Anda di halaman 1dari 22

MANAGERIAL DECISION MAKING

(PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL)

Disusun untuk memenuhi tuga mata kuliah Pengantar Manajemen

Dosen Pengampu Zakky Fahma Auliya, SE., M.M.

Disusun oleh kelompok 2 :

Anggie Fathin Lutfiana Fatimah (235211003)

Eka Asti Nur Aini (235211019)

Syafira Rahmatuti (235211034)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat, inayah, taufiq, dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaian penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai acuan, petumjuk, atau pedoman bagi pembaca dalam memahami, atas proses
pengambilan keputusan dalam menejemen.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karna pengalaman yang
kami miliki masih kurang. Karena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Sukoharjo, 13 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN......................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................4
II. PEMBAHASAN.......................................................................................................5
2.1 Tinjauan Pengambilan Keputusan Manajerial.....................................................5
2.2 Bagaimana Otak Memproses Informasi untuk Mengambil Keputusan: Sistem
Reflektif dan Reaktif..................................................................................................7
2.3 Keputusan Terprogram dan Tidak Terprogram...................................................9
2.4 Hambatan dalam Pengambilan Keputusan yang Efektif...................................11
2.5 Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan..............................................13
2.6 Pengambilan Keputusan Kelompok...................................................................16
III. PENUTUP.............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan........................................................................................................20
3.2 Saran..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21

3
BAB I

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam setiap perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuannya sering kali
masalah juga datang. Karena tidak ada masalah yang tidak terduga dalam
melaksanakan proses untuk mencapai tujuan. Ketika sedang ada masalah harus
bisa menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik. Dapat diselesaikan
melalui komunikasi dan kerja sama yang baik untuk mengambil keputusan yang
tepat. Karena permasalahan yang ada tidak hanya dari internal tetapi juga ada
yang dari eksternal. Ketika menyelesaikan masalah itu juga bisa menjadi tolak
ukur keberhasilan karier manajemen.
Pengambilan keputusan juga termasuk ke dalam cara untuk menyelesaikan
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam perusahaan atau organisasi. Di sini
seorang individu harus mampu berpikir kritis untuk memecahka masalah. Karena
dalam menyelesaikan masalah sangat dibutuhkan individu yang berpikir kritis
untuk dapat menganalisis masalah tersebut. Pengambilan keputusan juga tidak
hanya dipikirkan oleh satu individu saja tetapi juga bisa dalam kelompok dengan
membangun komunikasi yang baik. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
setiap pengambilan keputusan. Dengan ini diharapkan dapat mengambil
keputusan dengan cepat tetapi, juga tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Dasar pengambilan keputusan manajerial?
2. Apa dua sistem pengambilan keputusan di otak?
3. Apa perbedaan antara terprogram dankeputusan yang tidak terprogram?
4. Hambatan apa saja yang membuat pengambilan keputusan efektif menjadi sulit?

4
5. Bagaimana seorang manajer dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
individualnya?
6. Apa kelebihan dan kekurangan pengambilan keputusan kelompok, dan bagaimana
seorang manajer dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan kelompok?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Agar dapat mengetahui yang dimaksud dengan pengambilan keputusan
2) Agar bisa memahami cara mengambil keputusan yang tepat
3) Dapat mengetahui konsep yang ada di pengambilan keputusan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pengambilan Keputusan Manajerial


Pengambilan keputusan adalah tindakan atau proses memikirkan pilihan-
pilihan yang mungkin dan memilih salah satu. Penting untuk menyadari bahwa para
manajer terus-menerus mengambil keputusan, dan kualitas pengambilan keputusan
mereka mempunyai dampak cukup signifikan terhadap efektivitas organisasi dan
para pemangku kepentingannya. Pemangku kepentingan adalah semua individu atau
kelompok yang terkena dampak suatu organisasi (seperti pelanggan, karyawan,
pemegang saham, dll.).

Keputusan yang baik dapat memungkinkan organisasi untuk berkembang dan


bertahan dalam jangka panjang, sementara keputusan yang buruk dapat membawa
suatu bisnis ke dalam kebangkrutan. Manajer di tingkat bawah organisasi umumnya
mempunyai pengaruh yang lebih kecil terhadap kelangsungan hidup organisasi.
Misalnya, seorang penyelia lini pertama yang bertugas menjadwalkan pekerja dan
memesan bahan mentah untuk departemennya. Pengambilan keputusan yang buruk
oleh manajer tingkat bawah kemungkinan besar tidak akan membuat seluruh
perusahaan bangkrut, namun hal ini dapat menyebabkan banyak dampak buruk
seperti:

1) Berkurangnya produktivitas jika jumlah pekerja terlalu sedikit atau persediaan


tidak mencukupi
2) Peningkatan biaya jika terdapat terlalu banyak pekerja atau terlalu banyak
persediaan, terutama jika persediaan mempunyai umur simpan yang terbatas atau
mahal untuk disimpan
3) Frustrasi di kalangan karyawan, berkurangnya semangat kerja, dan peningkatan
pergantian karyawan (yang dapat merugikan organisasi) jika keputusan yang diambil
melibatkan pengelolaan dan pelatihan pekerja.

6
1. Memutuskan Kapan Harus Memutuskan

Meskipun beberapa keputusan sederhana, keputusan seorang manajer sering kali


merupakan keputusan rumit yang melibatkan serangkaian pilihan dan hasil yang tidak
pasti. Ketika memutuskan di antara berbagai pilihan dan hasil yang tidak pasti,
manajer perlu mengumpulkan informasi, yang kemudian mengarahkan mereka pada
keputusan penting lainnya: berapa banyak informasi yang diperlukan untuk membuat
keputusan yang baik? Manajer sering kali mengambil keputusan tanpa informasi yang
lengkap; memang benar, salah satu ciri pemimpin yang efektif adalah kemampuannya
menentukan kapan harus menunda suatu keputusan dan mengumpulkan lebih banyak
informasi, dan kapan harus mengambil keputusan dengan informasi yang ada.
Menunggu terlalu lama untuk mengambil keputusan dapat berdampak buruk bagi
organisasi seperti halnya mengambil keputusan terlalu cepat. Terkadang seorang
manajer memilih di antara beberapa pilihan bagus, dan tidak jelas mana yang terbaik.
Di lain waktu, ada banyak pilihan buruk, dan tugasnya adalah meminimalkan dampak
buruk. Seringkali ada individu dalam organisasi dengan kepentingan yang bersaing,
dan manajer harus membuat keputusan dengan mengetahui bahwa seseorang akan
kecewa tidak peduli keputusan apa yang diambil.

2. Kemampuan Keberlanjutan dan Manajemen Yang Bertanggungjawab

Fokus seorang manajer atau pemilik bisnis sering kali terutama pada kinerja yang
baik (menghasilkan keuntungan. Bisnis memberikan peluang untuk mengejar tujuan
lain yang juga disukai oleh para pendiri, pemilik, atau manajer. Dalam kasus New
Belgium Brewing, salah satu pendiri perusahaan, Jeff Lebesch dan Kim Jordan,
sangat tertarik pada dua hal: membuat bir berkualitas dan menjaga lingkungan. Jadi,
tidak mengherankan jika tempat pembuatan bir mereka didedikasikan untuk
mengurangi dampak lingkungan. Tempat pembuatan bir telah menciptakan budaya
yang mendorong keberlanjutan dalam berbagai cara, misalnya dengan memberikan

7
sepeda kepada karyawan pada hari peringatan satu tahun mereka sebagai cara untuk
mendorong mereka mengendarai sepeda ke tempat kerja. Organisasi ini juga aktif
dalam upaya advokasi, seperti kampanye “Selamatkan Colorado” (sungai), dan
bekerja keras untuk mendorong pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
terkait masalah lingkungan. Faktanya, pada tahun 1999, setelah pemungutan suara
oleh karyawan, pabrik bir tersebut mulai membeli seluruh listriknya dari tenaga
angin, meskipun biayanya lebih mahal dibandingkan listrik dari pembangkit listrik
tenaga batu bara (yang berarti berkurangnya profitabilitas dan lebih sedikit uang
untuk bonus karyawan).

2.2 Bagaimana Otak Memproses Informasi untuk Mengambil Keputusan:


Sistem Reflektif dan Reakti

Otak manusia memproses informasi untuk pengambilan keputusan menggunakan


salah satu dari dua jalur: sistem reflektif dan sistem reaktif (atau refleksif). Sistem
reflektif bersifat logis, analitis, disengaja, dan metodis, sedangkan sistem reaktif
bersifat cepat, impulsif, dan intuitif, mengandalkan emosi atau kebiasaan untuk
memberikan isyarat tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Penelitian di
bidang neuropsikologi menunjukkan bahwa otak hanya dapat menggunakan satu
sistem pada satu waktu untuk memproses informasi [Darlow & Sloman] dan kedua
sistem tersebut diarahkan oleh bagian otak yang berbeda.

1. Pengambilan Keputusan Reaktif

Kita cenderung berasumsi bahwa jalur yang logis dan analitis akan menghasilkan
keputusan yang lebih baik, namun akurat atau tidaknya hal ini bergantung pada
situasi. Rute yang cepat dan intuitif dapat menyelamatkan nyawa; ketika kita tiba-tiba
merasa sangat takut, respons melawan-atau-lari muncul yang mengarah pada tindakan
segera tanpa mempertimbangkan secara metodis semua opsi yang mungkin ada dan
konsekuensinya.

8
2. Pengambilan Keputusan Reflektif

Namun, jalur cepat tidak selalu merupakan jalur pengambilan keputusan terbaik.
Ketika dihadapkan pada situasi baru dan kompleks, lebih baik memproses informasi
yang tersedia secara logis, analitis, dan metodis. Sebagai seorang manajer, Anda perlu
memikirkan apakah suatu situasi tidak memerlukan reaksi yang cepat dan “nyali”,
namun pemikiran yang serius sebelum mengambil keputusan. Penting untuk
memperhatikan emosi Anda, karena emosi yang kuat dapat mempersulit pemrosesan
informasi secara rasional.

3. Peran Emosi

Emosi dapat menjadi sinyal kuat mengenai apa yang harus kita lakukan, terutama
dalam situasi yang mempunyai implikasi etis. Memikirkan bagaimana perasaan kita
mengenai pilihan-pilihan yang ada, dan mengapa kita merasa seperti itu, dapat sangat
meningkatkan pengambilan keputusan kita. Oleh karena itu, pengambilan keputusan
yang efektif bergantung pada logika dan emosi. Konsep kecerdasan emosional
menjadi populer sebagai ciri manajer yang efektif. Kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengenali, memahami, memperhatikan, dan mengelola emosi diri
sendiri dan emosi orang lain melakukannya).

Gambar 2.2 Kecerdasan Emosional (Atribusi: Hak Cipta Rice University, OpenStax,
di bawah lisensi CC-BY 4.0)

9
2.3 Keputusan Terprogram dan Tidak Terprogram
Karena manajer mempunyai waktu yang terbatas dan harus menggunakan waktu
tersebut secara bijaksana agar efektif, penting bagi mereka untuk membedakan antara
keputusan yang dapat diterapkan secara terstruktur dan rutin ( keputusan terprogram)
dan keputusan yang baru serta memerlukan pemikiran dan perhatian ( keputusan tidak
terprogram).

4. Keputusan Terprogram

Keputusan terprogram adalah keputusan yang diulang sepanjang waktu dan untuk
itu seperangkat aturan yang ada dapat dikembangkan untuk memandu proses tersebut.
Keputusan-keputusan ini mungkin sederhana, atau bisa juga rumit, namun kriteria
yang digunakan dalam pengambilan keputusan sudah diketahui atau setidaknya dapat
diperkirakan dengan tingkat akurasi yang wajar. Misalnya, memutuskan berapa
banyak bahan baku yang akan dipesan harus merupakan keputusan terprogram
berdasarkan antisipasi produksi, stok yang ada, dan antisipasi lamanya waktu
pengiriman produk akhir.

5. Keputusan yang Tidak Terprogram

10
Sebaliknya, keputusan tidak terprogram adalah keputusan baru dan tidak
terstruktur yang umumnya didasarkan pada kriteria yang tidak terdefinisi dengan
baik. Dengan pengambilan keputusan yang tidak terprogram, informasi cenderung
menjadi ambigu atau tidak lengkap, dan pengambil keputusan mungkin perlu
melakukan pertimbangan yang bijaksana dan berpikir kreatif untuk mencapai solusi
yang baik. Misalnya, pertimbangkan seorang manajer yang mencoba memutuskan
apakah akan mengadopsi teknologi baru atau tidak. Jelasnya, keputusan yang tidak
terprogram menghadirkan tantangan yang lebih besar.

6. Proses Pengambilan Keputusan

Meskipun pengambil keputusan dapat menggunakan jalan pintas mental dalam


mengmbil keputusan yang terprogram, mereka harus menggunakan proses yang
sistematis dalam mengambil keputusan yang tidak terprogram. Proses pengambilan
keputusan dapat dipecah menjadi enam langkah :

1. Sadarilah bahwa keputusan perlu dibuat.


2. Hasilkan banyak alternatif.
3. Analisis alternatifnya.
4. Pilih alternatif.
5. Menerapkan alternatif yang dipilih.
6. Evaluasi efektivitasnya.

11
Meskipun langkah-langkah ini mungkin tampak mudah, individu sering kali
melewatkan langkah-langkah tersebut atau menghabiskan terlalu sedikit waktu pada
beberapa langkah. Faktanya, terkadang orang menolak untuk mengakui suatu masalah
karena mereka tidak yakin bagaimana cara mengatasinya. Maka dari itu, kita akan
meninjau cara-cara untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.
Keputusan yang tidak terprogram umumnya perlu diproses melalui sistem
reflektif di otak kita agar kita dapat mengambil keputusan yang baik. Namun dengan
pengambilan keputusan yang terprogram, heuristik dapat memungkinkan pengambil
keputusan untuk beralih ke sistem yang cepat dan reaktif dan kemudian beralih
dengan cepat ke isu-isu lain.

2.4 Hambatan dalam Pengambilan Keputusan yang Efektif

Ada sejumlah hambatan dalam pengambilan keputusan yang efektif. Manajer


yang efektif menyadari potensi hambatan ini dan berusaha mengatasinya semaksimal
mungkin.

12
1. Rasionalitas Terbatas

Meskipun kita mungkin berpikir bahwa kita dapat membuat keputusan yang
sepenuhnya rasional, hal ini sering kali tidak realistis mengingat permasalahan
kompleks yang dihadapi oleh para manajer. Pengambilan keputusan yang tidak
rasional sering terjadi, terutama pada keputusan yang tidak terprogram. Bahkan
ketika kita telah mengumpulkan semua informasi yang ada, kita mungkin tidak dapat
memahami semua informasi tersebut secara rasional.

2. Peningkatan Komitmen

Mengingat kurangnya informasi yang lengkap, manajer tidak selalu membuat


keputusan yang tepat pada awalnya, dan mungkin tidak jelas apakah suatu keputusan
merupakan keputusan yang buruk sampai beberapa waktu berlalu. Misalnya,
pertimbangkan seorang manajer yang harus memilih antara dua paket perangkat
lunak yang bersaing yang akan digunakan organisasinya setiap hari untuk
meningkatkan efisiensi.

3. Kendala waktu

Manajer sering kali menghadapi keterbatasan waktu yang dapat mempersulit


pengambilan keputusan yang efektif. Ketika hanya ada sedikit waktu yang tersedia
untuk mengumpulkan informasi dan memprosesnya secara rasional, kecil
kemungkinannya kita akan mengambil keputusan yang baik dan tidak terprogram.
Tekanan waktu dapat menyebabkan kita mengandalkan heuristik daripada terlibat
dalam pemrosesan yang mendalam.

4. Ketidakpastian

Manajer sering kali mengambil keputusan dalam kondisi ketidakpastian—mereka


tidak dapat mengetahui hasil dari setiap alternatif sampai mereka benar-benar
memilih alternatif tersebut. Misalnya saja seorang manajer yang mencoba

13
memutuskan salah satu dari dua kemungkinan kampanye pemasaran. Yang pertama
lebih konservatif namun konsisten dengan apa yang telah dilakukan organisasi
tersebut di masa lalu. Yang kedua lebih modern dan lebih menarik, dan mungkin
memberikan hasil yang jauh lebih baik. Ketidakpastian tersebut dapat menyulitkan
beberapa manajer dalam mengambil keputusan, karena berkomitmen pada satu
pilihan berarti mengabaikan pilihan lain.

5. Bias Pribadi

Pengambilan keputusan kita juga dibatasi oleh bias kita sendiri. Kita cenderung
lebih nyaman dengan ide, konsep, benda, dan orang yang akrab atau mirip dengan
kita. Kita cenderung kurang nyaman dengan hal-hal yang asing, baru, dan berbeda.
Salah satu bias paling umum yang kita miliki, sebagai manusia, adalah
kecenderungan untuk menyukai orang lain yang kita anggap serupa dengan kita
(karena kita menyukai diri kita sendiri). Mengatasi bias bisa jadi sangat sulit karena
cara kerja otak kita.

6. Konflik

Kebanyakan individu tidak menyukai konflik dan akan menghindarinya jika


memungkinkan. Namun, keputusan terbaik mungkin akan melibatkan konflik.
Misalnya, seorang manajer yang memiliki bawahan yang sering terlambat masuk
kerja, sehingga menyebabkan orang lain harus meninggalkan tanggung jawabnya
demi menutupi keterlambatan karyawan tersebut. Manajer perlu melakukan
percakapan dengan karyawan tersebut untuk memperbaiki perilakunya, tetapi
karyawan tersebut tidak akan menyukai percakapan tersebut dan mungkin bereaksi
negatif. Keduanya akan merasa tidak nyaman.

2.5 Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan


Manajer dapat menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan pengambilan
keputusan mereka dengan membuat keputusan yang lebih berkualitas atau membuat

14
keputusan lebih cepat. Faktor yang sering diabaikan dalam pengambilan keputusan
yang efektif adalah pengalaman. Manajer dengan lebih banyak pengalaman umumnya
telah belajar lebih banyak dan mengembangkan keahlian yang lebih besar yang dapat
mereka manfaatkan ketika mengambil keputusan.

7. Teknik untuk Membuat Keputusan Terprogram yang Lebih Baik

Selain itu, pengalaman memungkinkan manajer untuk mengenali kapan harus


meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk mengambil keputusan mengenai isu-isu
yang tidak terlalu penting namun masih harus ditangani. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, heuristik adalah jalan pintas mental yang diambil manajer ketika
membuat keputusan terprogram (rutin, dengan keterlibatan rendah). Pembuat memilih
solusi pertama yang dapat diterima tanpa melakukan upaya tambahan untuk
mengidentifikasi solusi terbaik. Kita semua terlibat dalam kepuasan setiap hari.

8. Teknik untuk Membuat Keputusan Tidak Terprogram yang Lebih Baik

Langkah 1: Menyadari Bahwa Keputusan Perlu Dibuat

Langkah 2: Menghasilkan Banyak Alternatif

Beberapa taktik untuk membantu menghasilkan lebih banyak alternatif yaitu,


berbicara dengan orang lain (untuk mendapatkan ide-ide mereka) dan berpikir kreatif
tentang masalahnya.

9. Bicaralah dengan orang lain

Manajer seringkali dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan mereka


dengan melibatkan orang lain dalam proses tersebut, terutama ketika menghasilkan
alternatif. Orang lain cenderung melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda
karena mereka mempunyai pengalaman hidup yang berbeda.

a. Jadilah kreatif

15
Kami tidak selalu mengasosiasikan manajemen dengan kreativitas, namun
kreativitas bisa sangat bermanfaat dalam beberapa situasi. Dalam pengambilan
keputusan, kreativitas dapat sangat membantu ketika menghasilkan alternatif.
Kreativitas adalah generasi ide-ide baru atau orisinal; hal ini membutuhkan
penggunaan imajinasi dan kemampuan untuk mundur dari cara tradisional dalam
melakukan sesuatu dan melihat dunia.

Langkah 3: Menganalisis Alternatif

Penting untuk mempertimbangkan banyak faktor. Misalnya, beberapa alternatif


mungkin lebih mahal dibandingkan yang lain, dan informasi tersebut sering kali
penting ketika menganalisis pilihan. Manajer yang efektif akan memastikan bahwa
mereka telah mengumpulkan informasi yang cukup untuk menilai kualitas berbagai
pilihan.

Salah satu faktor penting dalam berpikir kritis adalah kesadaran bahwa analisis
seseorang terhadap informasi yang tersedia mungkin cacat karena sejumlah kesalahan
logika yang mungkin mereka gunakan ketika mereka memperdebatkan pendapatnya
atau mempertahankan sudut pandangnya. Beberapa contoh kesalahan logika umum.

b. Kekeliruan Logika Umum

Memikirkan langkah-langkah pengambilan keputusan yang etis juga dapat


membantu saat Anda berupaya membuat keputusan yang baik. Model pengambilan
keputusan etis James Rest11 mengidentifikasi empat komponen pengambilan
keputusan etis:

1.Kepekaan moral—mengakui bahwa isu tersebut mempunyai komponen moral;


2.Penilaian moral—menentukan tindakan mana yang benar dan salah;
3.Motivasi/niat moral—memutuskan untuk melakukan hal yang benar; Dan
4.Karakter/tindakan moral—benar-benar melakukan apa yang benar.
.

16
Langkah 4: Memilih Alternatif

Setelah pilihan-pilihan alternatif dihasilkan dan dianalisis, pengambil


keputusan harus memilih salah satu pilihan. Terkadang hal ini mudah—satu pilihan
jelas lebih unggul dibandingkan pilihan lainnya. Namun seringkali hal ini menjadi
tantangan karena tidak ada “pemenang” yang jelas dalam hal alternatif terbaik.

Langkah 5: Menerapkan Alternatif yang Dipilih

Setelah memilih alternatif, Anda harus menerapkannya. Hal ini mungkin


tampak terlalu jelas untuk disebutkan, namun penerapannya terkadang bisa menjadi
tantangan, terutama jika keputusan tersebut akan menimbulkan konflik atau
ketidakpuasan di antara beberapa pemangku kepentingan

Langkah 6: Mengevaluasi Efektivitas Keputusan Anda

Manajer terkadang melewatkan langkah terakhir dalam proses pengambilan


keputusan karena mengevaluasi efektivitas suatu keputusan memerlukan waktu, dan
manajer, yang umumnya sibuk, mungkin sudah beralih ke proyek lain.

2.6 Pengambilan Keputusan Kelompok

Melibatkan lebih banyak orang dalam proses pengambilan keputusan dapat


meningkatkan kualitas keputusan dan hasil seorang manajer. Namun, melibatkan
lebih banyak orang juga dapat meningkatkan konflik dan menimbulkan tantangan
lain. Sekarang kita beralih ke keuntungan dan kerugian pengambilan keputusan
kelompok.

1. Keuntungan Keputusan Kelompok

Keuntungan melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan adalah Anda


dapat menggabungkan perspektif dan ide yang berbeda. Namun, agar manfaat ini bisa

17
terwujud, Anda memerlukan kelompok yang beragam. Dalam kelompok yang
beragam, anggota kelompok yang berbeda akan cenderung memiliki preferensi,
pendapat, bias, dan stereotip yang berbeda.

2. Kerugian dari Keputusan Kelompok

Pengambilan keputusan kelompok bukannya tanpa tantangan. Beberapa


kelompok terhambat oleh konflik, sementara kelompok lainnya mengambil tindakan
ekstrem yang berlawanan dan mendorong tercapainya kesepakatan dengan
mengorbankan kualitas diskusi. Groupthink terjadi ketika anggota kelompok memilih
untuk tidak menyuarakan keprihatinan atau keberatan mereka karena mereka lebih
memilih menjaga perdamaian dan tidak mengganggu atau memusuhi orang lain

3. Bagaimana Membentuk Kelompok Mutu

Manajer yang efektif akan berusaha memastikan pengambilan keputusan kelompok


yang berkualitas dengan membentuk kelompok dengan anggota yang beragam
sehingga beragam perspektif akan berkontribusi pada proses tersebut. Mereka juga
akan mendorong semua orang untuk berbicara dan menyuarakan pendapat dan
pemikiran mereka sebelum kelompok mengambil keputusan. Kadang-kadang
kelompok juga akan menugaskan anggotanya untuk berperan sebagai pendukung
setan guna mengurangi pemikiran kelompok.

4. Studi Kasus Berpikir Kritis

Rekaman Vinyl Kembali

Industri musik telah menyaksikan serangkaian inovasi yang meningkatkan


kualitas audio penjualan piringan hitam pada akhirnya dikalahkan oleh CD pada
tahun 1980an, yang kemudian dikalahkan oleh musik digital pada awal tahun 2000an.
Kedua teknologi baru ini memiliki kualitas suara yang lebih unggul dibandingkan
piringan hitam. Vinyl seharusnya sudah mati namun ternyata tidak. Ada yang bilang

18
ini hanya karena nostalgia orang suka mengingat kembali masa lalu. Namun,
beberapa audiofil mengatakan bahwa piringan hitam menghasilkan suara “hangat”
yang tidak dapat direproduksi dalam format lain. Selain itu, piringan hitam adalah
produk berwujud (Anda dapat merasakannya, menyentuhnya, dan melihatnya saat
Anda memiliki piringan hitam fisiknya) dan lebih menarik, dari sudut pandang
estetika, dibandingkan CD. Ini juga merupakan format yang mendorong
mendengarkan seluruh album sekaligus, bukan hanya mendengarkan satu lagu, yang
dapat mengubah pengalaman mendengarkan.

Apa pun alasannya, vinil kembali populer. Pertumbuhan penjualan telah


mencapai dua digit selama beberapa tahun terakhir (lebih dari 50% pada tahun 2015
dan sekali lagi pada tahun 2016) dan diperkirakan akan melebihi $5 miliar pada tahun
2017. Sony, yang belum memproduksi piringan hitam sejak tahun 1989, baru-baru ini
mengumumkan bahwa itu kembali ke bisnis vinil.

Salah satu tantangan terbesar dalam membuat piringan hitam adalah sebagian
besar mesin cetak berusia lebih dari 40 tahun. Dalam proses pembuatan rekaman,
potongan vinil dipanaskan hingga 170 derajat, dan kemudian mesin khusus
memberikan tekanan 150 ton untuk menekan vinil menjadi bentuk rekaman. Sekitar
selusin produsen piringan hitam baru bermunculan dalam dekade terakhir di Amerika
Serikat. Independent Record Pressing, sebuah perusahaan yang berbasis di New
Jersey, mulai memproduksi piringan hitam pada tahun 2015 menggunakan mesin
cetak lama yang sudah ada. Tujuan mereka saat memulai adalah menghasilkan lebih
dari satu juta rekaman dalam setahun. Bahkan pada tingkat produksi tersebut,
permintaan jauh melebihi kapasitas produksi perusahaan karena terbatasnya jumlah
mesin cetak yang tersedia. Mereka bisa menjalankannya mesin tanpa henti, 24 jam
sehari, dan tidak memenuhi permintaan.

Pertanyaan besarnya adalah bagaimana masa depan industri ini. Apakah ini
hanya sekedar iseng belaka? Akankah industri rekaman vinil tetap menjadi pasar

19
khusus yang kecil? Ataukah ini merupakan kebangkitan kembali, kelahiran kembali
sebuah produk yang mampu bertahan dalam ujian waktu dan teknologi alternatif?
Jika hal ini merupakan sebuah kebangkitan kembali, maka kita akan melihat
permintaan terus bertumbuh dengan kecepatan yang pesat seperti saat ini dan jika
permintaan tetap kuat, maka berinvestasi pada mesin cetak baru mungkin bermanfaat.
Namun, jika ini hanyalah sebuah nostalgia jangka pendek terhadap media yang sudah
ketinggalan zaman, maka investasi modal besar yang diperlukan untuk membeli
mesin cetak baru tidak akan pernah bisa terbayar kembali. Bahkan dengan
pertumbuhan yang terjadi saat ini, piringan hitam masih hanya menyumbang 7% dari
keseluruhan penjualan industri musik pada tahun 2015. Angka tersebut mungkin
cukup untuk membuat mesin cetak lama dapat beroperasi kembali. namun sejauh ini
hal tersebut belum cukup untuk mendorong banyak investasi pada mesin-mesin baru.
Biaya pers baru? Hampir setengah juta dolar.

Ketika permintaan piringan hitam sedang rendah, Pelc menyimpan mesin


cetak perusahaan yang sudah tidak digunakan lagi agar dapat dikanibal untuk diambil
suku cadangnya sesuai kebutuhan. Ketika penjualan mulai tumbuh lagi pada tahun
2005, dia mulai mengeluarkan mesin lama dari penyimpanannya dan bahkan
berinvestasi pada beberapa mesin baru. Hal ini menjadikan GZ Media tidak hanya
sebagai produsen piringan hitam terbesar di dunia, tetapi juga satu-satunya yang
memiliki peralatan pabrik baru. GZ Media memproduksi lebih dari 20 juta piringan
hitam setiap tahunnya, dan Pelc bersemangat untuk melanjutkan tren tersebut dan
tetap menjadi produsen utama di pasar yang saat ini masih dianggap sebagai ceruk
pasar.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan adalah aktivitas sehari-hari yang penting bagi para
manajer. Keputusan berkisar dari yang kecil dan sederhana, dengan jawaban yang
lugas, hingga yang besar dan kompleks, dengan sedikit kejelasan tentang pilihan
terbaik yang akan diambil. Menjadi manajer yang efektif memerlukan pembelajaran
bagaimana menavigasi semua jenis keputusan dengan sukses. Keahlian, yang
berkembang secara bertahap melalui pembelajaran dan pengalaman, umumnya
meningkatkan pengambilan keputusan manajerial, namun manajer jarang hanya
mengandalkan keahlian mereka sendiri. Mereka juga melakukan penelitian dan
mengumpulkan informasi dari orang lain; mereka memperhatikan bias mereka sendiri
dan implikasi etis; dan mereka berpikir kritis tentang informasi yang mereka terima
untuk mengambil keputusan yang bermanfaat bagi organisasi dan pemangku
kepentingannya.

3.2 Saran
Setiap pengambilan keputusan akan mengandung risiko, maka seorang
pengambil keputusan perlu menentukan suatu cara yang dapat memperhitungkan
aspek ketidakpastian. Setiap pengambil keputusan harus mempunyai informasi awal,
baik dalam bentuk subjektif maupun objektif. Namun, bila informasi awal dirasakan
belum cukup, maka diperlukan suatu usaha untuk mendapatkan informasi tambahan.
Perlu penelitian lebih lamjut dengan metode lain sebagai pembanding.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alec Macfarlane dan Chie Kobayashi, “Vinyl comeback: Sony akan memproduksi
rekaman lagi setelah jeda 28 tahun,” CNN Money, 30 Juni 2017,
http://money.cnn.com/2017/06 /30/news/sony-music-membawa-kembali-

Allan Kozinn, “Disapih dalam CD, Mereka Meraih Vinyl,” The New York Times, 9
Juni 2013.

catatan vinil/index.html. Kate Rogers, “Mengapa generasi milenial membeli lebih


banyak piringan hitam,” CNBC.com, November

George R. Terry, 6 Agustus 2015. https://www.cnbc.com/2015/11/06/why-


millennials-are-buying-more-vinyl-records.html. Robert Tait, “In the alur:
Perusahaan Ceko menduduki puncak daftar produsen rekaman vinyl dunia,”
The Guardian, 18 Agustus 2016.

Hannah Ellis-Peterson, “Rekor penjualan: vinyl mencapai level tertinggi dalam 25


tahun,” The Guardian, 3 Januari 2017,
https://www.theguardian.com/music/2017/jan/03/record-sales-vinyl-hits -25
tahun-tertinggi dan melampaui- streaming.

Lee Barron, “Kembali tercatat – alasan di balik kemungkinan kembalinya vinil,” The
Conversation, 17 April 2015, https://theconversation.com/back-on-record-the-
reasons-behind-vinyls-unlikely- kembalinya-39964.

Rick Lyman, “Perusahaan Ceko, yang mencetak hits selama bertahun-tahun di bidang
vinyl, mendapati bahwa hal itu telah menjadi satu,” The New York Times, 6
Agustus 2015.

22

Anda mungkin juga menyukai