Anda di halaman 1dari 77

TEORI PORTOFOLIO

DAN ANALISIS NVESTASI

OLEH:

SITI NURFAIZAH ALFIYANI

90200117056

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020
KONSUMSI, INVESTASI DAN PERANAN PASAR MODAL

A. Konsumsi

Konsumsi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan ekonomi yang
dilakukan manusia.Manusia selalu membeli semua kebutuhannya baik barang maupun
jasa. Diambil dari buku Pengantar Teori Ekonomi (2000) karya Suherman Rosyidi,
pengertian konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang secara langsung akan
memenuhi kebutuhan manusia.

Konsumsi atau pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah


tangga atas barang dan jasa.Konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh
rumah tangga. Barang tersebut meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang
tahan lama, misalnya meja, kursi, motor, dan lainnya. Sedangkan pembelanjaan jasa
meliputi barang tak berwujud, seperti layanan kesehatan, laundry, dan lainnya.

Konsumsi dan investasi merupakan dua kegiatan yg berkaitan. Penundaan


konsumsi sekarang (Ko) dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa
mendatang (K1). Individu melakukan melakukan konsumsi dengan memakai sumber
daya yg ada untukmendapatkan kepuasan atau utility. Setiap individu diasumsikan
melakukan konsumsi lebihdari konsumsi yg kurang. Asumsi ini dapat diartikan bahwa
utility marginal dari konsumsiadalah positif, yaitu penambahan konsumsi akan
meningkatkan utility (kepuasan). Asumsi yglain adalah bahwa utility marginal dari
konsumsi sifatnya adalah menurun, yaitu peningkatanutility untuk konsumsi yg sama
akan semakin lebih kecil dari sebelumnya.

a) Tujuan kegiatan konsumsi

Terdapat beberapa tujuan konsumsi yang dilakukan oleh manusia, di antaranya:

 Memanfaatkan nilai guna barang


Dalam memanfaatkan nilai guna barang terbagi menjadi dua, yaitu: barang
sekaligus, barang yang nilai gunanya habis sekaligus. Misalnya makan dan
minuman. Dan barang secara bertahap, nilai gunakan akan berkurang secara
bertahap. Misalnya meja, mobil, motor, dan lainnya.
 Pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani
Kegiatan konsumsi yang dilakukan tentunya untuk memenuhi kebutuhan
jasmani dan rohani. Misalnya makan atau minum, olahraga, dan lainnya. Untuk
kebutuhan rohani seperti ibadah, hiburan, rekreasi, dan lainnya.
b) Ciri-ciri kegiatan konsumsi
Ciri-ciri konsumsi terbagi menjadi beberapa, yaitu:
1. Kegiatan dilakukan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
hidup manusia.
2. Produk yang dikonsumsi memiliki nilai manfaat bagi manusia.
3. Produk barang dan jasa yang digunakan dapat berkurang atau habis.
4. Produk yang dikonsumsi merupakan barang ekonomi yang didapat dengan
melakukan pembelian.
c) Faktor tingkat konsumsi masyarakat

Dalam buku Pengantar EKonomi Makro (1998) karya Suparmoko, terdapat


beberapa variabel yang memengaruhi konsumsi selain dari pendapata, yaitu:

 Selera. Konsumsi masing-masing induvidu berbeda meski memiliki umur dan


pendapatan yang sama. Hal ini karena adanya perbedaan selera pada tiap
indisvidu.
 Faktor sosial dan ekonomi. Faktor ini misalnya umur, pendidikan, dan keadaan
keluarga juga memiliki pengaruh terhadap pengeluaran konsumsi. Pendapatan
akan tinggi pada kelompok umur muda dan mencapai puncaknya pada umur
pertengahan dan akhirnya turun pada umur tua.
 Kekayaan. Secara eksplisit maupun implisit sering dimasukkan dalam fungsi
agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi.

Hasil bersih dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan
konsumsi.

 Tingkat pendidikan. Pendidikan sangat memengaruhi pola pikir seseorang dalam


melakukan kegiatan konsumsi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka semakin tinggi konsumsinya.
 Harga barang dan jasa. Harga barang dan jasa dapat memengaruhi tingkat
konsumsi seseorang. Semakin tinggi harga barang dan jasa, maka tingkat
konsumsi semakin rendah. Hal tersebut berlaku sebaliknya.
 Tingkat bunga. Ahli ekonomi klasik menganggap bahwa konsumsi merupakan
fungsi dari tingkat bunga. Khususnya mereka percaya bahwa tingkat bunga
mendorong tabungan dan mengurangi konsumsi.

B. Investasi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi, sebagai pengeluaran


untuk membeli barang – barang modal dan peralatan – peralatan produksi dengan tujuan
untuk mengganti dan terutama menambah barang – barang dan jasa di masa depan.
Investasi yang lazim disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal.

Pengertian investasi menurut Sunariyah (2004:4) dalam bukunya Pengantar


Pengetahuan Pasar Modal: “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih
aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang”. Selanjutnya menurut Jogiyanto (2010:5)
dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis Investasi adalah penundaan konsumsi
sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu.

Selanjutnya menurut Gitman dan Joehnk (2005:3) dalam bukunya Fundamentals


of Investsing mendefinisikan investasi sebagai berikut:

“Investment is any vehicle into which funds can be placed with expectation that it will
generate positive income and/or preserve or increase its value.”

Artinya investasi adalah suatu sarana dimana dana dapat ditempatkan dengan harapan
hal tersebut akan menghasilkan pendapatan positif dan/atau menjaga atau meningkatkan
nilainya.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu


aktivitas, berupa penundaan konsumsi di masa sekarang dalam jumlah tertentu dan
selama periode waktu tertentu pada suatu asset yang efisien oleh investor, dengan tujuan
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang pada tingkat tertentu sesuai dengan
yang diharapkan, tentunya yang lebih baik dari pada mengkonsumsi di masa sekarang.
a) Bentuk – Bentuk Investasi
Bentuk investasi sangat beragam yang dapat dijadikan sarana investasi. Masing-
masing dengan ciri tersendiri dengan kandungan resiko dan return harapan yang
berbeda-beda. Investor tinggal memilih bentuk investasi mana yang menurut
mereka dapat memenuhi keinginan untuk berinvestasi. Menurut Fahmi dan Hadi
(2009:7) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis Investasi dalam aktivitasnya
investasi pada umumnya dikenal ada dua bentuk, yaitu:
1. Real Investment
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud,
seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik.
2. Financial Investment
Investasi keuangan (financial investment) secara umum melibatkan asset kontrak
tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
Perbedaan antara investasi pada real investment dan financial investment adalah
tingkat likuiditas dari kedua investasi tersebut. Investasi pada real investment
relatif lebih sulit untuk dicairkan karena terbentur pada komitmen jangka
oanjang antara investor dengan perusahaan. Sementara investasi pada financial
investment lebih mudah dicairkan karena dapat diperjual belikan tanpa terikat
waktu.
b) Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan
investasi dalam suatu sekuritas. Yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, berapa
banyak investasi dan kapan investasi tersebut akan dilakukan Husnan (2005:47)
dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Untuk mengambil
keputusan tersebut diperlukan langkah-angkah sebagai berikut:
1. Menentukan Tujuan Investasi
Dalam tahap iinipemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya dan
berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of
return), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.
2. Melakukan Analisis Sekuritas
Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendeteksi
sekuritas/efek yang salah harga (mispriced), yakni apakah harganya terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan fundamental dan pedekatan teknikal. Pemilihan sekuritas bukan
didasarkan atas faktor mispriced, tetapi didasarkan atas preferensi resiko para
pemodal (pemodal yang bersedia menanggung resiko tinggi akan
menerima saham yang beresiko), pola kebutuhan kas (pemodal yang
menginginkan penghasilan yang tinggi akan memilih saham yang membagikan
dividen dengan stabil), dan sebagainya.
3. Melakukan Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Pada tahp ini dilakukan
identifikasi terhadap sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
4. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio
Dari hasil evaluasi, selanjutnya dilakukan revisi terhadap efek-efek yang
membentuk portofolio tersebut, jika dirasa bahwa kompisisi portofolio yang
suah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi. Misalnya rate of return lebih
rendah dari yang disyaratkan.
5. Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah
dibentuk, baik terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap
tingkat resiko yang ditanggung.

c) Tipe-tipe keuangan

Dalam Jogiyanto (2010:7) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisisi


Investasi bahwa pembagian alternatif investasi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Investasi Langsung
Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga
secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah Go Public dengan
harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital
gains..
2. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang
dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment
company) yang berfungsi sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak langsung
dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan tedaftar, yang bertindak sebagai
perantara atau intermediary. Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung,
pedagang perantara (pialang) mendapatkan dividen dan capital gain seperti
halnya dalam investasi langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan
berupa capital gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh
perusahaan perantara tersebut.
Gambar 2.1 Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung

Investasi
Tidak Investas
i
Investor Perusahaan Aktiva-
Langsung Langsun aktiva
Investasi
Keuangan

Investasi
Langsung
Sumber gambar : Jogiyanto (2010)

Investor yang melakukan aktivitas investasinya di pasar modal, apakah


melalui jasa perantara (broker atau intermediaries) atau sarana yang lain,
memiliki sejumlah jenis aset atau sekuritas yang dapat dipilih.

Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang


dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital
market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat
dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan.
Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui
bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau setifikat
deposito.
Aktiva yang dapat di perjual-belikan di pasar uang (money
market)berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya
pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh aktiva ini dapat
berupa Treasury-bill (T-bil) yang banyak digunakan di penelitian keuangan
sebagai proksi return bebas risiko (risk-free rate of return).
Tidak seperti halnya pasar uang yang bersifat jangka pendek, pasar
modal sifatnya adalah untuk investasi jangka panjang. Yang diperjual-belikan
di pasar modal adalah aktiva keuangan berupa surat-surat berharga pendapatan-
tetap dan saham-saham.
Macam-macam investasi langsung yang tidak dapat disarikan sebagai
berikut ini.
 Investasi langsung yang dapat diperjual-belikan, yaitu tabungan dan
deposito
 Investasi langsung dapat diperjual-belikan
- Investasi langsung di pasar uang, seperti (T-bil dan deposito yang dapat
dinegosiasi
- Investasi langsung di pasar modal, seperti (surat berharga pendapatan lain,
saham-saham,
- Investasi langsung di pasar turunan (Opsi dan Futures contract)

Sedangkan pada kelompok investasi tidak langsung hanya ada satu jenis
alternatif investasi, yaitu perusahaan investasi (investment companies). Berupa
unit investment trust, closed-end investment companies dan open-end
investment companies.Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-
surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan
yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke public dan
menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam bentuk
portofolionya. Ini berarti bahwa perusahaan investasi membentuk portofolio
(diharapkan portofolionya optimal) dan menjualnya eceran kepada public dalam
bentuk saham-sahamnya.

Investasi tidak langsung lewat perusahaan investasi ini menarik bagi


investor paling tidak karena dua alasan utama, yaitu sebagai berikut ini.
1. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena
pembentukan portofolio. Jika investor ini harus membuat portofolio sendiri,
maka dia harus membeli beberapa saham dalam jumlah yang cukup besar
nilainya. Investor yang tidak mempunyai dana cukup untuk membentuk
portofolio sendiri dapat membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan
investasi ini.
2. Membentuk potofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang
mendalam. Investor awam yang kurang mempunyai pengetahuan dan
pengalaman tidak akan dapat membentuk portofolio yang optimal, tetapi
dapat membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi yang telah
membentuk portofolio optimal.

C. Peranan Pasar Modal

Pasar modal dipakai sebagai terjemahan dari istilah “Capital Market.” yang
berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan
dana untuk capital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan
menjual surat efek yang baru dikeluarkan. Jadi seperti di pasar-pasar lainnya, di pasar
modal juga berkumpul orang- orang untuk melakukan perdagangan, misalnya dengan
melakukan jual-beli. Dalam hal ini yang diperdagangkan adalah efek.

Dengan demikian pasar modal berarti suatu pasar dimana dana-dana jangka
panjang baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang
yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi sedangkan dana jangka panjang
yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham. Sementara itu, Undang-
undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 angka 13 memberi pengertian kepada
Pasar Modal sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Jadi Undang-undang Pasar Modal dalam memberi arti kepada modal tidak
memberi suatu definisi secara menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada
kegiatan dan para pelaku dari suatu pasar modal. Sering disebut-sebut juga bahwa pasar
modal merupakan tempat investasi jangka panjang. Hal ini diperbedakan dengan
rivalnya yang lain yang disebut “pasar uang”, yang terakhir ini sering dikatakan sebagai
sumber dana jangka pendek. Selain itu, rivalnya yang lain lagi adalah “pasar komoditi”
yang didalam hal ini merupakan tempat perdagangan komoditas seperti kopra, karet,
kedelai, dan sebagainya.

Inilah tiga serangkai bursa, dimana pasar modal untuk memperdagangkan efek
(jangka panjang), pasar uang untuk memperdagangkan uang jangka pendek, sementara
pasar komoditas merupakan tempat untuk memperdagangkan barang- barang
komoditas.

a) Peranan Pasar Modal

Peranan pasar modal, pada dasarnya memiliki kesamaan antara negara satu
dengan negara lainnya, salah satu tujuannya adalah bagaimana menciptakan fasilitas
bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan
penawaran modal dan alasan lainnya adalah menjalankan fungsi ekonomi dan
keuangan.

Peranan pasar modal suatu negara dapat dilihat dari minimal lima aspek sebagai
berikut

 Sebagai fasilitas melakukan proses interaksi antara pembeli dan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang akan diperjual-belikan. Ditinjau
dari segi lain, pasar modal dapat memberikan kemudahan bagi pelaku pasar modal
untuk melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka ( pembeli dan penjual dapat
bertemu secara tidak langsung), hal tersebut dapat dilakukan dengan adanya sistem
perdagangan efek melalui fasilitas perdagangan melalui computer.
 Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor guna memperoleh hasil
yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan untuk memenuhi
keinginan para investor.
 Pasar modal untuk memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimiliki nya atau surat berharga lainnya, sehingga dapat
memberikan kepastian kepada investor dalam menghindari risiko rugi. Jadi, operasi
pasar modal dapat menghindari ketidakpastian di masa yang akan datang.
 Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartsipasi
dalam pengembangan perekonomian. Pasar modal dapat dijadikan alternatif bagi
masyarakat mengenai bagaimana cara menginvestasikan uang mereka selain
dengan menabung sehingga masyarakat dapat melakukan investasi melalui pasar
modal dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik, dan kemudian
dapat ditingkatkan dan dikembangkan.39
 Dengan adanya pasar modal maka dapat mengurangi biaya informasi dan transaksi
surat berharga, biaya pencarian informasi tentang perusahaan (emiten) termasuk
didalamnya kelebihan dan kekurangan mengenai surat berharga suatu perusahaan
publik karena semua biaya merupakan tanggung semua pelaku di pasar modal
karena semua informasi yang ada akan dicerminkan dalam harga saham.

Hal diatas memperlihatkan bagaimana aspek mikro dari kepentingan pasar


modal. Sedangkan, peranan pasar modal dalam perekonomian nasional (tinjauan makro
ekonomi) yang lebih luas jangkauannya dalam suatu perekonomian negara adalah
sebagai berikut :

 Fungsi Tabungan
Pada dasarnya fungsi menabung adalah baik, hanya saja perlu diingat bahwa
metode yang digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai kaitan
penurunan nilai mata uang, inflasi, dan risiko hilang sehinggadiperlukan metode
lain guna investasi, yaitu dengan membeli surat berharga karena dengan aliran dana
tersebut dapat digunakan untuk memperbanyak jasa dan barang di suatu sektor
perekonomian. Dengan membeli surat berharga masyarakat diharapkan bisa
mengantisipasi standar hidup yang lebih baik.
 Fungsi Kekayaan
Pasar modal adalah cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang sampai
kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali karena kekayaan tersebut tidak
mengalami depresiasi seperti aktiva lainnya dan surat berharga mempunyai
kekuatan beli (purchasing power) pada masa yang akan datang.
 Fungsi Likuiditas
Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga biasa dilikuidasi di pasar modal
dengan risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lainnya, walaupun uang
memiliki tingkat likuidasi yang paling sempurna, akan tetapi uang mudah terkena
inflasi dari waktu ke waktu.
 Fungsi Pinjaman
Pasar modal pada dasarnya juga menjalankan fungsi konsumsi atau investasi karena
pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu negara
merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari
masyarakat jika dibandingkan dengan pinjaman dari Bank Dunia yang memiliki
rate bunga yang lebih tinggi.

Selain itu, secara umum bagi negara-negara yang sedang berkembang,


terintegrasinya Pasar Modal akan memberikan beberapa manfaat antara lain :

a. Meningkatkan kapitalisasi pasar dan aktivitas perdagangan.


b. Meningkatkan partisipasi pemodal asing dalam pasar domestik, dan
c. Meningkatkan akses ke pasar internasional.

Pasar modal sangat memiliki peran dan manfaat dalam struktur perekonomian
karena sebagai wahana pengalokasian dan yang secara efisien memungkinkaninvestor
dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan sekaligus dengan pembelian efek-
efek yang diperdagangkan dipasar modal.

Pasar modal sebagai altenatif investasi memberikan keuntungan dengan


sejumlah risiko tertentu. Pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki
perusahaan yang sehat dan berprospek baik sehingga mendorong perusahaan untuk
menerapkan manajemen secara lebih professional, efisien dan berorientasi pada
keuntungan sehingga tercipta suatu kondisi “good corporate governance” sehingga
pasar modal dapat menciptakan peningkatan ekonomi nasional yang berdampak pada
terbukanya kesempatan kerja yang luas serta meningkatkan pendapatan pajak bagi
pemerintah.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasr
modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu:

1. Fungsi Ekonomi

Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua


kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang
memerlukan dana.
2. Fungsi Keuangan

Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan


(return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi
meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-
perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada
akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.

Pasar Modal dapat memainkan peranan penting dalam suatu perkembangan


ekonomi di suatu negara. Hal ini disebabkan karena suatu pasar modal dapat berfungsi
sebagai:

a) Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam


kegiatan-kegiatan yang produktif.
b) Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan
pembangunan nasional.
c) Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan
kesempatan kerja.
d) Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi.
e) Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam menata sistem
moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open market operation”
sewaktu-waktu.
f) Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu rate yang reasonable.
g) Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal

Karena kegiatan pasar modal begitu marak dan complicated, maka sangat
dibutuhkan suatu perangkat hukum yang mengaturnya agar pasar tersebut menjadi
teratur, adil, dan efisien. Sehingga kemudian lahirlah apa yang disebut Hukum Pasar
Modal itu (Capital Market Law, Securities Law). Pada prinsipnya hukum pasar modal
mengatur segala segi yang berkenaan dengan pasar modal. Jadi ruang lingkupnya relatif
luas, antara lain pengaturannya tentang hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaturan tentang Perusahaan, misalnya:


 Disclosure requirement;
 Perlindungan pemegang saham minoritas.
2. Tentang surat berharga Pasar Modal.
3. Pengaturan tentang administrasi pelaksanaan pasar modal, yaitu meliputi :
 Tentang perusahaan yang menawarkan surat berharga;
 Tentang Profesi dalam pasar modal;
 Tentang perdagangan surat berharga.

Sehingga sebenarnya yang merupakan target yuridis dari pengaturan hukum


terhadap pasar modal pada pokoknya yaitu keterbukaan informasi., profesionalisme dan
tanggung jawab para pelaku pasar modal, efisiensi, kewajaran, perlindungan investor.

Salah satu tujuan dari eksistensi Hukum Pasar Modal adalah agar dapat
mengamankan investasi dari pihak pemodal. Investasi itu sendiri baru dianggap aman
jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

1. Likuidnya efek.
2. Unsur keamanan terhadap pokok (principal) yang ditanam.
3. Unsur rentabilitas atau stabilitas dalam melakukan return of investment

Jika kita lihat di dalam menjalankan fungsinya setiap pelaku pasar modal
dituntut untuk memahami dan menguasai sistem hukum yang menjadi landasan
bergeraknya industri pasar modal Indonesia. Dengan mengetahui sumber-sumber
hukum yang menjadi titik tolak dalam penetapan suatu keputusan yang berlaku
diharapkan pembuat keputusan tidak berlaku sewenang-wenang dalam rangka
penegakan hukum.

b) Macam-Macam Pasar Modal

1. Pasar Perdana (Primary Market), yaitu penawaran saham dari emiten kepada
investor selama waktu yang telah ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan
sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham di
pasar ini ditentukan oleh Penjamin Emisi dan perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten).
2. Pasar Sekunder (Secondary Market) yaitu perdagangan saham setelah melewati
penawaran di pasar perdana. Jadi Pasar Sekunder merupakan pasar dimana
saham dan sekuritas lainnya diperjual-belikan secara luas setelah melalui masa
penjualan di pasar perdana. Harga saham di Pasar Sekunder ditentukan oleh
pemerintah dan penawaran antara pembeli dan penjual menurut mekanisme
pasar.
3. Pasar Ketiga (Third Market) yaitu tempat perdagangan saham di luar bursa (over
the counter market). Di Indonesia pasar ini disebut bursa pararel, yaitu suatu
sistem perdagangan efek atau surat berharga yang terorganisir di luar bursa efek

resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh
Perserikatan dan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) dengan diawasi dan
dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam
LK).
4. Pasar Keempat (Fourth Market) pada dasarnya merupakan suatu bentuk
perdagangan efek antar pemodal atau investor dengan kata lain berupa
pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa
melalui perantara perdagangan efek atau lembaga lainnya.43

c) Instrumen Pasar Modal

Pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan efek dalam bentuk instrumen
keuangan jangka panjang baik dalam bentuk modal (equity) dan utang. Istilah Pasar
Modal dipakai sebagai terjemahan dari capital market, yang berarti suatu tempat atau
sistem bagaimana caranya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dana untuk modal suatu
perusahaan.

Instrumen pasar modal dapat dibedakan atas surat berharga yang bersifat utang
(bonds atau obligasi) dan surat berharga yang bersifat pemilikan (saham atau equity).
Obligasi adalah bukti pengakuan berutang dari perusahaan. Sedangkan saham adalah
bukti penyertaan modal dalam saham. Di bursa di seluruh dunia, kedua efek itulah yang
banyak diperdagangkan. Demikian pula halnya dengan bursa efek di Indonesia.

Dalam prakteknya, saham maupun obligasi dapat diperbanyak ragamnya.


Artinya, saham dan obligasi diderivasikan dalam beberapa jenis yang penggolongannya
dapat ditentukan menurut kriteria yang melekat pada masig- masing saham dan obligasi
itu sendiri. Secara umum instrumen di pasar modal dapat dibedakan atas beberapa
kategori:

Menurut Mishkin dan Easkin (2000:16) dalam bukunya Financial Markets and
Institution pasar modal merupakan :

“Capital market is the market which longer-term debt (original matuyear or greater) and
equity instrument are traded.”

Selanjutnya menurut Sartono (2001:21) dalam bukunya Manajemen Keuangan yaitu:


“Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang (long-
term financial aset) yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.”

Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar
modal sebagai sarana pendanaan untuk kegiatan berinvestasi bagi perusahaan maupun
institusi lain dengan memberikan fasilitas sarana dan prasarana untuk kegiatan jual beli
aset keuangan jangka panjang atau kegiatan terkait lainnya.

Menurut Dahlan Siamat (2002:385) dalam bukunya Manajemen Lembaga


Keuangan, instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah: “Semua surat-surat berharga
(efek) yang umum diperjualbelikan pasar modal diantaranya adalah saham biasa, saham
preferent, obligasi, obligasi konversi, right issue, dan waran.”

Dari uraian tersebut diatas, dapat dijelakan instrument pasar modal sebagai
berikut:

1. Saham Biasa dianatara surat-surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal,


saham biasa (Common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Diantara
emiten yang menerbitkan surat berharga, saham biasa juga merupakan sekuritas
yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Secara
sederhana, saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkana bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Devidend
yang diterima dalam pemilikan saham biasa ini jumlahnya tidak tetap, dan pemilik
saham biasa mempunyai hak memilih (vote) dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS).
2. Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividend dalam jumlah
yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS).
3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi
surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas
tersebut memberikan pinjaman sebagai kreditor kepada perusahaan yang
menerbitkan surat obligasi.
4. Obligasi Konversi (convertible Bonds) adalah obligasi yang dapat dikonversikan
(ditukar) menjadi saham biasa pada waktu tertentu ataau sesudahnya.
5. Right Issue adalah Alat investasi ini merupakan produk turunan dari saham. Right
issue merupakan pemberian hak kepada para pemegang saham untuk membeli
saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu.
Kebijakan Right issue ini merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang
beredar, guna menambah modal perusahaan.
6. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah
ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya
obligasi atau saham

d) Kelembagaan Pasar Modal

Berbagai lembaga penunjang pasar modal diperlukan agar informasi yang


dipergunakan oleh para pemodal untuk mengambil keputusan bisa diandalkan, dan
transaksi dapt diselesaikan secara cepat dan murah. Menurut Suad Husnan (2002:9)
dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Keuangan, lembaga-lembaga yang berkaitan
dengan pasar modal tersebut diantaranya BAPEPAM, Bursa efek, Akuntan publik,
Underwriter, Wali amanat, notaris, konsultan hukum dan lembaga klearing.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan


pasar modal sebagai berikut:

 BAPEPAM
Lembaga ini merupakan lembaga yang di bentuk pemerintah untuk
mengawasi pasaar modal Indonesia. BAPEPAM merupakan singkatan dari badan
pengawas pasar modal, setelah sebelumnya singkatan dari badan pelaksana pasar
modal. Perubahan terjadi pada akhir tahun 1990. perusahaan-perusahaan yang akan
menerbitkan sekuritas, baik saham maupun obligasi, harus mendapat izin dari
BAPEPAM. Fungsi yang harus dilakukan oleh BAPEPAM adalah fungsi
pengawasan.

 Bursa Efek

Bursa efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan


perdagangan sekuritas. Di Indonesia terdapat bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia
(BEI), dibursa itulah bertemu pembeli dan penjual skuritas.

 Akuntan Publik
 Underwriter
 Wali amanat (trustee)
 Notaris
 Konsultan Hukum
 Lembaga Kliring
PASAR MODAL DAN SEKURITAS YANG

DIPERDAGANGKAN

A. Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) adalah pihak
yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem juga sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di
antara mereka. Bursa Efek Indonesia merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional
dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai
pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif menjadi
BEI. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Bursa Efek
Indonesia (BEI) terus berkembang seiring bertambahnya usia, dan keadaan pun semakin
menunjukkan bahwa efek/ saham semakin banyak peminatnya, dilihat dari
kapitalisasinya yang terus bertambah dari tahun-tahun sebelumnya.

Investasi di pasar modal diharapkan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana


selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas
yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham).
Dengan menjual saham kepada publik, perusahaan dapat memperoleh dana dari pasar
modal, adapun tujuan penggunaan dananya yaitu untuk: ekspansi, memperbaiki struktur
permodalan, pengalihan pemegang saham (divestasi) dan lain-lainnya. Investasi di pasar
modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai
dengan preferensi risiko mereka. Seandainya tidak ada pasar modal, maka para pemodal
mungkin hanya bisa menginvestasikan dana mereka dalam sistem perbankan (selain
alternatif investasi pada real assets seperti properti dan emas). Di samping itu, investasi
pada sekuritas/saham mempunyai daya tarik lain yaitu pada likuiditasnya. Sehubungan
dengan itu maka pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien.
Hanya kesempatan-kesempatan investasi yang menjanjikan keuntungan yang tertinggi
(sesuai dengan risikonya) yang mungkin memperoleh dana. kurun waktu 2001 hingga
2008 adalah investasi di pasar modal.
Berikut ini tabel kinerja BEI selama 3 tahun terakhir

Indikator 2005 2006 2007

1805.52
IHSG 1162.64 2745.83

Kapitalisasi Pasar
Rp 801T Rp 1249T Rp 1982T

Transaksi Harian
Rp 1.67T Rp 1.84T Rp 4.26T

Emiten Baru
8 12 24

Volume Harian
1.65M 1.78M 4.26M

IPO
Rp 3.54T Rp 3.01T Rp 17.18T

Right Issue Rp 10.36T Rp 9.76T Rp 29.8T

Emisi obligasi
Rp 8.25T Rp 11.45T Rp 31.28T

NAB Reksadana Rp 29.17T Rp 52.28T Rp91.5T


B. Pengertian Pasar Modal dan Perkembangannya di Indonesia

Pengertian Pasar Modal menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 adalah


kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan Efek.

Pasar Modal (Capital Market) dapat juga diartikan sebagai pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang
(obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagaisarana dan prasarana kegiatan jual beli
dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal
merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham,
obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option,
futures, dan lain-lain.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar
modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan
seperti saham, obligasi dan reksa dana. Dengan demikian, masyarakat dapat
menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko
masing-masing instrumen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pasar Modal merupakan
tempat bertemunya investor sebagai pemillik dana dan perusahaan/institusi yang
memerlukan dana.

C. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

Pasar Modal Indonesia telah ada sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya pada
tanggal 14 Desember 1912 di Batavia, namun perkembangannya mengalami masa
pasang – surut akibat berbagai faktor, mulai dari Perang Dunia I dan II hingga
perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada Pemerintah Republik Indonesia
(RI). Selanjutnya, pihak Pemerintah RI melakukan pembentukan ulang Pasar Modal
Indonesia melalui Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian
dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No.15 tahun 1952.

Dalam 2 dasawarsa selanjutnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia


mengalami stagnasi sehubungan dengan dihentikannya kegiatan Pasar Modal sepanjang
dekade 1960-an hingga akhir pertengahan 1970-an. Pada tahun 1977, Pemerintah
mengaktifkan kembali Pasar Modal Indonesia dengan ditandai go public-nya PT Semen
Cibinong. Namun, dunia Pasar Modal Indonesia baru benar-benar mengalami
perkembangan pada sekitar akhir dekade 1980-an, yang antara lain ditandai dengan
pendirian PT Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1989 dan swastanisasi PT Bursa
Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 1992.

Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga semakin
mengukuhkan peran BEJ dan BES sebagai bagian dari Self Regulatory Organization
(SRO) Pasar Modal Indonesia. Sejak itu, BEJ tumbuh pesat berkat sejumlah pencapaian
di bidang teknologi perdagangan, antara lain dengan komputerisasi perdagangan melalui
sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) di tahun 1995, perdagangan tanpa
warkat di tahun 2000 dan Remote Trading System pada tahun 2002. Sementara itu, BES
mengembangkan pasar obligasi dan derivatif.

Tahun 2007 menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar Modal
Indonesia. Dengan persetujuan para pemegang saham kedua bursa, BES digabungkan
ke dalam BEJ yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan
meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2008,
Pasar Modal Indonesia terkena imbas krisis keuangan dunia. IHSG, yang sempat
menyentuh titik tertinggi 2.830,26 pada tanggal 9 Januari 2008, terperosok jatuh hingga
1.111,39 pada tanggal 28 Oktober 2008 sebelum ditutup pada level 1.355,41 pada akhir
tahun 2008. Kemerosotan tersebut dipulihkan kembali dengan pertumbuhan 86,98%
pada tahun 2009 dan 46,13% pada tahun 2010.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat


sebagai berikut:
 [Desember 1912] Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda
 [1914 – 1918] Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
 [1925 – 1942] Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya
 [Awal tahun 1939] Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan
Surabaya ditutup
 [1942 – 1952] Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
 [1956] Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
 [1956 – 1977] Perdagangan di Bursa Efek vakum
 [10 Agustus 1977] Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10
Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini
juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
 [1977 – 1987] Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987
baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan
instrumen Pasar Modal
 [1987] Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia
 [1988 – 1990] Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
 [2 Juni 1988] Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari
broker dan dealer
 [Desember 1988] Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain
yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
 [16 Juni 1989] Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
 [13 Juli 1992] Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
 [22 Mei 1995] Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
 [10 November 1995] Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996
 [1995] Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
 [2000] Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di
pasar modal Indonesia
 [2002] BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
 [2007] Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
 [02 Maret 2009] Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek
Indonesia: JATS-NextG

D. Penerbitan Sekuritas

Tidak semua perusahaan bisa menerbitkan saham dan obligasi di pasar modal.
Hanya perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang mungkin menerbitkan
sekuritas di pasar modal. Persyaratan-persyaratan yang mungkin harus dipenuhi agar
semua perusahaan bisa menerbitkan saham dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
diantaranya adalah :

1. Mengajukan surat permohonan listing ke BAPEPAM

2. Laporan keuangan harus wajar tanpa syarat

3. Jumlah saham yang listed minimal 1.000.000 lembar

4. Jumlah pemegang saham minimal 200

5. Company listing berlaku batasan 49 %

6. Perusahaan telah beroperasi minimal 3 tahun

7. Menghasilkan laba selama lebih dari 3 tahun


8. Total kekayaan minimal Rp. 20 milyar.

Modal sendiri minimal Rp. 7,5 milyar.

Telah disetor minimal Rp.2 milyar

9. Kapitalisasi saham yang listed minimal Rp. 4 milyar

10. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputassi yang baik

Sedangkan untuk penerbitan obligasi persyaratannya antara lain :

1. Mengajukan surat permohonan listing ke BAPEPAM

2. Laporan keuangan harus wajar tanpa syarat

3. Nilai nominal obligasi minimal Rp. 25 milyar

4. Jangka waktu jatuh tempo minimal 4 tahun

5. Telah beroperasi selama 3 tahun

6. Menghasilkan laba selama 2 tahun terakhrupiah

7. Saldo laba yang ditahan minimal nol rupiah

8. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputassi yang baik

Perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal pada dasarnya


menghindari proses intermediasi keuangan. Dengan kata lain, pihak yang kelebihan
dana menyerahkan langsung dananya ke pihak yang memerlukan dana. Banyak pihak
yang terlibat dalam penerbitan sekuritas di pasar modal. Banyak pihak yang terkait
tersebut antara lain dimaksudkan agar tidak terjadi penipuan informasi kepada para
pemodal.

Secara skematis prosedur penerbitan sekuritas tersebut bisa digambarkan sebagai


berikut. Perusahan berniat go public menghubungi BAPEPAM dengan menyertakan
peryataan pendaftaran. Pada waktu yang sama perusahaan melakukan kontrak
pendahuluan dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) denga melampirkan 1 lembar peryataan
pendaftaran ke BAPEPAM.
Sebelum perusahaan yang berbentuk PT dapat menawarkan sahamnya ke pasar
modal (ditawarkan ke pasar perdana), perusahaan harus mendapatkan persetujuan dari
BAPEPAM, Berbagai pernyataan akan ditanyakan oleh BAPEPAM dan harus dipenuhi
oleh perusahaan. BAPEPAM akan melakukan review terhadap persyaratan disclosure.
Apabila disetujui maka pendaftaran tersebut menjadi efektif dan sekuritas yang
ditawarkan efektif berada di pasar perdana. perusahaan kemudian melakukan
pendaftaran untuk persyaratan listing. Bursa Efek Jakarta (BEJ) melakukan review
terhadap persyaratan listing Apabila disetujui perusahaan membayar fee ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan pasar tersebut terdaftar di pasar perdana.

E. Kewajiban Jangka Panjang

Hutang jangka panjang pajang ( long –term dept) terdiri dari pengorbanan
manfaat ekonomi yang sangat mungkin dimasa depan akibat kewajiban sekarang yang
tidak dibayarkan dalam satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan, mana yang lebih
lama. Hutang Obligasi, wesel bayar jangka panjang, hutang hipotik, kewajiban pensiun,
dan kewajiban lease merupakan contoh-contoh kewajiban jangka panjang.

Penerbitan jangka panjang biasanya disertai dengan formalitas yang dapat diper
imbangkan secara layak. Sebagai contoh , anggaran dasar korporasi biasanya
membutuhkan persetujuan dewan Diektu dan pemegang sahan sebelum Obligasi dapat
diterbitkan atau perjanjian hutang jangka panjang dapat dikontrakan.

Pada umunya, Hutang jangka panjang memiliki berbagai ketentuan atau


pembatasan (covenant or restrictions) untuk melindungi baik peminjam maupun
pemberi pinjaman. Ketentuan dan persyaratan persetujuan lainya antara peminjam dan
pemberi pinjaman dinyatakan dalam identure obligasi atau perjanjian wesel. Item-item
yang sering kali dinyatakan dalam identure obligasi atau perjanjian meliputi jumlah
yang diotorisasi untuk diterbitkan, suku bunga, tanggal jatuh tempo, profisi penarikan,
properti yang diadakan sebagai jaminan, persyaratan dana pelunasan, modal kerja dan
pembatasan deviden serta pembatasan yang berhubungan dengan asumsi hutang
tabahan. Karena ketetapan ini penting untuk memahami secara menyeluruh posisi
keuangan atau catatan yang menyertai.

Penerbitan obligasi
Obligasi adalah jenis utang jangka panjang yang paling sering dilaporkan di
rencana perusahaan. Tujuan utama dari obligasi adalah untuk meminjam dalam jangka
panjang apabila jumlah modal yang diperlukann terlalu besar untuk disediakan oleh satu
pemberi pinjaman.

Wesel bayar jangka panjang

Wesel bayar jangka panjang memiliki subtansi yang sama seperti obligasi
dimana keduanya mempunyai tanggal jatuh tempo yang tetap dan suku bunga
ditetapkan atau implicit. Akan tetapi wesel tidak dapat langsung dijual seperti obligasi
di pasar sekuritas puplik yang terorganisasi. Perusahan non korporasi dan korporasi
kecil mengeluarakan baik wesel jangka panjang maupun obligasi.

Wesel bayar hipotik

Wesel bayar hipotik adalah wesel promes yang dijamin dengan suatu
dokumenyang disebut hipotik dengan mengadakan hak atas property sebagai jaminan
pinjaman. Penerbit adalah badan hukum atau lembaga pemerintah yang memiliki hak
untuk menerbitkan sekuritas apa pun ke dalam sirkulasi. Penempatan mereka dilakukan
melalui proses emisi. Dengan demikian, masalah dipahami sebagai prosedur yang diatur
oleh hukum, yang terdiri dari serangkaian tindakan berurutan yang memastikan masalah
langsung saham (obligasi) dengan penempatan lebih lanjut.

Tujuan dari proses emisi cukup, sederhana - untuk menarik sumber daya keuangan
yang hilang:

1. Melepaskan , penerbit menggunakan jenis kondisi pinjaman. Artinya, obligasi


harus dilunasi pada waktu yang disepakati.

2. Melepaskan - meningkatkan modal dasar.

Ketentuan masalah - kepatuhan dengan aturan yang ditetapkan oleh hukum dan kontrol
lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengatur pasar yang relevan.

Masalah apa yang bisa dipecahkan oleh penerbit dengan bantuan emisi.

Daftar ini menyiratkan implementasi dari salah satu tugas berikut:


 Emisi dibutuhkan saat modal dasar sedang dibentuk (jika AO dibuat) atau
untuk memperbesar ukurannya.

 Prosedur memungkinkan mengisi kembali modal dengan investasi yang


dipinjam .

 Untuk menyelesaikan konsolidasi - jumlah efek menurun, dan nilai


nominalnya meningkat. Dalam hal ini, perubahan dalam modal dasar tidak
terjadi.

 Untuk menghancurkan - membalikkan proses konsolidasi. Perubahan modal


dasar juga tidak terjadi.

 Dalam hal tindakan reorganisasi di perusahaan saham gabungan atau pada


saat transformasi organisasi - setelah transisi ke status AO.

Prosedur buka dan tutup - apa bedanya?

Prosedur emisi dibagi menjadi beberapa tipe tertentu. Masing-masing mencirikan aspek
emisi yang berbeda.

Urutan proses emisi - tahapan utama:

 Pertama, Anda perlu memutuskan masalah dan menyetujuinya. Siapa yang


memprakarsai penerbitan surat berharga? Jika kita berbicara tentang obligasi,
keputusan diambil oleh Dewan Direksi. Jika saham diterbitkan - oleh rapat
pemegang saham.

 Selanjutnya, masalah ini melewati registrasi negara.

 Sertifikat untuk sekuritas diterbitkan (jika mereka menggunakan bentuk


dokumenter masalah).

 Kemudian datang giliran penempatan surat berharga dengan pendaftaran


selanjutnya dari laporan tentang masalah yang dilakukan - pada hasil masalah.

 Piagam perusahaan saham gabungan memperbaiki perubahan (hanya berlaku


untuk saham).
Tahapan tambahan untuk masalah berlangganan dilakukan dalam bentuk terbuka atau
tertutup jika jumlah investor melebihi 500 orang:

 Persiapan prospektus masalah - dokumentasi yang mencerminkan informasi


tentang organisasi penerbit.

 Prospektus sedang didaftarkan . Fungsi-fungsi ini ditugaskan ke Bank Sentral


Federasi Rusia.

 Kemudian muncul giliran pengungkapan informasi . Untuk tujuan ini,


gunakan situs web perusahaan dan media. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
membiasakan investor dengan data pada penerbit untuk membuat keputusan
tentang pembelian sekuritas jenis penerbitan.

 Informasi tentang hasil penempatan juga diungkapkan. .

Pelanggaran terhadap perintah yang dijelaskan di atas penuh dengan penciptaan kondisi
di mana prosedur ini didefinisikan sebagai tidak adil. Kemudian penerbit ditolak
pendaftaran negara.

Pendaftaran efek terkait dengan sejumlah besar operasi, pendaftaran berbagai dokumen.
Literasi hukum dan tidak adanya pengawasan adalah penting di sini. Itulah sebabnya
beralih ke spesialis untuk mendapatkan bantuan yang berkualitas adalah pendekatan
yang paling masuk akal.

Istilah dalam perusahaan sekurias

Ada beberapa istilah yang terdapat dalam perusahaan sekuritas.

Pialang, yaitu organisasi yang melakukan transaksi efek di pihak investor, seperti
membeli, menjual, dan memperdagangkan portofolio investasi.

Dealer, yaitu organisasi yang membeli atau menjual sekuritas dari portofolio meraka
sendiri untuk kemudian ditawarkan kepada investor yang akan membeli.
Broker dealer, yaitu organisasi yang mengombinasikan antara pialang
dan dealer. Broker dealer akan menjadi perantara yang menyediakan layanan sekuritas
seperti pemberian rekomendasi, analisis saham, dan layanan lainnya baik bagi
perusahaan maupun individu.

Kegiatan usaha perusahaan sekuritas

Ada dua kegiatan utama yang dimiliki oleh perusahaan sekuritas, yaitu perantara
perdagangan efek dan penjamin emisis efek.

1. Perantara perdagangan efek

Dalam menjalankan perannya sebagai perantara perdagangan efek, perusahaan sekuritas


bertanggung jawab pada dual hal. Pertama, pelaksanaan kegiatan jual beli efek (surat
berharga) untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. Kedua, pelaksanaan jual beli saham
dan obligasi yang dapat dilakukan melalui bursa efek atau di luar bursa efek.

2. Penjamin Emisi Efek

Hal utama yang menjadi tanggung jawab perusahaan sekuritas sebagai penjamin emisi
ialah membantu calon emiten dalam pelaksanaan penawaran umum saham (IPO),
dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli efek yang tidak terjual.

Perusahaan Sekuritas Vs Perbankan Investasi

Perusahaan sekuritas tidak sama dengan perbankan investasi. Bagaimanapun,


perbankan investasi bertanggung jawab untuk membantu investor dalam menerbitkan
sekuritas, terutama saham dan obligasi. Dalam artian, perbankan investasi dapat
menerbitkan saham baru dalam pelaksanaan perannya.

Sementara itu, perusahaan sekuritas hanya membantu investor dalam proses


pedagangan sekuritas di pasar modal. Dengan begitu, perusahaan sekurotas hanya
menjadi perantara bagi investor dan saham baru yang diperdagangkan di pasar modal.

Jenis-jenis Sekuritas

Sekuritas adalah “secarik kertas” yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk
memperoleh bagian dari atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut
dan berbagai kondisi untuk melaksanakan hak tersebut. Atau dengan istilah lain
sekuritas adalah salah satu bentuk investasi berupa sertifikat fisik (warkat) atau
elektronik yang bisa diperjual belikan untuk mendapatkan keuntungan.

Sekuritas diterbitkan oleh perusahaan sebagai bukti bahwa pemilik sekuritas


mempunyai sebagian kepemilikan atas perusahaan, atau memiliki piutang pada
perusahaan yang menerbitkan. Sekutitas ini dapat berupa saham atau obligasi. Ada 3
jenis sekuritas yang dapat dipilih dari bentuknya.

1. Sekuritas penghasilan tetap

Sekuritas jenis ini adalah obligasi, yakni surat utang jangka menengah-panjang yang
diterbitkan oleh perusahaan/pemerintah dengan nilai nominal yang dibayarkan pada
tanggal jatuh tempo tertentu.

Jenis sekuritas ini dipengaruhi oleh suku bunga pasar. Jika suku bunga naik, maka harga
obligasi turun, begitu pula sebaliknya.

Keuntungan sekuritas ini berupa bunga yang dibayarkan pada periode tertentu, mulai
dari 1 tahun hingga di atas 5 tahun.

2. Sekuritas penghasilan tidak tetap

Jenis sekuritas penghasilan tidak tetap adalah saham yang juga merupakan sekuritas
jangka panjang. Saham atau sekuritas ekuitas diterbitkan oleh perusahaan sebagai
sumber pendanaan dan merupakan tanda penyertaan modal seseorang dalam suatu
perusahaan.

Sekuritas ini membuat pemiliknya memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, aset
perusahaan, serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

3. Sekuritas karakter pilihan

Jenis sekuritas karakter pilihan adalah warrant, yaitu hak yang dimiliki untuk membeli
saham pada waktu tertentu dengan harga tertentu yang telah ditentukan oleh penerbit
warrant.
Sekuritas ini biasa digunakan sebagai tambahan sewaktu obligasi diterbitkan. Seperti
saham, warrant juga dapat diperjualbelikan. Jenis warrant antara lain stock warrant dan
index warrant.

Sistem Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi

Sebagai investor pemula, biasanya sih kita akan langsung saja menuju perusahaan atau
aplikasi sekuritas, buka rekening, dan langsung deh pilih-pilih saham yang pengin
dibeli, tanpa merasa wajib untuk memahami sistem perdagangan saham yang
sebenarnya. Kalau di website BEI sendiri, mekanisme perdagangan di sana terbagi atas
3 kategori, yaitu sistem perdagangan saham, mekanisme perdagangan sukuk dan
obligasi, dan mekanisme perdagangan derivatif.

Sistem Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia

Mekanisme atau sistem perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia–secara practical


bisa dilihat seperti dalam diagram ini.

1. Pra Pembukaan

Perdagangan saham dilaksanakan dengan fasilitas yang disebut Jakarta Automated


Trading System NEXT-G, yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang sudah menjadi
anggota bursa dan anggota kliring KPEI. Mereka ini akan berpartisipasi dalam sistem
perdagangan saham ini untuk kepentingan sendiri ataupun untuk kepentingan nasabah.

Dalam pra pembukaan ini, anggota bursa dapat memasukkan penawaran jual ataupun
beli saham, yang dilakukan dengan metode lelang elektronik pada JATS NEXT-G itu.

2. Proses Transaksi

Selanjutnya JATS NEXT-G akan memproses transaksi, dengan memperhatikan time


dan price priority. Maksudnya bagaimana?

Prioritas Harga (Price Priority)

Artinya, permintaan beli saham dengan harga yang lebih tinggi akan mendapatkan
prioritas terlebih dahulu ketimbang permintaan beli terhadap saham yang sama namun
dengan harga yang lebih rendah. Sedangkan, untuk sistem perdagangan saham jual,
harga yang lebih rendah akan mendapatkan prioritas terlebih dahulu ketimbang yang
memiliki harga tinggi.

Prioritas Waktu (Time Priority)

Di samping price priority, di sistem perdagangan saham ini juga berlaku time priority–
yaitu prioritas waktu. Artinya, kalau penawaran jual atau permintaan beli saham
diajukan dalam harga yang sama, maka permintaan beli atau jual saham yang terlebih
dulu diajukan akan mendapatkan prioritas.

Proses transaksi saham di atas berlaku di pasar reguler dan pasar tunai. Sistem
perdagangan saham di kedua pasar tersebut menggunakan satuan lot efek atau
kelipatannya, yaitu 100 efek. Sedikit lain di pasar negosiasi. Sistem perdagangan saham
di pasar negosiasi dilakukan melalui sistem negosiasi secara langsung, melalui proses
tawar menawar, antara anggota bursa atau nasabah melalui salah satu anggota bursa,
atau nasabah dengan anggota bursa, yang kemudian hasil kesepakatannya diproses oleh
JATS NEXT-G.
3. Penyelesaian Transaksi

Selanjutnya adalah proses penyelesaian transaksi, di mana proses ini dijamin oleh KPEI
atau Kliring Penjaminan Efek Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Transaksi yang terjadi di Pasar Reguler wajib diselesaikan pada hari bursa ke-2,
atau T+2.

 Transaksi yang terjadi di Pasar Tunai wajib diselesaikan pada hari yang sama,
atau T0.

 Penyelesaian transaksi ini yang dilakukannya di Pasar Reguler dan Pasar Tunai
akan ditentukan oleh KPEI, dengan cara pemindah bukuan ke rekening efek
anggota bursa di KSEI.

Sedangkan, transaksi di Pasar Negosiasi, akan diselesaikan per transaksi sesuai


kesepakatan antara anggota bursa yang menjual dan membeli. Pasar Negosiasi. Hal ini
selambat-lambatnya harus dilakukan pada T+2, atau hari bursa kedua setelah terjadi
transaksi. Penyelesaian transaksi di Pasar Negosiasi dilakukan langsung dengan cara
memindah bukukan efek antara anggota bursa yang menjual pada yang membeli. Hal ini
tidak dijamin oleh KPEI.

4. Pra Penutupan

Selanjutnya, ada proses pra penutupan dalam sistem perdagangan saham ini. Yaitu
proses ketika anggota bursa memasukkan penawaran jual atau beli menjelang penutupan
hari bursa. Dari penawaran dan permintaan ini, JATS NEXT-G lantas bisa membentuk
harga penutupan dan mempertemukan penawaran jual dan beli berdasarkan sistem price
dan time priority.

5. Pasca Penutupan

Selanjutnya, perdagangan saham hari itu akan ditutup. Dalam proses pasca penutupan
ini, anggota bursa dapat memasukkan penawaran jual atau beli pada harga penutupan.
Dari sini, JATS NEXT-G lantas mempertemukan penawaran dan permintaan yang ada
untuk efek yang sama secara keseluruhan, ataupun sebagian, pada harga penutupan
berdasarkan time priority.
INVESTASI YANG BERISIKO

A. Definisi Investasi

Investasi adalah penanaman aset atau dana yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
atau perorangan untuk jangka waktu tertentu demi memperoleh imbal balik yang lebih
besar di masa depan.

B. Proses Investasi

1. Menentukan Kebijakan Investasi

Ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maksudnya
semakin tinggi return yang ditawarkan maka semakin tinggi pula risikonya,
sebaliknya semakin rendah return maka semakin rendah pula risikonya. Jadi tujuan
investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. Jenis investor
terdiri dari:

 Risk Taker, yaitu bersedia menanggung risiko lebih besar. Saham dari
perusahaan yang mempunyai risiko tinggi
 Risk Aver, yaitu jenis nvestor menghindari risiko. Obligasi dari perusahaan yg
dinilai aman

2. Analisis Sekuritas

Ada 2 Filosofi dalam melakukan analisis sekuritas:

a. Ada sekuritas yang mispriced

Mispriced (harganya salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu


rendah) dan analis dapat mendeteksi sekuritas sekuritas tersebut). Ada berbagai
cara untuk melakukan analisis ini, yang kemudian dikelompokkan menjadi dua,
yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental

 Analisis Teknikal, yaitu analisis ini menggunakan data (perubahan) harga di


masa yang lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa
yang akan datang
 Analisis Fundamental, yaitu analisis ini berupaya mengidentifikasikan
prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor- faktor yang
mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang
akan datang.

b) Harga sekuritas adalah wajar

Kalaupun ada sekuritas yang mispriced, analis tidak mampu untuk


mendeteksinya. Pada dasarnya mereka yang menganut pendapat ini berpendapat
bahwa pasar modal efisien. Dengan demikian pemilihan sekuritas bukan
didasarkan atas faktor mispriced, tetapi didasarkan atas:

1. preferensi risiko para pemodal

2. pola kebutuhan kas

Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, sesuai dengan pendapat ini,


adalah sesuai dengan risiko yang mereka tanggung

3. Pembentukan portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi


sekuritas- sekuritas mana yang akan di pilih, dan berapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing- masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas
(diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang di tanggug

4. Melakukan Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan


maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki

5. Evaluasi kinerja portofolio

Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio,


baik dalam keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Dalam hal
ini faktor risiko perlu di masukkan. Karena itu diperlukan standar pengukurannya.

Maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami bagaimana


mengukur tingkat keuntungan yang di harapkan dan risiko investasi
C. Nilai yang diharapkan

Tingkat keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi bersifat tidak pasti.
Dalam keadaan itu pemodal hanya akan mengharapkan untuk memperoleh tingkat
keuntungan tertentu E(R)

Tabel 3.1 Tingkat keuntungan pada berbagai kondisi perekonomian

Kondisi Perekonomian Probabilitas Tingkat Keuntungan

Makmur 0,20 0,30

Normal 0,60 0,20

Resesi / stagnan 0,20 0,10

Tingkat keuntungan yang diharapkan bisa diperoleh dengan perhitungan sebagai


berikut:

E(R) = 0,20(0,30) + 0,60(0,20) + 0,20(0,10)

= 0,20 (atau 20%)

• Rumus E(R) atau Tingkat keuntungan yang diharapkan

E(R) = ∑ P . R

Keterangan :

E(R) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi

P = Probabilitas memperoleh tingkat keuntungan


Tahun dan Duta
Astra Int’l Rastra Ranggada
bulan Anggada

1995.0 0,1988
2.625 0,0189 1.250
1
-
2.675 - 1.525
1995.0 0,0678
2.450 0,0878 1.425
2
-
2.225 - 1.325
1995.0 0,0727
0,0963
3 2.450 1.700 0,2492
0,0963
1995.0 2.300 1.800 0,0571
4 -
2.275 0,0631 1.825 0,0137
1995.0
5 2.425 - 1.625 -

2.700 0,0109 1.475 0,0116


1995.0
0
6 3.700 0,0638 1.425
-
1995.0 3.425 0,1074 1.200 0,0968
7
3.550 0,3150 1.100 -
1995.0
3.500 - 1.175 0,0344
8
0,0772
2.875 1.225 -
1995.0
0,0358 0,1718
9 2.900 1.425
- -
1995.1 2.975 1.550
0,0141 0,0870
0
2.725 - 1.575 0,0659
1995.1
2.525 0,1967 1.600
1 0,0416
1995.1 2.200 0,0086 2.175 0,1512
2
2.375 0,0255 2.050 0,0840
1996.0
3.800 -0,877 1.950 0,0160
1
4.075 - 2.150 0,0157
1996.0
0,0762
2 5.400 2.375 0,3070
-
1996.0 5.275 2.200 -
0,1377
3 0,0591
6.250 2.200
0,0765
1996.0 -
4 0,4700 0,0500

1996.0 0,0698 0,0976


5
0,2815 0,0995
1996.0
- -
6
0,0234 0,0765
1996.0
0,1696 0,0000
7
NA NA
1996.0
8

1996.0
9

1996.1
0

1996.1
1

1996.1
2

1997.0
1

D. Ukuran Penyebaran

Risiko adalah kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang


dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Risiko mempunyai dua dimensi, yaitu
menyimpang lebih besar maupun lebih kecil dari yang diharapkan. Untuk mengetahui
ukuran risiko ini digunakanlah ukuran penyebaran distribusi. Statistik menyediakan
ukuran ini sebagai standar deviasi (ⵒ) atau dalam bentuk kuadrat disebut sebagai
variance.

Risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh dapat


menyimpang dari hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran. Alat
statistika sebagai ukuran penyebaran, yaitu :

 Varians
 Standar deviasi

E. Kombinasi beberapa Investasi

Pada praktiknya para pemodal pada sekuritas sering melakukan diversifikasi


dalam investasi mereka. Mereka mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi
mereka. Dengan kata lain mereka membentuk portofolio.

Diversifikasi adalah berinvestasi pada berbagai jenis saham, dengan harapan jika
terjadi penurunan pengembalian satu saham akan ditutup oleh kenaikan pengembalian
saham yang lain. Bahwa risiko portofolio dipengaruhi oleh :

 Risiko masing – masing saham


 Proporsi dana yang diinvestasikan pada masing – masing saham
 Kovarians atau koefisien korelasi antar saham dalam portofolio
 Jumlah saham yang membentuk portofolio
 Misalkan kita mengamati dua saham, yaitu Astra International dan Duta Anggada,
di BEJ selama tahun 1995-1996. periode tersebut merupakan periode harga saham
pada umumnya cukup baik. Kita amati harga saham pada akhir bulan, apabila harga
saham Astra pada akhir bulan januari 1995 adalah sebesar Rp.2625, dan pada akhir
bulan februari Rp.2675, maka dalam periode satu bulan tersebut pemodal akan
memperoleh keuntungan sebesar,

Rastra = (2.675-2.625)/ 2.625

= 0,0190

 Agar dalam analisis statistik perhitungan return tersebut tidak bias, maka dilakukan
dengan cara berikut :

Ri.t = Ln (Pi.t+1 / Pi.t)

Rastra,95.01 = Ln (2.675/ 2.625)

= 0,0189

Dari data tersebut kita bisa menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan dan
standar deviasi tingkat keuntungan dari masing- masing saham tersebut

Deviasi standar tingkat


Nama Saham Rata2 Tingkat keuntungan
keuntungan

Duta Anggada 0,0235 0,1188

Astra Internasional 0,0361 0,1523

Tabel 3.4

Tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar tingkat keuntungan


dari saham Astra Internasional dan Duta Anggada, bulanan periode 1995-1996. Apabila
kita amati kedua saham tersebut, maka kita tidak dapat mengatakan saham mana yang
lebih baik, karena Duta Anggada mempunyai Risiko (ⵒ) yang lebih rendah, tetapi
tingkat keuntungan yang diharapkan E(R) juga lebih rendah.
Berdasarkan tabel sebelumnya apabila pemodal diizinkan untuk melakukan
diversifikasi investasi, misalkan pemodal dapat membentuk bernagai portofolio sebagai
berikut :

Komposisi
Portofolio
Astra Int’l Duta Anggada

Portofolio 1 0,20 0,80

Portofolio 2 0,40 0,60

Portofolio 3 0,60 0,40

Portofolio 4 0,80 0,20

Table 3.5

Tahun Ranggada Rport1 Rport2 Rport3 Rport4 Rastra


dan
bulan

1995.01 0,1988 0,1628 0,1268 0,0908 0,0548 0,0189

1995.02 -0,0678 -0,0718 -0,0758 -0,0798 -0,0838 -0,0878

1995.03 -0,0727 -0,0774 -0,0821 -0,0869 -0,0916 -0,0963

1995.04 0,2492 0,2186 0,1880 0,1574 0,1269 0,0963

1995.05 0,0571 0,0330 0,0090 -0,0150 -0,0391 -0,0631

1995.06 0,0137 0,0088 0,0039 -0,0010 -0,0059 -0,0109

1995.07 -0,01160 -0,0800 -0,0441 -0,0081 0,0278 0,0638


1995.08 -0,0968 0,0559 -0,0151 0,0257 0,0665 0,1074

1995.09 -0,0344 0,0354 0,1053 0,1752 0,2451 0,3150

1995.10 -0,1718 0,1529 -0,1340 -0,1150 -0,0961 -0,0772

1995.11 -0,0870 -0,0624 -0,0378 -0,0132 0,0112 0,0358

1995.12 0,0659 0,0499 0,0339 0,0178 0,0018 -0,0141

1996.01 0,0416 -0,0060 -0,0536 -0,1013 -0,1490 -0,1967

1996.02 0,1512 0,1227 0,0942 0,0656 0,0371 0,0086

1996.03 0,0840 0,0723 0,0606 0,0489 0,0255

1996.04 0,0160 -0,0047 -0,0255 -0,0462 -0,877


-0,0210
1996.05 0,0157 -0,0026 0,0394 -0,0762
0,1291
1996.06 0,3070 0,2180 0,0401 -0,1377
-0,0048
1996.07 -0,0591 -0,0320 0,0222 0,0765
0,1579
1996.08 -0,0500 0,0539 0,2619 0,4700
0,0865
1996.09 0,0976 0,0920 0,0809 0,0698
0,1723
1996.10 0,0995 0,1359 0,2087 0,2815
-0,0552
1996.11 -0,0765 -0,0659 -0,0446 -0,0234
0,0678
1996.12 0,0000 0,0339 0,1017 0,1696

F. Karakteristik Umum Portofolio

Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio tidak lain merupakan
rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing saham
yang membentuk portofolio tersebut. Risiko dalam portofolio dibedakan :
 Risiko sistematis

Suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,


karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi
pasar secara keseluruhan. Faktor yang mempengaruhi : Perubahan tingkat bunga, Kurs
valuta asing dan Kebijakan pemerintah.

 Risiko Tidak Sistematis

Suatu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, sebab


risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Terdapat fluktuasi
risiko yang berbeda antara satu saham dengan saham lain. Faktor yang mempengaruhi
yaitu: Struktur modal, Struktur asset, dan Tingkat likuiditas.

Beberapa Jenis Risiko Investasi

 Risiko bisnis – business risk, yaitu risiko yang timbul akibat menurunnya
profitabilitas perusahaan emiten
 Risiko likuiditas – liquidity risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan kemampuan
saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami
kerugian yang berarti
 Risiko tingkat bunga – interest rate risk, yaitu risiko yang timbul akibat
perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar.

Definisi Risiko

Risiko itu ada jika pembuat keputusan (perencana proyek) mampu mengestimasi
kemungkinan-kemungkinan (probabilitas) yang berhubungan dengan berbagai variasi
hasil yang akan diterima salama investasi sehingga dapat disusun distribusi
probabilitasnya. Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang
bisa dikembangkan untuk menyusun suatu distribusi probabilitas sehingga harus
membuat dugaan-dugaan untuk menyusunnya

Menurut Arthur J. Keown, Risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai
(operasional sebagai deviasi standar). Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return –ER) dengan tingkat
pengembalian aktual (actual return).
PORTOFOLIO YANG EFISIEN

A. Kombinasi 2 Sekuritas Berisiko, Tanpa Short Sales


Short sales berarti menjual saham yang tidak dimiliki. Dengan short sales
orang dapat melakukan investasi lebih besar dari modal yang mereka miliki dengan
melakukan peminjaman saham terlebih dahulu. Kalau short sales tidak diperkenankan,
berarti investor hanya dapat menginvestasikan dana maksimum sebesar 100 % pada
suatu sekuritas, dan minimum 0 %. Kalalu short sales diijinkan, proporsi dana yang
diinvestasikan pada suatu sekuritas bisa lebih besar dari 100 % dan lebih kecil dari 0 %
(dalam artian negatif).
Apabila short sales tidak diperkenankan, pada portofolio dengan dua sekuritas,
dana yang diinvestasikan pada A dan B akan sebesar 100 %., danproporsi dana yang
diinvestasikan pada masing-masing sekuritas tidak akan lebih kecil dari 0. Berbeda
dengan apabila short sales diperbolehkan, maka dana yang diinvestasikan pada A dan B
bisa lebih besar dari 100 %, dan proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-
masing sekuritas yang dipilih sebagai short sales akan negatif.
Untuk kondisi short sales tidak diperkenankan, maka:

XA + XB =1 , dimana

X ≥ 0 dan X ≥ 0
A B

Persamaan diatas dapat pula dituliskan sebagai berikut:

XB = 1- XA , dimana

X ≥ 0 dan X ≥ 0
A B
Dari persamaan diatas, investor dapat memperkirakan bahwa untuk portofolio yang
terdiri dari dua sekuritas misalnya sekuritas A dan B maka tingkat keuntungan yang
diharapkan dan deviasi standar (risiko) portofolio adalah sebagai berikut:
E(Rp) = XAE(RA) + (1- XA)E(RB)

σ p = [ ( X2A σ2A + ( 1 – XA )2 σ2B + 2XA ( 1 – XA ) σAB ]1/2


Dalam hal ini:

XA : Proporsi dana yang diinvestasikan pada sahamA

XB : Proporsi dana yang diinvestasikan pada sahamB


E (R A) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas A
E (R B) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas B
E (R P) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio P
σP : Deviasi standar tingkat keuntungan portofolio tersebut
σA2 : Deviasi standar tingkat keuntungan saham A
σB2 : Deviasi standar tingkat keuntungan saham B
σAB : covariance tingkat keuntungan saham A dan saham B

Kita ketahui bahwa koefisien korelasi terletak dari nilai -1 (minimal) sampai
dengan nilai 1 (maksimal). Dengan contoh soal dibawah ini marilah kita pahami
bagaimana pengurangan risiko dalam portofolio saham dengan memperhatikan nilai
koefisien korelasi antara anggota portofolio. Apabila diketahui data sbb:
Jenis saham E(R) Standar Deviasi
Saham A 0,25 0,10
Saham B 0,20 0,08
Berdasar data di atas maka:

E(Rp) = 0,25X A + 0,20(1- XA) = 0,20 + 0.05X A

σp = 0,10XA + 0,08(1- X A ) = 0,08 + 0,02XA

Adapun nilai tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar untuk berbagai
nilai Xa adalah sebagai berikut:
XA 0 0,4 0,8 1,0
E(RA) 0,20 0,22 0,24 0,25
σp 0,08 0,088 0,96 0,10

Dari data diatas kita mendapatkan hasil bahwa pada saat ρAB=+1 (koefisien
korelasi positif sempurna 1), portofolio yang dilakukan tidak akan memberikan manfaat
bagi investor dalam pengurangan risiko. Dengan demikian, maka tidak ada manfaat
diversifikasi yang dilakukan sehingga akan sama seperti kalau memberli sekuritas
individual yang membentuk portofolio. Gambar hubungan antara tingkat keuntungan
dan deviasi standar pada saat korelasi adalah 1 seperti dibawah ini.

Gambar 4.3 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi
standar pada saat koefisien korelasi = +1
E (R p)

A
SML
0,25

0,2
B

(σ) 0,08 0,10 Risiko

Dengan demikian, portofolio dengan dua saham tidak akan memberikan manfaat
bagi investor apabila koefisien korelasi antar dua saham tersebut adalah positif
sempurna (+1) sehingga investor tidak perlu melakukan portofolio saham dengan
menentukan alokasi aset dalam saham tersebut.

 Saham A danB dengan korelasi negatif sempurna (-1)


Apabila terdapat koefisien korelasi saham A dan saham B adalah negatif
sempurna (-1), maka perhitungan risiko portofolio menjadi:
Kedua persamaan untuk menghitung deviasi standar portofolio diatas
menunjukkan bahwa persamaan yang satu hanyalah merupakan perkalian antara
persamaan satunya dengan angka -1 (negatif satu). Sehingga masing- masing persamaan
hanya valid apabila nilai sisi kanan positif. Persamaan yang satu akan positif apabila
persamaan satunya negatif, maka kita akan memperoleh solusi tentang risiko dan
keuntungan yang diharapkan dari kombinasi saham A dan B.
Berdasar data di atas maka:
E(Rp ) = 0,20 + 0,05XA

σ p1 = 0,10XA - 0,08(1- XA)

σ p2 = - 0,10XA + 0,08(1- XA)

XA 0 0,4 0,8 1,0


E(RA) 0,20 0,22 0,24 0,25
σp 0,08 0,008 0,062 0,10
Jadi saat ρAB=-1, maka diversifikasi menghilangkan risiko. Kombinasi portofolio dua
saham dengan korelasi negatif sempurna akan menghilangkan risiko portofolio yang
terdiri dari dua sekuritas tersebut. Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan antara
tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi standar suatu portofolio yang terdiri
dari dua sekuritas, dan tingkat keuntungannya berkorelasi negatif sempurna
Gambar 4.4 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi
standar pada saat koefisien korelasi = -1 (negatif sempurna)
E (R p)

A
SML
0,25

0,22 H

0,2
B

(σ) 0,08 0,10 Risiko

 Korelasi moderat (berada diantara +1 dan -1)


Dalam investasi, kita tidak akan menemukan investasi dengan korelasi
yang sempurna baik positif sempurna maupun negatif sempurna. Pada
umumnya, tingkat keuntungan akan berkorelasi antara -1 dan +1. Dengan
menggabungkan gambar pada saat korelasi sempurna -1 dan +1, maka kita akan
dapat memperkirakan besaran deviasi standar dari portofolio dua
sekuritas. Pada saat koefisien korelasi (ƿ) = +1, maka kombinasi portofolio
terdapat pada gari AB. Pada saat ƿ = -1, maka kombinasi portofolio tersebut
akan terletak pada gari AHB. Dengan demikian, pada saat koefisien korelasi
berada antara -1 dan +1, maka garis yang menghubungkan titik A dan B akan
berada pada kedua gari tersebut (antara garis AB dan garis AHB). Karena itu,
kelengkungan garis tersebut selalu mengarah kekiri (concave curve). Semakin
besar koefisien korelasi dari kedua saham tersebut, akan semakin mendekat
gari AB, dan semakin kecil koefisien korelasi kedua saham tersebut, maka garis
akan semakin mendekati garis AHB.
Gambar 6 dibawah ini menggambarkan hubungan antara tingkat return yang diharapkan
dengan deviasi standar pada saat koefisien korelasi (ƿ) berada antara -1 dan +1.
Gambar 4.5 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi
standar pada saat koefisien korelasi = -1 (negatif sempurna)
E (R p)

A
SML
0,25

0,22 H

0,2
B

(σ) 0,08 0,10 Risiko

B. Kombinasi lebih dari 2 sekuritas berisiko, tanpa short sales

Investor dalam melakukan membentuk portofolio tentu tidak hanya sebatas


kombinasi dua saham, namun bisa lebih dari dua saham. Perhitungan nilai return dan
risiko portofolio lebih dari dua saham dapat diselesaikan dengan quadratic
programming, dengan menggunakan persamaan seperti dibawah ini:
Minimumkan risiko
Dengan batasan :
(1)£ Xi = 1

(2)£ X i E(R p ) = E(R p )

(3)Xi ≥ 0,

Dengan memberikan nilai yang berbeda-beda pada E (R p), maka dari


persamaan tersebut akan diperoleh suatu rangkaian titik-titik yang membentuk garis
yang merupakan garis efisien dalam portofolio (efficient frontier). Portofolio yang
terdapat dalam efficient frontier merupakan pilihan portofolio yang efisien yang
memiliki risiko minimal dengan tingkat keuntungan tertentu, atau return terbesar pada
tingkat risiko tertentu. Gambar dibawah ini memperlihatkan efficient frontier yang
diperoleh dari penggunaan programasi kuadratik.
Gambar 4.6 Permukaan efisien pilihan portofolio (efficient frontier)

E (R p) Risiko (σ)
Garis B sampai C merupakan permukaan garis yang membentuk efficient
frontier, sedangkan garis B sampai D bukan merupakan efficient frontier karena
kombinasi nilai risiko dengan return pada garis BD bukan yang paling efisien, karena
masih ada yang lebih efisien yaitu yang terletak pada garis BC.

C. Kombinasi 2 sekuritas berisiko, diperbolehkan short sales

Ada beberapa bursa yang memperbolehkan investor melakukan short sales.


Apabila investor diperbolehkan melakukan short sales, maka dimungkinkan investor
dapat memiliki menginvestasikan proporsi dananya secara negatif pada saham yang
dilakukan short sales. Hal ini dapat terjadi karena investor dapat meminjam saham
kepada orang lain dengan pertimbangan bahwa harga saham pada suatu ketiga akan
turun sehingga akan memperoleh keuntungan dengan menjual sekarang. Dengan
demikian investor melakukan short sales apabila tingkat keuntungan yang diharapkan
dimasa datang adalah negatif. Investor masih mungkin melakukan short sales untuk
saham yang memberikan tingkat keuntungan positif dengan harapan bahwa arus kas
yang diterima dapat dipergunakan untuk membeli saham yang diperkirakan akan
memberikan return lebih besar daripada saham yang di short sales.

Berikut ini contoh untuk menggambarkan bagaimana short sales dilakukan


investor dan memengaruhi tingkat return dan risiko dari portofolio yang dilakukan
investor.
XA -1 0 0,4 0,8 1,0 2,0
E(RA) 0,15 0,20 0,22 0,24 0,25 0,30
σp 0,14 0,08 0,008 0,062 0,10 0,196

Keadan short sales ditunjukkan pada saat proporsi dana yang dilakukan dapat
kurang dari nol (yaitu -1) dan lebih dari 1 (yaitu +2). Dengan short sales dimungkinkan
melakukan investasikan jumlah dana yang sangat besar jauh lebih besar dari jumlah
dana yang dimiliki oleh investor, ataupun melakukan investasi tanpa memiliki dana
dengan cara melakukan peminjaman saham kepada investor lainnya.
Gambar dibawah ini menggambarkan kondisi portofolio optimal yang dapat
diperoleh investor apabila short sales diperbolehkan.
Gambar 4.7 Permukaan efisien pilihan portofolio (efficient frontier) dengan adanya
short sales

E (R p)

Dalam portofolio lebih dari dua saham dengan short sales diperbolehkan, proporsi
saham yang diinvestasikan dimungkinkan bisa negatif. Maka perumusan
perhitungannya dapat dicari dengan persamaan:
Minimumkan risiko

Dengan batasan :

(1)£ X i = 1

(2)£ XiE(R p) = E(R p)


Dengan memberikan nilai yang berbeda pada return yang diharapkan, maka
akan dapat diperoleh titik-titik yang akan membentuk garis yang merupakan efficient
frontier untuk portofolio dengan short sales diperbolehkan. Persamaan ini dapat
dibantu penyelesaiannya dengan menggunakan programasi linear quadratic
programming.

D. Memasukkan Aset Bebas Risiko

Investasi bebas risiko adalah suatu investasi yang secara pasti memberikan
tingkat keuntungan kepada investor sebesar R f dengan deviasi standar tingkat
keuntungan investasi adalah nol. Investor apabila memiliki kesempatan untuk
menginvestasikan dana bebas risiko, maka kombinasi dari investasi dana bebas risiko
dengan investasi berisiko akan membentuk garis lurus. Gambar dibawah ini
memperlihatkan kombinasi antara portofolio aset bebas risiko dengan aset berisiko.

Gambar 4.8 Portofolio optimal penggabungan aset bebas risiko dengan aset berisiko

E (Rp)

Rf
Kombinasi portofolio aset bebas risiko dengan aset berisiko pada gambar diatas
terlihat pada garis Rf B, Rf C, dan Rf D. kombinasi RF D adalah kombinasi portofolio
yang optimal dibandingkan garis Rf B dan Rf C karena memberikan tingkat return yang
lebih tinggi pada besaran risiko yang sama. Dengan demikian, investor akan memilih
portofolio pada titik D. Apabila investor menginvestasikan pada titik antara Rf dan D,
maka investor mengkombinasikan portofolio yang dilakukan antara aset bebas risiko
dengan aset berisiko. Apabila investor menginvestasikan dananya pada titik-titik
sebelah kanan titik D, maka investor meminjam dana dengan bunga bebas risiko dan
menginvestasikannya pada portofolio di titik D. Dalam investasi portofolio lebih dari
dua saham, keberadaan risk free aset, maka untuk memperoleh kombinasi portofolio
yang optimal yaitu return yang paling tinggi pada tingkat risiko tertentu, maka
dimungkinkan dapat dilakukan dengan memaksimumkan kemiringan (slope) garis yang
menghubungkan aset bebas risiko (Rf) dengan portofolio yang berisiko.
PENYEDERHANAAN ANALISIS PORTOFOLIO : MODEL INDEKS
TUNGGAL

Teori yang pertama kali dikemukakan oleh Harry Markowitz pada tahun 1956
kemudian mengalami perkembangan dan penyederhanaan yang membawa dampak
besar pada implementasi teori tersebut dalam dunia keuangan. Dalam bab ini kita akan
membicarakan penyederhanaan tersebut. Penyederhanaan bukan hanya dalam artian
input yang dipergunakan, tetapi juga bagaimana menaksir input yang diperlukan
untuk analisis.

1. Masukan Untuk Analisis Portofolio


Sewaktu kita melakukan analisis portofolio, perhatian kita akan terpusat pada
dua parameter, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar
tingkat keuntungan portofolio yang efisien. Tingkat keuntungan yang
diharapkan dari portofolio dinyatakan sebagai

E(Rp) = ∑ 𝐗 𝐢𝐄(𝐑𝐩)

Sedangkan deviasi standar portofolio dinyatakan sebagai

σp = [ ∑ X12 σi + ∑∑ Xi Xj σij ] ½

Dengan demikian kalau kita ingin melakukan analisis portofolio yang


terdiri dari 5 saham (atau sekuritas) misalnya, maka untuk menaksir E(R)
kita perlu menaksir tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-
masing saham yang membentuk portofolio tersebut. Berarti kita perlu
menaksir lima tingkat keuntungan yang diharapkan. Untuk menaksir tingkat
keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio, kita perlu menaksir jumlah
tingkat keuntungan yang diharapkan sebanyak jumlah saham yang
membentuk portofolio tersebut.

Sebaliknya kalau kita ingin menaksir σp kita harus menaksir variance (atau
deviasi standar) dari saham-saham yang membentuk portofolio tersebut dan
koefisien korelasi antar tingkat keuntungan (atau covariance). Kalau portofolio
tersebut terdiri dari 5 saham, maka kita akan menaksir 5 variance dan 10
koefisien korelasi. Jumlah koefisien korelasi yang perlu ditaksir ini akan
meningkat dengan cepat apabila kita memperbesar saham-saham yang ada
dalam portofolio kita. Formula yang dipergunakan untuk menghitung jumlah
koefisien korelasi antar tingkat keuntungan adalah N(N - 1)/2. Dalam hal ini N
adalah jumlah sekuritas yang dipergunakan untuk membentuk portofolio
tersebut. Jadi kalau kita melakukan pengamatan terhadap 20 sekuritas, maka kita
harus menaksir 20(20 - 1)/2 = 190 koefisien korelasi. Suatu jumlah variabel yang
tidak sedikit, lebih-lebih kalau pada umumnya para analis sekuritas melakukan
pengamatan terhadap sekitar 50 sampai dengan 100 sekuritas.

Tentu saja kita bisa menghitung koefisien korelasi, variance dan tingkat
keuntungan yang diharapkan berdasarkan atas data tahun-tahun yang lalu. Tetapi
untuk keperluan analisis dan pengambilan keputusan kita berkepentingan dengan
nilai variabel-variabel tersebut di masa yang akan datang, bukan dengan nilai
historisnya. Untuk itu kita hanya bisa melakukan estimasi terhadap variabel-
variabel tersebut. Seandainya nilai variabel-variabel tersebut relatif stabil, maka
kita bisa melakukan estimasi dengan baik dengan menggunakan data historis.

Untuk keperluan analisis portofolio memang disyaratkan bahwa data yang


kita pergunakan harus mempunyai sifat stationary. Stationarity ini ditunjukkan
dari stabilnya nilai mean dan variance. Kalau suatu series bersifat stationary
berarti untuk variabel tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar,
data historis memang sedikit banyak bisa dipergunakan untuk menaksir nilai di
masa yang akan datang, tetapi tidak untuk koefisien korelasi. Tidak ada jaminan
bahwa kalau tahun yang lalu koefisien korelasi antara saham A dan B lebih
rendah dibandingkan antara saham B dan C, maka untuk tahun-tahun yang akan
datang pola tersebut akan tetap berlaku. Untuk itulah kemudian dipergunakan
model yang diharapkan bisa membantu memecahkan masalah-masalah tersebut.

2. Konsep Model Indek Tunggal


Kalau kita melakukan pengamatan maka akan nampak bahwa pada saat
"pasar" membaik yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham-
saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar
memburuk maka harga saham-saham akan turun harganya. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat keuntungan suatu saham tampaknya berkorelasi dengan perubahan
pasar. Kalau perubahan pasar bisa dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks
pasar, maka tingkat keuntungan suatu saham bisa dinyatakan sebagai,

Ri = ai + βi Rm

dalam hal ini, adalah bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak
dipengaruhi oleh perubahan pasar. Variabel ini merupakan variabel yang acak.

Rm adalah tingkat keuntungan indeks pasar. Variabel ini merupakan variabel


yang acak.

βi adalah beta, yaitu parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan


pada Rj kalau terjadi perubahan pada Rm

Persamaan tersebut hanyalah memecah tingkat keuntungan suatu saham


menjadi dua bagian, yaitu yang independen dari perubahan pasar dan yang
dipengaruhi oleh pasar. Menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu
saham terhadap tingkat keuntungan indeks dasar. βi sebesar 2 berarti bahwa
kalau terjadi kenaikan (penurunan) tingkat keuntungan indeks pasar sebesar
10% maka akan terjadi kenaikan (penurunan) Rj sebesar 20%. Parameter a,
menunjukkan komponen tingkat keuntungan yang tidak terpengaruh oleh
perubahan indeks pasar. Parameter ini bisa dipecah menjadi dua, yaitu, αi (alpha)
yang menunjukkan nilai pengharapan dari a i, dan ei, yang menunjukkan elemen
acak dari ai. dengan demikian maka

ai = αi + ei

Dengan ei mempunyai nilai pengharapan sebesar nol. Persamaan


tingkat keuntungan suatu saham sekarang bisa dinyatakan sebagai,

Ri = αi + βi Rm + ei

Persamaan tersebut merupakan persamaan regresi linier sederhana yang


dihitung dengan R sebagai variabel tergantung dan R m sebagai variabel
independen. Cara penghitungan regresi secara manual diberikan pada Apendiks
Bab ini, meskipun penggunaan paket program statistik akan sangat mempercepat
perhitungan kita. Perhatikan sekali lagi bahwa R m dan ei, adalah variabel
random. Karena itu cov(ei,Rm ) = 0. Kemudian diasumsikan bahwa e i
independen terhadap ej, untuk setiap nilai i dan j, formal bisa dinyatakan bahwa
E(ei,ej,) = 0.

Model indeks tunggal bisa kita ringkas sebagai berikut:

Persamaan dasar

Ri = αi + βi Rm + ei untuk setiap saham i = 1,.,N

Berdasarkan pembentukan saham

E (ei) = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N

Berdasarkan asumsi

(1) lndeks tidak berkorelasi dengan unique return :

E[ ei (Rm – E (Rm)) ] = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N

(2) Sekuritas hanya dipengaruhi oleh pasar :

E (ei ej) = 0 untuk setiap pasangan saham

i = 1,..,N dan j = 1,.,N, tetapi i ≠ j

Per definisi

(1) Variance ei = E(ei)2 = σei2 untuk semua saham i = 1,..,N


(2) Variance Rm = σm2
Untuk sekuritas, penggunaan model indeks tunggal menghasilkan
tingkat keuntungan yang diharapkan, deviasi standar tingkat keuntungan
dan covariance antar saham sebagai berikut,
1. Tingkat keuntungan yang diharapkan,
E(Ri) = αi + βi E (Rm)

2. Variance tingkat keuntungan


αi2 = βi σm2 + σei2
3. Covariance tingkat keuntungan sekuritas i dan j
σij = βi βj σm2

Perhatikan bahwa model tersebut menunjukkan bahwa tingkat


keuntungan yang diharapkan terdiri dari dua komponen; bagian yang unik,
yaitu αi dan bagian yang berhubungan dengan pasar, yaitu βi E (Rm). Demikian
juga variance tingkat keuntungan terdiri dari dua bagian, yaitu risiko yang unik
(σei2) dan risiko yang berhubungan dengan pasar β i σm2 . Sebaliknya covariance
semata-mata tergantung pada risiko pasar. lni berarti bahwa model indeks
tunggal menunjukkan bahwa satu-satunya alasan mengapa saham-saham
"bergerak bersama" adalah bereaksi terhadap gerakan pasar.

Pernyataan tersebut bisa diilustrasikan dengan data yang ada dalam


tabel 5.1. Misalkan kita mengamati tingkat keuntungan suatu saham dan indeks
pasar seperti yang ditunjukkan pada kolom (1) dan (2). Kolom (3) merupakan
reproduksi kolom (1). Sementara ini kita terima dulu bahwa β i = 0,975. Kolom
(5) merupakan kolom (2) dikalikan 0,975. Nilai e i diperoleh sebagai berikut.
Perhatikan bahwa rata-rata ei = 0. Karena itu jumlah ei, juga = 0. Karena jumlah
kolom (5) = 39, maka jumlah kolom(4) harus sama= 13. Karena αi merupakan
konstanta, maka nilai αi, pada setiap bulannya adalah 39/5 = 2,6.

Dengan menggunakan rumus (5.4) kita bisa menghitung bahwa,

σm2 = 32 dan σei2 = 4,732. Dengan demikian maka,

σei2 = βi2 σm2 + σei2

= 30,42 + 4,732

= 35,152

Tabel Dekomposisi Tingkat Keuntungan Untuk Model Indeks Tunggal

Bulan (1) (2) (3) (4) (5) (6)


Tingkat Tingkat Ri αi+ βiRm + ei
Keuntungan Keuntungan
Saham Pasar
1 13 8 13 2,6 7,8 2,6
2 3,9 4 3,9 2,6 3,9 -2,6
3 19,5 16 19,5 2,6 15,6 1,3
4 11,7 12 11,7 2,6 11,7 -2,6
5 3,9 0 3,9 2,6 0 1,3
40 20 52 13 39 0

3. Model Indek Tunggal Untuk Portofolio


Di muka telah disebutkan bahwa salah satu alasan dipergunakannya model
indeks tunggal adalah untuk mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir. Kalau
kita melakukan analisis portofolio maka pada dasarnya kita harus memperkirakan
E(Rp ) dan σp. Kalau kita mempunyai 10 sekuritas yang membentuk portofolio,
maka untui menaksir E(Rp) kita perlu menaksir sepuluh tingkat keuntungan
sekuritas. Untuk menaksir σp kita perlu menaksir sepuluh variance tingkat
keuntungan dan empat puluh lima covarince.

Model indeks tunggal akan mampu mengurangi jumlah variabel yang perlu
ditaksir karena untuk portofolio model indeks tunggal mempunyai karakteristik
sebagai berikut. Beta portofolio (β p) merupakan rata-rata tertimbang dari beta
saham-saham yang membentuk portofolio tersebut. Dinyatakan dalam rumus,

βp = xi βi

Demikian juga alpha portofolio αp, adalah

αp = xi αi

Dengan demikian persamaan (5.4) bisa dituliskan menjadi

E(Rp) = αp = βp + βp E (Rm)

Untuk variance portofolio, αp2, rumusnya bisa dinyatakan sebagai,

αp2 = βp2+ σm2 + ∑ xiσ ei2

Apabila pemodal menginvestasikan dananya dengan proporsi yang sama


pada N saham, maka variance portofolio bisa dinyatakan sebagai,
σp2 = βp2 σm2 + (1/N) [ ∑ (1/N) (σei2) ]

Apabila nilai N menjadi makin besar (artinya makin banyak saham yang
dipergunakan untuk membentuk portofolio), makin kecillah nilai term kedua dari
persamaan tersebut. Karena term tersebut menunjukkan risiko sisa (residual risk atau
unsystematic risk) maka ini berarti bahwa sumbangan risiko sisa terhadap risiko
portofolio menjadi makin kecil apabila kita memperbesar jumlah saham yang ada
dalam portofolio. Apabila kita mempunyai N yang besar sekali, maka term tersebut
akan menjadi sangat kecil dan mendekati nol. Sedangkan term yang pertama disebut
sebagai systematic risk. Penjumlahan kedua terms tersebut disebut sebagai risiko
total dari portofolio (σp2).

Risiko yang tidak bisa dihilangkan kalau kita membentuk portofolio yang
terdiri dari sekuritas yang makin banyak, merupakan risiko yang berkaitan dengan β p.
Kalau kita rnenganggap risiko residual mendekati nol, maka risiko portofolio
mendekati

σp2 = [ β p2 σm2 ]1/2 = β p σm = [ ∑ Xi β i ]

Karena nilainya sama σm, tidak peduli saham apapun yang kita analisis,
ukuran kontribusi risiko suatu saham terhadap risiko portofolio yang terdiri dari
banyak saham akan tergantung pada β1 .

4. Menaksir Beta
Penggunaan model indeks tunggal memerlukan penaksiran beta dari saham-
saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio. Para analis bisa saja menggunakan
judgement mereka dalam menentukan beta. Kita juga bisa menggunakan data historis
untuk menghitung beta waktu lalu yang dipergunakan sebagai taksiran beta di masa
yang akan datang. Diketemukan berbagai bukti bahwa beta historis memberikan
informasi yang berguna tentang beta di masa yang akan datang (sebagai misal,
Brealey and Myers, 1991, h. 183). Karena itu sering para analis menggunakan beta
historis sebelum mereka menggunakan judgement / untuk memperkirakan beta di
masa yang akan datang.
Persamaan (5.3) menunjukkan bahwa,

Ri = αi + βi Rm + ei

Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linier sederhana, yang
bisa dipecahkan dengan rumus regresi. Berbagai program statistik untuk
dipergunakan di komputer juga tersedia untuk menghitung persamaan tersebut.
Informasi yang diperlukan adalah series tentang tingkat keuntungan suatu saham
(Ri,) dan tingkat keuntungan indeks pasar (Rm). Hasil perhitungan tersebut kalau di-
plot-kan dalam suatu gambar akan nampak seperti dalam Gambar 5.1.

Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut, dan α


menunjukkan intercept dengan sumbu Rit. Semakin besar beta, semakin curam
kemiringan garis tersebut, dan sebaliknya. Penyebaran titik-titik pengamatan di
sekitar garis regresi tersebut menunjukkan risiko sisa (σ ei2)sekuritas yang diamati.
Semakin menyebar titik-titik tersebut, semakin besar risiko sisanya.

Beta juga bisa dihitung dengan menggunakan rumus,

βi = (σim / σm2) dan untuk alpha, bisa dihitung dengan

αi = E (Rit) – βp E (Rmt)

Nilai βi , dan αi , yang dihitung dengan persamaan regresi merupakan


taksiran dari beta dan alpha yang sebenamya. Taksiran tersebut tidak luput dari
kesalahan (subject to error). Berbagai properti statistik, seperti nilai-t, nilai F,
dan koefisien determinasia perlu diperhatikan untuk menggunakan nilai-nilai
taksiran tersebut.

Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi


(yaitu bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta
portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai R 1
yang bisa dijelaskan oleh Rm. Dengan demikian semakin besar nilai koefisien
determinasi semakin akurat nllai estimated beta tersebut. Beta portofolio
umumnya lebih akurat dari beta sekuritas individual karena dua hal. Pertama,
beta mungkin berubah dari waktu ke waktu. Ada sekuritas yang betanya berubah
menjadi lebih besar, ada pula yang mengecil. Pembentukan portofolio
memungkinkan perubahan tersebut menjadi saling meniadakan, atau paling tidak
mengecil. Kedua, penaksiran beta selalu mengandung unsur kesalahan acak
(random error). Pembentukan portofolio memungkinkan kesalahan tersebut
diperkecil. Karena itu, semakin banyak sekuritas yang dipergunakan untuk
membentuk portofolio, semakin besar nilai koefisien determinasinya. Dengan
demikian maka beta portofolio historis akan merupakan predictor beta masa
depan yang lebih baik dibandingkan dengan beta sekuritas individual.

a. Menyesuaikan Taksiran Beta Historis


Apakah kita bisa memperbaiki akurasi penaksiran beta historis untuk
keperluan estimasi beta di masa yang akan datang? Pengamatan yang
dilakukan olehBlume (I97I) menunjukkan fenomenayangmenarik,
sebagaimana disajikan pada Tabel 5.2 berikut ini. Blume mengamati beta dari
berbagai portofolio pada dua periode yang berurutan, yaitu beta pada periode
Juli 1954-Juni 1961 dan periode Juli 1961-Juni 1968. Beta-beta periode
pertama tersebut disusun menurut peringkatnya, dimulai dari beta yang terkecil
sampai dengan beta yang terbesar.
Tabel 5.2. Beta berbagai portofolio yang disusun sesuai peringkatnya untuk
dua periode waktu yang berurutan.

Portofolio 7/54-6/61 7/61-6/68

1 0,393 0,620

2 0,612 0,707

3 0,810 0,861

4 0,987 0,914

5 1,138 0,995

6 1,337 1,169

Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa apabila pada


periode pertama beta suatu portofolio kecil, yaitu di bawah satu, maka pada periode
berikutnya akan terjadi kenaikan. Sebagai misal, beta portofolio pertama adalah 0,393
pada periode pertama, kemudian beta portofolio ini meningkat menjadi 0,620 pada
periode kedua. Sebaliknya untuk portofolio yang mempunyai beta tinggi, lebih besar
dari satu. Pada periode berikutnya beta portofolio tersebut menurun. Ada
kecenderungan bahwa nampaknya beta portofolio- portofolio tersebut, dalam jangka
panjang akan bergerak di sekitar satu.

Berdasarkan fenomena tersebut Blume kemudian merumuskan teknik untuk


menyesuaikan beta historis yaitu meregresikan ke arah satu. Kalau beta-beta pada
periode kedua diregresikan dengan beta-beta pada periode pertama, akan diperoleh
persamaan

βi2 =0,343 + 0,677 β91

Dalam hal ini βi2, menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 2, dan β i2,
menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 1. Jadi apabila kita menghitung beta
suatu sekuritas pada periode pertama sebesar 2, maka pada periode yang akan datang
kita akan rnemperkirakan bahwa beta sekuritas tersebut adalah 0,343 + 0,677 (2) =
1,697 , dan bukan 2. Persamaan tersebut bisa digambarkan sebagai berikut.

Beta periode 2

0,677

0,34
3

Beta periode 1

Gambar 5.2. Hubungan antara beta pada periode 1 dengan beta pada periode 2,
hasil pengamatan Blume

Teknik yang dikemukakan oleh Blume tersebut telah diuji secara empiris, dan
hasilnya ternyata memang lebih baik daripada seandainya kita menggunakan beta yang
tidak disesuaikan (Klemkosky and Martin, 1975). Pengujian dilakukan terhadap
kemampuan meramalkan teknik tersebut untuk tiga periode yang setiap periodenya
terdiri dari lima tahun, saham individual maupun portofolio yang terdiri dari sepuluh
sekuritas.

Ilustrasi 5.1

Pengujian empiris juga dilakukan di pasar modal Indonesia (Pudjiastuti dan


Husnan, 1993). Untuk periode tahun 1990 – 1992, ditemukan bahwa beta pada t
berkorelasi relatif cukup kuat dengan beta t + 1. Korelasi beta 1990 dengan beta 1991
ditemukan sebesar 0,39, sedangkan antara beta tahun 1991 dengan 1992 adalah 0,52.
Sebaliknya beta pendekatan Blume diterapkan untuk Indonesia, ditemukan persamaan,

β92 =0,460 + 0,3791β92

Meskipun kecenderungan mendekati satu tidak terdeteksi, peramalan beta di


masa yang akan datang dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut ternyata
sedikit lebih baik daripada dengan menggunakan nilai beta di waktu yang lalu. Hal ini
terlihat dari nilai rata-rata error yang dikuadratkan (mean square error), yang lebih
rendah untuk estimasi beta dengan persamaan di atas, daripada beta historis apa adanya.

Dengan demikian, penggunaan beta bukan hanya mengurangi jumlah variabel


yang harus ditaksir, beta yang disesuaikanjuga relatif lebih akurat sebagai penaksir beta
di masa yang akan datang dibandingkan dengan beta historis yang tidak disesuaikan,
dan juga dengan koefisien korelasi historis. Yang terakhir ini nampaknya merupakan
forecaster yang terburuk untuk nilai-nilai di masa yang akan datang.

Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variabel yang harus
ditaksir dan penggunaan data (beta) historis (setelah disesuaikan) lebih bisa diandalkan,
tetapi penggunaan beta juga memungkinkan kita mengidentifikasikan faktor-faktor
fundamental yang mungkin mempengaruhi beta tersebut. Faktor-faktor fundamental ini
yang tidak bisa diidentifikasikan kalau kita menggunakan matrik koefisien korelasi
historis. Belum bisa diidentifikasikan faktor (faktor-faktor) apa yang menyebabkan,
misalnya, koefisien korelasi saham i dengan j ternyata rendah (atau tinggi) pada periode
waktu tertentu.

Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat
keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor
fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan
tersebut. Faktor-faktor yang diidentifi kasikan mempengaruhi nilai beta adalah :

1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi


oleh konjungtur perekonomian. Kita tahu bahwa pada saat kondisi perekonomian
membaik, semua petusahaan akan merasakan dampak positifnya. Demikian pula
pada saat resesi semua perusahaan akan terkena dampak negatifnya. Yang
membedakan adalah intensitasnya. Ada perusahaan yang segera membaik
(memburuk) pada saat kondisi perekonomian membaik (memburuk), tetapi ada
pula yang hanya sedikit terpengaruh. Perusahaan yang sangat peka terhadap
perubahan kondisi perkonomian merupakan perusahaan yang mempunyai beta
yang tinggi dan sebaliknya.
2. Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan
yang merupakan biaya. Semakin besar proporsi ini semakin besar operating
leveragenya. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan
cenderung mempunyai beta yang tinggi, dan sebaliknya.
3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan
yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang
dipergunakan, semakin besar financial leverage-nya. Kalau kita menaksir beta
saham, maka kita menaksir beta equity. Semakin besar proporsi hutang yang
dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko
yang makin besar. Karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin tinggi
beta equity.
Beberapa peneliti (Beaver, Kettler, and Scholes, 1970) mencoba merumuskan
beberapa variabel akuntansi untuk memperkirakan beta. Variabel-variabel yang
dipergunakan diantaranya adalah:

1) Dividend Payout (yaitu perbandingan antara dividen per lembar saham dengan
laba per lembar saham).
2) Pertumbuhan aktiva (yaitu perubahan aktiva per tahun).
3) Leverage (yaitu rasio antara hutang dengan total aktiva).
4) Likuiditas (yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar).
5) Asset size (yaitu nilai kekayaan total).
6) Variabilitas keuntungan (yaitu deviasi standar dari earnings price ratio).
7) Beta akunting (yaitu beta yang timbul dari regresi time series laba perusahaan
terhadap rata-rata keuntungan semua (atau sampel) perusahaan.
Variabel (1) diharapkan mempunyai hubungan yang negatif dengan beta. Variabel
(2) dan (3) diharapkan mempunyai hubungan yang positif. Variabel (4) diharapkan
mempunyai hubungan negatif, dan variabel (5) dan (6) mempunyai hubungan positif.
Beta akunting diharapkan mempunyai hubungan yang positif dengan beta pasar.

Korelasi masing-masing faktor tersebut dengan beta menunjukkan hasil yang


sesuai dengan pengharapan. Sedangkan untuk menguji apakah variabel-variabel tersebut
memang mempengaruhi beta, dilakukan uji regresi berganda, dimana variabel
tergantungnya adalah beta. Banyak peneliti lain yang juga melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi beta seperti yang telah diungkapkan oleh Elton and
Gruber (1991).
PEMILIHAN PORTOFOLIO YANG OPTIMAL
A. Model Utilitas yang Diharapkan

Utilitas yang diharapkan yang tertinggi tidak selalu sama dengan tingkat
keuntungan yang yang diharapkan yang tinggi. Berdasarkan model ini digunakan
beberapa aksioma tentang perilaku modal dalam pengambilan keputusan investasi.
Aksioma-aksioma tersebut adalah:
a) Para pemodal mampu memilih berbagai alternatif dengan menyusun
peringkat dari alternatif-alternatif tersebut sehingga bisa diambil keputusan
b) Setiap peringkat alternatif-alternatiftersebut bersifat transitif artinya kalau
investasi Alebih disukai dari pada B dan B lebih disukai daripada C maka A
tentu lebih lebih disukai daripada C
c) Para pemodal akan memperhatikan risiko alternatif yang dipertimbangkan
dan tidak memperhatikan sifat alternatif-alternatif tersebut misal, pemodal
tidak akan mempertimbangkan apakah suatu kesempatan investasi lebih
padat modal atauah lebih padat kaya
d) Para pemodal mampu menentukan certainty equivalen dari setiap investasi
yang tidak pasti dengan nilai penghargaan dari investasi tersebut.
Model utilitas yang diharapkan ini menggunakan asumsi terhadap sikap
pemodal terhadap risiko. Sikap-sikap tersebut dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu :
a) Risk averse (tidak menyukai risiko)

b) Risk neutral (netral terhadap risiko)

c) Risk seeker (menyukai risiko)

Dalam analisis investasi ini disimpulkan bahwa pada pemodal adalah risk averse
di mana berarti bahwa nilaiakan selalu lebih kecil dari nilai pengharapan. Marilah kita
perhatikan contoh berikut ini. Misalkan ada suatu kesempatan investasi yang
mempunyai karateristik sebagai berikut:
Persen value dari hasil yang diperoleh Proba
+ Rp 5.000 bilitas
0,80
- Rp 2.000
0,20

Expeted value hasil yang diperoleh dari investasi tersebut adalah (+ Rp 5.000)
(0,80)

+ (- Rp 2.000) (0,20) = + Rp 3.600. Jika investasi ini ditawarkan kepada


pemodal, maka nilai certainty equivalent (yang merupakan harga yang tersedia
mereka bayar) yang mereka ajukan akan lebih kecil dari nilai pengeluaran hasil
yang diperoleh, misalnnya hanya + Rp 2.000.
Misalkan proyek diatas kita tawarkan pada seorang pemodal. Untuk
menyusun fungsi utilitas kita perlu suatu ukuran atau indeks utilitas.
Pembentukan indeks ini bersifat sebarang, tetapi untuk mudahnya kita berikan
nilai + 1 untuk hasil + Rp 5.000 dan 0 untuk hasil – Rp 2.000 dengan demikian
maka:

Persen value dari hasil yang diperoleh Probabilitas


+ Rp 5.000 1,00
0,00
- Rp 2.000

Keadaan tersebut kita bisa tuliskan menjadi,

U (+ Rp 5.000) = + 1 U (- Rp 2.000) = 0

Apabila probabilitas hasil + Rp 5.000 adalah sebesar P dan probabilitas hasil Rp


2.000 adalah sebesar (1-P), maka expecet utility investasi tersebut adalah:
P x U (+ Rp 5.000) + (1-p) x U (- Rp 2.000)

Karena U (+ Rp 5.000) = 1 dan U (-2.000) = 0, maka expecetd utility investasi


tersebut menjadi:
p x 1 + (1-p) x 0 = p

Misalkan sekarang bahwa probabilitas untuk memeroleh hasil + Rp 5.000 adalah


+ 0,94 dan probabilitas memeroleh hasil - Rp 2.000 adalah 0,06. Dengan
karateristik investasi tersebut nilai CE misalnya Rp 3.000 indeks utilitas untuk
keadaan tersebut adalah:
U (+ Rp 3.000) = 0,94 (1) + 0,06 (0) = 0,94
Fungsi utilitas dari pemodal yang mempunyai sikap risk averse
mempunyai karateristik sebagai berikut. Apabila U(W) adalah fungsi utilitas dan
U”(W) adalah derivtif kedua dari fungsi tersebut, maka U”(W) < 0 keadaan
tersebut bisa dijelaskan dalam pilihan berikut ini:

Investasi Tidak
Investasi
Hasil Probabilitas Hasil Probabilitas
2 0,50
1 1
0 0,50

Apabila pemodal memilih tidak melakukan investasi maka utilitas yang


diharapkan dari tidak melakukan investasi tentulah lebih besar dari utilitas yang
diharapkn dari melakukan investasi. Hal ini berarti bahwa,
U (1) > (0,50) U (2) + (0,50) U (0)

Ketika kedua sisi persamaan dengan 2 dan sisi kembali ketidaksamaan


tersebut akan menghasilkan,
U (1) – U (0) > U (2) – U (1)
B. Menaksir Preferensi Risiko Pemodal

Suatu cara yang digunakan untuk menaksir prefensi risiko pemodal adalah
dengan menawarkan suatu kesempatan investasi yang berisiko, dan investasi
tersebut dinilai ekuivalen dengan investasi yang bebas risiko. Cara ini
dikemukakan oleh Sharpe (1990). Misalkan suatu kesempatan investasi yang
bebas resiko memberikan Rr = 0,10. Per definisi of = 0. Sekarang misalkan
kepada seorang pemodal kita tawarkan suatu investasi (kita sebut saja investasi
A) yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Probabilitas Tingkat Keuntungan
0,50 0,05
0,50 0,15
Apabila pemodal tersebut bersifat risk averse, maka tentunya ia akan lebih menyukai
investasi yang bebas risiko. E(RA) = 0,10 (sama dengan Rr padahal deviasi standar A
tidak sama dengan nol). Bagi pemodal yang risk averse keuntugan yang pasti akan
lebih disukai dari pada keuntungan yang diharapkan kalau nilainya sama. Sekarang
misalkan bahwa permodalan tersebut menyatakan bahwa ia merasa indifference
apabila kesempatan investasi yang berisiko mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Probabilitas Tingkat Keuntungan
0,50 0,07
0,50 0,19

Investasi tersebut mempunyai E (RB) = 0,13, sedangkan variance keuntungannya


adalah 0² = {(0,07 - 0,13)² (0,5) + (0,19 - 0,13)² (0,5)}
= 0,0036

Teknik yang dipergunakan oleh Sharpe (1990) adalah dengan kedua


kesempatan investasi dalam suatu diagram dengan sumbu datar variance dan sumbu
E(R). Karena kedua investasi tersebut dinilai sama oleh pemodal tersebut, maka
keduanya tentunya berada dalam satu indifference curve. Karena sumbu datarnya
adalah variance, maka indifference curve (IC) tersebut ditransformasikan menjadi
garis lurus. Apabila sumbu tegak diberi notasi sebagai Y dan sumber datar sebagai X,
maka persamaan tersebut merupakan persamaan dengan nilai,
a = 0,10

b = (0,13-0,10) / 0,0036

= 8,333

Dengan demikian persamaan indifference curve adalah E(R) = 0,10 + 8,333 σ².

Dengan memasukkan serangkaian nilai E(R), maka dapat diperoleh berbagai


nilai σ² dan σ. Contoh serangkaian nilai tersebut disajikan berikut ini,
E(R) σ² σ
0,25 0,0180 0,134

0,22 0,0144 0,120

0,20 0,0120 0,109

0,17 0,0084 0,091

0,15 0,0060 0,077

0,13 0,0036 0,060

C. Safety First Models

Model-model ini berasal dari pemikiran bahwa para pengambil keputusan tidak
mampu atau tidak mau untuk menempuh proses matematis yang diperlukan dalam
proses penyusunan expected utility model, atau tidak mampu memilih investasi yang
indifference. Istilah Safety First menunjukan penekanan kriteria untuk membatasi
risiko pada hasil-hasil yang jelek. Terdapat tiga kriteria yang dipergunakan dalam
Safety First, antara lain:
a. Kriteria Roy

Kriteria Roy menyatakan bahwa portofolio yang terbaik adalah portofolio


yang mempunyai probabilitas terkecil untuk menghasilkan tingkat
keuntungan dibawah tingkat keuntungan tertentu. Apabila Rp adalah tingkat
keuntungan minimal yang diinginkan oleh pemodal (pemodal tidak ingin
untuk memeroleh tingkat keuntungan dibawah R1) maka kriteria Roy bisa
ditulikan sebagai Minimumkan Prob (Rp < R1)
b. Kriteria Kataoka

Kriteria safety first yang kedua dikembangkan oleh Kataoka. Kataoka


menyarankan kriteria sebagai maksimum batas bawah dengan batasan bahwa
probabilitas tingkat keuntungan untuk sama dengan atau lebih kecil dari
batas bawah tindakan lebih besar dari angka tertentu. Sebagai misal,
maksimum R1 atau dibawahnya adalah sama dengan 5%. Apabila α adalah
probabilitas (5%) maka persoalan bisa dirumuskan menjadi Maksimumkan
R1 dengan batasan pro (Rp < R1) ≤ α).
c. Kriteria Telser

Kriteria safety first yang terakhir adalah yang dipergunakan oleh Telser. Ia
menyarankan bahwa pemodal perlu memaksimalkan tingkat keuntungan
yang diharapkan dengan batasan bahwa probabilitas tingkat keuntungan
tersebut lebih kecil dari pada atau sama dengan limit tertentu. Dengan
simbol sebagai Maksimumkan E(Rp) dengan batasan (1) prob (Rp ≤ R1) ≤
α).

Berikut ini disajikan berbagai situasi pada saat terdapat Rf untuk berbagai kriteria:

1. Kriteria Roy

Apabila terdapat Rf dan distribusi tingkat keuntungan bersifat normal maka


kriteria Roy akan mengakibatkan diinvestasikannya dana pada investasi
yang tidak berisiko, atau melakukan pinjaman sebesar-besarnya.
2. Kriteria Kotaoka

Pada saat terjadi Rf maka penggunaan kriteria Kataoka akan menyebabkan


diivestasikannya seluruh dana pada Rf atau melakukan pinjaman sebesar-
besarnya.
3. Kriteria Telser

Dengan adannya Rf kriteria Telser akan memungkinkan terjadinnya tiga


keadaan:

a. Portofolio yang optimal terjadi pada perpotongan garis batasan dengan


garis lending dan borrowing
b. Portofolio optimal terjadi pada jumlah peminjaman sebesar-besarnya

c. Tidak ada portofolio yang memenuhi syarat, sehingga tidak ada portofoio
ysngoptimal
D. Stochastic Dominance

Stochastic dominance merupakan salah satu metode untuk memilih


portofolio optimal, dimana model ini tidak memperhatikan distribusi dari return
investasi yang sedang dipertimbangkan, dengan kata lain stochastic dominance
tidak mensyaratkan distribusi dari return investasi harus bersifat normal.
Penggunaan stochastic dominance menggunakan tiga asumsi yang makin
kuat tentang perilaku para pemodal. Asumsi-asumsi tersebut yaitu:
a. First Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa para pemodal lebih
menyukai yang banyak dari pada yang sedikit
b. Second Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal bersikap
tidak menyukai risiko
c. Third Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal mempunyai
decreasing absolute risk aversion yang berarti bahwa dengan meningkatkan
kekayaan para pemodal, mereka akan menginvestasikan rupiah yang lebih
banyak pada kesempatan investasi yang berisiko.

Dalam memilih investasi yang tepat, perlu memperhatikan asumsi yang


kedua yaitu Second Order Stochastic Dominance, yang menyatakan bahwa
pemodal bersikap risk averse. Mereka akan merasakan utilitas yang lebih besar
pada satu juta rupiah pertama yang mereka miliki dari pada satu juta rupiah yang
kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Dengan begitu, pemodal akan menaruh
nilai yang lebih besar pada keuntungan yang kecil dari pada keuntungan yang
besar.
DAFTAR PUSTAKA

Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada


Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP


STIM YKPN.

Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Bandung: Alfabeta.

Edwin J.Elton, Martin J.Gruber, Stephen J.Brown, and William N.Goetzman.


2011. Modern Portfolio Theory and Investment Analysis.

Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisis Sekuritas.


Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

http://maribelajarbersama13.blogspot.com/2017/03/konsumsi-investasi-dan-peranan-
pasar.html

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/120000169/konsumsi--pengertian-ciri-
dan-faktornya?page=all

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia’

http://jendelapasarmodal.blogspot.com/2013/03/pengertian-pasar-modal-dan.html?m=1
http://jnursyamsi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11399/Risiko+dalam+investasi
_1.ppt

http://mirzabusiness.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-13_Manajemen-Risiko-
Investasi.pdf

http://eprints.ums.ac.id/11357/5/Bab.2.3.4.5.pdf

https://andrihelmi.files.wordpress.com/2017/09/sesi_4.pdf

https://www.wartaekonomi.co.id/read220202/apa-itu-perusahaan-sekuritas

https://bankfs.ru/id/loans---news/ponyatie-celi-i-etapy-emissii-cennyh-bumag-
poryadok-emissii-cennyh.html

http://nia-share.blogspot.com/2009/11/penerbitan-sekuritas-kewajiban-jangka.html

https://magisterakutansi.blogspot.com/2013/03/model-indeks-tunggal-untuk-
portofolio.html

https://www.slideshare.net/anisanhnisuull/model-indeks-tunggal-ppt

https://journal.ubm.ac.id/index.php/akuntansi-bisnis/article/download/398/380

https://diskartes.com/2020/03/tahap-sistem-perdagangan-saham/

http://nia-share.blogspot.com/2009/11/pemilihan-portofolio-optimal manajemen.html

https://www.academia.edu/36663975/Teori_Portofolio_Berdasarkan_Model_Index

http://etheses.uin-malang.ac.id/703/5/09510146%20Bab%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai