OLEH
SRI JULIANI S
90200117064
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIDAN BISNIS ISLAM
KONSUMSI INVESTASI DAN PERANAN PASAR MODAL
1. KONSUMSI
a) Pengertian Konsumsi
Konsumsi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan
manusia.Manusia selalu membeli semua kebutuhannya baik barang maupun jasa. Diambil dari buku
Pengantar Teori Ekonomi (2000) karya Suherman Rosyidi, pengertian konsumsi adalah penggunaan
barang dan jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia.
Konsumsi atau pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas
barang dan jasa.Konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Barang
tersebut meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama, misalnya meja, kursi,
motor, dan lainnya.
Sedangkan pembelanjaan jasa meliputi barang tak berwujud, seperti layanan kesehatan, laundry, dan
lainnya.
Konsumsi dan investasi merupakan dua kegiatan yg berkaitan. Penundaan konsumsi sekarang
(Ko) dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa mendatang (K1). Individu melakukan
melakukan konsumsi dengan memakai sumber daya yg ada untukmendapatkan kepuasan atau utility.
Setiap individu diasumsikan melakukan konsumsi lebihdari konsumsi yg kurang. Asumsi ini dapat
diartikan bahwa utility marginal dari konsumsiadalah positif, yaitu penambahan konsumsi akan
meningkatkan utility (kepuasan). Asumsi yglain adalah bahwa utility marginal dari konsumsi sifatnya
adalah menurun, yaitu peningkatanutility untuk konsumsi yg sama akan semakin lebih kecil dari
sebelumnya.
2. INVESTASI
a) Pengertian Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi, sebagai pengeluaran untuk
membeli barang – barang modal dan peralatan – peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti
dan terutama menambah barang – barang dan jasa di masa depan. Investasi yang lazim disebut
dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal.
Pengertian investasi menurut Sunariyah (2004:4) dalam bukunya Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal: “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya
berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.”
Selanjutnya menurut Jogiyanto (2010:5) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis
Investasi adalah: ”Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva
produktif selama periode waktu tertentu.”
Selanjutnya menurut Gitman dan Joehnk (2005:3) dalam bukunya Fundamentals of Investsing
mendefinisikan investasi sebagai berikut: ”Investment is any vehicle into which funds can be placed
with expectation that it will generate positive income and/or preserve or increase its value.”Artinya
investasi adalah suatu sarana dimana dana dapat ditempatkan dengan harapan hal tersebut akan
menghasilkan pendapatan positif dan/atau menjaga atau meningkatkan nilainya.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu aktivitas, berupa
penundaan konsumsi di masa sekarang dalam jumlah tertentu dan selama periode waktu tertentu pada
suatu asset yang efisien oleh investor, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan
datang pada tingkat tertentu sesuai dengan yang diharapkan, tentunya yang lebih baik dari pada
mengkonsumsi di masa sekarang.
c) Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam
suatu sekuritas. Yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, berapa banyak investasi dan kapan investasi
tersebut akan dilakukan Husnan (2005:47) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-angkah sebagai berikut:
1. Menentukan Tujuan Investasi
Dalam tahap iinipemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya dan berapa banyak
investasi tersebut akan dilakukan. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), dan ketersediaan jumlah dana yang akan
diinvestasikan.
2. Melakukan Analisis Sekuritas
Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas/efek yang salah harga
(mispriced), yakni apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan fundamental dan pedekatan teknikal. Pemilihan sekuritas bukan
didasarkan atas faktor mispriced, tetapi didasarkan atas preferensi resiko para pemodal (pemodal
yang bersedia menanggung resiko tinggi akan menerima saham yang beresiko), pola kebutuhan kas
(pemodal yang menginginkan penghasilan yang tinggi akan memilih saham yang membagikan
dividen dengan stabil), dan sebagainya.
3. Melakukan Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Pada tahp ini dilakukan identifikasi terhadap
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada
masing-masing sekuritas tersebut.
4. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio
Dari hasil evaluasi, selanjutnya dilakukan revisi terhadap efek-efek yang membentuk
portofolio tersebut, jika dirasa bahwa kompisisi portofolio yang suah dibentuk tidak sesuai dengan
tujuan investasi. Misalnya rate of return lebih rendah dari yang disyaratkan.
5. Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap
tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap tingkat resiko yang ditanggung.
3. TIPE-TIPE KEUANGAN
a) Jenis Investasi
Secara umum aset sektor yang dapat menjadi saran investasi terbagi menjadi dua, yaitu pada
sektor riil dan sektor finansial. Investasi di sektor riil adalah menanamkan modal atau membeli aset
produktif untuk menghasilkan suatu produk tertentu melalui proses produksi. Jenis investasi dalam
aset riil adalah rumah, tanah dan emas. Sedangkan investasi di sektor finansial yaitu suatu aktivitas
jual beli aset keuangan atau surat-surat berhrga dengan harapan dapat memperoleh keuntungan.
Jenis investasi dalam aset finansial antara lain tabungan, deposito, reksadana, obligasi,
saham, emas, properti, dan lainnya.
Dalam Jogiyanto (2010:7) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisisi Investasi bahwa
pembagian alternatif investasi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Investasi Langsung
Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung
dalam suatu entitas yang secara resmi telah Go Public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
berupa penghasilan dividen dan capital gains..
2. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan
kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara.
Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan tedaftar, yang
bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung,
pedagang perantara (pialang) mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam investasi
langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital gain atas hasil perdagangan
portofolio yang dilakukan oleh perusahaan perantara tersebut.
Investasi Langsung
Investor yang melakukan aktivitas investasinya di pasar modal, apakah melalui jasa perantara (broker
atau intermediaries) atau sarana yang lain, memiliki sejumlah jenis aset atau sekuritas yang dapat dipilih.
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di
pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi
langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva
keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini
dapat berupa tabungan di bank atau setifikat deposito.
Aktiva yang dapat di perjual-belikan di pasar uang (money market)berupa aktiva yang mempunyai
risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh aktiva ini dapat
berupa Treasury-bill (T-bil) yang banyak digunakan di penelitian keuangan sebagai proksi return bebas
risiko (risk-free rate of return).
Tidak seperti halnya pasar uang yang bersifat jangka pendek, pasar modal sifatnya adalah untuk
investasi jangka panjang. Yang diperjual-belikan di pasar modal adalah aktiva keuangan berupa surat-surat
berharga pendapatan-tetap dan saham-saham.
Macam-macam investasi langsung yang tidak dapat disarikan sebagai berikut ini.
1. Investasi langsung yang dapat diperjual-belikan
- Tabungan
- Deposito
2. Investasi langsung dapat diperjual-belikan
A. Investasi langsung di pasar uang.
- T-bil
- Deposito yang dapat dinegosiasi
B. Investasi langsung di pasar modal
a. Surat-surat berharga pendapatan tetap.
- T-bond.
- Federal agency securities .
- Municipal bond
- Corporate bond
- Convertible bond
b. Saham-saham (equity securities)
- Saham preferen (preferred stock)
- Saham biasa (common stock)
c. Investasi langsung di pasar turunan
a. Opsi
- Waran (warrant)
- Opsi put (put option)
- Opsi call (call option)
b. Futures contract
Sedangkan pada kelompok investasi tidak langsung hanya ada satu jenis alternatif investasi,
yaitu perusahaan investasi (investment companies). Berupa unit investment trust, closed-end
investment companies dan open-end investment companies.Investasi tidak langsung dilakukan
dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke public dan
menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam bentuk portofolionya. Ini berarti
bahwa perusahaan investasi membentuk portofolio (diharapkan portofolionya optimal) dan
menjualnya eceran kepada public dalam bentuk saham-sahamnya.
Investasi tidak langsung lewat perusahaan investasi ini menarik bagi investor paling tidak
karena dua alasan utama, yaitu sebagai berikut ini.
1. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena pembentukan portofolio. Jika
investor ini harus membuat portofolio sendiri, maka dia harus membeli beberapa saham dalam jumlah
yang cukup besar nilainya. Investor yang tidak mempunyai dana cukup untuk membentuk portofolio
sendiri dapat membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi ini.
2. Membentuk potofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam. Investor
awam yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman tidak akan dapat membentuk portofolio
yang optimal, tetapi dapat membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi yang telah
membentuk portofolio optimal.
Selain itu, secara umum bagi negara-negara yang sedang berkembang, terintegrasinya Pasar Modal
akan memberikan beberapa manfaat antara lain :41
a. Meningkatkan kapitalisasi pasar dan aktivitas perdagangan.
b. Meningkatkan partisipasi pemodal asing dalam pasar domestik, dan
c. Meningkatkan akses ke pasar internasional.
Pasar modal sangat memiliki peran dan manfaat dalam struktur perekonomian karena sebagai wahana
pengalokasian dan yang secara efisien memungkinkaninvestor dapat melakukan investasi pada
beberapa perusahaan sekaligus dengan pembelian efek-efek yang diperdagangkan dipasar modal.
Pasar modal sebagai altenatif investasi memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu.
Pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek
baik sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih professional,
efisien dan berorientasi pada keuntungan sehingga tercipta suatu kondisi “good corporate
governance” sehingga pasar modal dapat menciptakan peningkatan ekonomi nasional yang
berdampak pada terbukanya kesempatan kerja yang luas serta meningkatkan pendapatan pajak bagi
pemerintah.
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasr modal
menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu:
1. Fungsi Ekonomi
Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana.
2. Fungsi Keuangan
Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi
pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar
modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif
pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada
akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
Pasar Modal dapat memainkan peranan penting dalam suatu perkembangan ekonomi di suatu
negara. Hal ini disebabkan karena suatu pasar modal dapat berfungsi sebagai:
a) Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan
yang produktif.
b) Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional.
c) Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja.
d) Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi.
e) Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam menata sistem moneter, karena
pasar modal dapat menjadi sarana “open market operation” sewaktu-waktu.
f) Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu rate yang reasonable.
g) Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal
Karena kegiatan pasar modal begitu marak dan complicated, maka sangat dibutuhkan suatu
perangkat hukum yang mengaturnya agar pasar tersebut menjadi teratur, adil, dan efisien. Sehingga
kemudian lahirlah apa yang disebut Hukum Pasar Modal itu (Capital Market Law, Securities Law).
Pada prinsipnya hukum pasar modal mengatur segala segi yang berkenaan dengan pasar modal. Jadi
ruang lingkupnya relatif luas, antara lain pengaturannya tentang hal-hal sebagai berikut :34
1. Pengaturan tentang Perusahaan, misalnya:
a. Disclosure requirement;
b. Perlindungan pemegang saham minoritas.
2. Tentang surat berharga Pasar Modal.
3. Pengaturan tentang administrasi pelaksanaan pasar modal, yaitu meliputi :
a. Tentang perusahaan yang menawarkan surat berharga;
b. Tentang Profesi dalam pasar modal;
c. Tentang perdagangan surat berharga.
Sehingga sebenarnya yang merupakan target yuridis dari pengaturan hukum terhadap pasar modal
pada pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Keterbukaan Informasi.
2. Profesionalisme dan tanggung jawab Para Pelaku Pasar Modal.
3. Efisiensi.
4. Kewajaran.
5. Perlindungan Investor.
Salah satu tujuan dari eksistensi Hukum Pasar Modal adalah agar dapat mengamankan investasi dari
pihak pemodal. Investasi itu sendiri baru dianggap aman jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut
:
1. Likuidnya efek.
2. Unsur keamanan terhadap pokok (principal) yang ditanam.
3. Unsur rentabilitas atau stabilitas dalam melakukan return of investment
Jika kita lihat di dalam menjalankan fungsinya setiap pelaku pasar modal dituntut untuk
memahami dan menguasai sistem hukum yang menjadi landasan bergeraknya industri pasar modal
Indonesia.
Dengan mengetahui sumber-sumber hukum yang menjadi titik tolak dalam penetapan suatu
keputusan yang berlaku diharapkan pembuat keputusan tidak berlaku sewenang-wenang dalam
rangka penegakan hukum.
Sumber hukum yang menjadi landasan dan ruang lingkup kehidupan dari industri pasar modal
adalah:
a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar
Modal (PP ini mencabut keberlakuan Keppres Nomor 53 Tahun 1990 Tentang Pasar Modal).
c) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar
Modal.
d) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK/.010/1995 tentang Pencabutan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal sebagaimana telah diubah
terakhir dengan keputusan Menteri keuangan Nomor 248/KMK.010/1995.
e) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 646/KMK.010/1995 tentang Pemilikan Saham atau Unit
Penyertaan Reksa Dana oleh Pemodal Asing.
f) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 647/KMK.010/1995 tentang Pemilikan Saham Efek oleh
Pemodal Asing (maksimal 85% dari modal disetor).
g) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 tanggal 4 September 1997 tentang
Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal.
h) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 179/KMK.010/2003 tanggal 17 Juli 2003 tentang
Permodalan Perusahaan Efek.
i) Seperangkat peraturan pelaksana yang dikeluarkan Ketua Bapepam sejak tanggal 17 Januari
1996.
B. Macam-Macam Pasar Modal
Dalam Pasar Modal dikenal 4 macam pasar modal, yaitu:
a. Pasar Perdana (Primary Market), yaitu penawaran saham dari emiten kepada investor selama waktu
yang telah ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh Penjamin Emisi dan perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten).
b. Pasar Sekunder (Secondary Market) yaitu perdagangan saham setelah melewati penawaran di pasar
perdana. Jadi Pasar Sekunder merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lainnya diperjual-belikan
secara luas setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di Pasar Sekunder
ditentukan oleh pemerintah dan penawaran antara pembeli dan penjual menurut mekanisme pasar.
c. Pasar Ketiga (Third Market) yaitu tempat perdagangan saham di luar bursa (over the counter
market). Di Indonesia pasar ini disebut bursa pararel, yaitu suatu sistem perdagangan efek atau surat
berharga yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan
dilaksanakan oleh Perserikatan dan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) dengan diawasi dan
dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK).
d. Pasar Keempat (Fourth Market) pada dasarnya merupakan suatu bentuk perdagangan efek antar
pemodal atau investor dengan kata lain berupa pengalihan saham dari satu pemegang saham ke
pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek atau lembaga lainnya.
Menurut Mishkin dan Easkin (2000:16) dalam bukunya Financial Markets and Institution
pasar modal merupakan : “Capital market is the market which longer-term debt (original matuyear
or greater) and equity instrument are traded.” Selanjutnya menurut Sartono (2001:21) dalam bukunya
Manajemen Keuangan yaitu: “Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka
panjang (long-term financial aset) yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.”
Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
sebagai sarana pendanaan untuk kegiatan berinvestasi bagi perusahaan maupun institusi lain dengan
memberikan fasilitas sarana dan prasarana untuk kegiatan jual beli aset keuangan jangka panjang
atau kegiatan terkait lainnya.
Menurut Dahlan Siamat (2002:385) dalam bukunya Manajemen Lembaga Keuangan,
instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah: “Semua surat-surat berharga (efek) yang umum
diperjualbelikan pasar modal diantaranya adalah saham biasa, saham preferent, obligasi, obligasi
konversi, right issue, dan waran.”
Dari uraian tersebut diatas, dapat dijelakan instrument pasar modal sebagai berikut:
1. Saham Biasa dianatara surat-surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal, saham biasa
(Common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Diantara emiten yang menerbitkan surat
berharga, saham biasa juga merupakan sekuritas yang paling banyak digunakan untuk menarik dana
dari masyarakat. Secara sederhana, saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu
perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkana bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Devidend yang diterima dalam
pemilikan saham biasa ini jumlahnya tidak tetap, dan pemilik saham biasa mempunyai hak memilih
(vote) dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
2. Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividend dalam jumlah yang tetap.
Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman
(dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar
kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman sebagai kreditor
kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.
4. Obligasi Konversi (convertible Bonds) adalah obligasi yang dapat dikonversikan (ditukar)
menjadi saham biasa pada waktu tertentu ataau sesudahnya.
5. Right Issue adalah Alat investasi ini merupakan produk turunan dari saham. Right issue
merupakan pemberian hak kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru dari perusahaan
dengan harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu. Kebijakan Right issue ini merupakan upaya
emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan.
6. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan.
Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham
Dari uraian tersebut dapat dijelaskan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pasar modal sebagai
berikut:
a. BAPEPAM
Lembaga ini merupakan lembaga yang di bentuk pemerintah untuk mengawasi pasaar modal
Indonesia. BAPEPAM merupakan singkatan dari badan pengawas pasar modal, setelah sebelumnya
singkatan dari badan pelaksana pasar modal. Perubahan terjadi pada akhir tahun 1990. perusahaan-
perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas, baik saham maupun obligasi, harus mendapat izin dari
BAPEPAM. Fungsi yang harus dilakukan oleh BAPEPAM adalah fungsi pengawasan.
b. Bursa Efek
Bursa efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Di
Indonesia terdapat bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI), dibursa itulah bertemu pembeli dan
penjual skuritas.
c. Akuntan Publik
Peran akuntan publik yang pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan
pendapat terhadap laporan keuangan. Dipasar modal dituntut pendapat wajar tanpa syarat terhadap
laporan keuangan dari perusahaan yang menerbitkan atau yang telah mendaftar dibursa. Pendapat
wajar tanpa syarat berarti laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Prisip-Prinsip Akunatansi
Indonesia (PAI) tanpa suatu catatan atau kekurangan.
d. Underwriter
Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas dibursa( perusahaan tersebut disebut sebagai
emiten) tentu ingin agar sekuritas yang dijualnya laku semua, sehingga dana yang diperlukan bisa
diperoleh.
e. Wali amanat (trustee)
Jasa wali amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi, wali amanat mewakili kepentingan
pembeli obligasi pada dasarnya adalah kreditor dan kredit yang diberikan tidak dijamin dengan
tanggungan apapun.
f. Notaris
Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara rapat pemegang saham (RUPS) dan
menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS.
g. Konsultan Hukum
Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan
sekuritas dipasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain. Juga ke absahan
dokumen-dokumen perusahaan perlu diperiksa oleh konsultan hukum tersebut.
h. Lembaga Kliring
Sekuritas-sekuritas akan disimpan oleh suatu lembaga dan lembaga tersebut bertugas untuk
mengatur arus sekuritas tersebut. Kegiatan lembaga ini mirip dengan kegiatan Bank Indonesia yang
penyelenggarakan cliring uang giral.
PASAR MODAL DAN SEKURITAS YANG DIPERDAGANGKAN
Pasar Modal (Capital Market) dapat juga diartikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana,
instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagaisarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang
(jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen
derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar
modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua
pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham,
obligasi dan reksa dana. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai
dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pasar Modal merupakan tempat bertemunya investor sebagai pemillik dana dan perusahaan/institusi yang
memerlukan dana.
C. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Pasar Modal Indonesia telah ada sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya pada tanggal 14 Desember
1912 di Batavia, namun perkembangannya mengalami masa pasang – surut akibat berbagai faktor, mulai
dari Perang Dunia I dan II hingga perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada Pemerintah
Republik Indonesia (RI). Selanjutnya, pihak Pemerintah RI melakukan pembentukan ulang Pasar Modal
Indonesia melalui Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian dipertegas oleh Undang-
Undang Republik Indonesia No.15 tahun 1952.
Dalam 2 dasawarsa selanjutnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia mengalami stagnasi
sehubungan dengan dihentikannya kegiatan Pasar Modal sepanjang dekade 1960-an hingga akhir
pertengahan 1970-an. Pada tahun 1977, Pemerintah mengaktifkan kembali Pasar Modal Indonesia dengan
ditandai go public-nya PT Semen Cibinong. Namun, dunia Pasar Modal Indonesia baru benar-benar
mengalami perkembangan pada sekitar akhir dekade 1980-an, yang antara lain ditandai dengan pendirian PT
Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1989 dan swastanisasi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 1992.
Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga semakin mengukuhkan peran
BEJ dan BES sebagai bagian dari Self Regulatory Organization (SRO) Pasar Modal Indonesia. Sejak itu,
BEJ tumbuh pesat berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan, antara lain dengan
komputerisasi perdagangan melalui sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) di tahun 1995,
perdagangan tanpa warkat di tahun 2000 dan Remote Trading System pada tahun 2002. Sementara itu, BES
mengembangkan pasar obligasi dan derivatif.
Tahun 2007 menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar Modal Indonesia. Dengan
persetujuan para pemegang saham kedua bursa, BES digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia.
Pada tahun 2008, Pasar Modal Indonesia terkena imbas krisis keuangan dunia. IHSG, yang sempat
menyentuh titik tertinggi 2.830,26 pada tanggal 9 Januari 2008, terperosok jatuh hingga 1.111,39 pada
tanggal 28 Oktober 2008 sebelum ditutup pada level 1.355,41 pada akhir tahun 2008. Kemerosotan tersebut
dipulihkan kembali dengan pertumbuhan 86,98% pada tahun 2009 dan 46,13% pada tahun 2010.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
[Desember 1912]
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda
[1914 – 1918]
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
[1925 – 1942]
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
[Awal tahun 1939]
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup
[1942 – 1952]
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
[1956]
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
[1956 – 1977]
[1987]
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi
perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
[1988 – 1990]
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas
bursa terlihat meningkat
[2 Juni 1988]
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek
(PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
[Desember 1988]
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan
untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni 1989]
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT
Bursa Efek Surabaya
[13 Juli 1992]
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati
sebagai HUT BEJ
[22 Mei 1995]
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated
Trading Systems)
[10 November 1995]
Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini
mulai diberlakukan mulai Januari 1996
[1995]
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
[2000]
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2002]
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
[2007]
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (BEI)
[02 Maret 2009]
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
Penerbitan sekuritas
A. Penerbitan Sekuritas
Tidak semua perusahaan bisa menerbitkan saham dan obligasi di pasar modal. Hanya perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang mungkin menerbitkan sekuritas di pasar modal. Persyaratan-
persyaratan yang mungkin harus dipenuhi agar semua perusahaan bisa menerbitkan saham dan terdaftar di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) diantaranya adalah :
1. Mengajukan surat permohonan listing ke BAPEPAM
2. Laporan keuangan harus wajar tanpa syarat
3. Jumlah saham yang listed minimal 1.000.000 lembar
4. Jumlah pemegang saham minimal 200
5. Company listing berlaku batasan 49 %
6. Perusahaan telah beroperasi minimal 3 tahun
7. Menghasilkan laba selama lebih dari 3 tahun
8. Total kekayaan minimal Rp. 20 milyar.
Modal sendiri minimal Rp. 7,5 milyar.
Telah disetor minimal Rp.2 milyar
9. Kapitalisasi saham yang listed minimal Rp. 4 milyar
10. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputassi yang baik
Sedangkan untuk penerbitan obligasi persyaratannya antara lain :
1. Mengajukan surat permohonan listing ke BAPEPAM
2. Laporan keuangan harus wajar tanpa syarat
3. Nilai nominal obligasi minimal Rp. 25 milyar
4. Jangka waktu jatuh tempo minimal 4 tahun
5. Telah beroperasi selama 3 tahun
6. Menghasilkan laba selama 2 tahun terakhrupiah
7. Saldo laba yang ditahan minimal nol rupiah
8. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputassi yang baik
Perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal pada dasarnya menghindari proses intermediasi
keuangan. Dengan kata lain, pihak yang kelebihan dana menyerahkan langsung dananya ke pihak yang
memerlukan dana. Banyak pihak yang terlibat dalam penerbitan sekuritas di pasar modal. Banyak pihak yang
terkait tersebut antara lain dimaksudkan agar tidak terjadi penipuan informasi kepada para pemodal.
Secara skematis prosedur penerbitan sekuritas tersebut bisa digambarkan sebagai berikut. Perusahan
berniat go public menghubungi BAPEPAM dengan menyertakan peryataan pendaftaran. Pada waktu yang
sama perusahaan melakukan kontrak pendahuluan dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) denga melampirkan 1
lembar peryataan pendaftaran ke BAPEPAM.
Sebelum perusahaan yang berbentuk PT dapat menawarkan sahamnya ke pasar modal (ditawarkan ke
pasar perdana), perusahaan harus mendapatkan persetujuan dari BAPEPAM, Berbagai pernyataan akan
ditanyakan oleh BAPEPAM dan harus dipenuhi oleh perusahaan. BAPEPAM akan melakukan review
terhadap persyaratan disclosure. Apabila disetujui maka pendaftaran tersebut menjadi efektif dan sekuritas
yang ditawarkan efektif berada di pasar perdana. perusahaan kemudian melakukan pendaftaran untuk
persyaratan listing. Bursa Efek Jakarta (BEJ) melakukan review terhadap persyaratan listing Apabila
disetujui perusahaan membayar fee ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan pasar tersebut terdaftar di pasar perdana.
Penerbitan jangka panjang biasanya disertai dengan formalitas yang dapat diper imbangkan secara layak.
Sebagai contoh , anggaran dasar korporasi biasanya membutuhkan persetujuan dewan Diektu dan pemegang
sahan sebelum Obligasi dapat diterbitkan atau perjanjian hutang jangka panjang dapat dikontrakan.
Pada umunya, Hutang jangka panjang memiliki berbagai ketentuan atau pembatasan (covenant or
restrictions) untuk melindungi baik peminjam maupun pemberi pinjaman. Ketentuan dan
persyaratan persetujuan lainya antara peminjam dan pemberi pinjaman dinyatakan dalam identure obligasi
atau perjanjian wesel. Item-item yang sering kali dinyatakan dalam identure obligasi atau perjanjian meliputi
jumlah yang diotorisasi untuk diterbitkan, suku bunga, tanggal jatuh tempo, profisi penarikan, properti yang
diadakan sebagai jaminan, persyaratan dana pelunasan, modal kerja dan pembatasan deviden serta
pembatasan yang berhubungan dengan asumsi hutang tabahan. Karena ketetapan ini penting untuk
memahami secara menyeluruh posisi keuangan atau catatan yang menyertai.
Penerbitan obligasi
Obligasi adalah jenis utang jangka panjang yang paling sering dilaporkan di rencana perusahaan. Tujuan
utama dari obligasi adalah untuk meminjam dalam jangka panjang apabila jumlah modal yang diperlukann
terlalu besar untuk disediakan oleh satu pemberi pinjaman.
Penerbit adalah badan hukum atau lembaga pemerintah yang memiliki hak untuk menerbitkan sekuritas
apa pun ke dalam sirkulasi. Penempatan mereka dilakukan melalui proses emisi. Dengan demikian, masalah
dipahami sebagai prosedur yang diatur oleh hukum, yang terdiri dari serangkaian tindakan berurutan yang
memastikan masalah langsung saham (obligasi) dengan penempatan lebih lanjut.
Tujuan dari proses emisi cukup, sederhana - untuk menarik sumber daya keuangan yang hilang:
1. Melepaskan , penerbit menggunakan jenis kondisi pinjaman. Artinya, obligasi harus dilunasi pada
waktu yang disepakati.
2. Melepaskan - meningkatkan modal dasar.
Ketentuan masalah - kepatuhan dengan aturan yang ditetapkan oleh hukum dan kontrol lembaga pemerintah
yang bertanggung jawab untuk mengatur pasar yang relevan.
Masalah apa yang bisa dipecahkan oleh penerbit dengan bantuan emisi.
Pendaftaran efek terkait dengan sejumlah besar operasi, pendaftaran berbagai dokumen. Literasi
hukum dan tidak adanya pengawasan adalah penting di sini. Itulah sebabnya beralih ke spesialis untuk
mendapatkan bantuan yang berkualitas adalah pendekatan yang paling masuk akal.
Sebagai investor pemula, biasanya sih kita akan langsung saja menuju perusahaan atau aplikasi
sekuritas, buka rekening, dan langsung deh pilih-pilih saham yang pengin dibeli, tanpa merasa wajib untuk
memahami sistem perdagangan saham yang sebenarnya. Kalau di website BEI sendiri, mekanisme
perdagangan di sana terbagi atas 3 kategori, yaitu sistem perdagangan saham, mekanisme perdagangan sukuk
dan obligasi, dan mekanisme perdagangan derivatif.
1. Pra Pembukaan
Perdagangan saham dilaksanakan dengan fasilitas yang disebut Jakarta Automated Trading System
NEXT-G, yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang sudah menjadi anggota bursa dan anggota kliring
KPEI. Mereka ini akan berpartisipasi dalam sistem perdagangan saham ini untuk kepentingan sendiri
ataupun untuk kepentingan nasabah.
Dalam pra pembukaan ini, anggota bursa dapat memasukkan penawaran jual ataupun beli saham,
yang dilakukan dengan metode lelang elektronik pada JATS NEXT-G itu.
2. Proses Transaksi
Selanjutnya JATS NEXT-G akan memproses transaksi, dengan memperhatikan time dan price
priority. Maksudnya bagaimana?
Perdagangan saham yang dilakukan di pasar negosiasi tidak harus dalam satuan lot, tapi bisa dalam satuan
lembar. Jadi, proses ini biasa dilakukan ketika jumlah saham yang diperdagangkan tidak bulat, 100 lembar.
Harga yang dimasukkan saat kita hendak membeli atau menjual saham ke JATS NEXT-G harus berada
di dalam kisaran tertentu. Kalau ada harga masuk di luar kisaran yang sudah ditentukan tersebut, maka akan
ditolak secara otomatis oleh JATS NEXT-G, atau istilahnya auto-rejection.
3. Penyelesaian Transaksi
Selanjutnya adalah proses penyelesaian transaksi, di mana proses ini dijamin oleh KPEI atau Kliring
Penjaminan Efek Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:
Transaksi yang terjadi di Pasar Reguler wajib diselesaikan pada hari bursa ke-2, atau T+2.
Transaksi yang terjadi di Pasar Tunai wajib diselesaikan pada hari yang sama, atau T0.
Penyelesaian transaksi ini yang dilakukannya di Pasar Reguler dan Pasar Tunai akan ditentukan oleh
KPEI, dengan cara pemindah bukuan ke rekening efek anggota bursa di KSEI.
Sedangkan, transaksi di Pasar Negosiasi, akan diselesaikan per transaksi sesuai kesepakatan antara
anggota bursa yang menjual dan membeli. Pasar Negosiasi. Hal ini selambat-lambatnya harus dilakukan
pada T+2, atau hari bursa kedua setelah terjadi transaksi. Penyelesaian transaksi di Pasar Negosiasi dilakukan
langsung dengan cara memindah bukukan efek antara anggota bursa yang menjual pada yang membeli. Hal
ini tidak dijamin oleh KPEI.
4. Pra Penutupan
Selanjutnya, ada proses pra penutupan dalam sistem perdagangan saham ini. Yaitu proses ketika
anggota bursa memasukkan penawaran jual atau beli menjelang penutupan hari bursa. Dari penawaran dan
permintaan ini, JATS NEXT-G lantas bisa membentuk harga penutupan dan mempertemukan penawaran
jual dan beli berdasarkan sistem price dan time priority.
5. Pasca Penutupan
Selanjutnya, perdagangan saham hari itu akan ditutup. Dalam proses pasca penutupan ini, anggota
bursa dapat memasukkan penawaran jual atau beli pada harga penutupan. Dari sini, JATS NEXT-G lantas
mempertemukan penawaran dan permintaan yang ada untuk efek yang sama secara keseluruhan, ataupun
sebagian, pada harga penutupan berdasarkan time priority.
INVESTASI YANG BERISIKO
A. Pengertian investasi
Investasi adalah penanaman aset atau dana yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau perorangan
untuk jangka waktu tertentu demi memperoleh imbal balik yang lebih besar di masa depan.
B. Proses Investasi
1. Menentukan Kebijakan Investasi
Ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maksudnya semakin tinggi return
yang ditawarkan maka semakin tinggi pula risikonya, sebaliknya semakin rendah return maka semakin
rendah pula risikonya. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko
a) Jenis Investor
1. Risk Taker. Bersedia menanggung risiko lebih besar .Saham dari perusahaan yang mempunyai risiko
tinggi
2. Risk Aver .Menghindari Risiko. Obligasi dari perusahaan yg dinilai aman
b) Analisis Sekuritas
Ada 2 Filosofi dalam melakukan analisis sekuritas:
Analisis Teknikal
Analisis ini menggunakan data (perubahan) harga di masa yang lalu sebagai upaya untuk memperkirakan
harga sekuritas di masa yang akan datang
Analisis Fundamental
Analisis ini berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor- faktor yang
mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.
Tingkat keuntungan yang diharapkan bisa diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
E(R) = 0,20(0,30) + 0,60(0,20) + 0,20(0,10)
= 0,20 (atau 20%)
E(R) = ∑ P . R
Keterangan :
E(R) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi
3. Ukuran Penyebaran
• Risiko adalah kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan
yang diharapkan. Risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar maupun lebih kecil
dari yang diharapkan
• Untuk mengetahui ukuran risiko ini digunakanlah ukuran penyebaran distribusi. Statistik
menyediakan ukuran ini sebagai standar deviasi (ⵒ) atau dalam bentuk kuadrat disebut sebagai
variance
• Risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh dapat menyimpang dari hasil yang
diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran
• Alat statistika sebagai ukuran penyebaran, yaitu :
• Varians
• Standar deviasi
Diversifikasi adalah berinvestasi pada berbagai jenis saham, dengan harapan jika terjadi penurunan
pengembalian satu saham akan ditutup oleh kenaikan pengembalian saham yang lain.
Bahwa risiko portofolio dipengaruhi oleh :
Risiko masing – masing saham
Proporsi dana yang diinvestasikan pada masing – masing saham
Kovarians atau koefisien korelasi antar saham dalam portofolio
Tabel 3.4
Tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar tingkat keuntungan dari saham Astra
Internasional dan Duta Anggada, bulanan periode 1995-1996.
Apabila kita amati kedua saham tersebut, maka kita tidak dapat mengatakan saham mana yang lebih
baik, karena Duta Anggada mempunyai Risiko (ⵒ) yang lebih rendah, tetapi tingkat keuntungan yang
diharapkan E(R) juga lebih rendah.
Tahun Astra Rastra Duta Ranggada
dan Int’l Anggada
bulan
Berdasarkan tabel sebelumnya apabila pemodal diizinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, misalkan
pemodal dapat membentuk bernagai portofolio sebagai berikut :
Komposisi
Portofolio
Astra Int’l Duta Anggada
Table 3.5
Risiko Sistematis
Suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini
dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan
Kebijakan pemerintah
Risiko Tidak Sistematis
Suatu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, sebab risiko ini hanya ada
dalam satu perusahaan atau industri tertentu
Terdapat fluktuasi risiko yang berbeda antara satu saham dengan saham lain
Faktor yang mempengaruhi :
Struktur modal
Struktur aset
Tingkat likuiditas
Definisi Risiko
Risiko itu ada jika pembuat keputusan (perencana proyek) mampu mengestimasi kemungkinan-
kemungkinan (probabilitas) yang berhubungan dengan berbagai variasi hasil yang akan diterima salama
investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya.
Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun
suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk menyusunnya
dimana
X ≥ 0 dan X ≥ 0
A B
Dari persamaan diatas, investor dapat memperkirakan bahwa untuk portofolio yang
terdiri dari dua sekuritas misalnya sekuritas A dan B maka tingkat keuntungan yang diharapkan
dan deviasi standar (risiko) portofolio adalah sebagai berikut:
E(Rp) = XAE(RA) + (1- XA)E(RB)
Kita ketahui bahwa koefisien korelasi terletak dari nilai -1 (minimal) sampai dengan nilai 1
(maksimal). Dengan contoh soal dibawah ini marilah kita pahami bagaimana pengurangan risiko
dalam portofolio saham dengan memperhatikan nilai koefisien korelasi antara anggota
portofolio.
Apabila diketahui data sbb:
Adapun nilai tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar untuk
berbagai nilai Xa adalah sebagai berikut:
XA 0 0,4 0,8 1,0
E(RA) 0,20 0,22 0,24 0,25
σp 0,08 0,088 0,96 0,10
Dari data diatas kita mendapatkan hasil bahwa pada saat ρAB=+1
(koefisien korelasi positif sempurna 1), portofolio yang dilakukan tidak akan
memberikan manfaat bagi investor dalam pengurangan risiko. Dengan demikian,
maka tidak ada manfaat diversifikasi yang dilakukan sehingga akan sama seperti
kalau memberli sekuritas individual yang membentuk portofolio. Gambar
hubungan antara tingkat keuntungan dan deviasi standar pada saat korelasi adalah
1 seperti dibawah ini.
Gambar 4.3 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan
dengan deviasi standar pada saat koefisien korelasi = +1
E (R p)
A
SML
0,25
0,2
Gambar 4.4 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi
standar pada saat koefisien korelasi = -1 (negatif sempurna)
E (R p)
A
SML
0,25
H
0,22 B
0,2
A
SML
0,25
H
0,22
B
0,2
Dengan batasan :
(1)£ Xi = 1
(2)£ X i E(R p ) = E(R p )
(3)Xi ≥ 0, i = 1,. ....... N
Dengan memberikan nilai yang berbeda-beda pada E (R p), maka dari
persamaan tersebut akan diperoleh suatu rangkaian titik-titik yang membentuk garis
yang merupakan garis efisien dalam portofolio (efficient frontier). Portofolio yang
terdapat dalam efficient frontier merupakan pilihan portofolio yang efisien yang
memiliki risiko minimal dengan tingkat keuntungan tertentu, atau return terbesar
pada tingkat risiko tertentu. Gambar dibawah ini memperlihatkan efficient frontier
yang diperoleh dari penggunaan programasi kuadratik.
Gambar 4.6 Permukaan efisien pilihan portofolio (efficient frontier)
E (R p)
Risiko (σ)
Keadan short sales ditunjukkan pada saat proporsi dana yang dilakukan
dapat kurang dari nol (yaitu -1) dan lebih dari 1 (yaitu +2). Dengan short sales
dimungkinkan melakukan investasikan jumlah dana yang sangat besar jauh lebih
besar dari jumlah dana yang dimiliki oleh investor, ataupun melakukan investasi
tanpa memiliki dana dengan cara melakukan peminjaman saham kepada investor
lainnya.
E (R p)
D
Dalam portofolio lebih dari dua saham dengan short sales diperbolehkan,
proporsi saham yang diinvestasikan dimungkinkan bisa negatif. Maka perumusan
perhitungannya dapat dicari dengan persamaan:
Minimumkan risiko
Dengan batasan :
(1)£ = 1
i
(2)£ XiE(R p) = E(R p)
Dengan memberikan nilai yang berbeda pada return yang diharapkan, maka
akan dapat diperoleh titik-titik yang akan membentuk garis yang merupakan
efficient frontier untuk portofolio dengan short sales diperbolehkan. Persamaan ini
dapat dibantu penyelesaiannya dengan menggunakan programasi linear quadratic
programming.
E(Rp)
D C
B
Rf
D
E(Rp) = ∑ 𝐗 𝐢𝐄(𝐑𝐩)
Sedangkan deviasi standar portofolio dinyatakan sebagai
σp = [ ∑ X12 σi + ∑∑ Xi Xj σij ] ½
Dengan demikian kalau kita ingin melakukan analisis portofolio yang terdiri
dari 5 saham (atau sekuritas) misalnya, maka untuk menaksir E(R) kita perlu
menaksir tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing saham yang
membentuk portofolio tersebut. Berarti kita perlu menaksir lima tingkat keuntungan
yang diharapkan. Untuk menaksir tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu
portofolio, kita perlu menaksir jumlah tingkat keuntungan yang diharapkan sebanyak
jumlah saham yang membentuk portofolio tersebut.
Sebaliknya kalau kita ingin menaksir σp kita harus menaksir variance (atau
deviasi standar) dari saham-saham yang membentuk portofolio tersebut dan koefisien
korelasi antar tingkat keuntungan (atau covariance). Kalau portofolio tersebut terdiri
dari 5 saham, maka kita akan menaksir 5 variance dan 10 koefisien korelasi. Jumlah
koefisien korelasi yang perlu ditaksir ini akan meningkat dengan cepat apabila kita
memperbesar saham-saham yang ada dalam portofolio kita. Formula yang dipergunakan
untuk menghitung jumlah koefisien korelasi antar tingkat keuntungan adalah N(N - 1)/2.
Dalam hal ini N adalah jumlah sekuritas yang dipergunakan untuk membentuk portofolio
tersebut. Jadi kalau kita melakukan pengamatan terhadap 20 sekuritas, maka kita harus
menaksir 20(20 - 1)/2 = 190 koefisien korelasi. Suatu jumlah variabel yang tidak sedikit,
lebih-lebih kalau pada umumnya para analis sekuritas melakukan pengamatan terhadap
sekitar 50 sampai dengan 100 sekuritas.
Tentu saja kita bisa menghitung koefisien korelasi, variance dan tingkat
keuntungan yang diharapkan berdasarkan atas data tahun-tahun yang lalu. Tetapi untuk
keperluan analisis dan pengambilan keputusan kita berkepentingan dengan nilai variabel-
variabel tersebut di masa yang akan datang, bukan dengan nilai historisnya. Untuk itu
kita hanya bisa melakukan estimasi terhadap variabel-variabel tersebut. Seandainya nilai
variabel-variabel tersebut relatif stabil, maka kita bisa melakukan estimasi dengan baik
dengan menggunakan data historis.
Untuk keperluan analisis portofolio memang disyaratkan bahwa data yang kita
pergunakan harus mempunyai sifat stationary. Stationarity ini ditunjukkan dari stabilnya
nilai mean dan variance. Kalau suatu series bersifat stationary berarti untuk variabel
tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar, data historis memang sedikit
banyak bisa dipergunakan untuk menaksir nilai di masa yang akan datang, tetapi tidak
untuk koefisien korelasi. Tidak ada jaminan bahwa kalau tahun yang lalu koefisien
korelasi antara saham A dan B lebih rendah dibandingkan antara saham B dan C, maka
untuk tahun-tahun yang akan datang pola tersebut akan tetap berlaku. Untuk itulah
kemudian dipergunakan model yang diharapkan bisa membantu memecahkan masalah-
masalah tersebut.
Ri = ai + βi Rm
dalam hal ini, adalah bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak dipengaruhi
oleh perubahan pasar. Variabel ini merupakan variabel yang acak.
Rm adalah tingkat keuntungan indeks pasar. Variabel ini merupakan variabel yang
acak.
βi adalah beta, yaitu parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Rj kalau
terjadi perubahan pada Rm
Persamaan tersebut hanyalah memecah tingkat keuntungan suatu saham menjadi
dua bagian, yaitu yang independen dari perubahan pasar dan yang dipengaruhi oleh
pasar. Menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu saham terhadap tingkat
keuntungan indeks dasar. βi sebesar 2 berarti bahwa kalau terjadi kenaikan (penurunan)
tingkat keuntungan indeks pasar sebesar 10% maka akan terjadi kenaikan (penurunan)
Rj sebesar 20%. Parameter a, menunjukkan komponen tingkat keuntungan yang tidak
terpengaruh oleh perubahan indeks pasar. Parameter ini bisa dipecah menjadi dua, yaitu, α i
(alpha) yang menunjukkan nilai pengharapan dari ai, dan ei, yang menunjukkan elemen
acak dari ai. dengan demikian maka
ai = αi + ei
Dengan ei mempunyai nilai pengharapan sebesar nol. Persamaan tingkat
keuntungan suatu saham sekarang bisa dinyatakan sebagai,
Ri = αi + βi Rm + ei
Persamaan tersebut merupakan persamaan regresi linier sederhana yang dihitung
dengan R sebagai variabel tergantung dan Rm sebagai variabel independen. Cara
penghitungan regresi secara manual diberikan pada Apendiks Bab ini, meskipun
penggunaan paket program statistik akan sangat mempercepat perhitungan kita. Perhatikan
sekali lagi bahwa Rm dan ei, adalah variabel random. Karena itu cov(e i,Rm ) = 0. Kemudian
diasumsikan bahwa ei independen terhadap ej, untuk setiap nilai i dan j, formal bisa
dinyatakan bahwa E(ei,ej,) = 0.
Model indeks tunggal bisa kita ringkas sebagai berikut:
Persamaan dasar
Ri = αi + βi Rm + ei untuk setiap saham i = 1,.,N
Berdasarkan pembentukan saham
Pernyataan tersebut bisa diilustrasikan dengan data yang ada dalam tabel 5.1.
Misalkan kita mengamati tingkat keuntungan suatu saham dan indeks pasar seperti yang
ditunjukkan pada kolom (1) dan (2). Kolom (3) merupakan reproduksi kolom (1).
Sementara ini kita terima dulu bahwa β i = 0,975. Kolom (5) merupakan kolom (2)
dikalikan 0,975. Nilai ei diperoleh sebagai berikut. Perhatikan bahwa rata-rata ei = 0.
Karena itu jumlah ei, juga = 0. Karena jumlah kolom (5) = 39, maka jumlah kolom(4)
harus sama= 13. Karena αi merupakan konstanta, maka nilai αi, pada setiap bulannya
adalah 39/5 = 2,6.
Dengan menggunakan rumus (5.4) kita bisa menghitung bahwa,
= 35,152
Tabel Dekomposisi Tingkat Keuntungan Untuk Model Indeks Tunggal
βp = xi βi
Demikian juga alpha portofolio αp, adalah
αp = xi αi
Dengan demikian persamaan (5.4) bisa dituliskan menjadi
E(Rp) = αp = βp + βp E (Rm)
Untuk variance portofolio, αp2, rumusnya bisa dinyatakan sebagai,
Apabila nilai N menjadi makin besar (artinya makin banyak saham yang
dipergunakan untuk membentuk portofolio), makin kecillah nilai term kedua dari
persamaan tersebut. Karena term tersebut menunjukkan risiko sisa (residual risk atau
unsystematic risk) maka ini berarti bahwa sumbangan risiko sisa terhadap risiko portofolio
menjadi makin kecil apabila kita memperbesar jumlah saham yang ada dalam portofolio.
Apabila kita mempunyai N yang besar sekali, maka term tersebut akan menjadi sangat kecil
dan mendekati nol. Sedangkan term yang pertama disebut sebagai systematic risk.
Penjumlahan kedua terms tersebut disebut sebagai risiko total dari portofolio (σp2).
Risiko yang tidak bisa dihilangkan kalau kita membentuk portofolio yang terdiri
dari sekuritas yang makin banyak, merupakan risiko yang berkaitan dengan βp. Kalau kita
rnenganggap risiko residual mendekati nol, maka risiko portofolio mendekati
σp2 = [ β p2 σm2 ]1/2 = β p σm = [ ∑ Xi β i ]
Karena nilainya sama σm, tidak peduli saham apapun yang kita analisis, ukuran
kontribusi risiko suatu saham terhadap risiko portofolio yang terdiri dari banyak saham
akan tergantung pada β1
4. Menaksir Beta
Penggunaan model indeks tunggal memerlukan penaksiran beta dari saham-saham
yang akan dimasukkan ke dalam portofolio. Para analis bisa saja menggunakan judgement
mereka dalam menentukan beta. Kita juga bisa menggunakan data historis untuk
menghitung beta waktu lalu yang dipergunakan sebagai taksiran beta di masa yang akan
datang. Diketemukan berbagai bukti bahwa beta historis memberikan informasi yang
berguna tentang beta di masa yang akan datang (sebagai misal, Brealey and Myers, 1991,
h. 183). Karena itu sering para analis menggunakan beta historis sebelum mereka
menggunakan judgement / untuk memperkirakan beta di masa yang akan datang.
Ri = αi + βi Rm + ei
Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linier sederhana, yang bisa
dipecahkan dengan rumus regresi. Berbagai program statistik untuk dipergunakan di
komputer juga tersedia untuk menghitung persamaan tersebut. Informasi yang diperlukan
adalah series tentang tingkat keuntungan suatu saham (R i,) dan tingkat keuntungan indeks
pasar (Rm). Hasil perhitungan tersebut kalau di-plot-kan dalam suatu gambar akan nampak
seperti dalam Gambar 5.1.
Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut, dan α menunjukkan
intercept dengan sumbu Rit. Semakin besar beta, semakin curam kemiringan garis tersebut,
dan sebaliknya. Penyebaran titik-titik pengamatan di sekitar garis regresi tersebut
menunjukkan risiko sisa (σei2)sekuritas yang diamati. Semakin menyebar titik-titik tersebut,
semakin besar risiko sisanya.
αi = E (Rit) – βp E (Rmt)
Nilai βi , dan αi , yang dihitung dengan persamaan regresi merupakan taksiran dari
beta dan alpha yang sebenamya. Taksiran tersebut tidak luput dari kesalahan (subject to
error). Berbagai properti statistik, seperti nilai-t, nilai F, dan koefisien determinasia perlu
diperhatikan untuk menggunakan nilai-nilai taksiran tersebut.
Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (yaitu
bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio. Koefisien
determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai R 1 yang bisa dijelaskan oleh Rm.
Dengan demikian semakin besar nilai koefisien determinasi semakin akurat nllai estimated
beta tersebut. Beta portofolio umumnya lebih akurat dari beta sekuritas individual karena
dua hal. Pertama, beta mungkin berubah dari waktu ke waktu. Ada sekuritas yang betanya
berubah menjadi lebih besar, ada pula yang mengecil. Pembentukan portofolio
memungkinkan perubahan tersebut menjadi saling meniadakan, atau paling tidak mengecil.
Kedua, penaksiran beta selalu mengandung unsur kesalahan acak (random error).
Pembentukan portofolio memungkinkan kesalahan tersebut diperkecil. Karena itu, semakin
banyak sekuritas yang dipergunakan untuk membentuk portofolio, semakin besar nilai
koefisien determinasinya. Dengan demikian maka beta portofolio historis akan merupakan
predictor beta masa depan yang lebih baik dibandingkan dengan beta sekuritas individual.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa apabila pada periode
pertama beta suatu portofolio kecil, yaitu di bawah satu, maka pada periode berikutnya akan terjadi
kenaikan. Sebagai misal, beta portofolio pertama adalah 0,393 pada periode pertama, kemudian
beta portofolio ini meningkat menjadi 0,620 pada periode kedua. Sebaliknya untuk portofolio yang
mempunyai beta tinggi, lebih besar dari satu. Pada periode berikutnya beta portofolio tersebut
menurun. Ada kecenderungan bahwa nampaknya beta portofolio- portofolio tersebut, dalam jangka
panjang akan bergerak di sekitar satu.
Beta periode 2
0,677
0,34
3
Beta periode 1
Gambar 5.2. Hubungan antara beta pada periode 1 dengan beta pada periode 2, hasil
pengamatan Blume
Teknik yang dikemukakan oleh Blume tersebut telah diuji secara empiris, dan
hasilnya ternyata memang lebih baik daripada seandainya kita menggunakan beta yang
tidak disesuaikan (Klemkosky and Martin, 1975). Pengujian dilakukan terhadap
kemampuan meramalkan teknik tersebut untuk tiga periode yang setiap periodenya terdiri
dari lima tahun, saham individual maupun portofolio yang terdiri dari sepuluh sekuritas.
Ilustrasi 5.1
Pengujian empiris juga dilakukan di pasar modal Indonesia (Pudjiastuti dan Husnan,
1993). Untuk periode tahun 1990 – 1992, ditemukan bahwa beta pada t berkorelasi relatif
cukup kuat dengan beta t + 1. Korelasi beta 1990 dengan beta 1991 ditemukan sebesar 0,39,
sedangkan antara beta tahun 1991 dengan 1992 adalah 0,52. Sebaliknya beta pendekatan
Blume diterapkan untuk Indonesia, ditemukan persamaan,
β92 =0,460 + 0,3791β92
Meskipun kecenderungan mendekati satu tidak terdeteksi, peramalan beta di masa yang
akan datang dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut ternyata sedikit lebih
baik daripada dengan menggunakan nilai beta di waktu yang lalu. Hal ini terlihat dari nilai
rata-rata error yang dikuadratkan (mean square error), yang lebih rendah untuk estimasi
beta dengan persamaan di atas, daripada beta historis apa adanya.
Dengan demikian, penggunaan beta bukan hanya mengurangi jumlah variabel yang
harus ditaksir, beta yang disesuaikanjuga relatif lebih akurat sebagai penaksir beta di masa
yang akan datang dibandingkan dengan beta historis yang tidak disesuaikan, dan juga
dengan koefisien korelasi historis. Yang terakhir ini nampaknya merupakan forecaster yang
terburuk untuk nilai-nilai di masa yang akan datang.
Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variabel yang harus ditaksir
dan penggunaan data (beta) historis (setelah disesuaikan) lebih bisa diandalkan, tetapi
penggunaan beta juga memungkinkan kita mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental
yang mungkin mempengaruhi beta tersebut. Faktor-faktor fundamental ini yang tidak bisa
diidentifikasikan kalau kita menggunakan matrik koefisien korelasi historis. Belum bisa
diidentifikasikan faktor (faktor-faktor) apa yang menyebabkan, misalnya, koefisien
korelasi saham i dengan j ternyata rendah (atau tinggi) pada periode waktu tertentu.
Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat
keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental
perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut. Faktor-faktor
yang diidentifi kasikan mempengaruhi nilai beta adalah :
c) Para pemodal akan memperhatikan risiko alternatif yang dipertimbangkan dan tidak
memperhatikan sifat alternatif-alternatif tersebut misal, pemodal tidak akan mempertimbangkan
apakah suatu kesempatan investasi lebih padat modal atauah lebih padat kaya
d) Para pemodal mampu menentukan certainty equivalen dari setiap investasi yang tidak pasti
dengan nilai penghargaan dari investasi tersebut.
Model utilitas yang diharapkan ini menggunakan asumsi terhadap sikap pemodal terhadap
risiko. Sikap-sikap tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a) Risk averse (tidak menyukai risiko)
0,00
- Rp 2.000
Apabila probabilitas hasil + Rp 5.000 adalah sebesar P dan probabilitas hasil Rp 2.000 adalah
sebesar (1-P), maka expecet utility investasi tersebut adalah:
P x U (+ Rp 5.000) + (1-p) x U (- Rp 2.000)
Misalkan sekarang bahwa probabilitas untuk memeroleh hasil + Rp 5.000 adalah + 0,94
dan probabilitas memeroleh hasil - Rp 2.000 adalah 0,06. Dengan karateristik investasi
tersebut nilai CE misalnya Rp 3.000 indeks utilitas untuk keadaan tersebut adalah:
U (+ Rp 3.000) = 0,94 (1) + 0,06 (0) = 0,94
Fungsi utilitas dari pemodal yang mempunyai sikap risk averse mempunyai karateristik
sebagai berikut. Apabila U(W) adalah fungsi utilitas dan U”(W) adalah derivtif kedua dari
fungsi tersebut, maka U”(W) < 0 keadaan tersebut bisa dijelaskan dalam pilihan berikut ini:
Apabila pemodal memilih tidak melakukan investasi maka utilitas yang diharapkan dari
tidak melakukan investasi tentulah lebih besar dari utilitas yang diharapkn dari melakukan
investasi. Hal ini berarti bahwa,
U (1) > (0,50) U (2) + (0,50) U (0)
Ketika kedua sisi persamaan dengan 2 dan sisi kembali ketidaksamaan tersebut akan
menghasilkan,
U (1) – U (0) > U (2) – U (1)
Apabila pemodal tersebut bersifat risk averse, maka tentunya ia akan lebih menyukai
investasi yang bebas risiko. E(RA) = 0,10 (sama dengan Rr padahal deviasi standar A tidak
sama dengan nol). Bagi pemodal yang risk averse keuntugan yang pasti akan lebih disukai
dari pada keuntungan yang diharapkan kalau nilainya sama. Sekarang misalkan
bahwa permodalan tersebut menyatakan bahwa ia merasa indifference apabila kesempatan
investasi yang berisiko mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Berikut ini disajikan berbagai situasi pada saat terdapat Rf untuk berbagai kriteria:
1. Kriteria Roy
Apabila terdapat Rf dan distribusi tingkat keuntungan bersifat normal maka kriteria Roy
akan mengakibatkan diinvestasikannya dana pada investasi yang tidak berisiko, atau
melakukan pinjaman sebesar-besarnya.
2. Kriteria Kotaoka
Pada saat terjadi Rf maka penggunaan kriteria Kataoka akan menyebabkan
diivestasikannya seluruh dana pada Rf atau melakukan pinjaman sebesar-besarnya.
3. Kriteria Telser
Dengan adannya Rf kriteria Telser akan memungkinkan terjadinnya tiga keadaan:
a. Portofolio yang optimal terjadi pada perpotongan garis batasan dengan garis lending
dan borrowing
D. Stochastic Dominance
Stochastic dominance merupakan salah satu metode untuk memilih portofolio optimal,
dimana model ini tidak memperhatikan distribusi dari return investasi yang sedang
dipertimbangkan, dengan kata lain stochastic dominance tidak mensyaratkan distribusi dari
return investasi harus bersifat normal.
Penggunaan stochastic dominance menggunakan tiga asumsi yang makin kuat tentang
perilaku para pemodal. Asumsi-asumsi tersebut yaitu:
a. First Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa para pemodal lebih menyukai
yang banyak dari pada yang sedikit
b. Second Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal bersikap tidak
menyukai risiko
c. Third Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal mempunyai
decreasing absolute risk aversion yang berarti bahwa dengan meningkatkan kekayaan
para pemodal, mereka akan menginvestasikan rupiah yang lebih banyak pada
kesempatan investasi yang berisiko.
Dalam memilih investasi yang tepat, perlu memperhatikan asumsi yang kedua yaitu
Second Order Stochastic Dominance, yang menyatakan bahwa pemodal bersikap risk
averse. Mereka akan merasakan utilitas yang lebih besar pada satu juta rupiah pertama yang
mereka miliki dari pada satu juta rupiah yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Dengan begitu, pemodal akan menaruh nilai yang lebih besar pada keuntungan yang kecil
dari pada keuntungan yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung:
Alfabeta
Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisis Sekuritas. Suad Husnan, Edisi Empat.2005
http://maribelajarbersama13.blogspot.com/2017/03/konsumsi-investasi-dan-peranan-pasar.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/120000169/konsumsi--pengertian-ciri-dan-
faktornya?page=all
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia’
http://jendelapasarmodal.blogspot.com/2013/03/pengertian-pasar-modal-dan.html?m=1
https://www.wartaekonomi.co.id/read220202/apa-itu-perusahaan-sekuritas
https://bankfs.ru/id/loans---news/ponyatie-celi-i-etapy-emissii-cennyh-bumag-poryadok-emissii-
cennyh.html
http://nia-share.blogspot.com/2009/11/penerbitan-sekuritas-kewajiban-jangka.html
https://diskartes.com/2020/03/tahap-sistem-perdagangan-saham/
http://nia-share.blogspot.com/2009/11/pemilihan-portofolio-optimal-manajemen.html
https://www.academia.edu/36663975/Teori_Portofolio_Berdasarkan_Model_Index
http://etheses.uin-malang.ac.id/703/5/09510146%20Bab%201.pdf
http://jnursyamsi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11399/Risiko+dalam+investasi_1.ppt
http://mirzabusiness.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-13_Manajemen-Risiko-
Investasi.pdf
http://eprints.ums.ac.id/11357/5/Bab.2.3.4.5.pdf
https://andrihelmi.files.wordpress.com/2017/09/sesi_4.pdf
https://magisterakutansi.blogspot.com/2013/03/model-indeks-tunggal-untuk-portofolio.html
https://www.slideshare.net/anisanhnisuull/model-indeks-tunggal-ppt
https://journal.ubm.ac.id/index.php/akuntansi-bisnis/article/download/398/380
Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro
dan Makro. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Modern Portfolio Theory and Investment Analysis. Edwin J.Elton, Martin J.Gruber, Stephen
J.Brown, and William N.Goetzman. Eighth Edition. 2011