1), 20–41. https://doi.org/10.15548/alqalb.v10i1.826

Setyasari, U. E., & Afiatin, T. (2015). Dinamika pengambilan keputusan

penjual jamu tradisional untuk layanan aborsi. Gadjah Mada Journal

of Psychology, 1(1), 30–44.

Sirojuddin, A., Amirullah, K., Rofiq, M. H., & Kartiko, A. (2022). Peran

Sistem Informasi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan di

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Pacet Mojokerto. ZAHRA: Research

and Tought Elementary School of Islam Journal, 3(1), 19–33.

https://doi.org/10.37812/zahra.v3i1.395

Sukandani, Y., Istikhoroh, S., & Waryanto, R. B. D. (2019). Behavioral

Finance Pada Proses Pengambilan Keputusan Investasi. SHRP-II :

SeminaNr Hasil Riset Dan Pengabdian, 150–156.

24
Wahono, S., & Ali, H. (2021). Peranan Data Warehouse, Software Dan

Brainware Terhadap Pengambilan Keputusan (Literature Review

Executive Support Sistem for Business). Jurnal Ekonomi Manajemen

Sistem Informasi, 3(2), 225–239.

https://doi.org/10.31933/jemsi.v3i2.781

Widhagdha, M. F., Widodo, M., Tri, K. D., & Padmaningrum Dwiningtyas.

(2016). Pengaruh Nilai Budaya Dalam Proses Pengambilan

Keputusan Komunikasi Csr Di Indonesia. Jurnal Analisa Sosiologi, 1–

23.

Wiryaningtyas, D. P. (2016). Behavioral Finance dalam Pengambilan

Keputusan. UNEJ E-Proceeding, 339–344.

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/prosiding/article/view/3670/2860

25

Anda mungkin juga menyukai