Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Bisnis Islam

Dosen Pengampu : Ali Aziz, S. E., M. M.

Kelompok 4 :

Mugni Athoilah 1204030119


Oyum Komalasari 1204030087
Rina Nursaadah 1204030091
Robi Rahman Hadi 1204030094
Rois Mujapar Amin 1203010095
Syergi Dziasyafiq 1204030107
Ummi Fauziyah 1204030112

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik serta tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Bisnis Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambahkan wawasan tentang Model Pengambilan Keputusan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ali Aziz, S. E., M. M. selaku


dosen mata kuliah Manajemen Bisnis Islam yang telah memberi tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kita
tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 11 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengertian Pengambilan Keputusan ............................................................. 3

B. Proses Pengambilan Keputusan ................................................................... 5

C. Model Pengambilan Keputusan ................................................................... 9

D. Kondisi-Kondisi dalam Pengambilan Keputusan ...................................... 12

E. Kesalahan Organisatoris Pengambilan Keputusan ...................................... 14

F. Pengambilan Keputusan dalam Islam ........................................................ 16

BAB III ................................................................................................................. 20

PENUTUP ............................................................................................................ 20

A. Kesimpulan ................................................................................................ 20

B. Saran ........................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengambilan keputusan merupakan peristiwa yang sering dialami dalam


Kehidupan manusia.Pengambilan keputusan menjadi konsekuensi yang logis dalam
kehidupan manusia yang selalu berubah dan mengalami peningkatan.Proses
pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk respon manusia terhadap
lingkungan. Keputusan yang diambil oleh manusia akan menjadi awal bagi
penentuan kehidupan selanjutnya. Demikian seterusnya terjalin hubungan antara
proses pengambilan keputusan dengan kehidupan manusia.
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju atau mundurnya
sebuah perusahaan.Pengambilan keputusan yang tepatlah yang akan menghasilkan
suatu perubahan terhadap perusahaan ke arah yang lebih baik, tapi sebaliknya
pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk pada perusahaan
tersebut.
Dalam proses pengambilan keputusan manusia seringkali dihadapkan pada
banyak alternatif yang dapat dipilih,Sehingga untuk suatu permasalahan beberapa
pembuat keputusan dapat mengambil keputusan yang berbeda. Dalam dunia bisnis,
proses pengambilan keputusan menjadi salah satu kunci yang mendasar dan penting
seperti dalam Inventory control, pengembangan produk baru,investasi, sampai pada
pemilihan supplier.
Dalam sebuah perusahaan khususnya perusahaan manufaktur,supplier
merupakan mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin
ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan. Biaya bahan baku dan
komponen pendukung merupakan komponen biaya produksi sebuah produk. Oleh
karena itu pemilihan supplier merupakan masalah pengambilan keputusan yang
paling penting.Karena pemilihan supplier yang tepat dapat menurunkan biaya

1
pembelian, biaya produksi, biaya tidak terduga, dan meningkatkan daya saing
perusahaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pengambilan Keputusan


2. Bagaimana Proses Pengambilan Keputusan
3. Apa Saja Model Pengambilan Keputusan
4. Bagaimana Kondisi Pengambilan Keputusan
5. Apa Kesalahan Organisatoris dalam Pengambilan Keputusan
6. Bagaimana Pengambilan Keputusan dalam Islam

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Pengambilan Keputusan


2. Untuk mengetahui Proses Pengambilan Keputusan
3. Untuk mengetahui Model Pengambilan Keputusan
4. Untuk mengetahui Kondisi Pengambilan Keputusan
5. Untuk mengetahui Kesalahan Organisatoris dalam Pengambilan
Keputusan
7. Untuk mengetahui Pengambilan Keputusan dalam Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengambilan Keputusan

Membuat keputusan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari baik


secara individu ataupun secara kelompok, terutama dalam suatu
organisasi.Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju atau
mundurnya suatu organisasi. Pengambilan keputusan yang tepat akan
menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi ke arah yang lebih baik, namun
sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk pada roda
organisasi dan administrasinya.
Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice). Pilihan yang
dimaksud di sini adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, atau dapat
dikatakan pula sebagai keputusan dicapai setelah dilakukan pertimbangan dengan
memilih satu kemung-kinan pilihan. Seperti yang diungkapkan oleh Gito Sudarmo
(2000), bahwa keputusan terkait dengan ketetapan atau penentuan suatu pilihan
yang diinginkan. Dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan senantiasa
berkaitan dengan problem atau masalah dalam organisasi, sifat hakiki dari
pengambilan keputusan adalah memilih satu dua atau lebih alternatif pemecahan
masalah menuju satu situasi yang diinginkan,melalui keputusan atau penetapannya
orang berharap akan tercapai suatu pemecahan masalah dari problem yang terjadi.
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran
dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan
di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan
selalu menghasilkan satu pilihan final.Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan
melalui pelaksanaan atau tindakan serta capaian.Dalam proses pengambilan
keputusan bisa jadi berupa rasional atau irasional.] Proses pengambilan keputusan
adalah proses penalaran berdasarkan asumsi nilai, preferensi, dan keyakinan

3
pembuat keputusan.Dalam proses memutuskan tentang sesuatu yang penting dapat
dilakukan baik itu individu, sekelompok orang atau dalam suatu organisasi.
Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses dinamis yang
dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan
pengetahuan, kecakapan dan motivasi. Pengambilan keputusan adalah ilmu dan
seni pemilihan alternatif solusi atau alternatif tindakan dari sejumlah alternatif
solusi dan tindakan yang tersedia guna menyelesaikan masalah (Dermawan, 2004)
Berikut ini beberapa pengertian pengambilan keputusan dari beberapa
sumber buku:
1. Menurut Wang dan Ruhe (2007), pengambilan keputusan adalah proses
yang memilih pilihan yang lebih disukai atau suatu tindakan dari antara
alternatif atas dasar kriteria atau strategi yang diberikan.
2. Menurut Suharnan (2005), pengambilan keputusan adalah proses
memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi
yang tidak pasti.
3. Menurut Terry (2003), pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih, tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi melalui pemilihan satu diantara
alternatif- alternatif yang memungkinkan.
4. Menurut Simon (1993), pengambilan keputusan merupakan suatu bentuk
pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih, yang
prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan
menghasilkan suatu keputusan yang terbaik.
5. Menurut Baron dan Byrne (2008), pengambilan keputusan adalah suatu
proses melalui kombinasi individu atau kelompok dan mengintegrasikan
informasi yang ada dengan tujuan memilih satu dari berbagai
kemungkinan tindakan.

Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan:

 Tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan keputusan yang


bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya

4
menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada
kaitannya dengan masalah lain dan
 Tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat
ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari
satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan
dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat
tidak kontradiktif.

B. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan terkait dengan ketepatan pendekatan yang


dilakukan baik tidaknya suatu hasil keputusan tergantung pada pendekatan yang
digunakan. Setiap pendekatan mempunyai kelebihan yang berbeda-beda tergantung
pada jenis permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, penggunaan suatu
pendekatan tidak efektif untuk memecahkan semua masalah yang dihadapi.

Proses pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang rasional dari


administrator untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal
dari fungsi perencanaan. Prosesnya mulai dan berakhir dengan pertimbangan. Ia
memerlukan kreativitas, keterampilan kuantitatif dan pengalaman.Urutan-urutan
langkah-langkahnya dalam oteng (1993) yaitu sebagai berikut:

1) Penentuan masalah,
2) Analisa situasi yang ada,
3) Pengembangan alternatif-alternatif,
4) Analisa alternatif-alternatif,
5) Pilihan alternatif yang paling baik.

Pendapat di atas, menegaskan bahwa sebenarnya proses pengambilan keputusan


adalah proses pemilihan alternatif pemecahan masalah untuk mendapatkan penyelesaian
yang terbaik. Bila dilakukan secara nalar, memang proses ini lebih panjang dan makan
waktu, namun kemungkinan kesalahannya dapat diperkecil. Dengan demikian di dalam
mengambil sebuah keputusan, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut dalam
Nurs (2003):

5
a) Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan
b) Pengambilan keputusan dilakukan secara sistematik, yaitu: tersedianya
sumber- sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil,
kualifikasi tenaga kerja yang tersedia, falsafah yang dianut organisasi,
situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi
administrasi dan manajemen di dalam organisasi.
c) Masalah harus diketahui dengan jelas.
d) Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul
dengan sistematis.
e) Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai
alter- natif yang telah dianalisa secara matang.

Thohiron (2013) menjelaskan proses pengambilan keputusan meliputi


sebagai berikut:

1. Perumusan Masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu merumuskan
masalah yang ada di dalam suatu organisasi. Suatu masalah hadir karena
:
a) Adanya gap atau kesenjangan antara kenyataan, titik berangkat,
dengan tujuan yang ingin diraih atau standar yang ingin dicapai.
b) Adanya halangan dan kesulitan untuk menjembatani kesenjangan
itu.
c) Adanya kemungkinan penyelesaian masalah bila perumusannya
benar.
Perumusan masalah dimulai dengan mengkaji fakta-fakta yang ada. Sering
kali hal yang kedengarannya sederhana ini menjadi sumber kegagalan pengambilan
keputusan yang benar. Masalah yang sering muncul dalam pengkajian fakta adalah
pemimpin dan orang yang ada di sekitarnya sering mem- baurkan fakta dengan
tafsiran tentang fakta tersebut.Sebuah perumusan yang baik mengidentifikasikan
semua elemenelemen yang relevan, elemen apa yang absen, dan elemen apa yang
perlu ditambahkan.

6
2. Pengumpulan dan Penganalisis Data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan mengana-lisis
data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada. Adapun proses
pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan yaitu:
a) Fase pengumpulan fakta.
b) Fase penemuan ide.
c) Fase penemuan solusi. Fase pengumpulan data/fakta meliputi
kegiatan mendefinisikan masalah serta mengumpulkan masalah
serta meng-analisis data yang penting. Satu cara untuk
meningkatkan kemampuan pengumpulan data adalah dengan mulai
dulu melihat masalah yang ada secara luas dan kemudian melan-
jutkannya dengan menentukan sub masalah yang ada. Dalam hal ini,
diperlukan kemampuan untuk membedakan antara gejala dari
masalah yang sebenarnya.
3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu
dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu
diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif
maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan
perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya
informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu
terdiri dari berbagai macam pengertian:
o Perkiraan dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada
kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara
kronologis.
o Perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan
menggunakan analisis sebab akibat.
o Perkiraan dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada kekuatan
intuisi (perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif, artinya tergantung
dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik

7
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk
memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertim- bangan yang
matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan
waktu yang lama karena hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan
berhasil atau sebaliknya. Pengambilan keputusan oleh pimpinan, kaitannya
dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah, akan melibatkan semua
pihak yang terlibat dalam lembaga pendidikan. Hal ini karena kekuasaan
pimpinan tidak dapat dioperasionalkan apa- bila tidak didukung dan dibantu
oleh seluruh personal yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
berbeda-beda.
5. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus
mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima
dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
Pelaksanaan pengambilan keputusan sering menjadi masalah karena
keputusan yang mesti ditanggapi oleh banyak orang malah ditangani oleh
sedikit orang.
6. Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat
mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian ulang perlu
diadakan. Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak
awal dan tidak setelah pelaksanaan ber-jalan. Dengan cara ini memang akan
mudah terjadi debat yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin.
Berdasarkan pendapat pada ahli di atas, maka disimpulkan tahapan proses
pengambilan keputusan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:
1) Perumusan masalah,
2) Penentuan kriteria pemecahan masalah,
3) Pengidentifikasian alternatif pemecahan masalah,
4) Penilaian terhadap alternatif peme- cahan masalah,
5) Pemilihan alternatif yang terbaik,
6) penetapan keputusan atau pengimplementasian alternatif yang dipilih.

8
C. Model Pengambilan Keputusan

1. Model Optimasi
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi adalah bahwa
dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi
memperoleh hasil terbaik yang paling mungkin dicapai. Sikap pengambil
keputusan, norma-norma serta kebijaksanaan organisasi berperan
penting dalam menentukan kriteria apa yang dimaksud dengan hasil
terbaik yang mungkin dicapai itu.
Langkah-Langkah Dalam Model Optimasi
Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan
Yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan
keputusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan.
Menurut Maulana (2010) Proses pengambilan keputusan meliputi :
1. Lakukan kebutuhan akan suatu keputusan
2. Menentukan kriteria yang diputuskan
3. Menentukan kriteria yang berbobot
4. Mengembangkan alternatif
5. Menilai beberapa alternatif
6. Memilih alternatif

Menyusun alternatif dengan memperhitungkan untung rugi untuk


setiap alternatif dengan
mempertimbangkan/memperhitungkan/Memperkirakan kemungkinan
timbulnya macam macam kejadian yang akan datang yang merupakan
dampak dari kejadian terhadap alternatif yang dirumuskan. Akan didapat
keputusan optimal, karena setidaknya telah memperhitungkan semua fakta
yang berkaitan dengan keputusan tersebut (memaksimalkan hasil
keputusan).

2. Model satisficing

9
Pengambilan keputusan tidak dapat didekati semata-mata dengan
prosedur yang sepenuhnya didasarkan pada rasionalitas dan logika.
Kenyataan sering menunjukan bahwa para pengambil keputusan tidak
selalu berpikir dalam kerangka pertanyaan: “Alternatif- alternatif apa yang
tersedia, informasi yang bagaimana yang diperlukan, serta analisis
bagaimana yang diperlikan sehingga pilihan dapat dijatuhkan pada alternatif
yang paling tepat?” Memang sukar membayangkan adanya situasi dimana
seorang pengambil keputusan dapat memastikan semua konsekuensi
tindakan yang akan diambil, baik yang menguntungkan maupun tidak.
Model satisficing berarti pengambil keputusan memilih alternative
solusi pertama yang memenuhi criteria keputusan minimal. Dengan tidak
berusaha untuk mengejar seluruh alternative untuk mengidentifikasi solusi
tunggal untuk memaksimalkan pengembalian ekonomi, manajer akan
memilih solusi pertama yang muncul untuk memecahkan masalah, bahka
jika solusi yang lebih baik diperkirakan akan ada kemudian. Pengambilan
keputusan tidak dapat menjustifikasi waktu dan pengorbanan untuk
mendapatkan kelengkapan informasi. Masalah kompleks disederhanakan
(hanya mengambil inti masalahnya saja / bounded rationality) sampai pada
tngkat dimana pengambil keputusan siap menyelesaikannya.
Model satisficing, para pengambil keputusan merasa cukup bangga
dan puas apabila keputusan yang diambilnya membuahkan hasil yang
memadai, asalkan persyaratan minimal tetap terpenuhi. Ide pokok dari
model ini adalah bahwa usaha ditujukan pada apa yang mungkin dilakukan
“sekarang dan disini” dan bukan pada sesuatu yang mungkin optimal tetapi
tidak realistis dan oleh karenanya tidak mungkin dicapai.
3. Model Mixed Scanning
Scanning berarti usaha mencari, mengumpulkan, memproses,
menilai, dan menimbang-nimbang informasi dalam kaitannya dengan
menjatuhkan pilihan tertentu. Model mixed scanning berarti bahwa setiap
kali seorang pengambil keputusan mengahadapi dilemma dalam memilih
suatu langkah tertentu, satu keputusan pendahuluan harus dibuat tentang

10
sampai sejauh mana berbagai sarana dan prasarana organisasi akan
digunakan untuk mencari dan menilai berbagai fungsi dan kegiatan yang
akan dilaksakan.
Para ahli berpendapat bahwa, dalam penggunaan model ini
keputusan-keputusan yang fundamental dibuat setelah terlebih dahulu
melakukan pengkajian terhadap berbagai alternatif yang paling relevan,
yang kemudian dikaitkan dengan tujuan dan sasaran organisasi. Unsur-
unsur dari pendekatan yang rasional dan incremental digabungkan, dan
penggabungan ini dipandang dapat saling isi mengisi, dalam arti kelebihan
pendekatan yang rasional memperkuat kelebihan pendekatan yang
inkremental.
Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat
kemampuan para pembuat keputusan yang berbeda-beda. Secara umum
dapat dikatakan, bahwa semakin besar kemampuan para pembuat keputusan
untuk memobilisasikan kekuasaannya guna mengimplementasikan
keputusan-keputusan mereka, semakin besar keperluannya untuk
melakukan scanning dan semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif
pengambilan keputusa tersebut. Dengan demikian, model pengamatan
terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang
menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan moder
inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
Keputusan ini dimungkinkan membuat keputusan-keputusan besar
yang mempunyai dampak jangka panjang, dan juga keputusan-keputusan
dengan ruang lingkup terbatas. Mereka dapat menggabungkan kedua
perspektif tersebut, yaitu yang berjangka panjang dan luas dengan yang
sempit bertahap dengan maksud mencegah mereka membuat keputusan
inkremental yang kurang melihat jauh ke depan.
Contohnya : Saat kita memutuskan untuk pindah kerja ( resign ),
pasti kita akan berpikir jauh, apakah di tempat kerja yang baru nanti akan
lebih baik dari yang sekarang, pastinya kita tidak mau gegabah dengan
mengambil keputusan secara cepat, karena dampaknya pasti aka nada

11
penyesalan jika nantinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari
itu kita pasti akan memikirkannya matang-matang dalam membuat
keputusan tersebut.
4. Model Heuritis
Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang
terdapat dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dari
pada faktor- faktor eksternal. Dengan kata lain, seorang pengambil
keputusan lebih mendasarkan keputusannya pada konsep-konsep yang
dimilikinya, berdasarkan persepsi sendiri tentang situasi problematic yang
dihadapi. Dalam praktek model ini digunakan apabila para pengambil
keputusan tidak tersedia kemampuan untuk melakukan pendekatan yang
matematikal atau apabila bagi pengambil keputusan tidak tersedia
kesempatan untuk memanfaatkan berbagai sumber oraganisasional untuk
melakukan an pengkajian yang sifatnya kuantitatif.

D. Kondisi-Kondisi dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusan merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi


Manajemen. Keputusan yang diambil pada dasarnya adalah berdasarkan informasi
yang diterima oleh pihak manajemen dalam berbagai kondisi dan akan
mempengaruhi pihak manajemen dalam mengambil suatu keputusan. Kondisi-
kondisi tersebut dapat berupa kondisi pasti (Certainty), kondisi tidak pasti
(Uncertainty) dan kondisi beresiko (Risk).

12
1. Kondisi Pasti (Certainty)
Yang dimaksud dengan kondisi pasti (Certainty) adalah kondisi
dimana pihak manajemen atau manajer memiliki informasi yang cukup
untuk mengetahui hasil keputusan sebelum keputusan tersebut dibuat.
Manajer mengetahui dengan jelas alternatif yang tersedia serta kondisi
dan konsekuensi dari tindakan pengambilan keputusan tersebut.
Kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan dalam kondisi
pasti ini relatif kecil.
Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini diantaranya seperti
program linear atau analisis jaringan kerja yaitu CPM (Critical Path
Method) atau PERT (Project Evaluation and Review Technique).
2. Kondisi Risiko (Risk)
Ketika seorang Manajer tidak memiliki informasi yang lengkap
dalam mengambil suatu keputusan maka timbulah risiko (Risk). Manajer
yang bersangkutan mungkin memahami permasalahan yang terjadi dan
juga memiliki alternatifnya, namun manajer tidak dapat memastikan
apakah alternatif-alternatif yang diberikan tersebut dapat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi sesuai dengan hasil yang
diharapkannya. Dalam situasi risiko ini, manajer harus menentukan
probabilitas yang terkait dengan setiap alternatif atas dasar informasi
yang tersedia dan juga berdasarkan pengalamannya.

13
Teknik yang sering digunakan untuk pengambilan keputusan dalam
kondisi Risiko ini teknik probabilitas seperti model keputusan
probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian probabilistik.
3. Kondisi Tidak Pasti (Uncertainty)
Dibawah kondisi Tidak Pasti, Keputusan yang diambil penuh
dengan ketidakpastian, probabilitas hasil dari pengambilan keputusan
tersebut tidak diketahui. Kondisi tidak pasti ini bisa saja timbul
dikarenakan minimnya informasi yang diterima. Manajer yang
mengambil keputusan dalam kondisi tidak pasti ini harus membuat
asumsi tertentu tentang situasi yang dihadapi untuk memberikan
kerangka yang wajar untuk pengambilan keputusan. Intuisi, penilaian
dan pengalaman Manager tersebut memegang peranan yang sangat
penting dalam proses pengambilan keputusan dalam kondisi yang penuh
dengan ketidakpastian ini.
Teknik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pengambilan
keputusan dalam kondisi tidak pasti ini diantaranya seperti Metode
Maximax, Metode Maximin, Metode Regret, Metode Laplace dan
Metode Realisme.

E. Kesalahan Organisatoris Pengambilan Keputusan

1. Terlalu Percaya Diri


Pengambil keputusan cenderung berpikir bahwa mereka tahu lebih
banyak daripada yang mereka lakukan atau memiliki pandangan positif
yang tidak realistis tentang diri mereka sendiri dan kinerjanya. Sebagai
contoh, Kepala kantor yang berani dan menyanggupi untuk menaikkan
target jumlah penerimaan negara di Kantor Bea Cukai karena pada target
penerimaan tahun lalu dapat dipenuhi bahkan melampaui dari target yang
ditetapkan.
2. Gratifikasi Segera
Pengambil keputusan yang cenderung menginginkan imbalan segera
dan menghindari biayasegera, bagi individu tersebut pilihan keputusan yang

14
menyediakan payoff yang cepat lebihmenarik ketimbang yang memberikan
payoff di masa mendatang. Sebagai contoh, pelaksana yangakan melakukan
perjalanan dinas dengan menggunakan kendaraan bermotor dinas
memintakupon penggantian/ pembelian bahan bakar ke unit rumah tangga
sebagai konsekuensi dari biayaperjalanan dinas tersebut.
3. Efek Jangkar
Pengambil keputusan menetapkan informasi awal sebagai titik awal
dan kemudian, setelah ditetapkan, gagal menyesuaikan secara memadai
informasi berikutnya. Sebagai contoh, pejabatpengadaan yang menetapkan
harga perkiraan sendiri (HPS) atas barang yang akan dibeli denganmelihat
kondisi pasar di sekitarnya, kemungkinan bisa berbeda dengan harga barang
yangditawarkan oleh penyedia barang yang ada, kemungkinan harga bisa
lebih tinggi maupun lebihmurah.
4. Persepsi Selektif
Pengambil keputusan mengorganisasikan dan menginterpretasikan
kejadian secara selektif berdasarkan persepsinya yang bias. Sebagai contoh,
Kepala Kantor yang melakukan rollingpegawai pada unitnya dengan
mempertimbangkan kompetensi dari pegawai bersangkutan
untukditempatkan di unit kerja baru.
5. Konfirmasi
Pengambil keputusan yang mencari informasi yang menegaskan lagi
pilihannya yang lalu dan mengurangi informasi yang bertolak belakang
dengan penilaian di masa lalu. Sebagai contoh,Kepala kantor yang akan
memberikan persetujuan surat permohonan perijinan melakukankonfirmasi
kepada kepala seksi terkait perihal kebenaran dan kelengkapan dokumen
dari suratpermohonan perijinan tersebut apabila diindikasikan ada
kesalahan.
6. Ketidakteraturan
Pengambil keputusan mencoba mencari arti dari kejadian yang
bersifat acak. Mereka melakukanhal ini karena sebagian besar pengambil
keputusan menghadapi kesulitan terkait dengan peluang, walaupun kejadian

15
yang bersifat acak itu terjadi pada semua orang, dan tidak ada yang dapat
dilakukan untuk memperkirakannya. Sebagai contoh, Kepala kantor yang
membuat kebijakanterkait penerimaan negara karena tidak menentunya
serta sulit memprediksi kondisiperekonomian dunia yang mempengaruhi
indonesia karena disebabkan nilai tukar rupiahterhadap dolar yang melonjak
tinggi.
7. Melayani Diri Sendiri
Pengambil keputusan yang cepat merasa bangga atas
keberhasilannya dan menyalahkankegagalan pada faktor dari luar. Sebagai
contoh, kepala kantor yang merasa bangga dan berhasildalam memimpin
unit kerjanya untuk mengumpulkan penerimaan negara yang mencapai
bahkanmelebihi target penerimaan yang ditetapkan sehingga mengganggap
unit kerja nya yang palingbaik dari unit kerja lain.
8. Pengamatan
Pengambil keputusan yang cenderung untuk melakukan kesalahan
karena percaya bahwa setelahhasilnya diketahui, mereka dapat secara akurat
memprediksikan hasil dari suatu kejadian. Sebagai contoh, Kepala kantor
yang mengusulkan alokasi anggaran tahun berikutnya
berdasarkanpenyerapan anggaran tahun sebelumnya sehingga diprediksi
jumlah tersebut cukup dan tidakakan terlalu berlebih atau kurang untuk
mengakomodir jalannya kegiatan pemerintahan di unit kerjanya.

F. Pengambilan Keputusan dalam Islam

Dalam Islam dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu


proses pilihan yang diambil oleh seorang pemimpin dari berbagai alternatif untuk
memecahkan permaslahan yang berdasarkan nilai-nilai Islami yaitu al-qur’an dan
sunnah Rasul.
Berdasarkan pemahaman tersebut dapat kita pahami bahwa menurut Islam
yang menjadi barometer dalam pengambilan keputusan adalah nilai-nilai Islam
yakni al-qur’an dan sunnah rasulullah. Apabila ada hal-hal yang dianggap

16
melanggar Islam maka dapat dikatakan bahwa keputusan tersebut kurang baik. Hal
bukan berarti bukan berarti Islam sangat ekslusif dan tertutup terhadap hal-hal yang
bukan berasal dari Islam, harus kita pahami bahwa Islam sangat menjujung tinggi
nilai-nilai yang dapat menunjang kehidupan manusia sendiri, seperti demokrasi,
hak asasi manusia dan sebagainya.
Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam erspektif Islam
1. Adil
Prinsip yang pertama dan paling utama dalam pengambilan
keputusan adalah adil. Secara istilah adil dapat diartikan tidak berat
sebelah, tidak memihak dan seimbang. Prinsip keadilan sangat penting
karena dengan keadilan keputusan yang diambil tidak merugikan oerang
lain. Dalam Islam sifat adil sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin
karena melalui sifat adil seorang pemimpin akan dihormati dan
dimuliakan oleh Allah.
2. Amanah

Prinsip selanjutnya adalah amanah bertanggung jawab Pengertian


amanah, sebagaimana dirumuskan dalam beberapa kitab kuning, adalah
"syu'urul mar'i bi tabi'atihi fi kulli amrin yukalu ilaihi". Artinya, rasa
tanggung jawab seseorang akibat dari segala sesuatu yang diserahkan
kepadanya. Amanah dapat diartikan pula terpercaya. Melalui amanah
maka dalam pengambilan keputusan akan memiliki dampak psikologis
bahwa keputsan tersebut merupakan keputusan yang harus dilaksanakan
dan akan dipertanggung jawabkan dikemudian hari.

3. Istiqomah

Dalam Islam Istiqomah berarti berpendirian teguh atas jalan yang


lurus, berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan
teguh, tidak berubah dan berpaling walau dalam apa-apa keadaan
sekalipun. Dalam pengambilan keputusan kita harus mempunyai
keteguhan yang berdasarkan nili-nilai Islami artinya kita tidak mudah
goyah dalam membela kebenaran yang sudah kita yakini dalam al-Quran.

17
4. Kejujuran

Dalam Islam kita dituntut untuk bersikap jujur dalam setiap


perbuatan, termasuk dalam pengambilan keputusan. Karena melalui
kejujuran akan mendekatkan kita kepada kebaikan. Rasulullah bersabda
: Dari Abdullah bin Mas’ud r.a., dari Nabi Muhammad saw. bahwasanya
beliau bersabda. “Sesungguhnya sidiq itu membawa pada kebaikan, dan
kebaikan akan menunjukkan pada surga. Dan seseorang beperilaku sidiq,
hingga ia dikatakan sebagai seorang yang siddiq. Sementara kedustaan
akan membawa pada keburukan, dan keburukan akan mengantarkan
pada api neraka. Dan seseorang berperilaku dusta, hingga ia dikatakan
sebagai pendusta.” (HR. Bukhari)

Proses pengambilan keputusan dalam Islam menurut Hadari


Nawawi dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Menurut
Islam”, yang bersifat apriori berlangsung sebagai berikut :

1. Menghimpun dan melakukan pencatatan serta pengembangan data,


yang jika perlu dilakukan melalui kegiatan penelitian, sesuai dengan
bidang yang akan di tetapkan keputusannya.
2. Menghimpun firman-firman Allah SWT dan Hadist Rasullah SAW
sebagai acuan utama, sesuai dengan bidang yang akan di tetapkan
keputusannya.
3. Melakukan analisis data dengan merujuk pada firman-firman Allah
SWT dan Hadits Rasullah SAW, untuk memisahkan dan memilih
yang relevan dan tidak relevan untuk di rangkai menjadi kebulatan.
4. Memantapkan keputusan yang ditetapkan, setelah meyakini tidak
bertentangan dengan kehendak Allah SWT berdasarkan firman-
firaman-Nya dan Hadits Rasullah SAW.
5. Melaksanakan keputusan secara operasional dalam bentuk kegiatan-
kegiatan kongkrit oleh para pelaksana.
6. Menghimpun data operasional sebagai data baru, baik yang
mendukung ataupun yang menolak keputusan yang telah ditetapkan.

18
Data tersebut dapat di pergunakan langsung untuk memperbaiki
keputusan sebagai umpan balik (feedback), apabila ternyata terdapat
kekeliruan.

Pengambilan keputusan yang bersifat apostriori didalam Islam menurut


Hadari adalah:

1. Ijma’
2. Qiyas
3. Taqlid
4. Ittiba’
5. ijtihad

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hakikat pengambilan keputusan adalah tindakan dalam mengeluarkan


keputusan yang bersifat taktis maupun operasional seperti memuat program yang
ingin dicapai, strategi pelaksanaannya dan strategi pemecahan masalah, melalui
suatu keputusan yang didasarkan pada hasil pemilihan beberapa alternatif masalah
yang telah ditetapkan untuk pencapaian tujuan. Pembuatan keputusan tersebut
mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan
alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin
timbul.

B. Saran

Tentunya kami menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih


banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca

20
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas R.I.2002. Proses Pengambilan Keputusan.Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah.Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat
Pertama.

Nawawi, Hadari. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Rifai, Muhammad. 2020. Pengambilan Keputusan . Jakarta : KENCANA

21

Anda mungkin juga menyukai