Anda di halaman 1dari 19

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

NAMA : DHIMAS SETYO WIBOWO


NIM : B1B119246
KELAS :E
MATA KULIAH : PERILAKU ORGANISASI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS HALUOLEO

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah Perilaku organisasi
tentang “Pengambilan Keputusan”.

Kami ucapkan banyak terima kasih pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala penulis dapat teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, kepada guru pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Penulis

Kendari, 19 Juli 2021

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................................................1
Rumusan Masalah...................................................................................................................................1
Tujuan Penulisan Makalah......................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
A. Definisi Pengambilan Keputusan........................................................................................................2
B. Gaya Pengambilan Keputusan............................................................................................................2
C. Tahap -Tahap Pengambilan Keputusan..............................................................................................4
D. Proses Pengambilan Keputusan..........................................................................................................4
E. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan.........................................................................4
F. Perubahan dalam Keputusan...............................................................................................................5
G. Kualitas Keputusan.............................................................................................................................6
H. Pengambilan Keputusan dalam Berbagai Kondisi..............................................................................6
I. Risiko Keputusan.................................................................................................................................7
J. Karakteristik Pengambil Keputusan dan Pengaruhnya bagi Perusahaan..............................................7
K. Identifikasi masalah, peluang, dan tujuan ......................................................................................... 8
L. Berpikir rasional ................................................................................................................................ 9
M. Perbedaan kepentingan individu dan organisasi ...............................................................................10
N. Berpikir kreatif .................................................................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN................................................................................................................................10
B. SARAN.............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam setiap perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuannya sering kali masalah
juga datang. Karena tidak ada masalah yang tidak terduga dalam melaksanakan proses untuk
mencapai tujuan. Ketika sedang ada masalah harus bisa menyelesaikan permasalahan tersebut
dengan baik. Dapat diselesaikan melalui komunikasi dan kerja sama yang baik untuk mengambil
keputusan yang tepat. Karena permasalahan yang ada tidak hanya dari internal tetapi juga ada
yang dari eksternal. Ketika menyelesaikan masalah itu juga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan
karier manajemen.
Pengambilan keputusan juga termasuk ke dalam cara untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi di dalam perusahaan atau organisasi. Di sini seorang individu harus mampu berpikir kritis
untuk memecahkan masalah. Karena dalam menyelesaikan masalah sangat dibutuhkan individu
yang berpikir kritis untuk dapat menganalisis masalah tersebut. pengambilan keputusan juga tidak
hanya dipikirkan oleh satu individu saja tetapi juga bisa dalam berkelompok dengan membangun
komunikasi yang baik. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam setiap pengambilan keputusan.
Dengan ini di harapkan dapat mengambil keputusan secepatnya tetapi juga tepat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Pengambilan Keputusan?


2. Apa saja yang ada dalam Pengambilan Keputusan?
3. Bagaimana konsep dalam pengambilan keputusan?
4. Bagaimana mengidentifikasi masalah, peluang, dan tujuan ?
5. Bagaimana berpikir rasional ?
6. Apa perbedaan kepentingan indivudu dan organisasi ?
7. Bagaimana berpikir kreatif ?
C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Agar dapat mengetahui yang di maksud dengan pengambilan keputusan


2. Agar bisa memahami cara mengambil keputusan yang tepat
3. Dapat mengetahui konsep yang ada di pengambilan keputusan
4. Mengetahui cara mengidentifikasi masalah, peluang, dan tujuan

1
5. Mengetahui tentang berpikir rasional
6. Mengetahui perbedaan kepentingan individu dan organisasi
7. Mengetahui bagaimana berpikir kreatif

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Pengambilan Keputusan

Kehidupan manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan keputusan. Kegiatan ini


memainkan peranan penting, karena kualitas keputusan – keputusan manajer akan menentukan
efektifitas rencana yang disusun. Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah
dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :

1. Menurut George R. Terry

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari


dua atau lebih alternatif yang ada.

2. Menurut S.P. Siagian

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat


alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat.

3. Menurut James A.F. Stoner

Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan
sebagai cara pemecahan masalah.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah suatu
cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah
dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

B. Gaya Pengambilan Keputusan

Secara teoritis ada 4 gaya pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang
pemimpin. Keempat gaya tersebut adalah:

1. Gaya Direktif

-Cenderung bersifat efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan masalah

-Berfokus pada fakta dan penyelesaian masalah secara lebih cepat

-Cenderung berfokus jangka pendek

3
-Gemar menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, secara umum menggambarkan
kekeuasaan yang otokratik

2. Gaya Analitik

-Hasil keputusan didasarkan atas inputan hasil analisis

-Lebih banyak mempertimbangkan beragam informasi dan alternetif dibandingkan gaya


direktif

-Pengambilan keputusan diambil dalam jangka waktu agak lama

-Menggambarkan pemimpin yang otokratik

3. Gaya Konseptual

-Memecahkan masalah dengan pandangan yang luas

-Suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa depan

-Melibatkan banyak orang untuk memperoleh beragam informasi dan banyak menggunakan
intuisi dalam peng keputusan

-Berani mengambil resiko dan seringkali menemukan solusi yang kreatif

-Ketidakpastian dalam pengambilan keputusan

4. Gaya Perilaku

-Cenderung bekerja dengan orang lain dan terbuka dalam pertukaran pendapat

-Cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat

-Suka informasi yang verbal dan menghindari konflik serta peduli pada kebahagiaan org lain

-Terkadang, keputusannya tidak tegas dan sulit mengatakan tidak jika keputusan tersebut
akan berdampak kerugian pada orang lain.

C. Tahap -Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap-tahap pengambilan keputusan yaitu:

a. Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk dimengerti.

b. membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas dengan
maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali.

4
c. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih memberikan
gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.

d. Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing yang kemudian


selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji yang akan dipakai.

e. Memastikan kembali bahwa alat ujian dipergunakan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip
dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.

Simon (1960) mengatakan, pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahap yaitu
intelligence, design, choice, dan implementation. Intelligence adalah proses pengumpulan informasi
yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap perancangan solusi terhadap
masalah. Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam alternatif
yang ada dan memilih yang terbaik. Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan
melaksanakannya.

D. Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter proses pengambilan keputusan merupakan
serangkaian tahap yang terdiri dari 8 langkah yang meliputi mengidentifikasi masalah,
mengidentifikasi kriteria keputusan, memberi bobot pada kriteria, mengembangkan alternatif-
alternatif, menganalisis alternatif, memilih satu alternatif, melaksanakan alternatif tersebut, dan
mengevaluasi efektivitas keputusan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

1. Internal organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan, teknologi, dan
sebagainya. Biasanya faktor ini berada di dalam suatu organisasi itu sendiri untuk terciptanya
suatu keputusan dalam organisasi.
2. Eksternal organisasi seperti keadaan sosial politik, hukum, dan sebagainya. Faktor ini berasal
dari luar yang terkait dalam organisasi.
3. Ketersediaan informasi yang diperlukan. Seberapa banyaknya informasi yang ada atau
seberapa lengkap dan akuratnya informasi yang didapatkan untuk menjadi pertimbangan
dalam pengambilan keputusan yang tepat.
4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan. Dalam faktor ini dibutuhkan
kebijaksanaan dan ketegasan dalam mengambil keputusan dengan tidak bersifat merugikan.
5. Pengalaman

5
Pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal yang sangat penting, karena banyaknya
pengalaman orang tersebut maka ia akan berani dalam menentukan keputusan. Hal ini juga
berkaitan terhadap keahlian yang dimiliki oleh pemimpin atau anggota karena pengalaman
yang pernah dialaminya. Pengalaman juga dapat dijadikan suatu pelajaran dalam mengambil
keputusan yang tepat bagi organisasi.

F. Perubahan dalam Keputusan

Dampak perubahan keputusan dikelompokkan menjadi dua kelompok perubahan yaitu:

a. Incremental change

Incremental change merupakan dampak perubahan keputusan yang dapat diperkirakan berapa
presentase perubahan yang akan terjadi kedepannya berdasarkan data-data yang terjadi di masa
lalu (historis).

b. Turbulence change

Turbulence change merupakan pengambilan keputusan dalam kondisi perubahan yang


sulit untuk diperkirakan. Contohnya bencana alam, perubahan kondisi politik, dan sebagainya.
Walaupun data-data tersebut ada namun kejadian seperti itu belum tentu memiliki kesamaan
kondisi dan situasi seperti dulu. Contohnya seperti jatuh dan bergantinya presiden di Irak baik
sebelum Saddam Hussein maupun pada saat Saddam Hussein ditangkap atau diturunkan
posisinya dari presiden Irak secara paksa oleh tentara Amerika dan sekutunya.

Data keputusan yang terlalu lama sulit untuk dijadikan sebagai data prediksi ke depan
dan jika ke depan terlalu jauh untuk diprediksi maka ketepatan prediksi juga menjadi bagian yang
dilakukan hasilnya.

G. Kualitas Keputusan

Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah dicapai dengan proses yang
dilakukan. Kualitas keputusan merupakan mutu yang dihasilkan dari hasil keputusan yang telah
diaplikasikan secara maksimal dan terlihat hasilnya secara maksimal serta dinilai secara
maksimal juga. Jika keputusan tersebut adalah dipakai untuk bidang ilmu ekonomi, teknik,
kedokteran, dan sosiologi maka itu harus berlandaskan pada asas dan aturan-aturan pada bidang
ilmu yang bersangkutan dengan maksud nantinya selalu saja keputusan tersebut berpatokan dan
tetap berada pada koridor ilmu yang bersangkutan. Ini ditujukan dengan maksud guna
menghindari terjadinya tumpang tindih atau kekacauan dalam aplikasi keputusan itu nantinya.

6
Kekacauan yang sering timbul adalah pada saat setiap bidang tersebut tidak bergerak atau
juga tidak diberikan keleluasaan bergerak secara independen sesuai dengan garisnya. Dan ini
berdampak pada pembentukan keputusan yang tidak berlangsung secara profesionalisme.

H. Pengambilan Keputusan dalam Berbagai Kondisi

Secara umum informasi yang masuk kadangkala terjadi dalam berbagai kondisi, seperti
kondisi pasti, kondisi tidak pasti, dan kondisi konflik. dalam kondisi pasti proses pengambilan
keputusan yang dilakukan adalah berlangsung tanpa ada banyak alternatif, keputusan yang
diambil sudah jelas pada fokus yang dituju. Teknik yang bisa dipergunakan yaitu menggunakan
program linier atau secara aljabar linear, dan analisis jaringan kerja (secara critical path
method/CPM dan Project evaluation and review technique/PERT).

Pada kondisi tidak pasti proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih komplek dalam
artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas atau hasil yang mungkin
diperoleh. Untuk menghindari timbulnya masalah sebaiknya melakukan riset terlebih dahulu
mencari informasi sebanyak mungkin dan mempergunakan beberapa metode pengambilan
keputusan yang paling sesuai dengan setiap kondisi masalah yang mungkin timbul, seperti
metode laplace (proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa probabilitas terjadinya
berbagai kondisi adalah sama besarnya), metode maximax (proses pengambilan keputusan
dengan hanya mengutamakan hasil yang paling optimistis dengan mengabaikan sisi lain yang
mungkin terjadi), metode maximin (proses pengambilan keputusan dengan memilih alternatif
yang minimalnya paling besar), metode regret (proses pengambilan keputusan dengan didasari
pada hasil keputusan yang maksimal berdasarkan data pada masa lalu sebagai bahan
perbandingannya), metode realisme (proses pengambilan keputusan dengan menggabungkan
metode maximax dan maximin).

Pada kondisi konflik maka pengambilan keputusan yang dilakukan akan menimbulkan
dampak yang mungkin saja bisa merugikan salah satu pihak. Untuk menyelesaikan masalah
biasanya dilakukan pendekatan secara teori permainan dalam dunia bisnis teraplikasi dalam
bentuk tawar-menawar harga dan hingga terealisasinya suatu kontrak atau kesepakatan.

I. Risiko Keputusan

Pengambilan keputusan yang beresiko adalah dihasilkannya suatu keputusan yang


mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil berdasarkan beberapa alternatif keputusan yang

7
diambil, dan karena terdapat beberapa alternatif maka otomatis terdapat pula beberapa peluang
yang sama besarnya. Untuk mengatasi resiko dalam suatu organisasi baik yang bersifat profit
maupun yang non profit adalah dengan menerapkan manajemen resiko. Dalam manajemen risiko
ini dibahas Bagaimana mengelola resiko agar bisa memberikan keuntungan bukan sebaliknya,
bahwa jika resiko itu bisa dikelola secara sistematis maka ia akan memberikan keuntungan yang
sistematis juga begitu juga sebaliknya.

J. Karakteristik Pengambil Keputusan dan Pengaruhnya bagi Perusahaan

Dalam pengambilan keputusan ada faktor yang turut mempengaruhi yaitu karakteristik
sang pengambil keputusan. Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Takut pada Risiko

Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan
yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya
menghindari resiko yang akan timbul Jika keputusan diaplikasikan. Secara umum pebisnis yang
berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan yang biasanya disebut dengan safety
player. Maka mereka penganut risk avoider cenderung sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak
menjadi follower bukan seorang innovator. Namun yang harus kita pahami bahwa hampir semua
investor adalah bertipe penghindaran risiko, dalam artian mereka tidak ingin menanggung resiko
yang akan timbul dalam bentuk kerugian yang akan timbul di kemudian hari.

b. Hati-Hati pada Risiko

Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu
menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan. Namun
bagi mereka yang menganut karakteristik seperti ini dengan kecenderungan kehati-hatian yang
begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil ia tidak akan mengubahnya
begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara
ekstrem sebagai tipe peragu.

c. Suka pada Risiko

Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada resiko. Karena bagi dia semakin tinggi
resiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan diperolehnya. Prinsip seperti ini
cenderung begitu menonjol dan mempengaruhi besar terhadap setiap keputusan yang ia ambil,
mereka terbiasa dengan spekulasi dan itu pula yang membuat mereka karakteristik ini selalu saja

8
ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker atau juga
risk lover adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar yang umumnya dimiliki oleh para
pemberontak dimana mereka mau besusah-payah dengan keyakinan akan memperoleh
kenikmatan setelah itu yaitu berupa kemenangan.

Dari ketiga karakteristik mungkin karakter risk seeker adalah yang paling begitu mendominasi
Jika dilihat dari segi kedekatannya dengan risiko, tapi jika dikaitkan dengan ruang lingkup
aktivitas bisnis maka mereka dengan latar belakang mental risk seeker cenderung lebih berani dan
tegas daripada yang lain, tentunya tidak terlepas dari muatan keputusan yang dihasilkan yaitu
fokus pada sasaran atau penuh perhitungan bukan hanya

sekedar spekulasi saja.

K. Identifikasi masalah, peluang, dan tujuan

Di tahap pertama dari siklus hidup pengembangan sistem ini, penganalisis mengidentifikasi
masalah, peluang, dan tujuan-tujuan yang hendak di capai. Tahap ini sangat penting bagi
keberhasilan proyek, karena tidak seorang pun ingin membuang-buang waktu kalau tujuan
masalah yang keliru. Tahap pertama ini bahwa penganalisis melihat dengan jujur pada apa yang
terjadi di dalam bisnis. Kemudian, bersama-sama dengan anggota organisasional lain,
penganalisis menentukan dengan tepat masalah-masalah tersebut. Seringnya, masalah ini akan
dibawa oleh lainnya, dan mereka adalah alasan kenapa penganalisis mula-mula di panggil.
Peluang adalah situasi di mana penganalisis yakin bahwa peningkatan bisa dilakukan melalui
penggunaan sistem informasi terkomputerisasi. Mengukur peluang memungkinkan bisnis untuk
mencapai sisi kompetitif atau menyusun standard-standard industri. Mengidentifikasi tujuan yang
juga menjadi komponen terpenting di tahap pertama ini. Pertama, penganalisis harus menemukan
apa yang sedang dilakukan dalam bisnis. Barulah, kemudian penganalisis akan bisa melihat
beberapa aspek dalam aplikasi-aplikasi sistem informasi untuk membantu bisnis supaya mencapai
tujuan-tujuannya dengan menyebut problem atau peluang-peluang tertentu. Orang-orang yang
terlibat dalam tahap pertama ini diantaranya ialah pemakai, penganalisis dan manajer sistem yang
bertugas untuk mengkoordinasi proyek. Aktivitas dalam tahap ini meliputi wawancara terhadap
menajemen pemakai, menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh, mengestimasi cakupan proyek,
dan mendokumentasi hasil-hasilnya. Output hasil ini ialah laporan yang feasible berisikan definisi
problem dan ringkasan tujuan. Kemudian manajemen harus membuat keputusan apakah output
tersebut selanjutnya akan diproses berdasarkan proyek yang diajukan. Bila kelompok pemakai
tidak memiliki cukup dana dalam anggarannya atau ingin menyelesaikan problem-problem

9
lainnya atau bila problem tersebut ternyata tidak memerlukan suatu sistem komputer, solusi
manualnya bisa di rekomendasikan, dan proyek sistem tidak akan diproses lebih lanjut.

L. Berpikir rasional

Berfikir rasional adalah berfikir menggunakan nalar atas dasar data yang ada untuk mencari
kebenaran faktual, kegunaan dan derajat kepentingannya. Berfikir rasional dipakai bila kita ingin
maju, ingin mempelajari ilmu. Juga amat perlu bila kita bekerja untuk kepentingan orang banyak,
masalah publik, dimana berhadapan dengan bermacam macam orang, tradisi dan kepercayaan,
maka kita bakal punya alasan obyektif yang bisa ditunjukkan kepada orang banyak (transparansi),
punya alat bukti, punya referensi, bisa diperdebatkan (argumentasi yang logik dan relevan) serta
bisa dibandingkan karena punya alat ukur.

Berfikir rasional lawannya adalah berfikir emosional. Berfikir emosional berguna untuk mendapat
rasa senang. Bahagia dan kepuasan pribadi, yang didasari selera. Tolak ukur selera berbeda pada
setiap orang, sesuai tingkat senang dan tidak senangnya seseorang, itu artinya tidak universal.
Berfikir emosional menjadi dasar ikatan-ikatan emosional, dan tindakan tindakan emosional.
Tetapi sukar dimengerti orang lain. Disini tidak perlu ada fakta atau sesuai fakta, atau
pembuktian, cukup dugaan, simbol, atau rekayasa atau fantasi yang keluar dari rasa senang tidak
senang, suka tidak suka, benci, sayang, penghormatan, percaya, kagum, respect, persahabatan,
kekeluargaan dll.

Cara Berpikir Rasional

Jika Anda memang termasuk orang yang ingin meiliki kemampuan untuk berpikir rasional
dengan baik, maka Anda bisa melakukan beberapa hal dibawah ini untuk meningkatkan pola pikir
Anda dan menjadikan Anda seseorang yang bisa memiliki kemampuan untuk berpikir rasional
dengan baik. Berikut caranya:

1.      Tingkatkan kemampuan Anda dalam berpikir analisa dengan baik

2.      Tingkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan Anda

3.      Usahakan untuk hobi membaca

4.      Jaga pola hidup yang sehat, karena akan menjadikan otak Anda terjaga kesehatannya

5.      Biasakan diri Anda untuk tidak menerima informasi dengan apa adanya

10
6.      Jadilah orang yang bisa berpikir secara kritis

M. Perbedaaan kepentingan individu dan organisasi

Konflik Kepentingan atau Conflict of Interest merupakan suatu situasi dimana seseorang


seperti petugas publik atau seorang pegawai, professional yang memiliki kepentingan pribadi
dan berbenturan dengan tugas dan tanggung jawab resmi pekerjaannya (ACLC, 2016).
Praktiknya dapat kita lihat dalam kasus yang memperlihatkan keadaan pada saat seorang
penyelenggara negara menerima gratifikasi atas keputusan atau jabatannya. Polanya dibagi
dalam 4 (empat) dimensi hubungan antara lain:

Personal – pendekatan konflik kepentingan mempertimbangkan nilai-nilai individu seperti


karakteristik, kepribadian, emosional dan spiritual. Contohnya dapat kita lihat pada sumber
konflik yang muncul karena gaya hidup berlebihan maupun persaingan antar individu.

Relasional – pendekatan konflik kepentingan dalam hubungan relasional antar individu, antar
suku, antar Lembaga, antar pemangku kepentingan misalnya antara pimpinan dan bawahan,
antara penyedia dan pengguna jasa ataupun manajer dan staf lapangan.

Struktural – pola pengelolaan konflik yang ditinjau dari sejauhmana pengaruhnya terhadap
perubahan sosial. Dalam hal ini manajemen organisasi akan berpengaruh dalam pengambilan
keputusan antara satu dengan yang lainnya dan melibatkan seluruh anggota dan kegiatan
operasional.

Kultural – nilai-nilai budaya yang ada dalam lingkungan seperti perbedaan latar belakang
suku, bahasa dan keyakinan akan mempengaruhi bagaimana organisasi melakukan kegiatan
operasionalnya.

KPK RI juga menjelaskan untuk dapat mengelola konflik kepentingan tersebut


diperlukan strategi agar semua patuh dan memegang teguh kode etik dan kode perilaku terkait
pekerjaannya antara lain:

1. Membuat pernyataan deklarasi tidak memiliki konflik kepentingan serta patuh terhadap
ketentuan yang mengatur kode etik dan kode perilaku yang berlaku;
2. Meningkatkan kesadaran akan pemahaman kode etik dan perilaku melalui Pendidikan dan
pelatihan;
3. Penegakan hukum dan pengendalian internal dalam lingkungan kerjanya (internal control);

11
4. Penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaannya misal e-procurement, dll;
5. Kepemimpinan yang beretika;
6. Membudayakan nilai-nilai organisasi.

Secara rinci, tahapan pengendalian konflik kepentingan dilakukan sebagai berikut:

1. Identifikasi situasi konflik kepentingan;


2. Penyusunan kerangka kebijakan
3. Penyusunan strategi penanganan konflik kepentingan
4. Penyiapan serangkaian tindakan untuk menangani konflik kepentingan melalui:

 Pengurangan kepentingan pribadi Penyelenggara Negara dalam jabatannya;


 Penarikan diri dari proses pengambilan keputusan dimana seorang pejabat memiliki
kepentingan;
 Membatasi akses atas informasi tertentu apabila yang bersangkutan memiliki kepentingan
 Mutasi ke jabatan lain yang tidak memiliki konflik kepentingan
 Mengalihkan tugas dan tanggung jawab yang bersangkutan
 Pengunduran diri dari jabatan yang menyebabkan konflik kepentingan
 Melakukan pengawasan terhadap pegawai tersebut dengan intensif;
 Pemberian sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya.

N. Berpikir kreatif

Berpikir kreatif adalah upaya untuk menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan


yang sebelumnya tidak berhubungan. Berpikir kreatif menggunakan benda-benda atau gagasan-
gagasan yang sudah nyata ada dan di dalam pikiran kitalah sesungguhnya proses nyata itu
berlangsung. Proses ini tidak harus selalu menciptakan suatu konsep-konsep baru, walaupun hasil
akhirnya mungkin akan tampak sebagai sesuatu yang baru hasil dari penggabungan dua atau lebih
dari konsep-konsep yang sudah ada. Salah satu aspek lain dari berpikir kreatif ini adalah
bermimpi. Kegiatan bermimpi ini, dipercaya sebagai salah satu kebutuhan penting di dalam cara
kerja otak, dan pada kenyataannya memang hanya sedikit sekali orang-orang yang diketahui tidak
pernah berimimpi. Mengulangi mimpi-mimpi yang pernah kita alami, memang mungkin
merupakan sesuatu hal yang mungkin sulit dilakukan. Bila kita mencoba untuk berpikir secara
analitis mungkin suatu bayangan-bayangan yang pernah kita lihat di dalam mimpi itu seolah-olah

12
tidak ada kaitannya antara satu dengan yang lainnya. Bahkan pada kasuskasus tertentu hal itu
terasa sangat mengganggu. Gambaran-gambaran yang kita lihat di alam mimpi itu bergerak dari
satu situasi kepada situasi lainnya, seolah-olah dengan tidak memerlukan usaha apapun, santai
dan tidak menunjukkan hubungan-hubungan yang nyata. Sesungguhnya hubungan-hubungan itu
pasti ada, walaupun diperlukan usaha-usaha yang cukup keras untuk dapat menggambarkannya.
Fatur (2012) menjelaskan Proses berpikir kreatif merupakan salah satu tahapan berpikir
tingkat tinggi yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Dan Manusia selalu diperhadapkan
pada permasalahan sehingga diperlukan suatu proses berpikir kreatif untuk memecahkan masalah
tersebut. suatu proses yang mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir divergen.
Berpikdivergen digunakan untuk mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan
berpikir logis digunakan untuk memferivikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang
kreatif. Lee, Kyung Hwa, (2005) menyatakan bahwa yang diperlukan dalam proses berpikir
kreatif termasuk kepekaan, kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas. Menurut Ramly (2011) Tes dalam
kreativitas menggunakan Torrance Tes Creative Thinking (TTCT) dan tiga kemampuan yang
diukur adalah Fluency (kelancaran), Fleksibilitas (Fleksibel) dan Originalitas (kebaruan).
Menurut Wallas (Solso 2007, Munandar 2009) dan Fathullah (2012), proses berpikir kreatif
meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Proses berpikir kreatif berdasarkan
tahaptahap tersebut jika dikaitkan dengan pemecahan masalah adalah sebagai berikut: Tahap
berpikir kreatif dalam penelitian ini mengikuti tahapan berpikir yang terdiri dari tahapan
mensintesis ide-ide, membangun atau membangkitkan suatu ide kemudian menerapkan suatu ide
tersebut. Mensintesis ide adalah memadukan ide-ide atau gagasan yang dimiliki yang bersumber
dari pembelajaran di kelas maupun dari pengalaman sehari-hari. Membangkitkan atau
membangun ide adalah memunculkan ide-ide yang berkaitan dengan masalah yang diberikan.
Menerapkan ide adalah memilih suatu ide tertentu dan menerapkannya untuk memecahkan
masalah. Dalam proses ini subyek berusaha untuk menghasilkan sesuatu hasil (produk) yang baru
secara fasih dan fleksibel.

13
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dalam pengambilan keputusan seorang manajer harus bisa berpikir kritis dan dapat
bertanggung jawab atas apa yang sudah diambil risiko. Pengambilan keputusan merupakan suatu
cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah
dengan cara agar dapat diterima oleh semua pihak. Dapat menganalisis setiap permasalahan yang
ada juga termasuk dalam modal yang ada sebelum mengambil keputusan. Dalam setiap analisis
dilakukan secara menyeluruh agar bisa mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan juga memiliki tahapan – tahapannya, lalu proses dalam setiap
pengambilan keputusan, kualitas keputusan, pengambilan keputusan dalam berbagai kondisi,
risiko keputusan, karakteristik pengambil keputusan dan pengaruhnya bagi perusahaan,
perubahan dalam keputusan.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi para pembaca ataupun mahasiswa dapat
menambah wawasan dan pengetahuannya tentang pengambilan keputusan dan dapat
mengamalkan ilmu yang ada dalam makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

FahmiIrham Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia Konsep dan Kinerja.s.l.,Mitra Wacana
Media,2016.
Hardius UsmanMsi. Teknik Pengambilan Keputusan.s.l.,Grasindo.
SariFebrina Metode Dalam Pengambilan Keputusan.s.l.,Deepublish,2018.
Wawan HermawanS.E.,M.T. Teori Pengambilan Keputusan.s.l.,Repository,2011.

http://degung-wira.blogspot.com/2012/10/4-gaya-pengambilan-keputusan.html
https://nindisabrina.wordpress.com/2015/04/30/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengambilan-
keputusan/
https://feelinbali.blogspot.com/2013/09/manajemen-pengambilan-keputusan.html
https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2018/07/Modul-7-Konflik-Kepentingan.pdf
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/

15
16

Anda mungkin juga menyukai