Anda di halaman 1dari 28

PENGANTAR MANAJEMEN (EKU114E B2)

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr.I Made Wardana, S.E.,M.P.

OLEH :

1. Gilang Pratama 2007511184


2. Kadek Putri Suka P 2007511199
3. Belicia Esperanza C.M.D.C.S. 2007511210
4. Feby Febrianti 2007511212
5. Silvester K. Wabisin Gandis 2007511235

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan karunianya
sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
atas uluran tangan dan bantuan yang berasal dari pihak yang bersedia berkontribusi bersama,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen yang telah diberikan
kepada kelompok kami. Makalah ini memuat materi tentang “Proses Pengambilan Keputusan”
yang telah kami pelajari sedemikian rupa guna memberikan penjelasan kepada semua pihak yang
membaca.
Semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi para pembaca,
sehingga untuk kedepannya kami sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatan isi dan materi
makalah menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, kami berharap saran dan kritik yang membangun
jika terdapat kesalahan dan keterbatasan materi demi kesempurnaan makalah ini, terimakasih.

Denpasar, 14 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusah Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan .................................................................... 2
2.2 Proses Pengambilan Keputusan ........................................................................... 2
2.3 Tipe-Tipe Keputusan Manajer ............................................................................. 9
2.4 Gaya dalam Pengambilan Keputusan .................................................................. 16
2.5 Metode Kuantitatif dalam Pengambilan Keputusan ............................................. 20
BAB III .......................................................................................................................... 24
PENUTUP ..................................................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu perusahaan segala keputusan yang diambil oleh manajemen akan berpengaruh
pada maju mundurnya perusahaan tersebut. Untuk mengambil suatu keputusan yang tepat demi
kemajuan perusahaan, banyak faktor, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan, yang harus
dipertimbangkan oleh jajaran manajemen, selain juga harus melalui tahapan-tahapan tertentu
dalam pembuatan keputusan tersebut.

Banyak manajer yang harus membuat suatu keputusan dengan metoda-metoda pembuatan
informal, seperti tradisi pembuatan keputusan untuk masalah serupa yang pernah ada, untuk
memberikan pedoman bagi mereka. Atau para manajer juga dapat membuat keputusan
berdasarkan nasehat dari seorang ahli atau manajer atasannya. Atau setidaknya para manajer dapat
menggunakan pemikiran yang a priori, yaitu mereka membuat anggapan bahwa penyelesaian
masalah yang paling logik dan jelas adalah yang paling benar. Namun, tidak ada pendekatan
pembuatan keputusan yang dapat menjamin bahwa manajer akan selalu membuat keputusan yang
benar. Hanya saja, manajer yang menggunakan suatu pendekatan yang rasional, intelektual, dan
sistematik akan lebih berhasil dibanding para manajer yang menggunakan pendekatan informal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Pengambilan Keputusan?


2. Bagaimana Proses Pengambilan Keputusan?
3. Apa Saja Tipe-tipe Keputusan Manajer Sebagai Pengambil Keputusan?
4. Apa Saja Gaya Dalam Pengambilan Keputusan?
5. Bagaimana Metode Kuantitatif Dalam Pengambilan Keputusan?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memahami Pengertian Pengambilan Keputusan.


2. Untuk mengetahui Proses dalam Pengambilan Keputusan Manajer
3. Untuk memahami dan Mengetahui Tipe – tipe Keputusan Manajer Dalam Pengambilan
Keputusan
4. Untuk memahami Gaya Pengambilan Keputusan
5. Untuk memahami Metode Kuantitatif Dalam Pengambilan Keputusan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang menentukan hasil dalam


memecahkan masalah dengan memilih suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang ada
melalui suatu proses mental dan berfikir logis dan juga mempertimbangkan semua pilihan
alternatif yang ada yang mempunyai pengaruh negatif atau pun positif.

Pengambilan keputusan mempunyai peranan penting dalam manajemen karena keputusan


yang diambil oleh manajer merupakan keputusan akhir yang harus dilaksanakan dalam organisasi-
nya atau bisnis yang dijalankannya. Keputusan manajer sangat penting karena menyangkut semua
aspek. Kesalahan dalam mengambil keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari merusak
nama baik organisasi atau perusahaan sampai pada kerugian uang. Maka oleh sebab itu manajer
harus berhati – hati dalam mengambil keputusan.

Hal ini sejalan dengan teori real life choice, yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari
manusia melakukan atau membuat pilihan – pilihan di antara sejumlah alternatif. Pilihan-pilihan
tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian masalah yakni upaya untuk
menutup terjadinya kesenjangan antara keadaan saat ini dan keadaan yang diinginkan. Begitu pula
dengan perusahaan. Perusahaan juga butuh mengambil keputusan-keputusan yang nantinya akan
mempengaruhi perusahaan itu ke depannya.

Dan tentunya dalam pengambilan keputusan-keputusan tersebut harus dipikirkan secara


matang terlebih dahulu agar tidak merugikan perusahaan tersebut dan pihak-pihak yang terkait.
Pengambilan keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai
alternatif.

2.2 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Banyak manajer yang harus membuat suatu keputusan dengan metoda-metoda
pembuatan keputusan informal untuk memberikan pedoman bagi perusahaanya. Sebagai

2
contoh, manajer dapat menggantungkan pada tradisi dan membuat keputusan sama seperti
yang dibuat untuk masalah atau kesempatan serupa di waktu yang lalu. Mereka juga dapat
menarik wewenangnya dan membuat keputusan berdasarkan nasehat dari seorang ahli atau
manajer atasannya. Dimana pada akhirnya, para manajer ini dapat menggunakan pemikiran
yang disebut a priori, yaitu mereka membuat anggapan bahwa penyelesaian masalah yang
paling baik dan jelas adalah yang paling benar. Metoda-metoda ini berguna dalam berbagai
kasus, tetapi dalam banyak kasus lainnya akan mengarahkan manajer untuk membuat
keputusan yang salah.
Tidak ada pendekatan pembuatan keputusan yang dapat menjamin bahwa manajer
akan selalu membuat keputusan yang benar. Tetapi bagaimanapun juga, para manajer yang
menggunakan suatu pendekatan yang rasional, intelektual, dan sistematik akan lebih
berhasil dibandingkan para manajer yang menggunakan pendekatan informal.
Adapun proses atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengambilan
keputusan yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi dan diagnosa masalah
Para manajer sering menghadapi kenyataan bahwa masalah yang sebenarnya
sulit untuk dipecahkan atau bahkan hanya mengidentifikasi gejala dari suatu
masalah bukan penyebab yang mendasar. Bila seorang manajer akan
memperbaiki situasi, maka hal pertama yang harus dilakukan yaitu menemukan
akar dari suatu masalah yang sedang dihadapi, dan selanjutnya menentukan
bagian-bagian masalah yang mereka harus pecahkan. Sebagai contoh, Pak Arka
adalah seorang manajer perusahaan, dimana salah satu karyawan membutuhkan
laptop baru karena yang lama sudah usang dan tidak memadai untuk digunakan
pekerjaan mereka. Dalam hal ini tidak ekonomis untuk menambahkan memori
baru ke dalam laptop lama. Sehingga timbul permasalahan yaitu perbedaan
antara laptop saat ini (kondisi yang ada) dan kebutuhan pekerja yang lebih
efisien (kondisi yang diinginkan). Maka dari itu sebagai seorang manajer,
dalam memecahkan suatu permasalah sangatlah penting untuk mengidentifikasi
permasalahan tersebut terlebih dahulu.
2. Identifikasi kriteria keputusan

3
Setelah manajer mengidentifikasi masalah, maka seorang manajer harus
mengidentifikasi kriteria keputusan penting atau relevan untuk menyelesaikan
masalah. Setiap pengambil keputusan memiliki kriteria yang memandu
keputusannya meskipun tidak disebutkan secara eksplisit. Dalam contoh, Pak
Arka memutuskan setelah mempertimbangkan dengan cermat bahwa memori
dan kemampuan penyimpanan, kualitas tampilan, masa pakai baterai, garansi,
dan berat pembawa adalah kriteria yang relevan dalam keputusannya.
Terkadang, kriteria keputusan berubah. Misalnya, dengan mempertimbangkan
demografi, minat, dan preferensi konsumen merupakan kriteria esensial dalam
pembuatan iklan keputusan. Saat ini banyak perusahaan yang menyadari bahwa
kriteria dalam menentukan pilihan iklan tersebut belum cukup karena
konsumen yang lebih multifaset. Jadi dalam proses ini, seorang manajer harus
mengetahui faktor penting apa yang harus diperhatikan sehingga kriteria
tersebut dapat menyelesaikan masalah.
3. Mengalokasikan bobot kriteria
Pada tahap ini, kriteria diurutkan berdasarkan prioritasnya dan diberi nilai
sesuai dengan pengaruh kriteria tersebut terhadap masalah. Sebagai contoh
yaitu dengan memberi kriteria yang dianggap paling penting dengan nilai atau
bobot 10 dan kemudian tetapkan bobot sisanya menggunakan standar itu.
Kriteria Bobot

Memori dan penyimpanan 10

Baterai 8

Garansi 4

Berat pembawa 6

Kualitas tampilan 3

4
4. Mengembangkan alternatif
Setelah manajer mengembangkan sekumpulan alternatif, maka seorang manajer
harus mengevaluasi alternatif tersebut untuk menilai efektivitas dari setiap
alternatif yang dipilih. Efektivitas dapat diukur dengan 2 (dua) kriteria yaitu,
pertama apakah alternatif tersebut realistik bila dihubungkan dengan tujuan dan
sumber daya organisasi, dan seberapa baik alternatif tersebut akan membantu
dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Langkah keempat dalam
proses pengambilan keputusan membutuhkan pengambil keputusan untuk
membuat daftar alternatif yang layak yang dapat menyelesaikan masalah.
Dalam langkah ini, pengambil keputusan harus kreatif, dan alternatif-
alternatifnya hanya terdaftar dan belum dievaluasi. Sebagai contoh, dalam
tahap ini yaitu Pak Arka mengidentifikasi tiga laptop sebagai pilihan yang
memungkinkan.
Memori dan Baterai Garansi Berat Kualitas
penyimpanan pembawa tampilan

Hp ProBook 10 3 8 10 5

Apple 8 3 10 6 8
MacBook
Air
Asus 4 10 8 4 10
VivoBook

Memori dan Baterai Garansi Berat Kualitas Total


penyimpanan pembawa tampilan
Hp ProBook 100 24 32 60 15 231

Apple 80 24 40 36 24 204
MacBook
Air

5
Asus 40 80 32 24 30 206
VivoBook

5. Analisis alternatif
Setelah alternatif diidentifikasi, pembuat keputusan harus mengevaluasi
masing-masing dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan pada Langkah 3
dan 4. Tampilan 2-3 menunjukkan nilai-nilai yang dinilai. Pak Arka
memberikan setiap alternatif setelah melakukan penelitian terhadap setiap
kriteria. Data ini merupakan penilaian dari tiga alternatif menggunakan kriteria
keputusan,tapi bukan pembobotannya. Skor total untuk setiap alternatif
kemudian, adalah jumlah dari kriteria tertimbangnya. Terkadang pembuat
keputusan mungkin bisa melewati langkah ini. Jika salah satu alternative
mendapatkan skor tertinggi di setiap kriteria, maka tidak perlu
mempertimbangkan bobot karena alternatif itu sudah menjadi pilihan utama.
Atau jika bobot semuanya sama, maka dapat dengan mengevaluasi alternatif
hanya dengan menjumlahkan nilai yang dinilai untuk masing-masing.
6. Memilih alternatif
Tahap keenam dalam proses pengambilan keputusan yaitu memilih alternatif
terbaik. Setelah diberi nilai sesuai dengan pengaruhnya terhadap kriteria, maka
pemilihan ini diambil berdasarkan bobot yang paling tinggi.
7. Menerapkan alternatif
Dalam tahap ini, seorang manajer harus mampu menjelaskan mengapa ia
memilih alternatif tersebut dan harus dapat mempertanggung jawabkan
keputusannya tersebut. Selain itu yang mungkin perlu dilakukan manajer
selama implementasi adalah menilai kembali lingkungan untuk setiap
perubahan, terutama jika itu keputusan jangka panjang. Apakah kriteria,
alternatif, dan pilihannya masih yang terbaik, atau apakah lingkungan telah
berubah sedemikian rupa sehingga perlu dilakukannya pengevaluasian kembali.
Contohnya, bisnis yang menawarkan barang dan jasa dengan komponen online
harus bersifat pribadi data pelanggan, seperti kata sandi dan detail pembayaran.
Namun, bahkan perusahaan itu telah mengambil langkah-langkah untuk

6
melindungi data pelanggan dengan memikirkan kembali kriteria dan alternatif
mereka karena peningkatan dramatis dalam kejahatan dunia maya. VTech
Holdings, sebuah perusahaan Hong Kong yang membuat mainan yang
mendukung teknologi, adalah contohnya. Setelah situs VTech untuk anak-anak
diretas, perusahaan dikritik karena lamban dalam mengonfirmasi pelanggaran
dan beri tahu orang tua untuk mengubah sandi. Setelah menyelidiki eksekutif,
VTech mepekerjakan sebuah perusahaan konsultan keamanan siber untuk
memperkuat pertahanan online. Kemudian, mereka meluncurkan kembali situs
web dengan persyaratan penggunaan yang diperbarui dengan mengungkapkan
potensi masalah bahwa perusahaan tidak dapat menawarkan jaminan 100%
bahwa situs tidak akan diretas.
8. Mengevaluasi alternatif
Tahap terakhir dalam proses pengambilan keputusan yaitu mengevaluasi
alternatif. Pada tahap ini seorang manajer harus mengevaluasi seberapa efektif
keputusan tersebut diambil.

1. MANAJER MEMBUAT KEPUTUSAN


Terdapat tiga perspektif bagaimana seorang manajer mengambil keputusan yaitu :
1. Rasionalitas
Jenis pengambilan keputusan secara rasional merupakan keputusan harus bersifat logis
dan konsisten untuk memaksimalkan nilai. Pengambil keputusan yang rasional akan
sepenuhnya objektif dan logis. Masalah yang dihadapi akan menjadi jelas dan tidak
ambigu, dan pembuat keputusan akan memiliki tujuan yang jelas dan spesifik serta
mengetahui semua kemungkinan alternatif dan konsekuensi. Jadi, membuat keputusan
secara rasional akan secara konsisten mengarah pada pemilihan alternatif yang
memaksimalkan kemungkinan pencapaian tujuan itu. Asumsi ini berlaku untuk setiap
keputusan pribadi atau manajerial. Namun, untuk keputusan manajerial, kita perlu
menambahkan satu asumsi tambahan keputusan dibuat dengan cara terbaik untuk
kepentingan organisasi. Asumsi rasionalitas ini tidak terlalu realistis dan manajer tidak
selalu bertindak secara rasional, tetapi konsep berikutnya dapat membantu menjelaskan
paling banyak keputusan yang dibuat dalam suatu organisasi.

7
2. Rasionalitas Terikat
Terlepas dari asumsi yang tidak realistis, manajer diharapkan bersikap rasional saat
membuat keputusan. Seorang manajer memahami bahwa pengambilan keputusan yang
"baik" seharusnya menunjukkan perilaku pengambilan keputusan yang baik saat
mereka mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan alternatif, mengumpulkan
informasi, dan bertindak tegas tetapi hati-hati. Namun pendekatan yang lebih realistis
untuk menggambarkan bagaimana manajer mengambil keputusan adalah dengan
konsep rasionalitas terikat, yang dikatakan manajer membuat keputusan secara
rasional, tetapi dibatasi oleh kemampuan mereka untuk memproses informasi. Karena
seorang manajer tidak mungkin dapat menganalisis semua informasi pada semua
alternatif. Artinya, mereka menerima solusi yang “cukup bagus". Mereka bersikap
rasional dalam batas kemampuan mereka untuk memproses informasi.
3. Intuitif
Pengambilan keputusan secara intuitif merupakan membuat keputusan berdasarkan
pengalaman, perasaan, dan penilaian yang terkumpul. Pengambilan keputusan secara
intuisi seringkali terjadi karena kurang lengkapnya informasi yang diterima oleh si
pengambil keputusan. Dalam masyarakat maju seperti Amerika, Inggris dan beberapa
maju lainnya
yang sangat menjunjung tinggi analisa rasional, ternyata
pengambilan keputusan intuitif ini masih banyak dilakukan, namun orang yang
melakukan cenderung tidak mengakui bahwa mereka melakukan demikian. Hal ini
karena gaya pengambilan keputusan rasional lebih diinginkan dan diterima dalam
masyarakat. Berbeda dengan analisa rasional, orang yang melakukan pengambilan
keputusan intuitif ini biasanya akan menemui kesulitan apabila ia diminta untuk
menjelaskan bagaimana ia sampai pada kesimpulannya dalam pengambilan keputusan
yang dibuatnya karena kesimpulannya lebih cenderung berdasar pada intuisi yang
dimilikinya, sementara itu orang yang menggunakan
pengambilan keputusan rasional akan dengan mudah menjelaskan bagaimana jalan
pikiran dan pertimbangan yang dipakai. Agar keputusan yang dibuat dapat dengan
mudah diterima oleh banyak orang maka si pengambil keputusan intuitif sering

8
mengemas keputusan yang dibuat itu dengan analisa yang bersifat rasional (Robbins,
1996).

Contoh Kasus Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan :

Persaingan di dunia ponsel semakin ketat, dan tentunya banyak sekali perusahaan yang tidak
ingin kalah bersaing dan selalu mengeluarkan produk baru dengan keunggulan-
keunggulannya. Salah satu contohnya yaitu Nokia pernah menjadi raja ponsel pada masanya
sebelum akhirnya perusahaan tersebut tumbang. Nokia harus mengakui kenyataan pahit yaitu
kalah bersaing dengan Android dan iOS. Alasan dibalik runtuhnya merk Nokia ini yaitu
diduga karena pengambilan keputusan yang salah Karena perusahaan tidak memikirkan secara
matang atau tidak menganalisis secara baik sebelum perusahaan mengambil keputusan untuk
memilih Windows Phone sebagai sistem operasinya. Pada saat itu perusahaan gagal
berinovasi di tengah persaingan dunia ponsel. Perusahaan tidak menyadari perkembangan
sistem operasi dimana sistem operasi Android sedang berkembang pesat. Perusahaan
menganggap sistem operasi Windows Phone dapat menjadi sesuatu yang baru dan nantinya
banyak diminati masyarakat. Untuk membuat suatu keputusan haruslah melihat apa dampak
yang akan terjadi di masa depan, serta dalam pembuatan keputusan tersebut juga harus dibuat
dan diputuskan berdasarkan prosedur-prosedur dalam pembuatan keputusan. Dan pada
akhirnya keputusan Nokia untuk memilih Windows Phone merupakan keputusan yang salah
dan harus diterima akibatnya. Selain itu Nokia lambat dalam mengambil keputusan. Nokia
tidak melihat bahwa para pesaing semakin berkembang dalam berinovasi.

2.3 Tipe-tipe Keputusan Manajer sebagai Pengambil Keputusan


 Menurut S. P. Robbins & Mary Coulter , ada 2 jenis Keputusan sesuai permasalahan
yang dihadapi, sebagai berikut :
(1) Structured Problems & Programmed Decisions (Masalah yang Terstruktur
dan Keputusan yang Terprogram);
(2) Unstructured Problems & Non-prorammed Decisions (Masalah yang
Tidak Terstruktur dan Keputusan yang Tidak Terprogram).

Masalah yang Terstruktur dan Keputusan yang Terprogram : Masalah yang


terstruktur bersifat langsung, dikenal, mudah didefinisikan Keputusan terprogram :

9
keputusan berulang yang dapat diatasi dengan menggunakan pendekatan rutin. Dalam
jenis ini manajer bergantung pada satu dari 3 jenis keputusan terprogram yaitu: (1)
Prosedur ( procedure ): Sejumlah langkah berurutan yang digunakan untuk merespons
masalah yang terstruktur dengan baik. (2) Peraturan ( rule ): Pernyataan eksplisit yang
memberitahu manajer apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. (3) Kebijakan ( policy
): Pedoman untuk membuat keputusan

Masalah yang Tidak Terstruktur dan Keputusan yang Tidak Terprogram : Masalah
tak terstruktur adalah masalah yang baru atau tidak biasa atau yang informasinya bersifat
mendua atau tidak lengkap. Keputusan yang tidak terprogram : unik dan tidak berulang
yang membutuhkan solusi yang disesuaikan.

 Tipe Pengambilan Keputusan ( Decision Making ) : adalah tindakan manajemen dalam


pemilihan alternatif untuk mencapai sasaran. Keputusan yang demikian, dibagi dalam 3
tipe sebagai berikut :
(1) Keputusan terprogram/keputusan terstruktur;
(2) Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur;
(3) Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur.

(1) Keputusan terprogram/keputusan terstruktur yaitu keputusan yang berulang-


ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan
terutama pada manjemen tingkat bawah.
Contoh : Manajer produksi dari PT. XYZ selalu melakukan kegiatan rutin di setiap
awal bulan, yaitu dengan melakukan pembelian bahan baku untuk persediaan.

(2) Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur yaitu keputusan yang


sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak
terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan -
perhitungan serta analisis yg terperinci.
Contoh : Pak Gabriel adalah seorang Manejer Keuangan pada PT. Arta. Pekerjaan pada
Divisi Keuangan mengharuskan Pak Gabriel harus cermat dalam menginvestasikan
serta mengolah keuangan pada PT. Arta. Pada saat itu diharuskan penggantian mesin

10
di pabrik dan harus menghitungan dengan cermat sebelum melakukan investasi pada
mesin yang akan dibeli agar investasi yang dilakukan tidak merugikan
perusahaan. Maka Pak Gabriel harus melakukan keputusan untuk menginvestasikan
keuangan perushaan secara cermat.

(3) Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur yaitu keputusan yang tidak terjadi
berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat
atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk
didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.
Contoh : Ibu Belicia adalah seorang Presiden Direktur PT. Angkasa. Ia harus selalu
bisa mengambil keputusan dengan cepat demi kelangsungan perusahaannya.
Pengambilan keputusan yang dia ambil berdasarkan informasi pasar yang harus selalu
ia dengar dan ketahui. Contohnya adalah harga saham yang selalu berubah. Dia harus
bisa menyesuaikan keuangan perusahaan agar harga saham perusahaan pada bursa
efek bisa selalu stabil.

 Ada pula pihak yang seperti S. P. Robbins & Mary Coulter, mengklasifikasikan
Keputusan-Keputusan dalam 2 ( dua ) ke lompok, yakni :
(1) Pengambilan Keputusan Terprogram; dan
(2) Pengambilan Keputusan Tidak Terprogram

(1) Pengambilan Keputusan Terprogram


Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara
berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang
diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu
bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif
mudah.
Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram, misalnya keputusan tentang
pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan Wisuda, dan
lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).

11
Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat
pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini.
Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan
memberikan atau menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan
keputusan yang terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan
dan dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya
hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.

Dalam kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan


pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan
prosedur pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan
keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-tugas yang
lebih penting.

(2) Pengambilan Keputusan Tidak Terprogram:

Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani
suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena
permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak
terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas, metode untuk mencapai
hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang
diinginkan ( Wijono,1999 ).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses
pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan
kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan
oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan
tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik
(Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram
adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani
suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.

12
Keputusan tidak terprogram menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah-
masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi
proses- proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang
dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit
parameter'parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat
probabilistik. Untuk menjawab m'asalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari
pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan sistem infofmasi. Hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas-fasilitas
pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan-
kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-
masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram. Sangat banyak
waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin
perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab
masalah dan mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara
langsung kepada mutu informasi yang mendasari tugas ini.

Jadi, bila Manajer menghadapi satu masalah atau harus mengambil Keputusan bagi
Organisasi / Perusahaan, ia harus melalui prosedur Decision-Making Process yang
mencalup 8 langkah, yakni : Mengidentifikasi Masalah ( Identify a Problem ),
Mengidentifikasi Kriteria Keputusan ( Identify Decision Criteria ), Mengalokasikan Bobot
pada Kriteria ( Allocate Weights to the Criteria ), Mengembangkan Alternatif (Develop
Alternatives ), Menganalisis Alternatif ( Analize Alternatives ), Memilih Sebuah Alternatif
( Select an Alternative ), Mengimplementasi kan Alternatif ( Implement the
Alternative ), dan Mengevaluasi Efektivitas Keputusan ( Evaluate Decision Effectiveness
), dengan perspektif berdasarkan : Rasionalitas ( rationality ), Rasionalitas Terbatas (
bounded rationality ), Intuisi ( intuition ), dan Manajemen Berdasarkan Bukti ( EBMgt
- Evidence-Based Management ), informasi selengkapnya dan gayanya, ia melakukan
decision-making untuk kepentingan Organisasi / Perusahaan,

13
 Jenis-jenis keputusan organisasi

Ada pandangan dari para pakar bahwa jenis keputusan dalam sebuah organisasi, dapat
digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan
tersebut. Bagian mana organisasi yang harus dilibatkan dalam mengambil keputusan, dan
pada bagian organisasi mana keputusan tersebut difokuskan.

Secara garis besar, keputusan digolongkan ke dalam : (1) Keputusan Rutin dan (2)
Keputusan Yang Tidak Rutin.

Keputusan Rutin adalah keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang, dan biasanya
telah dikembangkan cara tertentu untuk mengendalikannya. Keputusan Tidak Rutin adalah
keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.

Di sisi lain, ada pula pembagian jenis keputusan berdasarkan pihak pengambil keputusan,
yaitu:

1. Keputusan Strategis

Setiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau keputusan organisasional. Kebijakan


dan arah organisasi merupakan keputusan strategis. Kebijakan dan arah yang dimaksud
adalah keputusan-keputusan apa saja yang telah diambil dalam organisasi yang membawa
organisasi tersebut mencapai arah tujuan bersama dalam organisasi.

2. Keputusan Operasional

Adapun keputusan organisasional menyangkut pengelolaan organisasi sehari-hari yang


bersifat Keputusan Operasional sangat menentukan efektivitas keputusan strategis yang
dimabil oleh para manajer puncak ( Drummond, 1995). Keputusan Operasional ini
dilakukan untuk menjalankan kegiatan organisasi sehari-hari atau dilakukan dalam
rutinitas organisasi demi berjalannya organisasi tersebut.

 Ada pula jenis keputusan yang berdasarkan masalah yang dihadapi, yaitu:

1. Keputusan yang Diprogramkan ( Programmed Decision )

14
Keputusan ini merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya,
dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
yang dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik, karena pada
umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja
saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian
relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan
antara 2 alternatif atau lebih. Keputusan ini merupakan keputusan yang baik karena tedapat
langkah-langkah pengambilan keputusan yang tertata sehingga dapat memudahkan dalam
pengambilan keputusan.

2. Keputusan yang Tidak Diprogramkan ( Non-Programmed Decision )

Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak
ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan
ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami
sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon
permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan
dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram
menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan
terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak
terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan strategik. Jadi keputusan ini muncul
dikarenakan adanya masalah baru yang belum pernah terjadi atau belum terdapat
pengalaman terhadap masalah tersebut.

Contoh kasus dalam tipe-tipe proses pengambilan keputusan

Sepanjang hidupnya, manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan atau alternatif


dan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan teori real life choice, yang
menyatakan dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan atau membuat pilihan-
pilihan di antara sejumlah alternatif. Pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan
dengan alternatif dalam penyelesaian masalah yakni upaya untuk menutup terjadinya

15
kesenjangan antara keadaan saat ini dan keadaan yang diinginkan. Begitu pula dengan
Perusahaan /Organisasi . Perusahaan juga butuh mengambil keputusan-keputusan yang
nantinya akan mempengaruhi perusahaan itu ke depannya.
Dan tentunya dalam pengambilan keputusan, keputusan-keputusan tersebut harus
dipikirkan secara matang terlebih dahulu agar tidak merugikan perusahaan tersebut dan
pihak-pihak yang terkait.
Pengambilan keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai
alternatif. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan masalah.

Studi Kasus :

Para manajer restaurant di Portland membuat keputusan rutin mingguan mengenai


pembelian persedian bahan makanam, dan membuat jadwal kerja para karyawanan. Ini
adalah sesuatu yang sudah sering mereka lakukan. Akan tetapi mereka sedang menghadapi
jenis keputusan yang berbeda – sesuatu yang belum pernah mereka temukan atau alami :
Bagaimana beradaptasi dengan Undang-undang baru yang mewajibkan agar informasi
mengenai nutrisi dipasang.

Kondisi Pembuat Keputusan

Ketika membuat keputusan, manajer mungkin menghadapi tiga kondisi yang berbeda:
Kepastian, Resiko, dan Ketidakpastian.

1. Kepastian adalah situasi yang ideal untuk membuat keputusan, situasi di mana
manajer dapat membuat keputusan yang akurat karena setiap alternatif sudah
diketahui.
2. Risiko adalah kondisi di mana pembuat keputusan dapat mengestimasikkan
kemungkinan hasil yang pasti.
3. Ketidakpastiaan adalah kondisi ketika menghadapi sebuah keputusan dan tidak
pasti mengenai hasilnya dan bahkan tidak dapat mengestimasi probabiltas yang
masuk akal.

16
2.4 Berbagai Gaya Dalam Pengambilan Keputusan

Menurut Kahneman (2011) gaya pengambilan keputusan telah digambarkan sebagai sifat-sifat
yang berubah-ubah, dimana individu sering beralternatif dengan mudah.

Beliau berlabel dua gaya intuisi dan penalaran yang disebut sebagai Sistem 1 dan Sistem 2.

 Sistem 1 beroperasi secara cepat, otomatis, dengan sedikit usaha atau tidak, tidak ada rasa
kontrol sukarela dan berbasis emosi (emotionally driven).
 Sistem 2 ialah lambat, terkontrol, penuh usaha dan sering dikaitkan dengan pengalaman
subjektif dari pilihan atau konsentrasi.

Menurut Rowe dan Boulgarides (1992), cara orang mengambil keputusan dapat digambarkan
melalui gaya pengambilan keputusannya. Bagaimana ia menginterpretasi atau memahami,
bagaimana merespon, dan apa yang dipercaya oleh sesorang sebagai sesuatu yang penting
mengartikan bahwa gaya pengambilan keputusan merefleksikan cara seseorang bereaksi terhadap
situasi yang dihadapinya. Selanjutnya, Rowe dan Boulgarides (1992) menemukan bahwa gaya
keputusan dapat membantu dalam memprediksi hasil keputusan.

Gaya pengambilan keputusan telah didefinisikan sebagai modus khas individu menafsirkan dan
menanggapi tugas pengambilan keputusan (Harren, 1979).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya pengambilan keputusan adalah
bagaimana seseorang menginterpretasi, merespons, dan cara seseorang bereaksi terhadap situasi
yang dihadapinya.

Gaya-gaya Pengambilan Keputusan

Harren (1979) telah mengklasifikasikan gaya pengambilan keputusan dalam berkarir menjadi tiga
kategori :

a. Rasional
Gaya ini berciri dengan kemampuan untuk mengenali konsekuensi dari keputusan
sebelumnya untuk keputusan nanti. Hal ini membutuhkan perspektif waktu yang panjang
di mana beberapa keputusan berurutan dipandang sebagai rantai ujung untuk memperjelas
fikiran seorang individu. Individu mengantisipasi kebutuhan untuk membuat keputusan di

17
masa depan dan mempersiapkan mereka dengan mencari informasi tentang diri dan situasi
yang diantisipasi. Keputusan individu dilakukan dengan berhati-hati dan logis, dimana
informasi yang akurat tentang situasi diperoleh dan penilaian diri individu ialah realistis.
Gaya ini merupakan pembuat keputusan aktualisasi diri yang ideal.

b. Intuitif.
Seperti dalam gaya rasional, pengambil keputusan intuitif menerima tanggung jawab untuk
pengambilan keputusan. Gaya intuitif, bagaimanapun, melibatkan sedikit antisipasi masa
depan, perilaku mencari informasi, atau mempertimbang faktor-faktor logis. Sebaliknya,
hal ini ditandai dengan penggunaan fantasi, perhatian untuk menyajikan perasaan, dan
kesadaran diri emosional sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Komitmen untuk
tindakan tercapai relatif cepat, dan dasar "kebenaran" yang dirasakan secara internal.
Seringkali individu tidak dapat menyatakan secara eksplisit bagaimana ia memutuskan
sesuatu. Gaya ini cenderung menghasilkan pengambilan keputusan yang efektif dibanding
gaya rasional, karena ketidaktepatan dari waktu ke waktu dalam keadaan internal individu
dan kapasitas yang terbatas secara akurat untuk mewakili situasi yang asing dalam fantasi.

c. Dependen.
Berbeda dengan gaya rasional dan intuitif, gaya dependen ditandai dengan penolakan
tanggung jawab pribadi untuk pengambilan keputusan dan proyeksi tanggung jawab yang
di luar diri. Individu sangat dipengaruhi oleh harapan dan keinginan pemerintah dan rekan-
rekan terhadapnya. Individu tersebut cenderung pasif dan patuh, memiliki kebutuhan tinggi
untuk persetujuan sosial dan memahami lingkungan untuk menyediakan pilihan terbatas.
Meskipun gaya ini dapat mengurangi kecemasan terkait dengan pengambilan keputusan,
ada kemungkinan pada akhirnya mengakibatkan kurangnya pemenuhan atau kepuasan
pribadi.

Selain itu, Scott dan Bruce (1995) memperpanjangkan kategori gaya pengambilan keputusan untuk
menyertakan gaya keempat dan kelima,

d. Avoidan ditandai dengan upaya untuk menghindar pengambilan keputusan.

18
e. Spontan memiliki rasa kesegeraan dan keinginan untuk melalui proses pengambilan
keputusan dengan sesegera mungkin.

Bersama lima gaya ini membentuk pengukuran Gaya Pengambilan Keputusan Umum atau General
Decision Making Style (GDMS).

Gaya pengambilan keputusan yang ditunjukkan oleh Deniz (dalam Ugurlu, 2013) adalah sebagai
berikut :

a. Cautious : Individu menerapkan gaya pengambilan keputusan kewaspadaan dengan


membuat keputusan dengan hati-hati.
b. Avoidant : Pengambil keputusan menghindar cenderung melepaskan pengambilan
keputusan kepada orang lain.
c. Procrastinating : Individu dengan gaya pengambilan keputusan menunda-nunda cenderung
menunda keputusan. Tanpa alasan yang dapat diterima, mereka terus mencoba untuk
menunda keputusantersebut.
d. Spontaneous : Individu dengan gaya pengambilan keputusan spontan ialah cepat dalam
mengambil keputusan di bawah tekanan dari keterbatasan waktu.

Tiga pola atau perilaku pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann (dalam Rahaman, 2014) :

a. Vigilance (Kewaspadaan). Pembuat keputusan vigilant menjelaskan tujuan yang akan


dicapai, meneliti susunan alternatif, mencari susungguh-sungguh informasi yang relevan,
menerima informasi tanpa berprasangka, dan mengevaluasi alternatif dengan hati-hati
sebelum membuat pilihan. Vigilance terkait dengan tingkat moderat stres psikologis.
Menurut model konflik, vigilance adalah satu-satunya pola mengatasi yang memungkinkan
pengambilan keputusan suara dan rasional.

b. Hypervigilance (Kewaspadaan yang berlebih). Pembuat keputusan hypervigilance mencari


dengan penuh ketakutan untuk jalan keluar dari dilema yang dihadapinya. Karena waktu
dan tekanan, pengambil keputusan impulsif mencari solusi dengan terburu-buru dan
membuatnya tampak menjanjikan dengan segera. Berbagai konsekuensi dari pilihan
diabaikan karena kegembiraan emosional, perseverasi, dan perhatian yang terbatas. Dalam

19
bentuk yang lebih ekstrim, hypervigilance adalah keadaan panik dimana pembuat
keputusan bimbang antara alternatif tidak menyenangkan. Hypervigilance dikaitkan
dengan stres emosional yang berat.
c. Buck-passing. Ini adalah cara untuk menghindari tanggung jawab untuk membuat
keputusan apapun dengan menyarankan bahwa itu adalah tanggung jawab orang lain untuk
membuat keputusan tersebut. Pembuat keputusan dengan mudah menghilangkan konflik
keputusan dengan menggunakan gaya ini. Biasanya jenis ini defensif untuk reaksi dapat
terlihat dalam setiap birokrasi tersembunyi.

d. Procrastination (penundaan). Ini merupakan upaya awal untuk menunda pengambilan


keputusan apapun sama sekali. Meskipun ada beberapa pengakuan tanggung jawab oleh
pengambil keputusan, ia merasa begitu kewalahan oleh proses keputusan dan akhirnya
keputusan ditunda atau tidak dibuat sama sekali.

Contoh kasus :

Pada tanggal 5 September 2007, Steve Jobd, CEO Perusahaan Apple melakukan praktek
diskriminasi harga sebagai strategi pemasarannya yaitu menurunkan harga product iPhone mereka
yang sangat sukses sejumlah $200 dari harga semula &599 yang merupakan harga perkenalan
yang sudah sejak dua bulan. tak pelu dibicarakan, dia menerima email yang sangat banyak dari
para pelanggan uang kecewa dan marah. Dua hari kemudian, Steve Jobs menawarkan $100 kredit
yang dapat digunakan di toko Apple dan online store kepada para pelanggan yang sudah membayar
harga penuh.

Analisis:

Dilihat dari kasus diatas Steve Jobs menggunakan proses pengambilan keputusan dengan cara
intuitif, yaitu dengan pengembangan analisis terhadap berbagai kemungkinan tindakan, dengan
kata lain Steve Jobs berfikir bahwa dengan menurunkan harga iPhone maka kemungkinan akan
menghasilkan keuntungan lebih dari sebelumnya dengan penjualan iPhone dipasaran yang terus
melonjak dan makin banyak peminat iPhone. Karena iPhone ini dijual dengan harga murah (harga

20
promosi) dengan maksud untuk mempromosikan lebih luas produk iPhone dan mengenalkannya
kepada masyarakat yang lebih luas. Makin banyak pengguna iPhone maka makin terkenal produk
tersebut dan nantinya iPhone tersebut Pantas dijual dengan harga tinggi.

2.5 Metode kuaantitatif dalam pengambilan keputusan

 Metode Kuantitatif dalam Pengambilan Keputusan

Secara umum, terdapat dua pendekatan dalam pengambilan keputusan, yaitu pendekatan kualitatif
dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif mengandalkan penilaian subyektif terhadap
suatu masalah, sedangkan pendekatan kuantitatif mendasarkan keputusan pada penilaian obyektif
yang didasarkan pada model matematika yang dibuat. Jika anda meramalkan cuaca mendasarkan
pada pengalaman, maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif.

Namun, jika didasarkan pada model matematika, maka pendekatan yang digunakan adalah
kuantitatif. Keputusan penerimaan karyawan berdasar nilai tes masuk adalah contoh lain
pendekatan kuantitatif, sedang jika didasarkan pada hasil wawancara untuk mengetahui
kepribadian dan motivasi maka pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif.

Umumnya pendekatan kuantitatif dalam pengambilan keputusan yang menggunakan model-model


matematika. Matematika sudah ditemukan oleh manusia ribuan tahun yang lalu dan telah bayak
digunakan dalam banyak aplikasi. Salah satu aplikasi matematika adalah untuk pengambilan
keputusan. Sebagai contoh sederhana, bagaimana mengatur 50 kursi dengan ukuran tertentu
kedalam sebuah ruangan dengan ukuran tertentu pula. Dengan ukuran kursi dan ruangan, maka
akan ditemukan cara terbaik untuk mengatur kursi; apakah 5 baris kali 10 lajur, atau sebaliknya,
semua tergantung ukuran ruangan yang ada.

Untuk kasus yang lebih kompleks tentu saja dibutuhkan model matematika yang lebih rumit. Telah
banyak model analisis kuantitatif yang dikembangkan dalam pengambilan keputusan. Semua
metode kuantitatif akan mengkonversikan data mentah menjadi informasi yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan.

 Langkah-langkah dalam pengambil keputusan

21
Mendefinisikan Masalah. Secara sederhana, masalah merupakan perbedaan antara situasi yang
diinginkan dengan kenyataan yang ada. Jika seorang mahasiswa ingin memperoleh nilai A, tetapi
ternyata hasil yang didapatkan kurang dari itu, maka mahasiswa tersebut menghadapi masalah.
Pada dasarnya, semua langkah pengambilan keputusan dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi perbedaan yang ada antara yang diharapkan dan yang terjadi.

Membuat Solusi. Solusi yang diambil dalam pendekatan kuantitatif dilakukan dengan
memanipulasi model dan dengan masukan data yang dihasilkan pada langkah sebelumnya. Banyak
metode yang bisa dilakukan dalam membuat solusi, seperti memecahkan persamaan (model
matematika) yang sudah dikembangkan sebelumnya, menggunakan pendekatan trial and
error dengan data masukan yang berbeda-beda untuk menghasilkan solusi “terbaik”, atau
menggunakan alogaritma atau langkah-langkah penyelesaian detail khusus yang telah
dikembangkan.

Menguji Solusi. Untuk menjamin bahwa solusi yang dihasilkan merupakan yang terbaik, maka
pengujian harus dilakukan, baik pada model ataupun pada data masukan. Pengujian ini dilakukan
untuk melihat akurasi (accuracy) dan kelengkapan model dan data yang digunakan. Untuk melihat
akurasi dan kelengkapan data, data yang diperoleh dari berbagai sumber dapat dimasukkan
kedalam model dan hasilnya dibandingkan. Model dan data yang akurat dan lengkap seharusnya
menjamin konsistensi hasil. Pengujian ini penting dilakukan sebelum analisis hasil dilakukan.

Menganalisis Hasil. Analisis hasil dilakukan untuk memahami langkah-langkah yang harus
dilakukan jika sebuah keputusan telah dipilih. Selanjutnya implikasi langkah-langkah yang
dilakukan juga harus dianalisis. Dalam langkah ini analisis sensitivitas (sensitivity
analysis) menjadi sangat penting. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah-ubah nilai-
nilai masukan model dan melihat perbedaan apa yang terjadi pada hasil. Dengan demikian, analisis
sensitivitas akan membantu untuk lebih memahami masalah yang dihadapi dan kemungkinan-
kemungkinan jawaban atas masalah tersebut.

Mengimplementasikan Hasil. Langkah implementasi ini dilakukan dengan menerapkan hasil


analisis kedalam proses-proses yang terdapat dalam perusahaan. Tidak kalah penting dalam
langkah ini adalah memonitor hasil dari penerapan solusi. Namun, perlu disadari bahwa
implementasi hasil analisis (solusi) bukanlah tanpa hambatan. Salah satu hambatan yang mungkin

22
dihadapi adalah bagaimana meyakinkan pihak manajemen bahwa solusi yang ditawarkan
merupakan yang terbaik dan akan memecahkan masalah yang ada. Dalam kasus ini, analisis
sensitivitas atas model yang dihasilkan sekali lagi dapat digunakan untuk menjual solusi yang
dihasilkan kepada pihak manajemen.

Kelebihan dan kekurangan metode kuantitatif :


1. Kelebihan metode kuantitatif :
a. Dapat digunakan untuk menduga atau meramal
b. Hasil analisis dapat diperoleh dengan pasti dan akurat apabila digunakan sesuai aturan aturan
yang telah ditetapkan
c. Dapat digunakan untuk mengukur interaksi hubungan antara dua/lebih variabel (peubah)
d. Dapat menyederhanakan realitas permasalahan yang kompleks & rumit dalam sebuah model

2. Kekuranga metode kuantitatif :


a. Berdasarkan pada anggapan anggapan (asumsi)
b. Asumsi tidak sesuai dengan realitas yang terjadi atau menyimpang jauh maka kemampuannya
tidak dapat dijamin bahkan menyesatkan
c. Data harus berdistribusi normal dengan skala pengukuran data yang harus digunakan adalah
interval & rasio
d. Tidak dapat dipergunakan untuk menganalisis dengan (sampel) yang jumlahnya sedikit (>30

Kesimpulan : bahwa metode kuantitaif dapat dilakukan dan dapat menjadi sangat membantu dalam
pengambilan keputusan asalkan sesuai dengan permasalahan/bahan yang akan diteliti atau
dipecahkan. Data bersifat kuantitas menggunakan metode kuantitatif sedangkan data bersifat
kualitas menggunakan metode kualitatif.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang menentukan hasil dalam memecahkan
masalah dengan memilih suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang ada melalui suatu
proses mental dan berfikir logis dan juga mempertimbangkan semua pilihan alternatif yang ada
yang mempunyai pengaruh negatif atau pun positif. Pengambilan keputusan mempunyai peranan
penting dalam manajemen karena keputusan yang diambil oleh manajer merupakan keputusan
akhir yang harus dilaksanakan dalam organisasi-nya atau bisnis yang dijalankannya. Dalam
pengambilan keputusan harus dipikirkan secara matang agar tidak merugikan perusahaan tersebut
dan pihak-pihak yang terkait. Pengambilan keputusan secara universal didefinisikan sebagai
pemilihan diantara berbagai alternatif. Manajer dapat membuat keputusan sama seperti yang
dibuat untuk masalah atau kesempatan serupa di waktu yang lalu. Mereka juga dapat menarik
wewenangnya dan membuat keputusan berdasarkan nasehat dari seorang ahli atau manajer
atasannya. Tidak ada pendekatan pembuatan keputusan yang dapat menjamin bahwa manajer akan
selalu membuat keputusan yang benar. Tetapi manajer yang menggunakan suatu pendekatan yang
rasional, intelektual, dan sistematik akan lebih berhasil dibandingkan para manajer yang
menggunakan pendekatan informal. Para manajer sering menghadapi kenyataan bahwa masalah
yang sebenarnya sulit untuk dipecahkan. Pengambil keputusan yang rasional akan sepenuhnya
objektif dan logis. Masalah yang dihadapi akan menjadi jelas dan tidak ambigu, dan pembuat
keputusan akan memiliki tujuan yang jelas dan spesifik serta mengetahui semua kemungkinan
alternatif dan konsekuensi. Permasalahan dalam manajemen meliputi masalah yang terstruktur dan
keputusan yang terprogram, masalah yang tidak terstruktur dan keputusan yang tidak erprogram,
keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur. Secara umum, terdapat dua pendekatan dalam
pengambilan keputusan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif mengandalkan penilaian subyektif terhadap suatu masalah, sedangkan pendekatan
kuantitatif mendasarkan keputusan pada penilaian obyektif yang didasarkan pada model
matematika yang dibuat. Jika anda meramalkan cuaca mendasarkan pada pengalaman, maka
pendekatan yang digunakan adalah kualitatif.

24
DAFTAR PUSTAKA

Stephen .P. Robbins & Mary Coulter : Management, E-Book, Global Edition. 14th Edition,
Pearsons, UK.

file:///Downloads/Tipe2%20Keputusan%20Manajer/YogaLinsaka%20Blog%20Tipetipe%20pen
gambilan%20keputusan%20dalam%20organisasi.html

Ardiprawiro, S.E . 2013. Teori Organisasi Umum 2: Bab 3 Pengambilan Keputusan dalam
Organisasi.http://ardiprawiro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/41188/Bab+3+TOU+2.pdf

Syafie Kencana Inu, dkk. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta : Reneka Cipta ; dan Pasolong
Harbani, 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta

Nurkusuma. 2017. Bab 2 Tinjauan Pustaka : Pengambilan Keputusan Manajemen. Diakses dari
http://reposiory.uma.ac.id/bitstream/123456789/1824/5/128600032_File5.pdf

Halimah Hironti . 2015. Contoh Kasus dan Analisa Penurunan Harga iPhone dalam Strategi
Pengambilan keputusan. Diakses dari http://halimahironti.blogspot.com/2015/12/2-contoh-kasus-
dan-analisis-penurunan.html

25

Anda mungkin juga menyukai