KELOMPOK 4
1) DHIMAS SETYO WIBOWO (B1B119246)
2) ASRIANI (B1B119237)
3) ANDI MILADZI SYAHPUTRI M (B1B119229)
4) ASTI PUTRI INTAN ADININGSIH (B1B119238(
UNIVERSITAS HALUOLEO
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah Saw. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusunan mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Perilaku
Organisasi.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunn materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbigan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Kepribadian dan
Nilai”. Makalah ini di sususn oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Haluoleo.
Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen yang meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.
Makassar, 30 Maret 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .....................................................................................................2
Daftar Isi ............................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu cerminan dari
kesuksesan. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul adalah seseorang
yang siap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam kepribadian orang tersebut
terdapat nilai – nilai positif yang selalu memberikan energi positif terhadap paradigm
dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan
kepribadian yang rendah adalah seseorang yang selalu dilingkup dengan kegagalan.
Sebab pada diri seseorang tersebut mengalir energi energi negatif terhadap
paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Dapat dipastikan bahwa nilai – nilai kepribadian seseorang mangalami pasang
surut seiring dengan besarnya tantangan dan cobaan menjadi semakin kuat dan
memiliki kepribadian yang dahsyat, namun adapula seseorang yang semakin besar
tantangan dan cobaannya menjadi semakin terpuruk dan putus asa.
C. Dark Triad
Dalam pengecualian atas uring – uringan, fitur – fitur lima besar adalah apa yang
kita sebut diinginkan secara sosial, berarti kita akan senang untuk memiliki skor tinggi
padanya. Para peneliti telah menemukan bahwa tiga fitur yang tidak diinginkan sosial
lainnya, yang kita punyai dalam tingkatan yang beragam dan relevan terhadap perilaku
organisasi : yaitu Machiavellianisme, narsisme, psikopat. Merujuk pada sifat
negatifnya, para peneliti telah melabeli ketiganya sebagai Dark Triad meskipun,
mereka tentu saja tidak selalu menjadi bersamaan.
· Machiavellianisme
Hao adalah manajer bank muda di Shanghai. Ia menerima tiga promosi dalam
lima tahun terakhir dan tidak meminta maaf atas taktikagresif yang digunakannya
dalam memajukan kariernya. “ Arti nama saya adalah pintar, dan itulah saya. Saya
melakukan apa saja untuk maju,” katanya. Hao dikategorikan sebagai Machiavellian.
Karakteristik kepribadian Machiavellianisme ( sering disingat mach) dianamai
sesuai nama Niccolo Machiavelli, yang menulis pada Aba ke – 16 bagaimana
memperoleh dan menggunakan kekuasaan. Seorang individu yang dominan
Machiavellianisme pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan percaya bahwa
hasil dapat membenarkan cara. “ jika itu berhasil, gunakanlah,” konsisten dengan
perspektif mach. Sejumlah riset telah menemukan bahwa orang yang dominan mach
memanipulasi lebih banyak, menang lebih banyak, dipengaruhi lebih sedikit, serta
memengaruhi orang lain lebih banyak, menang lebih nanyak, dipengaruhi lebih sedikit,
serta memengaruhi orang lebih rendah dibandingkan Mach rendah. Mereka cenderung
berperilaku agresif dan terikat dengan perilaku kerja konterproduktif. Tinjauan literature
baru – baru ini menjelaskan bahwa Machiavellianisme bukan alat prediksi yang
signifikan terhadap tingkat kinerja secara keseluruhan. Pekerja yang berkategori Mach,
dengan memanipulasi orang lain demi keuntungan diri, menang dalam jangka pendek,
tetapi mereka kehilangan kemenangan itu dalam jangka panjang karena menreka tidak
disukai.
Efek dari Machiavellianisme tergantung sedikit banyak pada konteksnya.
Sebagian alasannya adalah bahwa kepribadian individu memengaruhi situasi yang
mereka pilih, salah satu menunjukkan bahwa pencari kerja denga sifat Mach kurang
dipengaruhi perusahaan (CSR) yang tinggi. Studi lainnya menemukan bahwa perilaku
kepemimpinan etis Mach lebih tidak mungkin untuk ditranslasikan kedalam keterlibatan
pekerjaan pengikut melihat kedalam perilaku – perilaku ini dan menyadari itu adalah
sebuah kasus acting permukaan.
· Narsisme
Sabrina suka menjadi pusat perhatian. Ia sering melihat dirinya dicermin, memiliki
mimpi besar, dan menganggap dirinya orang dengan banyak talenta. Sabrina adalah
orang yang narsis. Hal ini dinamai sesuai mitos Yunani tentang Narcissius, anak muda
yang sagat sombong dan angkuh sanpai ia jatuh ciata sendiri dengan bayangannya.
Dalam psikologi, narsisme menjelaskan seseorang yang memiliki rasa berlebihan,
memiliki rasa kelayakan, dan angkuh. Bukti menyatakan orang yang narsis lebih
karismatik daripada yang lain.
Baik pemimpin maupun manajer cenderung memiliki skor tinggi dalam narsisme,
menyatakan bahwa tingkat pemusatan diri sendiri tertentu diperlukan untuk sukses.
Orang yang narsis juga melaporkan bahwa level yang lebih tinggi ata motivasu kerja,
keterlibatan kerja, dan kepuasan hidup dibandingkan orang lain. Sebuah studi atas
para pekerja bank Norwegia mendapati bahwa mereka degan skor tinggi dalam
narsisme lebih menikmati pekerjaan mereka. Beberapa bukti menyatakan bahwa orang
yang lebih narsis lebih adaptif dan mengambil keputusan yang lebih baik dibandingkan
yang lain ketika keputusan itu kompleks.
Ketika narsisme tampaknya memiliki sedikit hubungan dengan kinerja, ia cukup
erat kaitannya dengan meningkatnya perilaku kerja konter – produktif dan terkait
dengan hasil – hasil negative lainnya. Sebuah studi mendapati bahwa ketika orang
narsis berfikir bahwa mereka pemimpin yang lebih baik daripada koleganya,
sedangkan atasan mereka menilai mereka lebih buruk. Dalam konteks etis tinggi,
pemimpin yang narsis mungkin dinilai tidak efektif dan tidak etis.
Sebuah studi atas CEO narsis mengungkapkan bahwa mereka melakukan lebih
banyak akuisisi, membayar premium lebih mahal atas akuisisi tersebut, mereka
merespons kurang jelas atas ukuran - ukuran kinerja, dan merespons pujian media
dengan melakukan lebih banyak akuisisi. Riset yang menggunakan data yang
digabungkan selama 100 tahun telah menunjukkan bahwa CEO yang narsis dari
organisasi bisbol menciptakan tingkat perputaran manajer yang lebih tinggi, meskipun
anggota organisasi eksternal melihat mereka lebih berpengaruh.
Narsisme dan efeknya tidak terbatas pada CEO atau selebritis. Orang yang
narsis lebih mungkin untuk memuat materi promosi diri dalam halaman facebook
mereka. Seperti efek Machiavellianisme, efek narsisme beragam berdasarkan konteks.
Sebuh studi atas pegawai Swiss Air Force mendapat bahwa orang orang narsis
cenderung lebih mungkin terganggu dalam perasaan kurang diuntungka, berarti bahwa
ketika menreka tidak memperoleh apa – apa yang mereka inginkan, mereka lebih
stress akan hal itu dibandingkan orang lain.
· Psikopat
Psikopat adalah bagian dari Dark Triad, tetapi dalam perilaku dalam organisasi,
ini tidak merujuk pada kegilaan. Dalam konteks perilaku
organisasi, psikopat didefinisikan sebagai kurangnya kepedulian pada orang lain, dan
kurangnya rasa bersalah atau menyesal ketika tindakan mereka menyebabkan
bahaya. Ukuran psikopat mencoba untuk menilai motivasi seseorang untuk mengikuti
norma sosial, kesiapan menipu untuk memperoleh hasil yang diinginkan dan
efektivitas usaha – usaha itu imulsivitas dan ketidakpedulian, yakni kurangnya
kepedulian empati bag orang lain.
Literature tidak konsisten mengenai apakah psikopat atau fitur kepribadian
abnormal lainnya penting bagi perilaku kerja. Satu tinjauan menemukan sedikit korelasi
atara ukuran psikopat dan kinerja atau perilaku kerja konterproduktif. Sebuah studi
menemukan bahwa kepribadian antisosial yang erat kaitannya dengan psikopat,
berhubungan positif dengan kemajuan organisasi tetapi tidak terkait dengan aspek
lainnya dari kesuksesan karir dan efektivitas. Riset lainnya menyatakan bahwa
psikopat berhubungan dengan penggunaan taktik bullying ( ancaman fisik atau
verbal ). Kelicikan yang ditampilka orang berskor dalam sebuah organisasi tetap
mengindarkan mereka dari penggunaan kekuasaan itu demi kebaikan diri mereka
sendiri dan organisasi.
Organisasi yang ingin menilai psikopat atau sifat abnormal lainnya perlu
melakukan dengan hati – hati . undang – Undang Penyandang Cacat Amerika ( ADA )
melarang diskriminasi terhadap individu dengan keterbelakangan fisik dan mental.
Sekitar 15% dari seluruh klaim ADA melibatkan kecacatan mental, yang paling umum
adalah depresi (44%) dan gangguan kecemasan (18%). Sebuah studi terkini
menemukan bahwa klaim kecacatan mental ADA hanya sedikit lebih buruk dari klaim
kecacatan fisik. Ini tidak berarti bahwa organisasi harus merekrut setiap orang cacat
mental dalam keputusan rekrutmen. Bagaimana pun, jika mereka melakukannya ADA
menempatkan panduan spesifik tentang kapan itu merupakan faktor yang diizinkan,
seperti ketika sakit mencegah atau sangat membatasi kinerja efektif, dan ketika itu
tidak dapat diakomodasi secara wajar. Dengan berita relative dari riset Dark Triad,
menggunakan psikopatologi dalam keputusan kerja bisa membawa banyak resiko saat
ini dibandingkan imbal hasilnya.
D. Pendekatan – Penghindaran
MBTI, lima besar, dan Dark Triad bukan hanya kerangka kerja teoritis kepribadian
yang ada. Baru – baru ini, kerangka kerja pendekatan – penghindaran telah
menggunakan karakteristik – karakteristik kepribadian sebagai motivasi. Motivasi
pendekatan dan penghindaran mewakili tingkat dimana kita beraksi pada rangsangan,
motivasi pendekatan adalah keterkarikan kita pada rangsangan positif dan motivasi
penghindaran adalah respons kita pada rangsangan negatif.
Kerangka kerja pendekatan – penghindaran oleh karena itu mengorganisasikan
sifat – sifat dan bisa membantu menjelaskan bagaimana mereka memprediksi perilaku
kerja. Satu studi menunjukka, misalnya bahwa motivasi pendekatan dan penghindaran
dapat membentu menjelaskan bagaimana evaluasi diri inti memengaruhi kepuasan
kerja. Kerangka kerja itu juga mencakup beragam motif kita saat bertindak. Misalnya,
tekanan kompetitif cenderung memunculkan bagaimana evaluasi pendekatan ( orang
bekerja lebih keras untuk menang ) dan motivasi penghindaran ( orang terahlihkan
dan terdemotivasi oleh ketakutan akan kekalahan ). Cara seorang individu berkinerja
bergantung pada motivasi mana yang mendominasi. Studi lainnya mendapati bahwa
ketika pendatang baru bergabung dengan perusahaan IT di India, mereka menerima
dukungan dari atasannya ( yang membantu pendatang baru itu ), tetapi juga agresi
verbal (atasan menawarkan ide – ide baru). Dukungan memunculkan perilaku
pendekatan (pendatang baru meminta umpan balik atas kinerja kepada
atasan). Agresi memunculkan perilaku penghindaran ( pendatang baru menghindari
berbicara kepada atasan jika tidak benar – benar penting ). Efek bersih dari
kinerjatergantung pada yang mana yang mendominasi.
Ketika kerangka kerja pendekatan – penghidaran telah memberikan beberapan
pandangan penting terhadap perilaku organisasi, ada bebera isu yang tidak
diselesaikan. Pertama, apakah kerangkakerja itu secara sederhana merupakan cara
mengkategorikan sifat – sifat positif dan negative, seperti kehati- hatian dan uring –
uringan ? kedua sifat – sifat apa yang cocok termasuk lima besar, Dark Triad dan
lainnya tetapi sifat – sifat ini cukup berbeda. Apakah kita cukup mendapatkannya
dengan mengabungkan mereka untuk mengatasi kemungkinan terlewatnya pandangan
– pandangan lain dalam perilaku yang unik satu sama lain? Riset dan evaluasi yang
jauh lebih dibutuhkan.
· Kepribadian Proaktif
Apakah anda pernah memperhatikan bahwa orang orang secara aktif mengambil
insiatif untuk memperbaiki kondisi saat ini atau menciptakan yang baru ? ini adalah
kepribadian proaktif mengidentifikasi peluang, menujukkan inisiatif, mengambil
tindakan, dan bertahan sampai perubahan yang berarti terjadi dibandingkan yang lain
dan beraksi pasif terhadap situasi. Tidak mengejutkan, individu – individu yang proaktif
memiliki banyak perilaku yang diinginkan organisasi. Mereka juga memilki level kinerja
dan kesuksesan kinerja yang lebih baik.
Adakah sisi buruk memilki kepribadia proaktif berhubungan negatif dengan
persistensi dalam pencarian kerja, individu – individu lebih proaktif lebih cepat
memperoleh pekerjaan. Bagaimanapun bisa jadi bahwa proaktivitas mencakup
mengetahui kapan harus mundur dan mempertimbangkan uang alternative –
alternative dalam menghadapi kegagalan.
Kepribadian proaktif bisa jadi penting dalam tim kerja. Satu studi atas 95 klaim
R&D di 33 perusahaan Cina mengungkapkan bahwa tim dengan tinkat proaktif rata –
rata tinggi lebih inovatif. Seperti sifat – sifat lainnya, kepribadian proaktif lebih
dipengaruhi oleh konteksnya. Satu studi atas tim cabang di Cina mendapati bahwa jika
seorang pemimpin tidak proaktif , manfaat dari proaktivitas tim itu tidak akan
berkembang atau tertahan karena pemimpin itu.
Singkatnya, ketika kepribadian proaktif bisa menjadi penting bagi kinerja inividu
dan tim, seperti semua sifat itu bisa memiliki kekurangan, dan efektivitasnya bisa
tergantung pada konteksnya.
2.2.Nilai
2.2.1. Definisi Nilai
Nilai ( value ) mengandung elemen penilaian karena mengandung ide – ide
seorang individu mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan. Ia memilki atribut isi
maupun intensitas. Atribut ini mengatakan sebuah mode tindakan atau keberadaan
akhir yang penting. Atribut intensitas menspesfikkan seberapa pentingnya. Kita
memperingkat nilai dari sisi intensitas, kita memperoleh system nilai ( value system)
orang tersebut. Kita semua memilki sebuah hierarki nilai menurut kepentingan relative
yang kita berikan kepada nilai – nilai seperti kebebasan, kesenangan, hormat diri,
kejujuran, kepatuhan, dan kesamaan.
Nilai cenderung relative stabil dan bertahan. Banyak nilai yang dari kita pegang
dibentuk saat kita masih kecil oleh orang tua, guru, teman dan yang lainnya, sebagai
anaka kita diberi tahu mana perilaku atau tujuan ynag selalu diinginkan dan selalu tidak
diinginkan, dengan sedikit area abu – abu. Misalnya, anda tidak pernah diajarkan untuk
hanya sedikit jujur atau sedikit bertanggung jawab. Jadi karakteristik – karakteristik
hitam atau putih dari nilai adalah bersifat absolut, sehingga menjamin stabilitas dan
kelangsungannya. Nilai – nilai dapat berubah jika kita meragukannya, tetapi umumnya
nilai – nilai itu tertanam semakin kuat. Ada juga bukti hubungan antara keprinadian dan
nilai menyiratkan nilai kita bisa saja sebagian ditentukan oleh sifat – sifat yang
ditransmisikan secara genetik.
2.2.2. Pentingnya Nilai dan Pembentukan Nilai
Nilai memberikan fondasi bagi pemahaman kita mengenai sikap dan motivasi
orang – orang serta pengaruh persepsi kita. Kita memasuki organisasi dengan ide –ide
yang ditanamkan sebelumnya mengenai apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya
dikerjakan. Ide – ide ini tidak bebas dari nilai sebaiknya mereka mengandung
interpretasi kita tentang yang benar dan salah serta pilihan kita untuk perilaku atau
tujuan tertentu terhadap pihak lain. Nilai mengaburkan objektivitas dan rasionalitas
mereka mempengaruhi sikap dan perilaku.
Andaikan anda memasuki sebuah organisasi dengan pandangan yang
mengalokasikan gaji berdasarkan kinerja yang benar , sedangkan gaji berdasarkan
senioritas adalh salah. Bagaimana anda bereaksi jika anda mendapati bahwa
organisasi yang baru saja anda masuki lebih menghargai senioritas daripada kinerja,
anda mungkin akan kecewa ini akan berujung kepada ketidakpuasan kerja dan
keputusan untuk tidak mengerahkan usaha karena, “ itu mungkin akan membawa anda
kemana – mana,” apakah sikap dan perilaku anda berbeda jika anda sejalan dengan
kebijakan gaji organisasi, sangat mungkin.
Nilai terminal versus instrumental bagaimana kita mengorganisasikan nilai ?
seorang peneliti Milton Rokeach berpendapat bahwa kita dapat memisahkan mereka
dalam dua kategori. Pertama disebut nilai terminal ( interminal value), merujuk kepada
hasil akhir yang diinginkan. Ini meruoakan sasaran yang ingin dicapai seseorang
dalam hidupnya. Disebut nilai instrumental ( instrumental Value ) karena merujuk
kepada mode perilaku yang lebih disuka atau alat untuk mencapai nilai terminal.
Beberapa contoh nilai terminal adalah kesejahteraan dan kesuksesan ekonomi,
kebebasan, kesehatan dan kebaikan, kedamaian dunia, serta arti hidup. Contoh –
contoh nilai instrumental adalah otonomi dan harapan diri, disiplin pribadi, kebaikan,
serta orientasi sasaran. Masing – masing dari kita menempatkan nilai baik pada hasil
( nilai terminal ) dan alat ( nilai instrumental ) keseimbangan diantara keduanya
penting, sebgaimana pemahaman tentang alat untuk mencapainya. Nilai terminal
instrumental beragam per individu.
3.2. Saran
Semoga makalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa
dan menjadi bantuan berperilaku dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Stephen P. robbins, perilaku organisasi; salemba empat; 2008, Jakarta
www.Google.comhttp://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/
perilakuorganisasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/kepribadian