Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Bisnis Islam
Kelompok 4 :
MANAJEMEN DAKWAH
2022
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik serta tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Bisnis Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambahkan wawasan tentang Model Pengambilan Keputusan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................ 20
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran ........................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pembelian, biaya produksi, biaya tidak terduga, dan meningkatkan daya saing
perusahaan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pembuat keputusan.Dalam proses memutuskan tentang sesuatu yang penting dapat
dilakukan baik itu individu, sekelompok orang atau dalam suatu organisasi.
Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses dinamis yang
dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan
pengetahuan, kecakapan dan motivasi. Pengambilan keputusan adalah ilmu dan
seni pemilihan alternatif solusi atau alternatif tindakan dari sejumlah alternatif
solusi dan tindakan yang tersedia guna menyelesaikan masalah (Dermawan, 2004)
Berikut ini beberapa pengertian pengambilan keputusan dari beberapa
sumber buku:
1. Menurut Wang dan Ruhe (2007), pengambilan keputusan adalah proses
yang memilih pilihan yang lebih disukai atau suatu tindakan dari antara
alternatif atas dasar kriteria atau strategi yang diberikan.
2. Menurut Suharnan (2005), pengambilan keputusan adalah proses
memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi
yang tidak pasti.
3. Menurut Terry (2003), pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih, tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi melalui pemilihan satu diantara
alternatif- alternatif yang memungkinkan.
4. Menurut Simon (1993), pengambilan keputusan merupakan suatu bentuk
pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih, yang
prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan
menghasilkan suatu keputusan yang terbaik.
5. Menurut Baron dan Byrne (2008), pengambilan keputusan adalah suatu
proses melalui kombinasi individu atau kelompok dan mengintegrasikan
informasi yang ada dengan tujuan memilih satu dari berbagai
kemungkinan tindakan.
4
menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada
kaitannya dengan masalah lain dan
Tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat
ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari
satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan
dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat
tidak kontradiktif.
1) Penentuan masalah,
2) Analisa situasi yang ada,
3) Pengembangan alternatif-alternatif,
4) Analisa alternatif-alternatif,
5) Pilihan alternatif yang paling baik.
5
a) Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan
b) Pengambilan keputusan dilakukan secara sistematik, yaitu: tersedianya
sumber- sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil,
kualifikasi tenaga kerja yang tersedia, falsafah yang dianut organisasi,
situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi
administrasi dan manajemen di dalam organisasi.
c) Masalah harus diketahui dengan jelas.
d) Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul
dengan sistematis.
e) Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai
alter- natif yang telah dianalisa secara matang.
1. Perumusan Masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu merumuskan
masalah yang ada di dalam suatu organisasi. Suatu masalah hadir karena
:
a) Adanya gap atau kesenjangan antara kenyataan, titik berangkat,
dengan tujuan yang ingin diraih atau standar yang ingin dicapai.
b) Adanya halangan dan kesulitan untuk menjembatani kesenjangan
itu.
c) Adanya kemungkinan penyelesaian masalah bila perumusannya
benar.
Perumusan masalah dimulai dengan mengkaji fakta-fakta yang ada. Sering
kali hal yang kedengarannya sederhana ini menjadi sumber kegagalan pengambilan
keputusan yang benar. Masalah yang sering muncul dalam pengkajian fakta adalah
pemimpin dan orang yang ada di sekitarnya sering mem- baurkan fakta dengan
tafsiran tentang fakta tersebut.Sebuah perumusan yang baik mengidentifikasikan
semua elemenelemen yang relevan, elemen apa yang absen, dan elemen apa yang
perlu ditambahkan.
6
2. Pengumpulan dan Penganalisis Data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan mengana-lisis
data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada. Adapun proses
pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan yaitu:
a) Fase pengumpulan fakta.
b) Fase penemuan ide.
c) Fase penemuan solusi. Fase pengumpulan data/fakta meliputi
kegiatan mendefinisikan masalah serta mengumpulkan masalah
serta meng-analisis data yang penting. Satu cara untuk
meningkatkan kemampuan pengumpulan data adalah dengan mulai
dulu melihat masalah yang ada secara luas dan kemudian melan-
jutkannya dengan menentukan sub masalah yang ada. Dalam hal ini,
diperlukan kemampuan untuk membedakan antara gejala dari
masalah yang sebenarnya.
3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu
dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu
diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif
maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan
perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya
informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu
terdiri dari berbagai macam pengertian:
o Perkiraan dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada
kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara
kronologis.
o Perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan
menggunakan analisis sebab akibat.
o Perkiraan dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada kekuatan
intuisi (perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif, artinya tergantung
dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik
7
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk
memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertim- bangan yang
matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan
waktu yang lama karena hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan
berhasil atau sebaliknya. Pengambilan keputusan oleh pimpinan, kaitannya
dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah, akan melibatkan semua
pihak yang terlibat dalam lembaga pendidikan. Hal ini karena kekuasaan
pimpinan tidak dapat dioperasionalkan apa- bila tidak didukung dan dibantu
oleh seluruh personal yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
berbeda-beda.
5. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus
mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima
dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
Pelaksanaan pengambilan keputusan sering menjadi masalah karena
keputusan yang mesti ditanggapi oleh banyak orang malah ditangani oleh
sedikit orang.
6. Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat
mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian ulang perlu
diadakan. Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak
awal dan tidak setelah pelaksanaan ber-jalan. Dengan cara ini memang akan
mudah terjadi debat yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin.
Berdasarkan pendapat pada ahli di atas, maka disimpulkan tahapan proses
pengambilan keputusan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:
1) Perumusan masalah,
2) Penentuan kriteria pemecahan masalah,
3) Pengidentifikasian alternatif pemecahan masalah,
4) Penilaian terhadap alternatif peme- cahan masalah,
5) Pemilihan alternatif yang terbaik,
6) penetapan keputusan atau pengimplementasian alternatif yang dipilih.
8
C. Model Pengambilan Keputusan
1. Model Optimasi
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi adalah bahwa
dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi
memperoleh hasil terbaik yang paling mungkin dicapai. Sikap pengambil
keputusan, norma-norma serta kebijaksanaan organisasi berperan
penting dalam menentukan kriteria apa yang dimaksud dengan hasil
terbaik yang mungkin dicapai itu.
Langkah-Langkah Dalam Model Optimasi
Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan
Yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan
keputusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan.
Menurut Maulana (2010) Proses pengambilan keputusan meliputi :
1. Lakukan kebutuhan akan suatu keputusan
2. Menentukan kriteria yang diputuskan
3. Menentukan kriteria yang berbobot
4. Mengembangkan alternatif
5. Menilai beberapa alternatif
6. Memilih alternatif
2. Model satisficing
9
Pengambilan keputusan tidak dapat didekati semata-mata dengan
prosedur yang sepenuhnya didasarkan pada rasionalitas dan logika.
Kenyataan sering menunjukan bahwa para pengambil keputusan tidak
selalu berpikir dalam kerangka pertanyaan: “Alternatif- alternatif apa yang
tersedia, informasi yang bagaimana yang diperlukan, serta analisis
bagaimana yang diperlikan sehingga pilihan dapat dijatuhkan pada alternatif
yang paling tepat?” Memang sukar membayangkan adanya situasi dimana
seorang pengambil keputusan dapat memastikan semua konsekuensi
tindakan yang akan diambil, baik yang menguntungkan maupun tidak.
Model satisficing berarti pengambil keputusan memilih alternative
solusi pertama yang memenuhi criteria keputusan minimal. Dengan tidak
berusaha untuk mengejar seluruh alternative untuk mengidentifikasi solusi
tunggal untuk memaksimalkan pengembalian ekonomi, manajer akan
memilih solusi pertama yang muncul untuk memecahkan masalah, bahka
jika solusi yang lebih baik diperkirakan akan ada kemudian. Pengambilan
keputusan tidak dapat menjustifikasi waktu dan pengorbanan untuk
mendapatkan kelengkapan informasi. Masalah kompleks disederhanakan
(hanya mengambil inti masalahnya saja / bounded rationality) sampai pada
tngkat dimana pengambil keputusan siap menyelesaikannya.
Model satisficing, para pengambil keputusan merasa cukup bangga
dan puas apabila keputusan yang diambilnya membuahkan hasil yang
memadai, asalkan persyaratan minimal tetap terpenuhi. Ide pokok dari
model ini adalah bahwa usaha ditujukan pada apa yang mungkin dilakukan
“sekarang dan disini” dan bukan pada sesuatu yang mungkin optimal tetapi
tidak realistis dan oleh karenanya tidak mungkin dicapai.
3. Model Mixed Scanning
Scanning berarti usaha mencari, mengumpulkan, memproses,
menilai, dan menimbang-nimbang informasi dalam kaitannya dengan
menjatuhkan pilihan tertentu. Model mixed scanning berarti bahwa setiap
kali seorang pengambil keputusan mengahadapi dilemma dalam memilih
suatu langkah tertentu, satu keputusan pendahuluan harus dibuat tentang
10
sampai sejauh mana berbagai sarana dan prasarana organisasi akan
digunakan untuk mencari dan menilai berbagai fungsi dan kegiatan yang
akan dilaksakan.
Para ahli berpendapat bahwa, dalam penggunaan model ini
keputusan-keputusan yang fundamental dibuat setelah terlebih dahulu
melakukan pengkajian terhadap berbagai alternatif yang paling relevan,
yang kemudian dikaitkan dengan tujuan dan sasaran organisasi. Unsur-
unsur dari pendekatan yang rasional dan incremental digabungkan, dan
penggabungan ini dipandang dapat saling isi mengisi, dalam arti kelebihan
pendekatan yang rasional memperkuat kelebihan pendekatan yang
inkremental.
Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat
kemampuan para pembuat keputusan yang berbeda-beda. Secara umum
dapat dikatakan, bahwa semakin besar kemampuan para pembuat keputusan
untuk memobilisasikan kekuasaannya guna mengimplementasikan
keputusan-keputusan mereka, semakin besar keperluannya untuk
melakukan scanning dan semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif
pengambilan keputusa tersebut. Dengan demikian, model pengamatan
terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang
menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan moder
inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
Keputusan ini dimungkinkan membuat keputusan-keputusan besar
yang mempunyai dampak jangka panjang, dan juga keputusan-keputusan
dengan ruang lingkup terbatas. Mereka dapat menggabungkan kedua
perspektif tersebut, yaitu yang berjangka panjang dan luas dengan yang
sempit bertahap dengan maksud mencegah mereka membuat keputusan
inkremental yang kurang melihat jauh ke depan.
Contohnya : Saat kita memutuskan untuk pindah kerja ( resign ),
pasti kita akan berpikir jauh, apakah di tempat kerja yang baru nanti akan
lebih baik dari yang sekarang, pastinya kita tidak mau gegabah dengan
mengambil keputusan secara cepat, karena dampaknya pasti aka nada
11
penyesalan jika nantinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari
itu kita pasti akan memikirkannya matang-matang dalam membuat
keputusan tersebut.
4. Model Heuritis
Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang
terdapat dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dari
pada faktor- faktor eksternal. Dengan kata lain, seorang pengambil
keputusan lebih mendasarkan keputusannya pada konsep-konsep yang
dimilikinya, berdasarkan persepsi sendiri tentang situasi problematic yang
dihadapi. Dalam praktek model ini digunakan apabila para pengambil
keputusan tidak tersedia kemampuan untuk melakukan pendekatan yang
matematikal atau apabila bagi pengambil keputusan tidak tersedia
kesempatan untuk memanfaatkan berbagai sumber oraganisasional untuk
melakukan an pengkajian yang sifatnya kuantitatif.
12
1. Kondisi Pasti (Certainty)
Yang dimaksud dengan kondisi pasti (Certainty) adalah kondisi
dimana pihak manajemen atau manajer memiliki informasi yang cukup
untuk mengetahui hasil keputusan sebelum keputusan tersebut dibuat.
Manajer mengetahui dengan jelas alternatif yang tersedia serta kondisi
dan konsekuensi dari tindakan pengambilan keputusan tersebut.
Kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan dalam kondisi
pasti ini relatif kecil.
Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini diantaranya seperti
program linear atau analisis jaringan kerja yaitu CPM (Critical Path
Method) atau PERT (Project Evaluation and Review Technique).
2. Kondisi Risiko (Risk)
Ketika seorang Manajer tidak memiliki informasi yang lengkap
dalam mengambil suatu keputusan maka timbulah risiko (Risk). Manajer
yang bersangkutan mungkin memahami permasalahan yang terjadi dan
juga memiliki alternatifnya, namun manajer tidak dapat memastikan
apakah alternatif-alternatif yang diberikan tersebut dapat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi sesuai dengan hasil yang
diharapkannya. Dalam situasi risiko ini, manajer harus menentukan
probabilitas yang terkait dengan setiap alternatif atas dasar informasi
yang tersedia dan juga berdasarkan pengalamannya.
13
Teknik yang sering digunakan untuk pengambilan keputusan dalam
kondisi Risiko ini teknik probabilitas seperti model keputusan
probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian probabilistik.
3. Kondisi Tidak Pasti (Uncertainty)
Dibawah kondisi Tidak Pasti, Keputusan yang diambil penuh
dengan ketidakpastian, probabilitas hasil dari pengambilan keputusan
tersebut tidak diketahui. Kondisi tidak pasti ini bisa saja timbul
dikarenakan minimnya informasi yang diterima. Manajer yang
mengambil keputusan dalam kondisi tidak pasti ini harus membuat
asumsi tertentu tentang situasi yang dihadapi untuk memberikan
kerangka yang wajar untuk pengambilan keputusan. Intuisi, penilaian
dan pengalaman Manager tersebut memegang peranan yang sangat
penting dalam proses pengambilan keputusan dalam kondisi yang penuh
dengan ketidakpastian ini.
Teknik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pengambilan
keputusan dalam kondisi tidak pasti ini diantaranya seperti Metode
Maximax, Metode Maximin, Metode Regret, Metode Laplace dan
Metode Realisme.
14
menyediakan payoff yang cepat lebihmenarik ketimbang yang memberikan
payoff di masa mendatang. Sebagai contoh, pelaksana yangakan melakukan
perjalanan dinas dengan menggunakan kendaraan bermotor dinas
memintakupon penggantian/ pembelian bahan bakar ke unit rumah tangga
sebagai konsekuensi dari biayaperjalanan dinas tersebut.
3. Efek Jangkar
Pengambil keputusan menetapkan informasi awal sebagai titik awal
dan kemudian, setelah ditetapkan, gagal menyesuaikan secara memadai
informasi berikutnya. Sebagai contoh, pejabatpengadaan yang menetapkan
harga perkiraan sendiri (HPS) atas barang yang akan dibeli denganmelihat
kondisi pasar di sekitarnya, kemungkinan bisa berbeda dengan harga barang
yangditawarkan oleh penyedia barang yang ada, kemungkinan harga bisa
lebih tinggi maupun lebihmurah.
4. Persepsi Selektif
Pengambil keputusan mengorganisasikan dan menginterpretasikan
kejadian secara selektif berdasarkan persepsinya yang bias. Sebagai contoh,
Kepala Kantor yang melakukan rollingpegawai pada unitnya dengan
mempertimbangkan kompetensi dari pegawai bersangkutan
untukditempatkan di unit kerja baru.
5. Konfirmasi
Pengambil keputusan yang mencari informasi yang menegaskan lagi
pilihannya yang lalu dan mengurangi informasi yang bertolak belakang
dengan penilaian di masa lalu. Sebagai contoh,Kepala kantor yang akan
memberikan persetujuan surat permohonan perijinan melakukankonfirmasi
kepada kepala seksi terkait perihal kebenaran dan kelengkapan dokumen
dari suratpermohonan perijinan tersebut apabila diindikasikan ada
kesalahan.
6. Ketidakteraturan
Pengambil keputusan mencoba mencari arti dari kejadian yang
bersifat acak. Mereka melakukanhal ini karena sebagian besar pengambil
keputusan menghadapi kesulitan terkait dengan peluang, walaupun kejadian
15
yang bersifat acak itu terjadi pada semua orang, dan tidak ada yang dapat
dilakukan untuk memperkirakannya. Sebagai contoh, Kepala kantor yang
membuat kebijakanterkait penerimaan negara karena tidak menentunya
serta sulit memprediksi kondisiperekonomian dunia yang mempengaruhi
indonesia karena disebabkan nilai tukar rupiahterhadap dolar yang melonjak
tinggi.
7. Melayani Diri Sendiri
Pengambil keputusan yang cepat merasa bangga atas
keberhasilannya dan menyalahkankegagalan pada faktor dari luar. Sebagai
contoh, kepala kantor yang merasa bangga dan berhasildalam memimpin
unit kerjanya untuk mengumpulkan penerimaan negara yang mencapai
bahkanmelebihi target penerimaan yang ditetapkan sehingga mengganggap
unit kerja nya yang palingbaik dari unit kerja lain.
8. Pengamatan
Pengambil keputusan yang cenderung untuk melakukan kesalahan
karena percaya bahwa setelahhasilnya diketahui, mereka dapat secara akurat
memprediksikan hasil dari suatu kejadian. Sebagai contoh, Kepala kantor
yang mengusulkan alokasi anggaran tahun berikutnya
berdasarkanpenyerapan anggaran tahun sebelumnya sehingga diprediksi
jumlah tersebut cukup dan tidakakan terlalu berlebih atau kurang untuk
mengakomodir jalannya kegiatan pemerintahan di unit kerjanya.
16
melanggar Islam maka dapat dikatakan bahwa keputusan tersebut kurang baik. Hal
bukan berarti bukan berarti Islam sangat ekslusif dan tertutup terhadap hal-hal yang
bukan berasal dari Islam, harus kita pahami bahwa Islam sangat menjujung tinggi
nilai-nilai yang dapat menunjang kehidupan manusia sendiri, seperti demokrasi,
hak asasi manusia dan sebagainya.
Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam erspektif Islam
1. Adil
Prinsip yang pertama dan paling utama dalam pengambilan
keputusan adalah adil. Secara istilah adil dapat diartikan tidak berat
sebelah, tidak memihak dan seimbang. Prinsip keadilan sangat penting
karena dengan keadilan keputusan yang diambil tidak merugikan oerang
lain. Dalam Islam sifat adil sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin
karena melalui sifat adil seorang pemimpin akan dihormati dan
dimuliakan oleh Allah.
2. Amanah
3. Istiqomah
17
4. Kejujuran
18
Data tersebut dapat di pergunakan langsung untuk memperbaiki
keputusan sebagai umpan balik (feedback), apabila ternyata terdapat
kekeliruan.
1. Ijma’
2. Qiyas
3. Taqlid
4. Ittiba’
5. ijtihad
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21