Metabolisme merupakan
seluruh reaksi biokimia yang
bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan
yang terjadi di dalam suatu
organisme. Semua reaksi kimia
dalam sel dinamakan
metabolisme.
Metabolisme
Senyawa
Anorganik
HIDROGEN
Hidrogen ( H2 ) merupakan produk metabolisme yang
seringkali ditemukan, terutama pada beberapa fenomena
seperti fermentasi. Beberapa mikroorganisme aerobic
kemolitrotrof dapat memanfaatkan H2 sebagai donor electron
dalam metabolisme energinya. Hidrogen tergolong
elektronegatif ekstrim yang merupakan pendonor elelktron
yang sangat baik dalam metabolisme energi dan dapat
berikatan dengan banyak electron akseptor
BAKTERI PENGOKSIDASI
HIDROGEN
• Bakteri hidrogen merupakan bakteri yang
menggunakan hidrogen sebagai sumber energi dan
oksigen sebagai akseptor elektron.
• Enzim hidrogenase = untuk mengaktifkan atau
melepaskan gas hidrogen. Semua jenis bakteri
menggunakan enzim hidrogenase sebagai pengikat
H2 dan memanfaatkannya untuk memproduksi ATP
• Sebagian besar hidrogen tumbuh dengan baik dalam
kondisi mikroaerofilik
• Pada dasarnya semua bakteri tergolong kemolitotrof
fakultatif yang berarti dapat tumbuh secara
kemoorganototrofik dengan zat organik sebagai
sumber energi
Yang berperan
dalam oksidasi
hidrogen
Hidrogenase adalah nama lain dari enzim yang mengaktivasi
atau melepas hidrogen. Hidrogenase dibagi menjadi dua tipe :
1). Kelompok pertama adalah bakteri pemanfaat hidrogen dalam kondisi aerobik yang terdiri
atas kemolitoautotrof, bakteri pengoksidasi hidrogen secara aerobik. Jenis bakteri ini dapat
menggunakan hidrogen untuk respirasi aerobik dan reduksi karbondioksida.
2). Kelompok kedua yakni yang dapat memanfaatkan hidrogen dalam kondisi yang anaerobik.
Yang termasuk kedalam golongan ini adalah kemotrofik dan bakteria fototropik. Bakteri yang
tergolong pengoksidasi hidrogen secara kemotrofik adalah bakteri metanogenik
(Methanosarcina barkeri), bakteri asetogenik (Clostridium acetinum dan Acetobacterium
woodii), bakteri pereduksi sulfat (Desulfovibrio vulgaris), pereduksi nitrat, bakteri denitrifikasi
(Paracoccus denitrificans), dan bakteri pereduksi fumarat (E. Coli).
Aerobik kemoautotrof bakteria adalah nama lain dari bakteri pengoksidasi oksigen.
METABOLISME
SULFUR
• Bakteri sulfur merupakan jenis bakteri yang memiliki kemampuan untuk
mengoksidasi senyawa sulfur untuk menghasilkan energy.
• Bakteri sulfur dapat menyimpan dan atau memanfaatkan komponen
organic sulfur untuk memetabolisme selnya.
• Bakteri sulfur dapat ditemukan di berbagai habitat seperti tanah, air tawar,
air laut, sumber air panas, air payau, daerah geothermal, sumur minyak
dan gas bumi, endapan lumpur, besi berkarat, rumina kambing dan usus
serangga.
• Bakteri jenis ini dapat beradaptasi dalam kisaran suhu -5 hingga 75°C,
dapat tumbuh pula dalam air pada tekanan 1x10 5 kPa, dan dapat
bertahan pada derajat keasaan sedikit dibawah 5 sampai 9,5 dan memiliki
kemampuan untuk beradaptasi pada kondisi osmotic dengan kisaran yang
luas.
• Organisme ini memerlukan senyawa organik sebagai sumber karbon
sehingga disebut sebagai organisme heterotroph.
METABOLISME SULFUR
Secara umum senyawa sulfur digunakan sebagai donor elektron oleh bakteri sulfur tak berwarna.
Senyawa sulfur yang paling umum digunakan sebagai donor elektron adalah hidrogen sulfida (H 2S),
unsur belerang (S), dan tiosulfat (S 2O32-). Umumnya produk akhir oksidasi berupa sulfat (SO 42-) dan
jumlah total elektron yang dihasilkan adalah delapan.
Oksidasi sulfida terjadi secara bertahap. Pertama, terjadi oksidasi yang menghasilkan unsur belerang.
Beberapa bakteri pengoksidasi sulfida, seperti Beggiatoa yang menyimpan sulfur di dalam sel dimana
berfungsi sebagai cadangan energi. Ketika pasokan sulfida telah habis, energi tambahan akan
diperoleh melalui oksidasi sulfur menjadi sulfat. Ketika unsur sulfur tersedia secara eksternal sebagai
donor elektron, organisme harus menempelkan dirinya pada partikel sulfur tersebut karena sulfur
bersifat agak tidak larut. Selain itu, organisme dapat menghilangkan atom sulfur untuk dioksidasi
menjadi sulfat. Hal ini terjadi melalui aktivitas membran atau protein periplasma yang melarutkan sulfur
dengan mereduksi S0 menjadi HS-, yang diangkut ke dalam sel dan memasuki metabolisme
kemolitotrofik (Gambar A dan B). Salah satu produk oksidasi senyawa sulfur tereduksi adalah proton.
Akibatnya, medium menjadi asam. Oleh karena itu, banyak bakteri sulfur yang toleran asam atau
bahkan asidofilik. Misalnya Acidithiobacillus thiooxidans, yang dapat tumbuh optimal pH di bawah 3.
Gambar A Gambar B
Beberapa jalur untuk oksidasi sulfur terdapat dalam dua sistem. Substrat
awal yang berupa HS-, S2O32-, atau S0, pertama-tama dioksidasi menjadi
sulfit (SO32-). Kemudian sulfit dioksidasi menjadi sulfat. Oksidasi ini dapat
terjadi dengan dua cara. Cara yang paling umum yaitu dengan
menggunakan enzim sulfit oksidase. Sulfit oksidase mentransfer elektron
dari SO32- langsung ke sitokrom c, dan ATP terbentuk (Gambar B).
Sebaliknya, beberapa bakteri sulfur lainnya mengoksidasi SO32- menjadi
SO42- melalui bantuan enzim adenosin fosfosulfat reductase. Ketika donor
elektronnya beruPa tiosulfat maka akan dipecah menjadi S0 dan SO32-,
yang keduanya akhirnya dioksidasi menjadi SO42-.
Sox Sistem
Merupakan sistem yang mengoksidasi senyawa sulfur tereduksi
menjadi sulfat tanpa pembentukan sulfit (Gambar A). Sistem Sox
dikodekan oleh lebih dari 15 gen yang diperlukan untuk oksidasi
senyawa sulfur tereduksi langsung menjadi sulfat. Pada akhirnya
elektron hasil dari oksidasi senyawa sulfur akhirnya masuk ke
rantai transpor elektron seperti yang ditunjukkan pada gambar B.
NITROGEN
ANNAMOX
FIKSASI NITRIFIKASI
Nitrifikasi adalah suatu proses pengoksidasian ammonia (NH3 -) menjadi nitrit (NO2-)
dan nitrat (NO3-), dilakukan oleh bakteri penitrifikasi
Nitrifikasi terjadi dalam dua proses;
- Oksidasi amonium menjadi nitrit oleh bakteri amonium oksidizer. Bakteri
pengoksidasi amoniak: Nitrosomonas, Nitrosospira, Nitrosococus, Nitrosolobus
dan Nitrosovibrio
- Oksidasi nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrit oksidizer. Bakteri pengoksidasi nitrit:
Nitrobacter, Nitrococcus, dan Nitrospira
2 enzim yang paling utama berperan pada bakteri pengoksidasi amonium
• Ammonia monooxygenase
• Hydroxilamine oxidoreductase
Pada bakteri pengoksidasi nitrat menggunakan enzim nitrite oxidoreductase
Oksidasi ammonia menjadi nitrit Oksidasi nitrit menjadi nitrat
• ANNAMOX
NH3 juga dapat dioksidasi dalam kondisi anoksik, dikenal sebagai anammox (anoxic
ammonia oxidation) yang dikatalisis oleh suatu kelompok bakteri anaerob obligat.
Amonia dioksidasi secara anaerob sebegai donor elektron sedangkan nitrit digunakan
sebagai akseptor elektron, menghasilkan produk sampingan berupa gas N2.
Bakteri annamox yang pertama kali ditemukan adalah Brocadia anammoxidans,
bakteri annamox lain yang telah diketahui diantaranya yaitu dari genus Kuenenia,
Anammoxoglobus, Jettenia, dan Scalindua.
Metilotrofi adalah strategi metabolisme yang digunakan oleh bakteri untuk memperoleh
energi dan karbon untuk pertumbuhan dari senyawa satu karbon (C1) tereduksi.
Senyawa C1 didefinisikan sebagai: molekul tanpa ikatan C-C. Senyawa C1 hadir dalam
lingkungan laut termasuk metana, metanol dan metil halida, serta amina termetilasi dan
senyawa belerang termetilasi yang merupakan produk penguraian dari zat terlarut yang
kompatibel, seperti dimetilsulfoniopropionat (DMSP) dan trimetilamina-N-oksida
(TMAO). Methy lottrophs umumnya telah ditemukan terkait dengan sedimen di
ekosistem tawar dan laut. Bakteri metilotrofik obligat yang mewakili genus
Methylomonas, Methylobacter, Methylocystis, Methylo versatilis, dan Methylotenera
telah didokumentasikan dalam kultur dan pendekatan berbasis genom.
Jalur ini disumbangkan oleh Dr. Larry Wackett dan
diselesaikan oleh Jian Ma dan Yogesh Kale,
University of Minnesota. Metana, juga dikenal
sebagai gas alam, diproduksi secara biologis dari
karbon dioksida melalui serangkaian reduksi 2
elektron dalam proses yang dikenal sebagai
metanogenesis. Metanogen sangat anaerobik dan
menghasilkan metana di lingkungan seperti
sedimen, sawah dan usus organisme ruminansia.
Metana dioksidasi secara biologis dalam
lingkungan aerobik, seperti daerah atas danau,
oleh serangkaian reaksi oksidasi 2 elektron yang
dikenal secara kolektif sebagai metabolisme
metanotrofik, atau metanotrofi. Penggabungan
lingkungan antara metanogenesis dan metanotrofi
mengarah pada siklus global senyawa C1 dengan
perputaran tinggi. Fragmen C1 dari banyak sumber
dimetabolisme oleh bakteri yang berbeda dan
akhirnya dimasukkan ke dalam siklus C1 global
yang ditunjukkan di bawah ini.
Peta Jalur Siklus Metabolik C1
Contoh Aplikasi Metabolisme C1
Mengingat kemajuan terbaru dalam biologi sintetis, biosensor berbasis regulator transkripsi (faktor
transkripsi [TF]) telah muncul sebagai salah satu alat yang paling kuat untuk meningkatkan aktivitas
enzim atau untuk menemukan enzim atau strain baru. Berbagai biosensor berbasis TF telah
dikembangkan untuk rekayasa enzim dan penemuan biokatalis baru, menggunakan sistem
penyaringan throughput tinggi berbasis fluorescence-activated cell sorting (FACS).
Dengan menggunakan biosensor ini, dimungkinkan untuk mencari tidak hanya enzim baru, tetapi juga
jalur baru di bidang biokonversi gas C1. Lebih khusus, dimungkinkan untuk membedakan aktivitas
enzimatik yang terkait dengan metabolisme C1, penyaringan enzim baru, jalur desain, atau untuk
mempelajari reaksi kaskade enzimatik dengan mengukur hasil produk menggunakan kombinasi reaksi
enzim dan biosensor.
Biosintesis
Dinding Sel
Dinding sel bakteri adalah struktur yang kompleks, agak kaku dan
bertanggung jawab atas bentuk sel. Struktur ini, melindungi membran
sitoplasma dan semua bagian dalam sel.
• Struktur diamino pimelat pada bakteri bentuk kokus terdiri asam amino
lisin, alanin, glutamat, glisin, serin, asam aspartat, dll.
Bakteri Gram positif
• Peptidoglikan (30 –70 %), peranannya yaitu memberi bentuk sel, mencegah
lisis sel, dan membuat sel menjadi kaku.
• Dinding sel mengandung asam teikoat terdiri molekul gliserol pospat atau
ribitol pospat, mengikat ion Mg (Magnesium), fungsinya memberikan
ketahanan panas pada membran plasma.
• Fungsi asam teikoat yang lain: mengatur enzim otolisin agar dapat
bekerjasama dalam sintesis dinding sel.
• Pada waktu pertumbuhan enzim otolisin merusak dinding sel yang lama dan
mengganti dengan dinding yang baru, serta mengatur pembelahan sel yang
normal.
Bakteri Gram Negatif
• Tiap molekul dinding didapatkan protein porin yang berfungsi sebagai reseptor
bakteriophage dan bakteriosin.
L-Alanine
D-Glutamic Acid
Dibasic Amino Acid
D-Alanine
D-Alanine
Tri-Alanine Peptide
1. Derivate UDP pada asam N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramat disintesis di dalam
sitoplasma.
• Sebuah transferase pada permukaan yang sama pada membrane dalam kemudian mentransfer
asam N-Asetilglukosamin dari UDP-GlcNAc ke undecaprenil-pirofosfat-MurNAc-pentapeptida. Lipid
ytang terpaut pada disakarida pentapeptida disebut dengan muropeptida atau lipid II dan terdapat
pada subunit dasar pada bangunan peptidoglikan.
Mekanisme kerja : Penghambatan terhadap sintesis dinding sel bakteri dengan cara mencegah
digabungkannya asam N-asetilmuramat ke dalam struktur mukopeptide yang biasanya membentuk sifat
kaku pada dinding sel. Antimikroba mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir sintesis
dinding sel, yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin atau penicillin binding protein.
Protein ini adalah enzim dalam membran plasma sel bakteri yang secara normal terlibat dalam
penambahan asam amino yang berikatan silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan
menghambat aktivitas enzim transpeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula
panjang yang membentuk dinding sel bakteri sehingga dinding sel menjadi lebih mudh lisis.