Anda di halaman 1dari 66

KUMPULAN MATERI

PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI

OLEH
SRI JULIANI S
90200117064
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIDAN BISNIS ISLAM
KONSUMSI INVESTASI DAN PERANAN PASAR MODAL

1. KONSUMSI
a) Pengertian Konsumsi
Konsumsi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan
manusia.Manusia selalu membeli semua kebutuhannya baik barang maupun jasa. Diambil dari buku
Pengantar Teori Ekonomi (2000) karya Suherman Rosyidi, pengertian konsumsi adalah penggunaan
barang dan jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia.
Konsumsi atau pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas
barang dan jasa.Konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Barang
tersebut meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama, misalnya meja, kursi,
motor, dan lainnya.
Sedangkan pembelanjaan jasa meliputi barang tak berwujud, seperti layanan kesehatan, laundry, dan
lainnya.
Konsumsi dan investasi merupakan dua kegiatan yg berkaitan. Penundaan konsumsi sekarang
(Ko) dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa mendatang (K1). Individu melakukan
melakukan konsumsi dengan memakai sumber daya yg ada untukmendapatkan kepuasan atau utility.
Setiap individu diasumsikan melakukan konsumsi lebihdari konsumsi yg kurang. Asumsi ini dapat
diartikan bahwa utility marginal dari konsumsiadalah positif, yaitu penambahan konsumsi akan
meningkatkan utility (kepuasan). Asumsi yglain adalah bahwa utility marginal dari konsumsi sifatnya
adalah menurun, yaitu peningkatanutility untuk konsumsi yg sama akan semakin lebih kecil dari
sebelumnya.

b) Tujuan kegiatan konsumsi


Terdapat beberapa tujuan konsumsi yang dilakukan oleh manusia, di antaranya:
• Memanfaatkan nilai guna barang
Dalam memanfaatkan nilai guna barang terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Barang sekaligus, barang yang nilai gunanya habis sekaligus. Misalnya makan dan minuman.
2. Barang secara bertahap, nilai gunakan akan berkurang secara bertahap. Misalnya meja, mobil,
motor, dan lainnya.
• Pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani
Kegiatan konsumsi yang dilakukan tentunya untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.
Misalnya makan atau minum, olahraga, dan lainnya. Untuk kebutuhan rohani seperti ibadah, hiburan,
rekreasi, dan lainnya.

c) Ciri-ciri kegiatan konsumsi


Ciri-ciri konsumsi terbagi menjadi beberapa, yaitu:
1. Kegiatan dilakukan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan hidup manusia.
2. Produk yang dikonsumsi memiliki nilai manfaat bagi manusia.
3. Produk barang dan jasa yang digunakan dapat berkurang atau habis.
4. Produk yang dikonsumsi merupakan barang ekonomi yang didapat dengan melakukan
pembelian.

d) Faktor tingkat konsumsi masyarakat


Dalam buku Pengantar EKonomi Makro (1998) karya Suparmoko, terdapat beberapa variabel yang
memengaruhi konsumsi selain dari pendapata, yaitu:
• Selera
Konsumsi masing-masing induvidu berbeda meski memiliki umur dan pendapatan yang sama. Hal
ini karena adanya perbedaan selera pada tiap indisvidu.
• Faktor sosial dan ekonomi
Faktor ini misalnya umur, pendidikan, dan keadaan keluarga juga memiliki pengaruh terhadap
pengeluaran konsumsi.
Pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan
dan akhirnya turun pada umur tua.
• Kekayaan
Kekayaan secara eksplisit maupun implisit sering dimasukkan dalam fungsi agregat sebagai faktor
yang menentukan konsumsi.
Hasil bersih dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi.
• Tingkat pendidikan
Pendidikan sangat memengaruhi pola pikir seseorang dalam melakukan kegiatan konsumsi. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi konsumsinya.
• Harga barang dan jasa
Harga barang dan jasa dapat memengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Semakin tinggi harga barang
dan jasa, maka tingkat konsumsi semakin rendah. Hal tersebut berlaku sebaliknya.
• Tingkat bunga
Ahli ekonomi klasik menganggap bahwa konsumsi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Khususnya
mereka percaya bahwa tingkat bunga mendorong tabungan dan mengurangi konsumsi.

2. INVESTASI

a) Pengertian Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi, sebagai pengeluaran untuk
membeli barang – barang modal dan peralatan – peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti
dan terutama menambah barang – barang dan jasa di masa depan. Investasi yang lazim disebut
dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal.
Pengertian investasi menurut Sunariyah (2004:4) dalam bukunya Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal: “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya
berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.”
Selanjutnya menurut Jogiyanto (2010:5) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis
Investasi adalah: ”Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva
produktif selama periode waktu tertentu.”
Selanjutnya menurut Gitman dan Joehnk (2005:3) dalam bukunya Fundamentals of Investsing
mendefinisikan investasi sebagai berikut: ”Investment is any vehicle into which funds can be placed
with expectation that it will generate positive income and/or preserve or increase its value.”Artinya
investasi adalah suatu sarana dimana dana dapat ditempatkan dengan harapan hal tersebut akan
menghasilkan pendapatan positif dan/atau menjaga atau meningkatkan nilainya.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu aktivitas, berupa
penundaan konsumsi di masa sekarang dalam jumlah tertentu dan selama periode waktu tertentu pada
suatu asset yang efisien oleh investor, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan
datang pada tingkat tertentu sesuai dengan yang diharapkan, tentunya yang lebih baik dari pada
mengkonsumsi di masa sekarang.

b) Bentuk – Bentuk Investasi


Bentuk investasi sangat beragam yang dapat dijadikan sarana investasi. Masing-masing
dengan ciri tersendiri dengan kandungan resiko dan return harapan yang berbeda-beda. Investor
tinggal memilih bentuk investasi mana yang menurut mereka dapat memenuhi keinginan untuk
berinvestasi.
Menurut Fahmi dan Hadi (2009:7) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis Investasi dalam
aktivitasnya investasi pada umumnya dikenal ada dua bentuk, yaitu:
1. Real Investment
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud, seperti tanah,
mesin-mesin atau pabrik.
2. Financial Investment
Investasi keuangan (financial investment) secara umum melibatkan asset kontrak tertulis,
seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
Perbedaan antara investasi pada real investment dan financial investment adalah tingkat likuiditas
dari kedua investasi tersebut. Investasi pada real investment relatif lebih sulit untuk dicairkan karena
terbentur pada komitmen jangka oanjang antara investor dengan perusahaan. Sementara investasi
pada financial investment lebih mudah dicairkan karena dapat diperjual belikan tanpa terikat waktu.

c) Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam
suatu sekuritas. Yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, berapa banyak investasi dan kapan investasi
tersebut akan dilakukan Husnan (2005:47) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-angkah sebagai berikut:
1. Menentukan Tujuan Investasi
Dalam tahap iinipemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya dan berapa banyak
investasi tersebut akan dilakukan. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), dan ketersediaan jumlah dana yang akan
diinvestasikan.
2. Melakukan Analisis Sekuritas
Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas/efek yang salah harga
(mispriced), yakni apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan fundamental dan pedekatan teknikal. Pemilihan sekuritas bukan
didasarkan atas faktor mispriced, tetapi didasarkan atas preferensi resiko para pemodal (pemodal
yang bersedia menanggung resiko tinggi akan menerima saham yang beresiko), pola kebutuhan kas
(pemodal yang menginginkan penghasilan yang tinggi akan memilih saham yang membagikan
dividen dengan stabil), dan sebagainya.
3. Melakukan Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Pada tahp ini dilakukan identifikasi terhadap
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada
masing-masing sekuritas tersebut.
4. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio
Dari hasil evaluasi, selanjutnya dilakukan revisi terhadap efek-efek yang membentuk
portofolio tersebut, jika dirasa bahwa kompisisi portofolio yang suah dibentuk tidak sesuai dengan
tujuan investasi. Misalnya rate of return lebih rendah dari yang disyaratkan.
5. Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap
tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap tingkat resiko yang ditanggung.

3. TIPE-TIPE KEUANGAN

a) Jenis Investasi
Secara umum aset sektor yang dapat menjadi saran investasi terbagi menjadi dua, yaitu pada
sektor riil dan sektor finansial. Investasi di sektor riil adalah menanamkan modal atau membeli aset
produktif untuk menghasilkan suatu produk tertentu melalui proses produksi. Jenis investasi dalam
aset riil adalah rumah, tanah dan emas. Sedangkan investasi di sektor finansial yaitu suatu aktivitas
jual beli aset keuangan atau surat-surat berhrga dengan harapan dapat memperoleh keuntungan.
Jenis investasi dalam aset finansial antara lain tabungan, deposito, reksadana, obligasi,
saham, emas, properti, dan lainnya.
Dalam Jogiyanto (2010:7) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisisi Investasi bahwa
pembagian alternatif investasi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Investasi Langsung
Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung
dalam suatu entitas yang secara resmi telah Go Public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
berupa penghasilan dividen dan capital gains..
2. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan
kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara.
Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan tedaftar, yang
bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung,
pedagang perantara (pialang) mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam investasi
langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital gain atas hasil perdagangan
portofolio yang dilakukan oleh perusahaan perantara tersebut.

Gambar 2.1 Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung


Investasi Tidak
Investasi
Langsung Langsung
Investor Perusahaan Aktiva-aktiva
Investasi Keuangan

Investasi Langsung

Sumber gambar : Jogiyanto (2010)

Investor yang melakukan aktivitas investasinya di pasar modal, apakah melalui jasa perantara (broker
atau intermediaries) atau sarana yang lain, memiliki sejumlah jenis aset atau sekuritas yang dapat dipilih.
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di
pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi
langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva
keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini
dapat berupa tabungan di bank atau setifikat deposito.
Aktiva yang dapat di perjual-belikan di pasar uang (money market)berupa aktiva yang mempunyai
risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh aktiva ini dapat
berupa Treasury-bill (T-bil) yang banyak digunakan di penelitian keuangan sebagai proksi return bebas
risiko (risk-free rate of return).
Tidak seperti halnya pasar uang yang bersifat jangka pendek, pasar modal sifatnya adalah untuk
investasi jangka panjang. Yang diperjual-belikan di pasar modal adalah aktiva keuangan berupa surat-surat
berharga pendapatan-tetap dan saham-saham.

Macam-macam investasi langsung yang tidak dapat disarikan sebagai berikut ini.
1. Investasi langsung yang dapat diperjual-belikan
- Tabungan
- Deposito
2. Investasi langsung dapat diperjual-belikan
A. Investasi langsung di pasar uang.
- T-bil
- Deposito yang dapat dinegosiasi
B. Investasi langsung di pasar modal
a. Surat-surat berharga pendapatan tetap.
- T-bond.
- Federal agency securities .
- Municipal bond
- Corporate bond
- Convertible bond
b. Saham-saham (equity securities)
- Saham preferen (preferred stock)
- Saham biasa (common stock)
c. Investasi langsung di pasar turunan
a. Opsi
- Waran (warrant)
- Opsi put (put option)
- Opsi call (call option)
b. Futures contract

Sedangkan pada kelompok investasi tidak langsung hanya ada satu jenis alternatif investasi,
yaitu perusahaan investasi (investment companies). Berupa unit investment trust, closed-end
investment companies dan open-end investment companies.Investasi tidak langsung dilakukan
dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke public dan
menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam bentuk portofolionya. Ini berarti
bahwa perusahaan investasi membentuk portofolio (diharapkan portofolionya optimal) dan
menjualnya eceran kepada public dalam bentuk saham-sahamnya.
Investasi tidak langsung lewat perusahaan investasi ini menarik bagi investor paling tidak
karena dua alasan utama, yaitu sebagai berikut ini.
1. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena pembentukan portofolio. Jika
investor ini harus membuat portofolio sendiri, maka dia harus membeli beberapa saham dalam jumlah
yang cukup besar nilainya. Investor yang tidak mempunyai dana cukup untuk membentuk portofolio
sendiri dapat membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi ini.
2. Membentuk potofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam. Investor
awam yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman tidak akan dapat membentuk portofolio
yang optimal, tetapi dapat membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi yang telah
membentuk portofolio optimal.

4. PERANAN PASAR MODAL


Pengertian Pasar Modal Istilah “pasar modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah “Capital
Market.” yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhinya kebutuhan-
kebutuhan dana untuk capital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual
surat efek yang baru dikeluarkan.
Jadi seperti di pasar-pasar lainnya, di pasar modal juga berkumpul orang- orang untuk melakukan
perdagangan, misalnya dengan melakukan jual-beli. Dalam hal ini yang diperdagangkan adalah efek.
Dengan demikian pasar modal berarti suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik
utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang
biasanya berbentuk obligasi sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya
berbentuk saham.
Sementara itu, Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 angka 13 memberi
pengertian kepada Pasar Modal sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Jadi Undang-undang Pasar Modal dalam memberi arti kepada modal tidak memberi suatu definisi
secara menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para pelaku dari suatu pasar
modal.
Sering disebut-sebut juga bahwa pasar modal merupakan tempat investasi jangka panjang.
Hal ini diperbedakan dengan rivalnya yang lain yang disebut “pasar uang”, yang terakhir ini sering
dikatakan sebagai sumber dana jangka pendek. Selain itu, rivalnya yang lain lagi adalah “pasar
komoditi” yang didalam hal ini merupakan tempat perdagangan komoditas seperti kopra, karet,
kedelai, dan sebagainya.
Inilah tiga serangkai bursa, dimana pasar modal untuk memperdagangkan efek (jangka panjang),
pasar uang untuk memperdagangkan uang jangka pendek, sementara pasar komoditas merupakan
tempat untuk memperdagangkan barang- barang komoditas.
A. Peranan Pasar Modal
Peranan pasar modal, pada dasarnya memiliki kesamaan antara negara satu dengan negara
lainnya, salah satu tujuannya adalah bagaimana menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan
keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal dan alasan lainnya adalah
menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan.
Peranan pasar modal suatu negara dapat dilihat dari minimal lima aspek sebagai berikut
a. Sebagai fasilitas melakukan proses interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga
saham atau surat berharga yang akan diperjual-belikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal dapat
memberikan kemudahan bagi pelaku pasar modal untuk melakukan transaksi tanpa melalui tatap
muka ( pembeli dan penjual dapat bertemu secara tidak langsung), hal tersebut dapat dilakukan
dengan adanya sistem perdagangan efek melalui fasilitas perdagangan melalui computer.
b. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor guna memperoleh hasil yang diharapkan.
Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan untuk memenuhi keinginan para investor.
c. Pasar modal untuk memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang
dimiliki nya atau surat berharga lainnya, sehingga dapat memberikan kepastian kepada investor
dalam menghindari risiko rugi. Jadi, operasi pasar modal dapat menghindari ketidakpastian di masa
yang akan datang.
d. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartsipasi dalam pengembangan
perekonomian. Pasar modal dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat mengenai bagaimana cara
menginvestasikan uang mereka selain dengan menabung sehingga masyarakat dapat melakukan
investasi melalui pasar modal dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik, dan
kemudian dapat ditingkatkan dan dikembangkan.39
e. Dengan adanya pasar modal maka dapat mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga,
biaya pencarian informasi tentang perusahaan (emiten) termasuk didalamnya kelebihan dan
kekurangan mengenai surat berharga suatu perusahaan publik karena semua biaya merupakan
tanggung semua pelaku di pasar modal karena semua informasi yang ada akan dicerminkan dalam
harga saham.
Hal diatas memperlihatkan bagaimana aspek mikro dari kepentingan pasar modal.
Sedangkan, peranan pasar modal dalam perekonomian nasional (tinjauan makro ekonomi) yang lebih
luas jangkauannya dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut :
a) Fungsi Tabungan
Pada dasarnya fungsi menabung adalah baik, hanya saja perlu diingat bahwa metode yang digunakan
sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai kaitan penurunan nilai mata uang, inflasi, dan
risiko hilang sehinggadiperlukan metode lain guna investasi, yaitu dengan membeli surat berharga
karena dengan aliran dana tersebut dapat digunakan untuk memperbanyak jasa dan barang di suatu
sektor perekonomian. Dengan membeli surat berharga masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi
standar hidup yang lebih baik.
b) Fungsi Kekayaan
Pasar modal adalah cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang sampai kekayaan tersebut
dapat dipergunakan kembali karena kekayaan tersebut tidak mengalami depresiasi seperti aktiva
lainnya dan surat berharga mempunyai kekuatan beli (purchasing power) pada masa yang akan
datang.
c) Fungsi Likuiditas
Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga biasa dilikuidasi di pasar modal dengan risiko yang
lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lainnya, walaupun uang memiliki tingkat likuidasi yang
paling sempurna, akan tetapi uang mudah terkena inflasi dari waktu ke waktu.
d) Fungsi Pinjaman
Pasar modal pada dasarnya juga menjalankan fungsi konsumsi atau investasi karena pinjaman
merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu negara merupakan sumber pembiayaan
pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat jika dibandingkan dengan pinjaman dari
Bank Dunia yang memiliki rate bunga yang lebih tinggi.

Selain itu, secara umum bagi negara-negara yang sedang berkembang, terintegrasinya Pasar Modal
akan memberikan beberapa manfaat antara lain :41
a. Meningkatkan kapitalisasi pasar dan aktivitas perdagangan.
b. Meningkatkan partisipasi pemodal asing dalam pasar domestik, dan
c. Meningkatkan akses ke pasar internasional.
Pasar modal sangat memiliki peran dan manfaat dalam struktur perekonomian karena sebagai wahana
pengalokasian dan yang secara efisien memungkinkaninvestor dapat melakukan investasi pada
beberapa perusahaan sekaligus dengan pembelian efek-efek yang diperdagangkan dipasar modal.
Pasar modal sebagai altenatif investasi memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu.
Pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek
baik sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih professional,
efisien dan berorientasi pada keuntungan sehingga tercipta suatu kondisi “good corporate
governance” sehingga pasar modal dapat menciptakan peningkatan ekonomi nasional yang
berdampak pada terbukanya kesempatan kerja yang luas serta meningkatkan pendapatan pajak bagi
pemerintah.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasr modal
menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu:
1. Fungsi Ekonomi
Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana.
2. Fungsi Keuangan
Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi
pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar
modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif
pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada
akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
Pasar Modal dapat memainkan peranan penting dalam suatu perkembangan ekonomi di suatu
negara. Hal ini disebabkan karena suatu pasar modal dapat berfungsi sebagai:
a) Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan
yang produktif.
b) Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional.
c) Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja.
d) Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi.
e) Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam menata sistem moneter, karena
pasar modal dapat menjadi sarana “open market operation” sewaktu-waktu.
f) Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu rate yang reasonable.
g) Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal
Karena kegiatan pasar modal begitu marak dan complicated, maka sangat dibutuhkan suatu
perangkat hukum yang mengaturnya agar pasar tersebut menjadi teratur, adil, dan efisien. Sehingga
kemudian lahirlah apa yang disebut Hukum Pasar Modal itu (Capital Market Law, Securities Law).
Pada prinsipnya hukum pasar modal mengatur segala segi yang berkenaan dengan pasar modal. Jadi
ruang lingkupnya relatif luas, antara lain pengaturannya tentang hal-hal sebagai berikut :34
1. Pengaturan tentang Perusahaan, misalnya:
a. Disclosure requirement;
b. Perlindungan pemegang saham minoritas.
2. Tentang surat berharga Pasar Modal.
3. Pengaturan tentang administrasi pelaksanaan pasar modal, yaitu meliputi :
a. Tentang perusahaan yang menawarkan surat berharga;
b. Tentang Profesi dalam pasar modal;
c. Tentang perdagangan surat berharga.
Sehingga sebenarnya yang merupakan target yuridis dari pengaturan hukum terhadap pasar modal
pada pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Keterbukaan Informasi.
2. Profesionalisme dan tanggung jawab Para Pelaku Pasar Modal.
3. Efisiensi.
4. Kewajaran.
5. Perlindungan Investor.
Salah satu tujuan dari eksistensi Hukum Pasar Modal adalah agar dapat mengamankan investasi dari
pihak pemodal. Investasi itu sendiri baru dianggap aman jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut
:
1. Likuidnya efek.
2. Unsur keamanan terhadap pokok (principal) yang ditanam.
3. Unsur rentabilitas atau stabilitas dalam melakukan return of investment

Jika kita lihat di dalam menjalankan fungsinya setiap pelaku pasar modal dituntut untuk
memahami dan menguasai sistem hukum yang menjadi landasan bergeraknya industri pasar modal
Indonesia.
Dengan mengetahui sumber-sumber hukum yang menjadi titik tolak dalam penetapan suatu
keputusan yang berlaku diharapkan pembuat keputusan tidak berlaku sewenang-wenang dalam
rangka penegakan hukum.
Sumber hukum yang menjadi landasan dan ruang lingkup kehidupan dari industri pasar modal
adalah:
a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar
Modal (PP ini mencabut keberlakuan Keppres Nomor 53 Tahun 1990 Tentang Pasar Modal).
c) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar
Modal.
d) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK/.010/1995 tentang Pencabutan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal sebagaimana telah diubah
terakhir dengan keputusan Menteri keuangan Nomor 248/KMK.010/1995.
e) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 646/KMK.010/1995 tentang Pemilikan Saham atau Unit
Penyertaan Reksa Dana oleh Pemodal Asing.
f) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 647/KMK.010/1995 tentang Pemilikan Saham Efek oleh
Pemodal Asing (maksimal 85% dari modal disetor).
g) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 tanggal 4 September 1997 tentang
Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal.
h) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 179/KMK.010/2003 tanggal 17 Juli 2003 tentang
Permodalan Perusahaan Efek.
i) Seperangkat peraturan pelaksana yang dikeluarkan Ketua Bapepam sejak tanggal 17 Januari
1996.
B. Macam-Macam Pasar Modal
Dalam Pasar Modal dikenal 4 macam pasar modal, yaitu:
a. Pasar Perdana (Primary Market), yaitu penawaran saham dari emiten kepada investor selama waktu
yang telah ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh Penjamin Emisi dan perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten).
b. Pasar Sekunder (Secondary Market) yaitu perdagangan saham setelah melewati penawaran di pasar
perdana. Jadi Pasar Sekunder merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lainnya diperjual-belikan
secara luas setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di Pasar Sekunder
ditentukan oleh pemerintah dan penawaran antara pembeli dan penjual menurut mekanisme pasar.
c. Pasar Ketiga (Third Market) yaitu tempat perdagangan saham di luar bursa (over the counter
market). Di Indonesia pasar ini disebut bursa pararel, yaitu suatu sistem perdagangan efek atau surat
berharga yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan
dilaksanakan oleh Perserikatan dan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) dengan diawasi dan
dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK).
d. Pasar Keempat (Fourth Market) pada dasarnya merupakan suatu bentuk perdagangan efek antar
pemodal atau investor dengan kata lain berupa pengalihan saham dari satu pemegang saham ke
pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek atau lembaga lainnya.

C. Instrumen Pasar Modal


Pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan efek dalam bentuk instrumen keuangan
jangka panjang baik dalam bentuk modal (equity) dan utang. Istilah Pasar Modal dipakai sebagai
terjemahan dari capital market, yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dana untuk modal suatu perusahaan.
Instrumen pasar modal dapat dibedakan atas surat berharga yang bersifat utang (bonds atau obligasi)
dan surat berharga yang bersifat pemilikan (saham atau equity). Obligasi adalah bukti pengakuan
berutang dari perusahaan. Sedangkan saham adalah bukti penyertaan modal dalam saham. Di bursa
di seluruh dunia, kedua efek itulah yang banyak diperdagangkan. Demikian pula halnya dengan
bursa efek di Indonesia.44
Dalam prakteknya, saham maupun obligasi dapat diperbanyak ragamnya. Artinya, saham dan
obligasi diderivasikan dalam beberapa jenis yang penggolongannya dapat ditentukan menurut kriteria
yang melekat pada masig- masing saham dan obligasi itu sendiri. Secara umum instrumen di pasar
modal dapat dibedakan atas beberapa kategori:

Menurut Mishkin dan Easkin (2000:16) dalam bukunya Financial Markets and Institution
pasar modal merupakan : “Capital market is the market which longer-term debt (original matuyear
or greater) and equity instrument are traded.” Selanjutnya menurut Sartono (2001:21) dalam bukunya
Manajemen Keuangan yaitu: “Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka
panjang (long-term financial aset) yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.”
Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
sebagai sarana pendanaan untuk kegiatan berinvestasi bagi perusahaan maupun institusi lain dengan
memberikan fasilitas sarana dan prasarana untuk kegiatan jual beli aset keuangan jangka panjang
atau kegiatan terkait lainnya.
Menurut Dahlan Siamat (2002:385) dalam bukunya Manajemen Lembaga Keuangan,
instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah: “Semua surat-surat berharga (efek) yang umum
diperjualbelikan pasar modal diantaranya adalah saham biasa, saham preferent, obligasi, obligasi
konversi, right issue, dan waran.”
Dari uraian tersebut diatas, dapat dijelakan instrument pasar modal sebagai berikut:
1. Saham Biasa dianatara surat-surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal, saham biasa
(Common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Diantara emiten yang menerbitkan surat
berharga, saham biasa juga merupakan sekuritas yang paling banyak digunakan untuk menarik dana
dari masyarakat. Secara sederhana, saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu
perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkana bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Devidend yang diterima dalam
pemilikan saham biasa ini jumlahnya tidak tetap, dan pemilik saham biasa mempunyai hak memilih
(vote) dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
2. Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividend dalam jumlah yang tetap.
Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman
(dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar
kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman sebagai kreditor
kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.
4. Obligasi Konversi (convertible Bonds) adalah obligasi yang dapat dikonversikan (ditukar)
menjadi saham biasa pada waktu tertentu ataau sesudahnya.
5. Right Issue adalah Alat investasi ini merupakan produk turunan dari saham. Right issue
merupakan pemberian hak kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru dari perusahaan
dengan harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu. Kebijakan Right issue ini merupakan upaya
emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan.
6. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan.
Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham

D. Kelembagaan Pasar Modal


Berbagai lembaga penunjang pasar modal diperlukan agar informasi yang dipergunakan oleh
para pemodal untuk mengambil keputusan bisa diandalkan, dan transaksi dapt diselesaikan secara
cepat dan murah.
Menurut Suad Husnan (2002:9) dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Keuangan, lembaga-
lembaga yang berkaitan dengan pasar modal tersebut diantaranya BAPEPAM, Bursa efek, Akuntan
publik, Underwriter, Wali amanat, notaris, konsultan hukum dan lembaga klearing.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pasar modal sebagai
berikut:
a. BAPEPAM
Lembaga ini merupakan lembaga yang di bentuk pemerintah untuk mengawasi pasaar modal
Indonesia. BAPEPAM merupakan singkatan dari badan pengawas pasar modal, setelah sebelumnya
singkatan dari badan pelaksana pasar modal. Perubahan terjadi pada akhir tahun 1990. perusahaan-
perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas, baik saham maupun obligasi, harus mendapat izin dari
BAPEPAM. Fungsi yang harus dilakukan oleh BAPEPAM adalah fungsi pengawasan.
b. Bursa Efek
Bursa efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Di
Indonesia terdapat bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI), dibursa itulah bertemu pembeli dan
penjual skuritas.
c. Akuntan Publik
Peran akuntan publik yang pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan
pendapat terhadap laporan keuangan. Dipasar modal dituntut pendapat wajar tanpa syarat terhadap
laporan keuangan dari perusahaan yang menerbitkan atau yang telah mendaftar dibursa. Pendapat
wajar tanpa syarat berarti laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Prisip-Prinsip Akunatansi
Indonesia (PAI) tanpa suatu catatan atau kekurangan.
d. Underwriter
Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas dibursa( perusahaan tersebut disebut sebagai
emiten) tentu ingin agar sekuritas yang dijualnya laku semua, sehingga dana yang diperlukan bisa
diperoleh.
e. Wali amanat (trustee)
Jasa wali amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi, wali amanat mewakili kepentingan
pembeli obligasi pada dasarnya adalah kreditor dan kredit yang diberikan tidak dijamin dengan
tanggungan apapun.
f. Notaris

Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara rapat pemegang saham (RUPS) dan
menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS.
g. Konsultan Hukum
Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan
sekuritas dipasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain. Juga ke absahan
dokumen-dokumen perusahaan perlu diperiksa oleh konsultan hukum tersebut.
h. Lembaga Kliring
Sekuritas-sekuritas akan disimpan oleh suatu lembaga dan lembaga tersebut bertugas untuk
mengatur arus sekuritas tersebut. Kegiatan lembaga ini mirip dengan kegiatan Bank Indonesia yang
penyelenggarakan cliring uang giral.
PASAR MODAL DAN SEKURITAS YANG DIPERDAGANGKAN

Bursa efek dan perkembangan pasar modal di indonesia

A. Bursa Efek Indonesia


Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) adalah pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem juga sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli
Efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Bursa Efek Indonesia
merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES).
Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta
sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif menjadi BEI. Bursa
hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus
berkembang seiring bertambahnya usia, dan keadaan pun semakin menunjukkan bahwa efek/ saham semakin
banyak peminatnya, dilihat dari kapitalisasinya yang terus bertambah dari tahun-tahun sebelumnya. Investasi
di pasar modal diharapkan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Pasar modal
memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat
tanda kepemilikan (saham). Dengan menjual saham kepada publik, perusahaan dapat memperoleh dana dari
pasar modal, adapun tujuan penggunaan dananya yaitu untuk: ekspansi, memperbaiki struktur permodalan,
pengalihan pemegang saham (divestasi) dan lain-lainnya. Investasi di pasar modal memungkinkan para
pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya
tidak ada pasar modal, maka para pemodal mungkin hanya bisa menginvestasikan dana mereka dalam sistem
perbankan (selain alternatif investasi pada real assets seperti properti dan emas). Di samping itu, investasi
pada sekuritas/saham mempunyai daya tarik lain yaitu pada likuiditasnya. Sehubungan dengan itu maka
pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien. Hanya kesempatan-kesempatan investasi
yang menjanjikan keuntungan yang tertinggi (sesuai dengan risikonya) yang mungkin memperoleh dana.
kurun waktu 2001 hingga 2008 adalah investasi di pasar modal. Pada tahun 2001, IHSG berada pada level
470.23 dan pada akhir tahun 2007 berada pada 2745.83 atau naik sebesar 483.93 persen, jika di rata-rata
pertahunnya sebesar 69.13 persen.

Berikut ini tabel kinerja BEI selama 3 tahun terakhir

Indikator 2005 2006 2007

IHSG 1162.64 1805.52 2745.83

Kapitalisasi Pasar Rp 801T Rp 1249T Rp 1982T

Transaksi Harian Rp 1.67T Rp 1.84T Rp 4.26T


Emiten Baru 8 12 24

Volume Harian 1.65M 1.78M 4.26M

IPO Rp 3.54T Rp 3.01T Rp 17.18T

Right Issue Rp 10.36T Rp 9.76T Rp 29.8T

Emisi obligasi Rp 8.25T Rp 11.45T Rp 31.28T

NAB Reksadana Rp 29.17T Rp 52.28T Rp91.5T

B. Pengertian Pasar Modal dan Perkembangannya di Indonesia


Pengertian Pasar Modal menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan
Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

Pasar Modal (Capital Market) dapat juga diartikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana,
instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagaisarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang
(jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen
derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar
modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua
pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham,
obligasi dan reksa dana. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai
dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pasar Modal merupakan tempat bertemunya investor sebagai pemillik dana dan perusahaan/institusi yang
memerlukan dana.
C. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Pasar Modal Indonesia telah ada sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya pada tanggal 14 Desember
1912 di Batavia, namun perkembangannya mengalami masa pasang – surut akibat berbagai faktor, mulai
dari Perang Dunia I dan II hingga perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada Pemerintah
Republik Indonesia (RI). Selanjutnya, pihak Pemerintah RI melakukan pembentukan ulang Pasar Modal
Indonesia melalui Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian dipertegas oleh Undang-
Undang Republik Indonesia No.15 tahun 1952.
Dalam 2 dasawarsa selanjutnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia mengalami stagnasi
sehubungan dengan dihentikannya kegiatan Pasar Modal sepanjang dekade 1960-an hingga akhir
pertengahan 1970-an. Pada tahun 1977, Pemerintah mengaktifkan kembali Pasar Modal Indonesia dengan
ditandai go public-nya PT Semen Cibinong. Namun, dunia Pasar Modal Indonesia baru benar-benar
mengalami perkembangan pada sekitar akhir dekade 1980-an, yang antara lain ditandai dengan pendirian PT
Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1989 dan swastanisasi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 1992.
Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga semakin mengukuhkan peran
BEJ dan BES sebagai bagian dari Self Regulatory Organization (SRO) Pasar Modal Indonesia. Sejak itu,
BEJ tumbuh pesat berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan, antara lain dengan
komputerisasi perdagangan melalui sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) di tahun 1995,
perdagangan tanpa warkat di tahun 2000 dan Remote Trading System pada tahun 2002. Sementara itu, BES
mengembangkan pasar obligasi dan derivatif.

Tahun 2007 menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar Modal Indonesia. Dengan
persetujuan para pemegang saham kedua bursa, BES digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia.
Pada tahun 2008, Pasar Modal Indonesia terkena imbas krisis keuangan dunia. IHSG, yang sempat
menyentuh titik tertinggi 2.830,26 pada tanggal 9 Januari 2008, terperosok jatuh hingga 1.111,39 pada
tanggal 28 Oktober 2008 sebelum ditutup pada level 1.355,41 pada akhir tahun 2008. Kemerosotan tersebut
dipulihkan kembali dengan pertumbuhan 86,98% pada tahun 2009 dan 46,13% pada tahun 2010.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
[Desember 1912]
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda
[1914 – 1918]
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

[1925 – 1942]
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
[Awal tahun 1939]

Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup
[1942 – 1952]
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

[1956]
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
[1956 – 1977]

Perdagangan di Bursa Efek vakum


[10 Agustus 1977]
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan
Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali
pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara
[1977 – 1987]
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih
memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal

[1987]
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi
perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia

[1988 – 1990]
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas
bursa terlihat meningkat
[2 Juni 1988]
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek
(PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
[Desember 1988]
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan
untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni 1989]
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT
Bursa Efek Surabaya
[13 Juli 1992]
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati
sebagai HUT BEJ
[22 Mei 1995]
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated
Trading Systems)
[10 November 1995]
Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini
mulai diberlakukan mulai Januari 1996
[1995]
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya

[2000]
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2002]
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
[2007]
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (BEI)
[02 Maret 2009]
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
Penerbitan sekuritas
A. Penerbitan Sekuritas
Tidak semua perusahaan bisa menerbitkan saham dan obligasi di pasar modal. Hanya perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang mungkin menerbitkan sekuritas di pasar modal. Persyaratan-
persyaratan yang mungkin harus dipenuhi agar semua perusahaan bisa menerbitkan saham dan terdaftar di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) diantaranya adalah :
1. Mengajukan surat permohonan listing ke BAPEPAM
2. Laporan keuangan harus wajar tanpa syarat
3. Jumlah saham yang listed minimal 1.000.000 lembar
4. Jumlah pemegang saham minimal 200
5. Company listing berlaku batasan 49 %
6. Perusahaan telah beroperasi minimal 3 tahun
7. Menghasilkan laba selama lebih dari 3 tahun
8. Total kekayaan minimal Rp. 20 milyar.
Modal sendiri minimal Rp. 7,5 milyar.
Telah disetor minimal Rp.2 milyar
9. Kapitalisasi saham yang listed minimal Rp. 4 milyar
10. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputassi yang baik
Sedangkan untuk penerbitan obligasi persyaratannya antara lain :
1. Mengajukan surat permohonan listing ke BAPEPAM
2. Laporan keuangan harus wajar tanpa syarat
3. Nilai nominal obligasi minimal Rp. 25 milyar
4. Jangka waktu jatuh tempo minimal 4 tahun
5. Telah beroperasi selama 3 tahun
6. Menghasilkan laba selama 2 tahun terakhrupiah
7. Saldo laba yang ditahan minimal nol rupiah
8. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputassi yang baik
Perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal pada dasarnya menghindari proses intermediasi
keuangan. Dengan kata lain, pihak yang kelebihan dana menyerahkan langsung dananya ke pihak yang
memerlukan dana. Banyak pihak yang terlibat dalam penerbitan sekuritas di pasar modal. Banyak pihak yang
terkait tersebut antara lain dimaksudkan agar tidak terjadi penipuan informasi kepada para pemodal.
Secara skematis prosedur penerbitan sekuritas tersebut bisa digambarkan sebagai berikut. Perusahan
berniat go public menghubungi BAPEPAM dengan menyertakan peryataan pendaftaran. Pada waktu yang
sama perusahaan melakukan kontrak pendahuluan dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) denga melampirkan 1
lembar peryataan pendaftaran ke BAPEPAM.

Sebelum perusahaan yang berbentuk PT dapat menawarkan sahamnya ke pasar modal (ditawarkan ke
pasar perdana), perusahaan harus mendapatkan persetujuan dari BAPEPAM, Berbagai pernyataan akan
ditanyakan oleh BAPEPAM dan harus dipenuhi oleh perusahaan. BAPEPAM akan melakukan review
terhadap persyaratan disclosure. Apabila disetujui maka pendaftaran tersebut menjadi efektif dan sekuritas
yang ditawarkan efektif berada di pasar perdana. perusahaan kemudian melakukan pendaftaran untuk
persyaratan listing. Bursa Efek Jakarta (BEJ) melakukan review terhadap persyaratan listing Apabila
disetujui perusahaan membayar fee ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan pasar tersebut terdaftar di pasar perdana.

B. Kewajiban Jangka Panjang


Hutang jangka panjang pajang ( long –term dept) terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat
mungkin dimasa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau satu siklus
operasi perusahaan, mana yang lebih lama. Hutang Obligasi, wesel bayar jangka panjang, hutang hipotik,
kewajiban pensiun, dan kewajiban lease merupakan contoh-contoh kewajiban jangka panjang.

Penerbitan jangka panjang biasanya disertai dengan formalitas yang dapat diper imbangkan secara layak.
Sebagai contoh , anggaran dasar korporasi biasanya membutuhkan persetujuan dewan Diektu dan pemegang
sahan sebelum Obligasi dapat diterbitkan atau perjanjian hutang jangka panjang dapat dikontrakan.
Pada umunya, Hutang jangka panjang memiliki berbagai ketentuan atau pembatasan (covenant or
restrictions) untuk melindungi baik peminjam maupun pemberi pinjaman. Ketentuan dan
persyaratan persetujuan lainya antara peminjam dan pemberi pinjaman dinyatakan dalam identure obligasi
atau perjanjian wesel. Item-item yang sering kali dinyatakan dalam identure obligasi atau perjanjian meliputi
jumlah yang diotorisasi untuk diterbitkan, suku bunga, tanggal jatuh tempo, profisi penarikan, properti yang
diadakan sebagai jaminan, persyaratan dana pelunasan, modal kerja dan pembatasan deviden serta
pembatasan yang berhubungan dengan asumsi hutang tabahan. Karena ketetapan ini penting untuk
memahami secara menyeluruh posisi keuangan atau catatan yang menyertai.

Penerbitan obligasi
Obligasi adalah jenis utang jangka panjang yang paling sering dilaporkan di rencana perusahaan. Tujuan
utama dari obligasi adalah untuk meminjam dalam jangka panjang apabila jumlah modal yang diperlukann
terlalu besar untuk disediakan oleh satu pemberi pinjaman.

Wesel bayar jangka panjang


Wesel bayar jangka panjang memiliki subtansi yang sama seperti obligasi dimana keduanya mempunyai
tanggal jatuh tempo yang tetap dan suku bunga ditetapkan atau implicit. Akan tetapi wesel tidak dapat
langsung dijual seperti obligasi di pasar sekuritas puplik yang terorganisasi. Perusahan non korporasi dan
korporasi kecil mengeluarakan baik wesel jangka panjang maupun obligasi.

Wesel bayar hipotik


Wesel bayar hipotik adalah wesel promes yang dijamin dengan suatu dokumenyang disebut hipotik
dengan mengadakan hak atas property sebagai jaminan pinjaman.

Penerbit adalah badan hukum atau lembaga pemerintah yang memiliki hak untuk menerbitkan sekuritas
apa pun ke dalam sirkulasi. Penempatan mereka dilakukan melalui proses emisi. Dengan demikian, masalah
dipahami sebagai prosedur yang diatur oleh hukum, yang terdiri dari serangkaian tindakan berurutan yang
memastikan masalah langsung saham (obligasi) dengan penempatan lebih lanjut.
Tujuan dari proses emisi cukup, sederhana - untuk menarik sumber daya keuangan yang hilang:
1. Melepaskan , penerbit menggunakan jenis kondisi pinjaman. Artinya, obligasi harus dilunasi pada
waktu yang disepakati.
2. Melepaskan - meningkatkan modal dasar.
Ketentuan masalah - kepatuhan dengan aturan yang ditetapkan oleh hukum dan kontrol lembaga pemerintah
yang bertanggung jawab untuk mengatur pasar yang relevan.

Masalah apa yang bisa dipecahkan oleh penerbit dengan bantuan emisi.

Daftar ini menyiratkan implementasi dari salah satu tugas berikut:


 Emisidibutuhkan saat modal dasar sedang dibentuk (jika AO dibuat) atau untuk memperbesar
ukurannya.
 Prosedur memungkinkan mengisi kembali modal dengan investasi yang dipinjam .
 Untuk menyelesaikan konsolidasi - jumlah efek menurun, dan nilai nominalnya meningkat. Dalam
hal ini, perubahan dalam modal dasar tidak terjadi.
 Untuk menghancurkan - membalikkan proses konsolidasi. Perubahan modal dasar juga tidak terjadi.
 Dalam hal tindakan reorganisasi di perusahaan saham gabungan atau pada saat transformasi
organisasi - setelah transisi ke status AO.

Prosedur buka dan tutup - apa bedanya?


Prosedur emisi dibagi menjadi beberapa tipe tertentu. Masing-masing mencirikan aspek emisi yang berbeda.
Urutan proses emisi - tahapan utama:
 Pertama, Anda perlu memutuskan masalah dan menyetujuinya. Siapa yang memprakarsai penerbitan
surat berharga? Jika kita berbicara tentang obligasi, keputusan diambil oleh Dewan Direksi. Jika saham
diterbitkan - oleh rapat pemegang saham.
 Selanjutnya, masalah ini melewati registrasi negara.
 Sertifikat untuk sekuritas diterbitkan (jika mereka menggunakan bentuk dokumenter masalah).
 Kemudian datang giliran penempatan surat berharga dengan pendaftaran selanjutnya dari laporan
tentang masalah yang dilakukan - pada hasil masalah.
 Piagam perusahaan saham gabungan memperbaiki perubahan (hanya berlaku untuk saham).
Tahapan tambahan untuk masalah berlangganan dilakukan dalam bentuk terbuka atau tertutup jika jumlah
investor melebihi 500 orang:
 Persiapan prospektus masalah - dokumentasi yang mencerminkan informasi tentang organisasi
penerbit.
 Prospektus sedang didaftarkan . Fungsi-fungsi ini ditugaskan ke Bank Sentral Federasi Rusia.
 Kemudian muncul giliran pengungkapan informasi . Untuk tujuan ini, gunakan situs web perusahaan
dan media. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membiasakan investor dengan data pada penerbit untuk
membuat keputusan tentang pembelian sekuritas jenis penerbitan.
 Informasi tentang hasil penempatan juga diungkapkan. .
Pelanggaran terhadap perintah yang dijelaskan di atas penuh dengan penciptaan kondisi di mana prosedur
ini didefinisikan sebagai tidak adil. Kemudian penerbit ditolak pendaftaran negara.

Pendaftaran efek terkait dengan sejumlah besar operasi, pendaftaran berbagai dokumen. Literasi
hukum dan tidak adanya pengawasan adalah penting di sini. Itulah sebabnya beralih ke spesialis untuk
mendapatkan bantuan yang berkualitas adalah pendekatan yang paling masuk akal.

Istilah dalam perusahaan sekurias


Ada beberapa istilah yang terdapat dalam perusahaan sekuritas.
Pialang, yaitu organisasi yang melakukan transaksi efek di pihak investor, seperti membeli, menjual,
dan memperdagangkan portofolio investasi.
Dealer, yaitu organisasi yang membeli atau menjual sekuritas dari portofolio meraka sendiri untuk
kemudian ditawarkan kepada investor yang akan membeli.
Broker dealer, yaitu organisasi yang mengombinasikan antara pialang dan dealer. Broker dealer akan
menjadi perantara yang menyediakan layanan sekuritas seperti pemberian rekomendasi, analisis saham,
dan layanan lainnya baik bagi perusahaan maupun individu.
Broker
Adapun pihak perantara dalam perusahaan sekuritas disebut sebagai broker. Sebagai pihak perantara,
broker tidak menjual atau membeli efek atau saham secara langsung. Broker hanya memberikan
rekomendasi kepada investor perihal saham yang potensial berikut dengan waktu transaksi yang tepat.
Berdasarkan jenisnya, ada tiga jenis broker dalam perusahaan sekuritas, yaitu full service
broker (broker dengan jasa penuh), discount broker (broker jasa sebagian), dan dep discount
broker (brokeryang hanya memelihara rekening nasabah dan eksekusi jual beli).

Kegiatan usaha perusahaan sekuritas


Ada dua kegiatan utama yang dimiliki oleh perusahaan sekuritas, yaitu perantara perdagangan efek dan
penjamin emisis efek.
1. Perantara perdagangan efek
Dalam menjalankan perannya sebagai perantara perdagangan efek, perusahaan sekuritas bertanggung
jawab pada dual hal. Pertama, pelaksanaan kegiatan jual beli efek (surat berharga) untuk kepentingan
sendiri atau pihak lain. Kedua, pelaksanaan jual beli saham dan obligasi yang dapat dilakukan melalui
bursa efek atau di luar bursa efek.
2. Penjamin Emisi Efek
Hal utama yang menjadi tanggung jawab perusahaan sekuritas sebagai penjamin emisi ialah membantu
calon emiten dalam pelaksanaan penawaran umum saham (IPO), dengan atau tanpa kewajiban untuk
membeli efek yang tidak terjual.

Perusahaan Sekuritas Vs Perbankan Investasi


Perusahaan sekuritas seringkali dikaitkan dengan perbankan investasi. Benarkah keduanya saling
berkaitan? Jawabnya mungkin, iya.
Perusahaan sekuritas tidak sama dengan perbankan investasi. Bagaimanapun, perbankan investasi
bertanggung jawab untuk membantu investor dalam menerbitkan sekuritas, terutama saham dan
obligasi. Dalam artian, perbankan investasi dapat menerbitkan saham baru dalam pelaksanaan
perannya.
Sementara itu, perusahaan sekuritas hanya membantu investor dalam proses pedagangan sekuritas di
pasar modal. Dengan begitu, perusahaan sekurotas hanya menjadi perantara bagi investor dan saham
baru yang diperdagangkan di pasar modal.
Jenis-jenis Sekuritas
Sekuritas adalah “secarik kertas” yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh
bagian dari atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi untuk
melaksanakan hak tersebut.
Atau dengan istilah lain sekuritas adalah salah satu bentuk investasi berupa sertifikat fisik (warkat)
atau elektronik yang bisa diperjual belikan untuk mendapatkan keuntungan.
Sekuritas diterbitkan oleh perusahaan sebagai bukti bahwa pemilik sekuritas mempunyai sebagian
kepemilikan atas perusahaan, atau memiliki piutang pada perusahaan yang menerbitkan. Sekutitas ini dapat
berupa saham atau obligasi.
Ada 3 jenis sekuritas yang dapat dipilih dari bentuknya.
1. Sekuritas penghasilan tetap
Sekuritas jenis ini adalah obligasi, yakni surat utang jangka menengah-panjang yang
diterbitkan oleh perusahaan/pemerintah dengan nilai nominal yang dibayarkan pada tanggal jatuh
tempo tertentu.
Jenis sekuritas ini dipengaruhi oleh suku bunga pasar. Jika suku bunga naik, maka harga
obligasi turun, begitu pula sebaliknya.
Keuntungan sekuritas ini berupa bunga yang dibayarkan pada periode tertentu, mulai dari 1
tahun hingga di atas 5 tahun.
2. Sekuritas penghasilan tidak tetap
Jenis sekuritas penghasilan tidak tetap adalah saham yang juga merupakan sekuritas jangka
panjang. Saham atau sekuritas ekuitas diterbitkan oleh perusahaan sebagai sumber pendanaan dan
merupakan tanda penyertaan modal seseorang dalam suatu perusahaan.
Sekuritas ini membuat pemiliknya memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, aset
perusahaan, serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3. Sekuritas karakter pilihan
Jenis sekuritas karakter pilihan adalah warrant, yaitu hak yang dimiliki untuk membeli saham
pada waktu tertentu dengan harga tertentu yang telah ditentukan oleh penerbit warrant.
Sekuritas ini biasa digunakan sebagai tambahan sewaktu obligasi diterbitkan. Seperti saham,
warrant juga dapat diperjualbelikan. Jenis warrant antara lain stock warrant dan index warrant.

Sistem Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi

Sebagai investor pemula, biasanya sih kita akan langsung saja menuju perusahaan atau aplikasi
sekuritas, buka rekening, dan langsung deh pilih-pilih saham yang pengin dibeli, tanpa merasa wajib untuk
memahami sistem perdagangan saham yang sebenarnya. Kalau di website BEI sendiri, mekanisme
perdagangan di sana terbagi atas 3 kategori, yaitu sistem perdagangan saham, mekanisme perdagangan sukuk
dan obligasi, dan mekanisme perdagangan derivatif.

Sistem Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia


Mekanisme atau sistem perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia–secara practical bisa dilihat
seperti dalam diagram ini.

1. Pra Pembukaan

Perdagangan saham dilaksanakan dengan fasilitas yang disebut Jakarta Automated Trading System
NEXT-G, yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang sudah menjadi anggota bursa dan anggota kliring
KPEI. Mereka ini akan berpartisipasi dalam sistem perdagangan saham ini untuk kepentingan sendiri
ataupun untuk kepentingan nasabah.
Dalam pra pembukaan ini, anggota bursa dapat memasukkan penawaran jual ataupun beli saham,
yang dilakukan dengan metode lelang elektronik pada JATS NEXT-G itu.

2. Proses Transaksi
Selanjutnya JATS NEXT-G akan memproses transaksi, dengan memperhatikan time dan price
priority. Maksudnya bagaimana?

Prioritas Harga (Price Priority)


Artinya, permintaan beli saham dengan harga yang lebih tinggi akan mendapatkan prioritas terlebih
dahulu ketimbang permintaan beli terhadap saham yang sama namun dengan harga yang lebih rendah.
Sedangkan, untuk sistem perdagangan saham jual, harga yang lebih rendah akan mendapatkan prioritas
terlebih dahulu ketimbang yang memiliki harga tinggi.

Prioritas Waktu (Time Priority)


Di samping price priority, di sistem perdagangan saham ini juga berlaku time priority–yaitu prioritas
waktu. Artinya, kalau penawaran jual atau permintaan beli saham diajukan dalam harga yang sama, maka
permintaan beli atau jual saham yang terlebih dulu diajukan akan mendapatkan prioritas.
Proses transaksi saham di atas berlaku di pasar reguler dan pasar tunai. Sistem perdagangan saham di
kedua pasar tersebut menggunakan satuan lot efek atau kelipatannya, yaitu 100 efek. Sedikit lain di pasar
negosiasi. Sistem perdagangan saham di pasar negosiasi dilakukan melalui sistem negosiasi secara langsung,
melalui proses tawar menawar, antara anggota bursa atau nasabah melalui salah satu anggota bursa, atau
nasabah dengan anggota bursa, yang kemudian hasil kesepakatannya diproses oleh JATS NEXT-G.

Perdagangan saham yang dilakukan di pasar negosiasi tidak harus dalam satuan lot, tapi bisa dalam satuan
lembar. Jadi, proses ini biasa dilakukan ketika jumlah saham yang diperdagangkan tidak bulat, 100 lembar.
Harga yang dimasukkan saat kita hendak membeli atau menjual saham ke JATS NEXT-G harus berada
di dalam kisaran tertentu. Kalau ada harga masuk di luar kisaran yang sudah ditentukan tersebut, maka akan
ditolak secara otomatis oleh JATS NEXT-G, atau istilahnya auto-rejection.

3. Penyelesaian Transaksi
Selanjutnya adalah proses penyelesaian transaksi, di mana proses ini dijamin oleh KPEI atau Kliring
Penjaminan Efek Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Transaksi yang terjadi di Pasar Reguler wajib diselesaikan pada hari bursa ke-2, atau T+2.
 Transaksi yang terjadi di Pasar Tunai wajib diselesaikan pada hari yang sama, atau T0.
 Penyelesaian transaksi ini yang dilakukannya di Pasar Reguler dan Pasar Tunai akan ditentukan oleh
KPEI, dengan cara pemindah bukuan ke rekening efek anggota bursa di KSEI.

Sedangkan, transaksi di Pasar Negosiasi, akan diselesaikan per transaksi sesuai kesepakatan antara
anggota bursa yang menjual dan membeli. Pasar Negosiasi. Hal ini selambat-lambatnya harus dilakukan
pada T+2, atau hari bursa kedua setelah terjadi transaksi. Penyelesaian transaksi di Pasar Negosiasi dilakukan
langsung dengan cara memindah bukukan efek antara anggota bursa yang menjual pada yang membeli. Hal
ini tidak dijamin oleh KPEI.

4. Pra Penutupan
Selanjutnya, ada proses pra penutupan dalam sistem perdagangan saham ini. Yaitu proses ketika
anggota bursa memasukkan penawaran jual atau beli menjelang penutupan hari bursa. Dari penawaran dan
permintaan ini, JATS NEXT-G lantas bisa membentuk harga penutupan dan mempertemukan penawaran
jual dan beli berdasarkan sistem price dan time priority.

5. Pasca Penutupan
Selanjutnya, perdagangan saham hari itu akan ditutup. Dalam proses pasca penutupan ini, anggota
bursa dapat memasukkan penawaran jual atau beli pada harga penutupan. Dari sini, JATS NEXT-G lantas
mempertemukan penawaran dan permintaan yang ada untuk efek yang sama secara keseluruhan, ataupun
sebagian, pada harga penutupan berdasarkan time priority.
INVESTASI YANG BERISIKO
A. Pengertian investasi
Investasi adalah penanaman aset atau dana yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau perorangan
untuk jangka waktu tertentu demi memperoleh imbal balik yang lebih besar di masa depan.

B. Proses Investasi
1. Menentukan Kebijakan Investasi
Ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maksudnya semakin tinggi return
yang ditawarkan maka semakin tinggi pula risikonya, sebaliknya semakin rendah return maka semakin
rendah pula risikonya. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko
a) Jenis Investor
1. Risk Taker. Bersedia menanggung risiko lebih besar .Saham dari perusahaan yang mempunyai risiko
tinggi
2. Risk Aver .Menghindari Risiko. Obligasi dari perusahaan yg dinilai aman

b) Analisis Sekuritas
Ada 2 Filosofi dalam melakukan analisis sekuritas:

a. Ada sekuritas yang mispriced


Mispriced (harganya salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah) dan analis dapat mendeteksi
sekuritas sekuritas tersebut). Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini, yang kemudian dikelompokkan
menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental

 Analisis Teknikal
Analisis ini menggunakan data (perubahan) harga di masa yang lalu sebagai upaya untuk memperkirakan
harga sekuritas di masa yang akan datang

 Analisis Fundamental
Analisis ini berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor- faktor yang
mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.

b. Harga sekuritas adalah wajar


Kalaupun ada sekuritas yang mispriced, analis tidak mampu untuk mendeteksinya. Pada dasarnya mereka
yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal efisien. Dengan demikian pemilihan sekuritas
bukan didasarkan atas faktor mispriced, tetapi didasarkan atas:
b.1 preferensi risiko para pemodal
b.2 pola kebutuhan kas
Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, sesuai dengan pendapat ini, adalah sesuai dengan risiko
yang mereka tanggung

b.3 Pembentukan portofolio


Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas- sekuritas mana
yang akan di pilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing- masing sekuritas tersebut.
Pemilihan banyak sekuritas (diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang di tanggug

b.4. Melakukan Revisi Portofolio


Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu
melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki

b.5. Evaluasi kinerja portofolio


Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dalam keuntungan yang
diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Dalam hal ini faktor risiko perlu di masukkan. Karena itu
diperlukan standar pengukurannya.
Maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami bagaimana mengukur tingkat
keuntungan yang di harapkan dan risiko investasi

2. Nilai yang diharapkan


• Tingkat keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi bersifat tidak pasti. Dalam keadaan itu
pemodal hanya akan mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu E(R)

Tabel 3.1 Tingkat keuntungan pada berbagai kondisi perekonomian

Kondisi Perekonomian Probabilitas Tingkat Keuntungan

Makmur 0,20 0,30

Normal 0,60 0,20

Resesi / stagnan 0,20 0,10

Tingkat keuntungan yang diharapkan bisa diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
E(R) = 0,20(0,30) + 0,60(0,20) + 0,20(0,10)
= 0,20 (atau 20%)

• Rumus E(R) atau Tingkat keuntungan yang diharapkan

E(R) = ∑ P . R
Keterangan :
E(R) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi

P = Probabilitas memperoleh tingkat keuntungan

3. Ukuran Penyebaran
• Risiko adalah kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan
yang diharapkan. Risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar maupun lebih kecil
dari yang diharapkan

• Untuk mengetahui ukuran risiko ini digunakanlah ukuran penyebaran distribusi. Statistik
menyediakan ukuran ini sebagai standar deviasi (ⵒ) atau dalam bentuk kuadrat disebut sebagai
variance
• Risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh dapat menyimpang dari hasil yang
diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran
• Alat statistika sebagai ukuran penyebaran, yaitu :

• Varians
• Standar deviasi

4. Kombinasi beberapa Investasi


• Pada praktiknya para pemodal pada sekuritas sering melakukan diversifikasi dalam investasi mereka.
Mereka mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka. Dengan kata lain mereka
membentuk portofolio.

Diversifikasi adalah berinvestasi pada berbagai jenis saham, dengan harapan jika terjadi penurunan
pengembalian satu saham akan ditutup oleh kenaikan pengembalian saham yang lain.
Bahwa risiko portofolio dipengaruhi oleh :
 Risiko masing – masing saham
 Proporsi dana yang diinvestasikan pada masing – masing saham
 Kovarians atau koefisien korelasi antar saham dalam portofolio

 Jumlah saham yang membentuk portofolio


• Misalkan kita mengamati dua saham, yaitu Astra International dan Duta Anggada, di BEJ selama
tahun 1995-1996. periode tersebut merupakan periode harga saham pada umumnya cukup baik. Kita
amati harga saham pada akhir bulan, apabila harga saham Astra pada akhir bulan januari 1995 adalah
sebesar Rp.2625, dan pada akhir bulan februari Rp.2675, maka dalam periode satu bulan tersebut
pemodal akan memperoleh keuntungan sebesar,
Rastra = (2.675-2.625)/ 2.625
= 0,0190
• Agar dalam analisis statistik perhitungan return tersebut tidak bias, maka dilakukan dengan cara
berikut :
Ri.t = Ln (Pi.t+1 / Pi.t)

Rastra,95.01 = Ln (2.675/ 2.625)


= 0,0189
Dari data tersebut kita bisa menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan dan standar deviasi
tingkat keuntungan dari masing- masing saham tersebut

Nama Saham Rata2 Tingkat keuntungan Deviasi standar tingkat


keuntungan

Duta Anggada 0,0235 0,1188

Astra Internasional 0,0361 0,1523

Tabel 3.4
Tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar tingkat keuntungan dari saham Astra
Internasional dan Duta Anggada, bulanan periode 1995-1996.
Apabila kita amati kedua saham tersebut, maka kita tidak dapat mengatakan saham mana yang lebih
baik, karena Duta Anggada mempunyai Risiko (ⵒ) yang lebih rendah, tetapi tingkat keuntungan yang
diharapkan E(R) juga lebih rendah.
Tahun Astra Rastra Duta Ranggada
dan Int’l Anggada
bulan

1995.01 2.625 0,0189 1.250 0,1988


1995.02 2.675 -0,0878 1.525 -0,0678
1995.03 2.450 -0,0963 1.425 -0,0727

1995.04 2.225 0,0963 1.325 0,2492


1995.05 2.450 -0,0631 1.700 0,0571
1995.06 2.300 -0,0109 1.800 0,0137

1995.07 2.275 0,0638 1.825 -


0,01160
1995.08 2.425 0,1074 1.625
-0,0968
1995.09 2.700 0,3150 1.475
-0,0344
1995.10 3.700 -0,0772 1.425
-0,1718
1995.11 3.425 0,0358 1.200
-0,0870
1995.12 3.550 -0,0141 1.100
0,0659
1996.01 3.500 -0,1967 1.175
0,0416
1996.02 2.875 0,0086 1.225
0,1512
1996.03 2.900 0,0255 1.425
0,0840
1996.04 2.975 -0,877 1.550
0,0160
1996.05 2.725 -0,0762 1.575
0,0157
1996.06 2.525 -0,1377 1.600
0,3070
1996.07 2.200 0,0765 2.175
-0,0591
1996.08 2.375 0,4700 2.050
-0,0500
1996.09 3.800 0,0698 1.950
0,0976
1996.10 4.075 0,2815 2.150
0,0995
1996.11 5.400 -0,0234 2.375
-0,0765
1996.12 5.275 0,1696 2.200
0,0000
1997.01 6.250 NA 2.200
NA

Berdasarkan tabel sebelumnya apabila pemodal diizinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, misalkan
pemodal dapat membentuk bernagai portofolio sebagai berikut :

Komposisi
Portofolio
Astra Int’l Duta Anggada

Portofolio 1 0,20 0,80

Portofolio 2 0,40 0,60

Portofolio 3 0,60 0,40

Portofolio 4 0,80 0,20

Table 3.5

Tahun Ranggada Rport1 Rport2 Rport3 Rport4 Rastra


dan
bulan

1995.01 0,1988 0,1628 0,1268 0,0908 0,0548 0,0189


1995.02 -0,0678 -0,0718 -0,0758 -0,0798 -0,0838 -0,0878
1995.03 -0,0727 -0,0774 -0,0821 -0,0869 -0,0916 -0,0963
1995.04 0,2492 0,2186 0,1880 0,1574 0,1269 0,0963
1995.05 0,0571 0,0330 0,0090 -0,0150 -0,0391 -0,0631

1995.06 0,0137 0,0088 0,0039 -0,0010 -0,0059 -0,0109


1995.07 -0,01160 -0,0800 -0,0441 -0,0081 0,0278 0,0638
1995.08 -0,0968 0,0559 -0,0151 0,0257 0,0665 0,1074

1995.09 -0,0344 0,0354 0,1053 0,1752 0,2451 0,3150


1995.10 -0,1718 0,1529 -0,1340 -0,1150 -0,0961 -0,0772
1995.11 -0,0870 -0,0624 -0,0378 -0,0132 0,0112 0,0358

1995.12 0,0659 0,0499 0,0339 0,0178 0,0018 -0,0141


1996.01 0,0416 -0,0060 -0,0536 -0,1013 -0,1490 -0,1967
1996.02 0,1512 0,1227 0,0942 0,0656 0,0371 0,0086

1996.03 0,0840 0,0723 0,0606 0,0489 0,0255


1996.04 0,0160 -0,0047 -0,0255 -0,0462 -0,877
-0,0210
1996.05 0,0157 -0,0026 0,0394 -0,0762
0,1291
1996.06 0,3070 0,2180 0,0401 -0,1377
-0,0048
1996.07 -0,0591 -0,0320 0,0222 0,0765
0,1579
1996.08 -0,0500 0,0539 0,2619 0,4700
0,0865
1996.09 0,0976 0,0920 0,0809 0,0698
0,1723
1996.10 0,0995 0,1359 0,2087 0,2815
-0,0552
1996.11 -0,0765 -0,0659 -0,0446 -0,0234
0,0678
1996.12 0,0000 0,0339 0,1017 0,1696

5. Karakteristik Umum Portofolio


Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio tidak lain merupakan rata-rata tertimbang dari
tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing saham yang membentuk portofolio tersebut.

 Risiko dalam portofolio dibedakan :


 Risiko sistematis
 Risiko tidak sistematis

Risiko Sistematis
 Suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini
dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan

Faktor yang mempengaruhi :


 Perubahan tingkat bunga
 Kurs valuta asing

 Kebijakan pemerintah
Risiko Tidak Sistematis
 Suatu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, sebab risiko ini hanya ada
dalam satu perusahaan atau industri tertentu
 Terdapat fluktuasi risiko yang berbeda antara satu saham dengan saham lain
 Faktor yang mempengaruhi :

 Struktur modal
 Struktur aset
 Tingkat likuiditas

Beberapa Jenis Risiko Investasi


 Risiko bisnis – business risk
 Risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten
 Risiko likuiditas – liquidity risk
 Risiko yang berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti

 Risiko tingkat bunga – interest rate risk


 Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar

Definisi Risiko
Risiko itu ada jika pembuat keputusan (perencana proyek) mampu mengestimasi kemungkinan-
kemungkinan (probabilitas) yang berhubungan dengan berbagai variasi hasil yang akan diterima salama
investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya.
Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun
suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk menyusunnya

Menurut Arthur J. Keown,


Risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar)
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return –
ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return)
PORTOFOLIO YANG EFISIEN

A. Kombinasi 2 Sekuritas Berisiko, Tanpa Short Sales


Short sales berarti menjual saham yang tidak dimiliki. Dengan short sales orang dapat
melakukan investasi lebih besar dari modal yang mereka miliki dengan melakukan peminjaman
saham terlebih dahulu. Kalau short sales tidak diperkenankan, berarti investor hanya dapat
menginvestasikan dana maksimum sebesar 100 % pada suatu sekuritas, dan minimum 0 %.
Kalalu short sales diijinkan, proporsi dana yang diinvestasikan pada suatu sekuritas bisa lebih
besar dari 100 % dan lebih kecil dari 0 % (dalam artian negatif).
Apabila short sales tidak diperkenankan, pada portofolio dengan dua sekuritas, dana yang
diinvestasikan pada A dan B akan sebesar 100 %., danproporsi dana yang diinvestasikan pada
masing-masing sekuritas tidak akan lebih kecil dari 0. Berbeda dengan apabila short sales
diperbolehkan, maka dana yang diinvestasikan pada A dan B bisa lebih besar dari 100 %, dan
proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing sekuritas yang dipilih sebagai short sales
akan negatif.
Untuk kondisi short sales tidak diperkenankan, maka:
XA + XB =1
dimana
X ≥ 0 dan X ≥ 0
A B
Persamaan diatas dapat pula dituliskan sebagai berikut:
XB = 1- XA

dimana
X ≥ 0 dan X ≥ 0
A B
Dari persamaan diatas, investor dapat memperkirakan bahwa untuk portofolio yang
terdiri dari dua sekuritas misalnya sekuritas A dan B maka tingkat keuntungan yang diharapkan
dan deviasi standar (risiko) portofolio adalah sebagai berikut:
E(Rp) = XAE(RA) + (1- XA)E(RB)

σ p = [ ( X2A σ2A + ( 1 – XA )2 σ2B + 2XA ( 1 – XA ) σAB ]1/2

Dalam hal ini:


XA : Proporsi dana yang diinvestasikan pada sahamA
XB : Proporsi dana yang diinvestasikan pada sahamB
E (R A) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas A
E (R B) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas B
E (R P) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio P
σP : Deviasi standar tingkat keuntungan portofolio tersebut
σA 2
: Deviasi standar tingkat keuntungan saham A
σB2 : Deviasi standar tingkat keuntungan saham B
σAB : covariance tingkat keuntungan saham A dan saham B

Kita ketahui bahwa koefisien korelasi terletak dari nilai -1 (minimal) sampai dengan nilai 1
(maksimal). Dengan contoh soal dibawah ini marilah kita pahami bagaimana pengurangan risiko
dalam portofolio saham dengan memperhatikan nilai koefisien korelasi antara anggota
portofolio.
Apabila diketahui data sbb:

Jenis saham E(R) Standar Deviasi


Saham A 0,25 0,10
Saham B 0,20 0,08

 Apabila dua sekuritas tersebut memiliki korelasi positif sempurna

Berdasar data di atas maka:


E(Rp) = 0,25X A + 0,20(1- XA) = 0,20 + 0.05XA
σp = 0,10XA + 0,08(1- X A ) = 0,08 + 0,02XA

Adapun nilai tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar untuk
berbagai nilai Xa adalah sebagai berikut:
XA 0 0,4 0,8 1,0
E(RA) 0,20 0,22 0,24 0,25
σp 0,08 0,088 0,96 0,10

Dari data diatas kita mendapatkan hasil bahwa pada saat ρAB=+1
(koefisien korelasi positif sempurna 1), portofolio yang dilakukan tidak akan
memberikan manfaat bagi investor dalam pengurangan risiko. Dengan demikian,
maka tidak ada manfaat diversifikasi yang dilakukan sehingga akan sama seperti
kalau memberli sekuritas individual yang membentuk portofolio. Gambar
hubungan antara tingkat keuntungan dan deviasi standar pada saat korelasi adalah
1 seperti dibawah ini.
Gambar 4.3 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan
dengan deviasi standar pada saat koefisien korelasi = +1

E (R p)

A
SML

0,25

0,2

0,08 0,10 Risiko (σ)

Dengan demikian, portofolio dengan dua saham tidak akan memberikan


manfaat bagi investor apabila koefisien korelasi antar dua saham tersebut adalah
positif sempurna (+1) sehingga investor tidak perlu melakukan portofolio saham
dengan menentukan alokasi aset dalam saham tersebut.

 Saham A danB dengan korelasi negatif sempurna (-1)


Apabila terdapat koefisien korelasi saham A dan saham B adalah negatif
sempurna (-1), maka perhitungan risiko portofolio menjadi:
Kedua persamaan untuk menghitung deviasi standar portofolio diatas
menunjukkan bahwa persamaan yang satu hanyalah merupakan perkalian
antara persamaan satunya dengan angka -1 (negatif satu). Sehingga masing-
masing persamaan hanya valid apabila nilai sisi kanan positif. Persamaan yang
satu akan positif apabila persamaan satunya negatif, maka kita akan
memperoleh solusi tentang risiko dan keuntungan yang diharapkan dari
kombinasi saham A dan B.
Berdasar data di atas maka:
E(Rp ) = 0,20 + 0,05XA
σ p1 = 0,10XA - 0,08(1- XA)

σ p2 = - 0,10XA + 0,08(1- XA)


XA 0 0,4 0,8 1,0
E(RA) 0,20 0,22 0,24 0,25
σp 0,08 0,008 0,062 0,10

Jadi saat ρAB=-1, maka diversifikasi menghilangkan risiko. Kombinasi


portofolio dua saham dengan korelasi negatif sempurna akan menghilangkan
risiko portofolio yang terdiri dari dua sekuritas tersebut. Gambar dibawah ini
menunjukkan hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan
deviasi standar suatu portofolio yang terdiri dari dua sekuritas, dan tingkat
keuntungannya berkorelasi negatif sempurna

Gambar 4.4 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi
standar pada saat koefisien korelasi = -1 (negatif sempurna)

E (R p)

A
SML

0,25
H

0,22 B

0,2

0,08 0,10 Risiko (σ)

 Korelasi moderat (berada diantara +1 dan -1)


Dalam investasi, kita tidak akan menemukan investasi dengan korelasi yang
sempurna baik positif sempurna maupun negatif sempurna. Pada umumnya,
tingkat keuntungan akan berkorelasi antara -1 dan +1. Dengan menggabungkan
gambar pada saat korelasi sempurna -1 dan +1, maka kita akan dapat
memperkirakan besaran deviasi standar dari portofolio dua
sekuritas. Pada saat koefisien korelasi (ƿ) = +1, maka kombinasi portofolio
terdapat pada gari AB. Pada saat ƿ = -1, maka kombinasi portofolio tersebut
akan terletak pada gari AHB. Dengan demikian, pada saat koefisien korelasi
berada antara -1 dan +1, maka garis yang menghubungkan titik A dan B akan
berada pada kedua gari tersebut (antara garis AB dan garis AHB). Karena itu,
kelengkungan garis tersebut selalu mengarah kekiri (concave curve). Semakin
besar koefisien korelasi dari kedua saham tersebut, akan semakin mendekati
gari AB, dan semakin kecil koefisien korelasi kedua saham tersebut, maka garis
akan semakin mendekati garis AHB.
Gambar 6 dibawah ini menggambarkan hubungan antara tingkat return yang
diharapkan dengan deviasi standar pada saat koefisien korelasi (ƿ) berada antara
-1 dan +1.
Gambar 4.5 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi standar
pada saat koefisien korelasi = -1 (negatif sempurna)
E (R p)

A
SML

0,25
H

0,22

B
0,2

0,08 0,10 Risiko (σ)

B. Kombinasi lebih dari 2 sekuritas berisiko, tanpa short sales


Investor dalam melakukan membentuk portofolio tentu tidak hanya sebatas
kombinasi dua saham, namun bisa lebih dari dua saham. Perhitungan nilai return
dan risiko portofolio lebih dari dua saham dapat diselesaikan dengan quadratic
programming, dengan menggunakan persamaan seperti dibawah ini:
Minimumkan risio

Dengan batasan :

(1)£ Xi = 1
(2)£ X i E(R p ) = E(R p )
(3)Xi ≥ 0, i = 1,. ....... N
Dengan memberikan nilai yang berbeda-beda pada E (R p), maka dari
persamaan tersebut akan diperoleh suatu rangkaian titik-titik yang membentuk garis
yang merupakan garis efisien dalam portofolio (efficient frontier). Portofolio yang
terdapat dalam efficient frontier merupakan pilihan portofolio yang efisien yang
memiliki risiko minimal dengan tingkat keuntungan tertentu, atau return terbesar
pada tingkat risiko tertentu. Gambar dibawah ini memperlihatkan efficient frontier
yang diperoleh dari penggunaan programasi kuadratik.
Gambar 4.6 Permukaan efisien pilihan portofolio (efficient frontier)

E (R p)
Risiko (σ)

Garis B sampai C merupakan permukaan garis yang membentuk efficient


frontier, sedangkan garis B sampai D bukan merupakan efficient frontier karena
kombinasi nilai risiko dengan return pada garis BD bukan yang paling efisien,
karena masih ada yang lebih efisien yaitu yang terletak pada garis BC.

a. Kombinasi 2 sekuritas berisiko, diperbolehkan short sales


Ada beberapa bursa yang memperbolehkan investor melakukan short sales.
Apabila investor diperbolehkan melakukan short sales, maka dimungkinkan
investor dapat memiliki menginvestasikan proporsi dananya secara negatif pada
saham yang dilakukan short sales. Hal ini dapat terjadi karena investor dapat
meminjam saham kepada orang lain dengan pertimbangan bahwa harga saham pada
suatu ketiga akan turun sehingga akan memperoleh keuntungan dengan menjual
sekarang. Dengan demikian investor melakukan short sales apabila tingkat
keuntungan yang diharapkan dimasa datang adalah negatif. Investor masih
mungkin melakukan short sales untuk saham yang memberikan tingkat keuntungan
positif dengan harapan bahwa arus kas yang diterima dapat dipergunakan untuk
membeli saham yang diperkirakan akan memberikan return lebih besar daripada
saham yang di short sales.
Berikut ini contoh untuk menggambarkan bagaimana short sales dilakukan
investor dan memengaruhi tingkat return dan risiko dari portofolio yang dilakukan
investor.
XA -1 0 0,4 0,8 1,0 2,0
E(RA) 0,15 0,20 0,22 0,24 0,25 0,30
σp 0,14 0,08 0,008 0,062 0,10 0,196

Keadan short sales ditunjukkan pada saat proporsi dana yang dilakukan
dapat kurang dari nol (yaitu -1) dan lebih dari 1 (yaitu +2). Dengan short sales
dimungkinkan melakukan investasikan jumlah dana yang sangat besar jauh lebih
besar dari jumlah dana yang dimiliki oleh investor, ataupun melakukan investasi
tanpa memiliki dana dengan cara melakukan peminjaman saham kepada investor
lainnya.

Gambar dibawah ini menggambarkan kondisi portofolio optimal yang dapat


diperoleh investor apabila short sales diperbolehkan.
Gambar 4.7 Permukaan efisien pilihan portofolio (efficient frontier)
dengan adanya short sales

E (R p)

D
Dalam portofolio lebih dari dua saham dengan short sales diperbolehkan,
proporsi saham yang diinvestasikan dimungkinkan bisa negatif. Maka perumusan
perhitungannya dapat dicari dengan persamaan:

Minimumkan risiko

Dengan batasan :

(1)£ = 1
i
(2)£ XiE(R p) = E(R p)

Dengan memberikan nilai yang berbeda pada return yang diharapkan, maka
akan dapat diperoleh titik-titik yang akan membentuk garis yang merupakan
efficient frontier untuk portofolio dengan short sales diperbolehkan. Persamaan ini
dapat dibantu penyelesaiannya dengan menggunakan programasi linear quadratic
programming.

b. Memasukkan Aset Bebas Risiko


Investasi bebas risiko adalah suatu investasi yang secara pasti memberikan
tingkat keuntungan kepada investor sebesar Rf dengan deviasi standar tingkat
keuntungan investasi adalah nol. Investor apabila memiliki kesempatan untuk
menginvestasikan dana bebas risiko, maka kombinasi dari investasi dana bebas
risiko dengan investasi berisiko akan membentuk garis lurus. Gambar dibawah ini
memperlihatkan kombinasi antara portofolio aset bebas risiko dengan aset berisiko.
Gambar 4.8 Portofolio optimal penggabungan aset bebas risiko dengan
aset berisik

E(Rp)
D C

B
Rf
D

Kombinasi portofolio aset bebas risiko dengan aset berisiko


pada gambar diatas terlihat pada garis Rf B, Rf C, dan Rf D. kombinasi
RF D adalah kombinasi portofolio yang optimal dibandingkan garis Rf
B dan Rf C karena memberikan tingkat return yang lebih tinggi pada
besaran risiko yang sama. Dengan demikian, investor akan memilih
portofolio pada titik D. Apabila investor menginvestasikan pada titik
antara Rf dan D, maka investor mengkombinasikan portofolio yang
dilakukan antara aset bebas risiko dengan aset berisiko. Apabila
investor menginvestasikan dananya pada titik-titik sebelah kanan titik
D, maka investor meminjam dana dengan bunga bebas risiko dan
menginvestasikannya pada portofolio di titik D. Dalam investasi
portofolio lebih dari dua saham, keberadaan risk free aset, maka untuk
memperoleh kombinasi portofolio yang optimal yaitu return yang
paling tinggi pada tingkat risiko tertentu, maka dimungkinkan dapat
dilakukan dengan memaksimumkan kemiringan (slope) garis yang
menghubungkan aset bebas risiko (R f) dengan portofolio yang
berisiko.
PENYEDERHANAAN ANALISIS PORTOFOLIO

MODEL INDEKS TUNGGAL


Teori yang pertama kali dikemukakan oleh Harry Markowitz pada tahun 1956
kemudian mengalami perkembangan dan penyederhanaan yang membawa dampak besar
pada implementasi teori tersebut dalam dunia keuangan. Dalam bab ini kita akan
membicarakan penyederhanaan tersebut. Penyederhanaan bukan hanya dalam artian input
yang dipergunakan, tetapi juga bagaimana menaksir input yang diperlukan untuk analisis.

1. Masukan Untuk Analisis Portofolio


Sewaktu kita melakukan analisis portofolio, perhatian kita akan terpusat pada
dua parameter, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar tingkat
keuntungan portofolio yang efisien. Tingkat keuntungan yang diharapkan dari
portofolio dinyatakan sebagai

E(Rp) = ∑ 𝐗 𝐢𝐄(𝐑𝐩)
Sedangkan deviasi standar portofolio dinyatakan sebagai

σp = [ ∑ X12 σi + ∑∑ Xi Xj σij ] ½
Dengan demikian kalau kita ingin melakukan analisis portofolio yang terdiri
dari 5 saham (atau sekuritas) misalnya, maka untuk menaksir E(R) kita perlu
menaksir tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing saham yang
membentuk portofolio tersebut. Berarti kita perlu menaksir lima tingkat keuntungan
yang diharapkan. Untuk menaksir tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu
portofolio, kita perlu menaksir jumlah tingkat keuntungan yang diharapkan sebanyak
jumlah saham yang membentuk portofolio tersebut.

Sebaliknya kalau kita ingin menaksir σp kita harus menaksir variance (atau
deviasi standar) dari saham-saham yang membentuk portofolio tersebut dan koefisien
korelasi antar tingkat keuntungan (atau covariance). Kalau portofolio tersebut terdiri
dari 5 saham, maka kita akan menaksir 5 variance dan 10 koefisien korelasi. Jumlah
koefisien korelasi yang perlu ditaksir ini akan meningkat dengan cepat apabila kita
memperbesar saham-saham yang ada dalam portofolio kita. Formula yang dipergunakan
untuk menghitung jumlah koefisien korelasi antar tingkat keuntungan adalah N(N - 1)/2.
Dalam hal ini N adalah jumlah sekuritas yang dipergunakan untuk membentuk portofolio
tersebut. Jadi kalau kita melakukan pengamatan terhadap 20 sekuritas, maka kita harus
menaksir 20(20 - 1)/2 = 190 koefisien korelasi. Suatu jumlah variabel yang tidak sedikit,
lebih-lebih kalau pada umumnya para analis sekuritas melakukan pengamatan terhadap
sekitar 50 sampai dengan 100 sekuritas.

Tentu saja kita bisa menghitung koefisien korelasi, variance dan tingkat
keuntungan yang diharapkan berdasarkan atas data tahun-tahun yang lalu. Tetapi untuk
keperluan analisis dan pengambilan keputusan kita berkepentingan dengan nilai variabel-
variabel tersebut di masa yang akan datang, bukan dengan nilai historisnya. Untuk itu
kita hanya bisa melakukan estimasi terhadap variabel-variabel tersebut. Seandainya nilai
variabel-variabel tersebut relatif stabil, maka kita bisa melakukan estimasi dengan baik
dengan menggunakan data historis.
Untuk keperluan analisis portofolio memang disyaratkan bahwa data yang kita
pergunakan harus mempunyai sifat stationary. Stationarity ini ditunjukkan dari stabilnya
nilai mean dan variance. Kalau suatu series bersifat stationary berarti untuk variabel
tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar, data historis memang sedikit
banyak bisa dipergunakan untuk menaksir nilai di masa yang akan datang, tetapi tidak
untuk koefisien korelasi. Tidak ada jaminan bahwa kalau tahun yang lalu koefisien
korelasi antara saham A dan B lebih rendah dibandingkan antara saham B dan C, maka
untuk tahun-tahun yang akan datang pola tersebut akan tetap berlaku. Untuk itulah
kemudian dipergunakan model yang diharapkan bisa membantu memecahkan masalah-
masalah tersebut.

2. Konsep Model Indek Tunggal


Kalau kita melakukan pengamatan maka akan nampak bahwa pada saat
"pasar" membaik yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham-saham
individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar memburuk maka
harga saham-saham akan turun harganya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan
suatu saham tampaknya berkorelasi dengan perubahan pasar. Kalau perubahan pasar bisa
dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan suatu
saham bisa dinyatakan sebagai,

Ri = ai + βi Rm
dalam hal ini, adalah bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak dipengaruhi
oleh perubahan pasar. Variabel ini merupakan variabel yang acak.
Rm adalah tingkat keuntungan indeks pasar. Variabel ini merupakan variabel yang
acak.

βi adalah beta, yaitu parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Rj kalau
terjadi perubahan pada Rm
Persamaan tersebut hanyalah memecah tingkat keuntungan suatu saham menjadi
dua bagian, yaitu yang independen dari perubahan pasar dan yang dipengaruhi oleh
pasar. Menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu saham terhadap tingkat
keuntungan indeks dasar. βi sebesar 2 berarti bahwa kalau terjadi kenaikan (penurunan)
tingkat keuntungan indeks pasar sebesar 10% maka akan terjadi kenaikan (penurunan)
Rj sebesar 20%. Parameter a, menunjukkan komponen tingkat keuntungan yang tidak
terpengaruh oleh perubahan indeks pasar. Parameter ini bisa dipecah menjadi dua, yaitu, α i
(alpha) yang menunjukkan nilai pengharapan dari ai, dan ei, yang menunjukkan elemen
acak dari ai. dengan demikian maka
ai = αi + ei
Dengan ei mempunyai nilai pengharapan sebesar nol. Persamaan tingkat
keuntungan suatu saham sekarang bisa dinyatakan sebagai,

Ri = αi + βi Rm + ei
Persamaan tersebut merupakan persamaan regresi linier sederhana yang dihitung
dengan R sebagai variabel tergantung dan Rm sebagai variabel independen. Cara
penghitungan regresi secara manual diberikan pada Apendiks Bab ini, meskipun
penggunaan paket program statistik akan sangat mempercepat perhitungan kita. Perhatikan
sekali lagi bahwa Rm dan ei, adalah variabel random. Karena itu cov(e i,Rm ) = 0. Kemudian
diasumsikan bahwa ei independen terhadap ej, untuk setiap nilai i dan j, formal bisa
dinyatakan bahwa E(ei,ej,) = 0.
Model indeks tunggal bisa kita ringkas sebagai berikut:

Persamaan dasar
Ri = αi + βi Rm + ei untuk setiap saham i = 1,.,N
Berdasarkan pembentukan saham

E (ei) = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N


Berdasarkan asumsi
(1) lndeks tidak berkorelasi dengan unique return :

E[ ei (Rm – E (Rm)) ] = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N


(2) Sekuritas hanya dipengaruhi oleh pasar :

E (ei ej) = 0 untuk setiap pasangan saham


i = 1,..,N dan j = 1,.,N, tetapi i ≠ j
Per definisi

(1) Variance ei = E(ei)2 = σei2 untuk semua saham i = 1,..,N


(2) Variance Rm = σm2
Untuk sekuritas, penggunaan model indeks tunggal menghasilkan tingkat
keuntungan yang diharapkan, deviasi standar tingkat keuntungan dan covariance antar
saham sebagai berikut,
1. Tingkat keuntungan yang diharapkan,
E(Ri) = αi + βi E (Rm)
2. Variance tingkat keuntungan
αi2 = βi σm2 + σei2
3. Covariance tingkat keuntungan sekuritas i dan j
σij = βi βj σm2

Perhatikan bahwa model tersebut menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang


diharapkan terdiri dari dua komponen; bagian yang unik, yaitu αi dan bagian yang
berhubungan dengan pasar, yaitu βi E (Rm). Demikian juga variance tingkat keuntungan
terdiri dari dua bagian, yaitu risiko yang unik (σei2) dan risiko yang berhubungan dengan
pasar βi σm2 . Sebaliknya covariance semata-mata tergantung pada risiko pasar. lni berarti
bahwa model indeks tunggal menunjukkan bahwa satu-satunya alasan mengapa saham-
saham "bergerak bersama" adalah bereaksi terhadap gerakan pasar.

Pernyataan tersebut bisa diilustrasikan dengan data yang ada dalam tabel 5.1.
Misalkan kita mengamati tingkat keuntungan suatu saham dan indeks pasar seperti yang
ditunjukkan pada kolom (1) dan (2). Kolom (3) merupakan reproduksi kolom (1).
Sementara ini kita terima dulu bahwa β i = 0,975. Kolom (5) merupakan kolom (2)
dikalikan 0,975. Nilai ei diperoleh sebagai berikut. Perhatikan bahwa rata-rata ei = 0.
Karena itu jumlah ei, juga = 0. Karena jumlah kolom (5) = 39, maka jumlah kolom(4)
harus sama= 13. Karena αi merupakan konstanta, maka nilai αi, pada setiap bulannya
adalah 39/5 = 2,6.
Dengan menggunakan rumus (5.4) kita bisa menghitung bahwa,

σm2 = 32 dan σei2 = 4,732. Dengan demikian maka,


σei2 = βi2 σm2 + σei2
= 30,42 + 4,732

= 35,152
Tabel Dekomposisi Tingkat Keuntungan Untuk Model Indeks Tunggal

Bulan (1) (2) (3) (4) (5) (6)


Tingkat Tingkat Ri αi+ βiRm + ei
Keuntungan Keuntungan
Saham Pasar

1 13 8 13 2,6 7,8 2,6


2 3,9 4 3,9 2,6 3,9 -2,6
3 19,5 16 19,5 2,6 15,6 1,3
4 11,7 12 11,7 2,6 11,7 -2,6
5 3,9 0 3,9 2,6 0 1,3
40 20 52 13 39 0

3. Model Indek Tunggal Untuk Portofolio


Di muka telah disebutkan bahwa salah satu alasan dipergunakannya model indeks
tunggal adalah untuk mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir. Kalau kita
melakukan analisis portofolio maka pada dasarnya kita harus memperkirakan E(Rp ) dan
σp. Kalau kita mempunyai 10 sekuritas yang membentuk portofolio, maka untui menaksir
E(Rp) kita perlu menaksir sepuluh tingkat keuntungan sekuritas. Untuk menaksir σ p kita
perlu menaksir sepuluh variance tingkat keuntungan dan empat puluh lima covarince.
Model indeks tunggal akan mampu mengurangi jumlah variabel yang perlu ditaksir
karena untuk portofolio model indeks tunggal mempunyai karakteristik sebagai berikut.
Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari beta saham-saham yang
membentuk portofolio tersebut. Dinyatakan dalam rumus,

βp = xi βi
Demikian juga alpha portofolio αp, adalah

αp = xi αi
Dengan demikian persamaan (5.4) bisa dituliskan menjadi

E(Rp) = αp = βp + βp E (Rm)
Untuk variance portofolio, αp2, rumusnya bisa dinyatakan sebagai,

αp2 = βp2+ σm2 + ∑ xiσ ei2


Apabila pemodal menginvestasikan dananya dengan proporsi yang sama pada N
saham, maka variance portofolio bisa dinyatakan sebagai,

σp2 = βp2 σm2 + (1/N) [ ∑ (1/N) (σei2) ]

Apabila nilai N menjadi makin besar (artinya makin banyak saham yang
dipergunakan untuk membentuk portofolio), makin kecillah nilai term kedua dari
persamaan tersebut. Karena term tersebut menunjukkan risiko sisa (residual risk atau
unsystematic risk) maka ini berarti bahwa sumbangan risiko sisa terhadap risiko portofolio
menjadi makin kecil apabila kita memperbesar jumlah saham yang ada dalam portofolio.
Apabila kita mempunyai N yang besar sekali, maka term tersebut akan menjadi sangat kecil
dan mendekati nol. Sedangkan term yang pertama disebut sebagai systematic risk.
Penjumlahan kedua terms tersebut disebut sebagai risiko total dari portofolio (σp2).
Risiko yang tidak bisa dihilangkan kalau kita membentuk portofolio yang terdiri
dari sekuritas yang makin banyak, merupakan risiko yang berkaitan dengan βp. Kalau kita
rnenganggap risiko residual mendekati nol, maka risiko portofolio mendekati
σp2 = [ β p2 σm2 ]1/2 = β p σm = [ ∑ Xi β i ]
Karena nilainya sama σm, tidak peduli saham apapun yang kita analisis, ukuran
kontribusi risiko suatu saham terhadap risiko portofolio yang terdiri dari banyak saham
akan tergantung pada β1

4. Menaksir Beta
Penggunaan model indeks tunggal memerlukan penaksiran beta dari saham-saham
yang akan dimasukkan ke dalam portofolio. Para analis bisa saja menggunakan judgement
mereka dalam menentukan beta. Kita juga bisa menggunakan data historis untuk
menghitung beta waktu lalu yang dipergunakan sebagai taksiran beta di masa yang akan
datang. Diketemukan berbagai bukti bahwa beta historis memberikan informasi yang
berguna tentang beta di masa yang akan datang (sebagai misal, Brealey and Myers, 1991,
h. 183). Karena itu sering para analis menggunakan beta historis sebelum mereka
menggunakan judgement / untuk memperkirakan beta di masa yang akan datang.

Persamaan (5.3) menunjukkan bahwa,

Ri = αi + βi Rm + ei

Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linier sederhana, yang bisa
dipecahkan dengan rumus regresi. Berbagai program statistik untuk dipergunakan di
komputer juga tersedia untuk menghitung persamaan tersebut. Informasi yang diperlukan
adalah series tentang tingkat keuntungan suatu saham (R i,) dan tingkat keuntungan indeks
pasar (Rm). Hasil perhitungan tersebut kalau di-plot-kan dalam suatu gambar akan nampak
seperti dalam Gambar 5.1.
Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut, dan α menunjukkan
intercept dengan sumbu Rit. Semakin besar beta, semakin curam kemiringan garis tersebut,
dan sebaliknya. Penyebaran titik-titik pengamatan di sekitar garis regresi tersebut
menunjukkan risiko sisa (σei2)sekuritas yang diamati. Semakin menyebar titik-titik tersebut,
semakin besar risiko sisanya.

Beta juga bisa dihitung dengan menggunakan rumus,


βi = (σim / σm2) dan untuk alpha, bisa dihitung dengan

αi = E (Rit) – βp E (Rmt)

Nilai βi , dan αi , yang dihitung dengan persamaan regresi merupakan taksiran dari
beta dan alpha yang sebenamya. Taksiran tersebut tidak luput dari kesalahan (subject to
error). Berbagai properti statistik, seperti nilai-t, nilai F, dan koefisien determinasia perlu
diperhatikan untuk menggunakan nilai-nilai taksiran tersebut.
Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (yaitu
bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio. Koefisien
determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai R 1 yang bisa dijelaskan oleh Rm.
Dengan demikian semakin besar nilai koefisien determinasi semakin akurat nllai estimated
beta tersebut. Beta portofolio umumnya lebih akurat dari beta sekuritas individual karena
dua hal. Pertama, beta mungkin berubah dari waktu ke waktu. Ada sekuritas yang betanya
berubah menjadi lebih besar, ada pula yang mengecil. Pembentukan portofolio
memungkinkan perubahan tersebut menjadi saling meniadakan, atau paling tidak mengecil.
Kedua, penaksiran beta selalu mengandung unsur kesalahan acak (random error).
Pembentukan portofolio memungkinkan kesalahan tersebut diperkecil. Karena itu, semakin
banyak sekuritas yang dipergunakan untuk membentuk portofolio, semakin besar nilai
koefisien determinasinya. Dengan demikian maka beta portofolio historis akan merupakan
predictor beta masa depan yang lebih baik dibandingkan dengan beta sekuritas individual.

a. Menyesuaikan Taksiran Beta Historis


Apakah kita bisa memperbaiki akurasi penaksiran beta historis untuk
keperluan estimasi beta di masa yang akan datang? Pengamatan yang dilakukan olehBlume (I97I)
menunjukkan fenomenayangmenarik, sebagaimana disajikan pada Tabel 5.2 berikut ini. Blume
mengamati beta dari berbagai portofolio pada dua periode yang berurutan, yaitu beta pada periode
Juli 1954-Juni 1961 dan periode Juli 1961-Juni 1968. Beta-beta periode pertama tersebut disusun
menurut peringkatnya, dimulai dari beta yang terkecil sampai dengan beta yang terbesar.
Tabel 5.2. Beta berbagai portofolio yang disusun sesuai peringkatnya
untuk dua periode waktu yang berurutan.

Portofolio 7/54-6/61 7/61-6/68


1 0,393 0,620
2 0,612 0,707
3 0,810 0,861
4 0,987 0,914
5 1,138 0,995
6 1,337 1,169

Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa apabila pada periode
pertama beta suatu portofolio kecil, yaitu di bawah satu, maka pada periode berikutnya akan terjadi
kenaikan. Sebagai misal, beta portofolio pertama adalah 0,393 pada periode pertama, kemudian
beta portofolio ini meningkat menjadi 0,620 pada periode kedua. Sebaliknya untuk portofolio yang
mempunyai beta tinggi, lebih besar dari satu. Pada periode berikutnya beta portofolio tersebut
menurun. Ada kecenderungan bahwa nampaknya beta portofolio- portofolio tersebut, dalam jangka
panjang akan bergerak di sekitar satu.

Berdasarkan fenomena tersebut Blume kemudian merumuskan teknik untuk menyesuaikan


beta historis yaitu meregresikan ke arah satu. Kalau beta-beta pada periode kedua diregresikan
dengan beta-beta pada periode pertama, akan diperoleh persamaan

βi2 =0,343 + 0,677 β91


Dalam hal ini βi2, menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 2, dan β i2,
menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 1. Jadi apabila kita menghitung beta suatu
sekuritas pada periode pertama sebesar 2, maka pada periode yang akan datang kita akan
rnemperkirakan bahwa beta sekuritas tersebut adalah 0,343 + 0,677 (2) = 1,697 , dan bukan 2.
Persamaan tersebut bisa digambarkan sebagai berikut.

Beta periode 2

0,677

0,34
3

Beta periode 1

Gambar 5.2. Hubungan antara beta pada periode 1 dengan beta pada periode 2, hasil
pengamatan Blume

Teknik yang dikemukakan oleh Blume tersebut telah diuji secara empiris, dan
hasilnya ternyata memang lebih baik daripada seandainya kita menggunakan beta yang
tidak disesuaikan (Klemkosky and Martin, 1975). Pengujian dilakukan terhadap
kemampuan meramalkan teknik tersebut untuk tiga periode yang setiap periodenya terdiri
dari lima tahun, saham individual maupun portofolio yang terdiri dari sepuluh sekuritas.
Ilustrasi 5.1

Pengujian empiris juga dilakukan di pasar modal Indonesia (Pudjiastuti dan Husnan,
1993). Untuk periode tahun 1990 – 1992, ditemukan bahwa beta pada t berkorelasi relatif
cukup kuat dengan beta t + 1. Korelasi beta 1990 dengan beta 1991 ditemukan sebesar 0,39,
sedangkan antara beta tahun 1991 dengan 1992 adalah 0,52. Sebaliknya beta pendekatan
Blume diterapkan untuk Indonesia, ditemukan persamaan,
β92 =0,460 + 0,3791β92
Meskipun kecenderungan mendekati satu tidak terdeteksi, peramalan beta di masa yang
akan datang dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut ternyata sedikit lebih
baik daripada dengan menggunakan nilai beta di waktu yang lalu. Hal ini terlihat dari nilai
rata-rata error yang dikuadratkan (mean square error), yang lebih rendah untuk estimasi
beta dengan persamaan di atas, daripada beta historis apa adanya.
Dengan demikian, penggunaan beta bukan hanya mengurangi jumlah variabel yang
harus ditaksir, beta yang disesuaikanjuga relatif lebih akurat sebagai penaksir beta di masa
yang akan datang dibandingkan dengan beta historis yang tidak disesuaikan, dan juga
dengan koefisien korelasi historis. Yang terakhir ini nampaknya merupakan forecaster yang
terburuk untuk nilai-nilai di masa yang akan datang.
Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variabel yang harus ditaksir
dan penggunaan data (beta) historis (setelah disesuaikan) lebih bisa diandalkan, tetapi
penggunaan beta juga memungkinkan kita mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental
yang mungkin mempengaruhi beta tersebut. Faktor-faktor fundamental ini yang tidak bisa
diidentifikasikan kalau kita menggunakan matrik koefisien korelasi historis. Belum bisa
diidentifikasikan faktor (faktor-faktor) apa yang menyebabkan, misalnya, koefisien
korelasi saham i dengan j ternyata rendah (atau tinggi) pada periode waktu tertentu.
Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat
keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental
perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut. Faktor-faktor
yang diidentifi kasikan mempengaruhi nilai beta adalah :

1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi


oleh konjungtur perekonomian. Kita tahu bahwa pada saat kondisi perekonomian
membaik, semua petusahaan akan merasakan dampak positifnya. Demikian pula
pada saat resesi semua perusahaan akan terkena dampak negatifnya. Yang
membedakan adalah intensitasnya. Ada perusahaan yang segera membaik
(memburuk) pada saat kondisi perekonomian membaik (memburuk), tetapi ada pula
yang hanya sedikit terpengaruh. Perusahaan yang sangat peka terhadap perubahan
kondisi perkonomian merupakan perusahaan yang mempunyai beta yang tinggi dan
sebaliknya.
2. Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan
yang merupakan biaya. Semakin besar proporsi ini semakin besar operating
leveragenya. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan
cenderung mempunyai beta yang tinggi, dan sebaliknya.
3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang
mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan,
semakin besar financial leverage-nya. Kalau kita menaksir beta saham, maka kita
menaksir beta equity. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh
perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko yang makin besar.
Karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin tinggi beta equity.
Beberapa peneliti (Beaver, Kettler, and Scholes, 1970) mencoba
merumuskan beberapa variabel akuntansi untuk memperkirakan beta. Variabel-
variabel yang dipergunakan diantaranya adalah:
1) Dividend Payout (yaitu perbandingan antara dividen per lembar saham
dengan laba per lembar saham).
2) Pertumbuhan aktiva (yaitu perubahan aktiva per tahun).
3) Leverage (yaitu rasio antara hutang dengan total aktiva).
4) Likuiditas (yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar).
5) Asset size (yaitu nilai kekayaan total).
6) Variabilitas keuntungan (yaitu deviasi standar dari earnings price ratio).
7) Beta akunting (yaitu beta yang timbul dari regresi time series laba
perusahaan terhadap rata-rata keuntungan semua (atau sampel) perusahaan.
Variabel (1) diharapkan mempunyai hubungan yang negatif dengan beta.
Variabel (2) dan (3) diharapkan mempunyai hubungan yang positif. Variabel (4)
diharapkan mempunyai hubungan negatif, dan variabel (5) dan (6) mempunyai
hubungan positif. Beta akunting diharapkan mempunyai hubungan yang positif
dengan beta pasar.
Korelasi masing-masing faktor tersebut dengan beta menunjukkan hasil
yang sesuai dengan pengharapan. Sedangkan untuk menguji apakah variabel-
variabel tersebut memang mempengaruhi beta, dilakukan uji regresi berganda,
dimana variabel tergantungnya adalah beta. Banyak peneliti lain yang juga
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta seperti
yang telah diungkapkan oleh Elton and Gruber (1991).
PEMELIHAN PORTOFOLIO YANG OPTIMAL

A. Model Utilitas yang Diharapkan


Utilitas yang diharapkan yang tertinggi tidak selalu sama dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan yang tinggi. Berdasarkan model ini digunakan beberapa aksioma tentang perilaku
modal dalam pengambilan keputusan investasi. Aksioma-aksioma tersebut adalah:
a) Para pemodal mampu memilih berbagai alternatif dengan menyusun peringkat dari alternatif-
alternatif tersebut sehingga bisa diambil keputusan
b) Setiap peringkat alternatif-alternatiftersebut bersifat transitif artinya kalau investasi A lebih
disukai dari pada B dan B lebih disukai daripada C maka A tentu lebih lebih disukai daripada C

c) Para pemodal akan memperhatikan risiko alternatif yang dipertimbangkan dan tidak
memperhatikan sifat alternatif-alternatif tersebut misal, pemodal tidak akan mempertimbangkan
apakah suatu kesempatan investasi lebih padat modal atauah lebih padat kaya

d) Para pemodal mampu menentukan certainty equivalen dari setiap investasi yang tidak pasti
dengan nilai penghargaan dari investasi tersebut.
Model utilitas yang diharapkan ini menggunakan asumsi terhadap sikap pemodal terhadap
risiko. Sikap-sikap tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a) Risk averse (tidak menyukai risiko)

b) Risk neutral (netral terhadap risiko)


c) Risk seeker (menyukai risiko)
Dalam analisis investasi ini disimpulkan bahwa pada pemodal adalah risk averse dimana
berarti bahwa nilaiakan selalu lebih kecil dari nilai pengharapan.
Marilah kita perhatikan contoh berikut ini. Misalkan ada suatu kesempatan investasi yang
mempunyai karateristiksebagai berikut:
Persen value dari hasil yang diperoleh Probabilitas
+ Rp 5.000 0,80
0,20
- Rp 2.000
Expeted value hasil yang diperoleh dari investasi tersebut adalah (+ Rp 5.000) (0,80)
+ (- Rp 2.000) (0,20) = + Rp 3.600. Jika investasi ini ditawarkan kepada pemodal, maka
nilai certainty equivalent (yang merupakan harga yang tersedia mereka bayar) yang mereka
ajukan akan lebih kecil dari nilai pengeluaran hasil yang diperoleh, misalnnya hanya + Rp
2.000.
Misalkan proyek diatas kita tawarkan pada seorang pemodal. Untuk menyusun fungsi
utilitas kita perlu suatu ukuran atau indeks utilitas. Pembentukan indeks ini bersifat
sebarang, tetapi untuk mudahnya kita berikan nilai + 1 untuk hasil + Rp 5.000 dan 0 untuk
hasil – Rp 2.000 dengan demikian maka:
Persen value dari hasil yang diperoleh Probabilitas
+ Rp 5.000
1,00

0,00
- Rp 2.000

Keadaan tersebut kita bisa tuliskan menjadi,


U (+ Rp 5.000) = + 1 U (- Rp 2.000) = 0

Apabila probabilitas hasil + Rp 5.000 adalah sebesar P dan probabilitas hasil Rp 2.000 adalah
sebesar (1-P), maka expecet utility investasi tersebut adalah:
P x U (+ Rp 5.000) + (1-p) x U (- Rp 2.000)

Karena U (+ Rp 5.000) = 1 dan U (-2.000) = 0, maka expecetd utility investasi tersebut


menjadi:
p x 1 + (1-p) x 0 = p

Misalkan sekarang bahwa probabilitas untuk memeroleh hasil + Rp 5.000 adalah + 0,94
dan probabilitas memeroleh hasil - Rp 2.000 adalah 0,06. Dengan karateristik investasi
tersebut nilai CE misalnya Rp 3.000 indeks utilitas untuk keadaan tersebut adalah:
U (+ Rp 3.000) = 0,94 (1) + 0,06 (0) = 0,94

Fungsi utilitas dari pemodal yang mempunyai sikap risk averse mempunyai karateristik
sebagai berikut. Apabila U(W) adalah fungsi utilitas dan U”(W) adalah derivtif kedua dari
fungsi tersebut, maka U”(W) < 0 keadaan tersebut bisa dijelaskan dalam pilihan berikut ini:

Investasi Tidak Investasi


Hasil Probabilitas Hasil Probabilitas
2 0,50
0 0,50 1 1

Apabila pemodal memilih tidak melakukan investasi maka utilitas yang diharapkan dari
tidak melakukan investasi tentulah lebih besar dari utilitas yang diharapkn dari melakukan
investasi. Hal ini berarti bahwa,
U (1) > (0,50) U (2) + (0,50) U (0)
Ketika kedua sisi persamaan dengan 2 dan sisi kembali ketidaksamaan tersebut akan
menghasilkan,
U (1) – U (0) > U (2) – U (1)

B. Menaksir Preferensi Risiko Pemodal


Suatu cara yang digunakan untuk menaksir prefensi risiko pemodal adalah dengan
menawarkan suatu kesempatan investasi yang berisiko, dan investasi tersebut dinilai
ekuivalen dengan investasi yang bebas risiko. Cara ini dikemukakan oleh Sharpe (1990).
Misalkan suatu kesempatan investasi yang bebas resiko memberikan Rr = 0,10. Per definisi
of = 0. Sekarang misalkan kepada seorang pemodal kita tawarkan suatu investasi (kita sebut
saja investasi A) yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Probabilitas Tingkat Keuntungan


0,50 0,05
0,50 0,15

Apabila pemodal tersebut bersifat risk averse, maka tentunya ia akan lebih menyukai
investasi yang bebas risiko. E(RA) = 0,10 (sama dengan Rr padahal deviasi standar A tidak
sama dengan nol). Bagi pemodal yang risk averse keuntugan yang pasti akan lebih disukai
dari pada keuntungan yang diharapkan kalau nilainya sama. Sekarang misalkan
bahwa permodalan tersebut menyatakan bahwa ia merasa indifference apabila kesempatan
investasi yang berisiko mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Probabilitas Tingkat Keuntungan


0,50 0,07
0,50 0,19

Investasi tersebut mempunyai E (RB) = 0,13, sedangkan variance keuntungannya adalah


0² = {(0,07 - 0,13)² (0,5) + (0,19 - 0,13)² (0,5)}
= 0,0036
Teknik yang dipergunakan oleh Sharpe (1990) adalah dengan kedua kesempatan
investasi dalam suatu diagram dengan sumbu datar variance dan sumbu E(R). Karena
kedua investasi tersebut dinilai sama oleh pemodal tersebut, maka keduanya tentunya
berada dalam satu indifference curve. Karena sumbu datarnya adalah variance, maka
indifference curve (IC) tersebut ditransformasikan menjadi garis lurus. Apabila sumbu
tegak diberi notasi sebagai Y dan sumber datar sebagai X, maka persamaan tersebut
merupakan persamaan dengan nilai,
a = 0,10
b = (0,13-0,10) / 0,0036
= 8,333
Dengan demikian persamaan indifference curve adalah E(R) = 0,10 + 8,333 σ².
Dengan memasukkan serangkaian nilai E(R), maka dapat diperoleh berbagai nilai σ² dan
σ. Contoh serangkaian nilai tersebut disajikan berikut ini,
E(R) σ² Σ
0,25 0,0180 0,134
0,22 0,0144 0,120
0,20 0,0120 0,109
0,17 0,0084 0,091
0,15 0,0060 0,077
0,13 0,0036 0,060

C. Safety First Models


Model-model ini berasal dari pemikiran bahwa para pengambil keputusan tidak mampu
atau tidak mau untuk menempuh proses matematis yang diperlukan dalam proses
penyusunan expected utility model, atau tidak mampu memilih investasi yang
indifference. Istilah Safety First menunjukan penekanan kriteria untuk membatasi risiko
pada hasil-hasil yang jelek. Terdapat tiga kriteria yang dipergunakan dalam Safety First,
antara lain:
a. Kriteria Roy
Kriteria Roy menyatakan bahwa portofolio yang terbaik adalah portofolio yang
mempunyai probabilitas terkecil untuk menghasilkan tingkat keuntungan dibawah
tingkat keuntungan tertentu. Apabila Rp adalah tingkat keuntungan minimal yang
diinginkan oleh pemodal (pemodal tidak ingin untuk memeroleh tingkat keuntungan
dibawah R1) maka kriteria Roy bisa ditulikan sebagai Minimumkan Prob (Rp < R1)
b. Kriteria Kataoka
Kriteria safety first yang kedua dikembangkan oleh Kataoka. Kataoka menyarankan
kriteria sebagai maksimum batas bawah dengan batasan bahwa probabilitas tingkat
keuntungan untuk sama dengan atau lebih kecil dari batas bawah tindakan lebih besar
dari angka tertentu. Sebagai misal, maksimum R1 atau dibawahnya adalah sama dengan
5%. Apabila α adalah probabilitas (5%) maka persoalan bisa dirumuskan menjadi
Maksimumkan R1 dengan batasan pro (Rp < R1) ≤ α).
c. Kriteria Telser
Kriteria safety first yang terakhir adalah yang dipergunakan oleh Telser. Ia
menyarankan bahwa pemodal perlu memaksimalkan tingkat keuntungan yang
diharapkan dengan batasan bahwa probabilitas tingkat keuntungan tersebut lebih kecil
dari pada atau sama dengan limit tertentu. Dengan simbol sebagai Maksimumkan E(Rp)
dengan batasan (1) prob (Rp ≤ R1) ≤ α).

Berikut ini disajikan berbagai situasi pada saat terdapat Rf untuk berbagai kriteria:
1. Kriteria Roy
Apabila terdapat Rf dan distribusi tingkat keuntungan bersifat normal maka kriteria Roy
akan mengakibatkan diinvestasikannya dana pada investasi yang tidak berisiko, atau
melakukan pinjaman sebesar-besarnya.
2. Kriteria Kotaoka
Pada saat terjadi Rf maka penggunaan kriteria Kataoka akan menyebabkan
diivestasikannya seluruh dana pada Rf atau melakukan pinjaman sebesar-besarnya.
3. Kriteria Telser
Dengan adannya Rf kriteria Telser akan memungkinkan terjadinnya tiga keadaan:
a. Portofolio yang optimal terjadi pada perpotongan garis batasan dengan garis lending
dan borrowing

b. Portofolio optimal terjadi pada jumlah peminjaman sebesar-besarnya


c. Tidak ada portofolio yang memenuhi syarat, sehingga tidak ada portofoio ysng optimal.

D. Stochastic Dominance
Stochastic dominance merupakan salah satu metode untuk memilih portofolio optimal,
dimana model ini tidak memperhatikan distribusi dari return investasi yang sedang
dipertimbangkan, dengan kata lain stochastic dominance tidak mensyaratkan distribusi dari
return investasi harus bersifat normal.
Penggunaan stochastic dominance menggunakan tiga asumsi yang makin kuat tentang
perilaku para pemodal. Asumsi-asumsi tersebut yaitu:
a. First Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa para pemodal lebih menyukai
yang banyak dari pada yang sedikit
b. Second Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal bersikap tidak
menyukai risiko
c. Third Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal mempunyai
decreasing absolute risk aversion yang berarti bahwa dengan meningkatkan kekayaan
para pemodal, mereka akan menginvestasikan rupiah yang lebih banyak pada
kesempatan investasi yang berisiko.

Dalam memilih investasi yang tepat, perlu memperhatikan asumsi yang kedua yaitu
Second Order Stochastic Dominance, yang menyatakan bahwa pemodal bersikap risk
averse. Mereka akan merasakan utilitas yang lebih besar pada satu juta rupiah pertama yang
mereka miliki dari pada satu juta rupiah yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Dengan begitu, pemodal akan menaruh nilai yang lebih besar pada keuntungan yang kecil
dari pada keuntungan yang besar.
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung:
Alfabeta

Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisis Sekuritas. Suad Husnan, Edisi Empat.2005
http://maribelajarbersama13.blogspot.com/2017/03/konsumsi-investasi-dan-peranan-pasar.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/120000169/konsumsi--pengertian-ciri-dan-
faktornya?page=all
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia’
http://jendelapasarmodal.blogspot.com/2013/03/pengertian-pasar-modal-dan.html?m=1

https://www.wartaekonomi.co.id/read220202/apa-itu-perusahaan-sekuritas
https://bankfs.ru/id/loans---news/ponyatie-celi-i-etapy-emissii-cennyh-bumag-poryadok-emissii-
cennyh.html

http://nia-share.blogspot.com/2009/11/penerbitan-sekuritas-kewajiban-jangka.html
https://diskartes.com/2020/03/tahap-sistem-perdagangan-saham/
http://nia-share.blogspot.com/2009/11/pemilihan-portofolio-optimal-manajemen.html
https://www.academia.edu/36663975/Teori_Portofolio_Berdasarkan_Model_Index
http://etheses.uin-malang.ac.id/703/5/09510146%20Bab%201.pdf
http://jnursyamsi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11399/Risiko+dalam+investasi_1.ppt
http://mirzabusiness.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-13_Manajemen-Risiko-
Investasi.pdf

http://eprints.ums.ac.id/11357/5/Bab.2.3.4.5.pdf
https://andrihelmi.files.wordpress.com/2017/09/sesi_4.pdf
https://magisterakutansi.blogspot.com/2013/03/model-indeks-tunggal-untuk-portofolio.html

https://www.slideshare.net/anisanhnisuull/model-indeks-tunggal-ppt
https://journal.ubm.ac.id/index.php/akuntansi-bisnis/article/download/398/380
Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro
dan Makro. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Modern Portfolio Theory and Investment Analysis. Edwin J.Elton, Martin J.Gruber, Stephen
J.Brown, and William N.Goetzman. Eighth Edition. 2011

Anda mungkin juga menyukai