JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT dan tak lupa pula kami haturkan
shalawat serta salam kepada nabi MUHAMMAD SAW, karena atas rahmatnyalah kami dapat
menyelesaikan makalah tersebut,makalah yang berjudul “kepribadian dan nilai”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah perilaku keorganisasian.
penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Noval Nur,SE.,MM selaku dosen
mata kuliah perilaku keorganisasian kami yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah tersebut. Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka Kami selaku
penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun hal lainnya, karena
kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Saran penulis bagi para pembaca jika terdapat sesuatu yang tidak sesuai ataupun terdapat
banyak hal yang perlu dikritik maka kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran dari para
pembaca, agar ke depannya kami bisa lebih baik lagi dalam menyelesaikan sebuah makalah.
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….....i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….....iii
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………………….….....1
A. Latar belakang…………………………………………………………..…………….....1
B. Rumusan masalah…………………………………………………….……………….....2
C. Tujuan masalah……………………………………………………………………….....2
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………….
……………....3
A. Kepribadian …………………………………………….…………………………….....3
1.1 pengertian kepribadian……………………………………………….……..............3
1.2 faktor faktor penentu kepribadian………………………………………….….......5
1.3 sifat sifat kepribadian……………………………………………………….…….....7
1.4 menilai kepribadian……………………………………………………...…..……....9
1.5 sifat kepribadian yang mempengaruhi perilaku organisasi…………….…….......9
1.6 kepribadian dan nasional…………………………………………………..……....11
B. Nilai……………………………………………..…………………………………….....12
2.1 pentingnya nilai……………………………….………………………………….....13
2.2 jenis jenis nilai……………………………………...…………………………….....14
2.3 nilai, kesetiaan, dan perilaku etis……………..………………………..……….....15
2.4 nilai lintas kultur……………………………………………………..………….....16
C. menghubungkan kepribadian dan nilai-nilai seorang individu dengan tempat
kerja…………………………………………………………………………………………….17
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………….….....20
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………......20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….…………...21
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Melalui cara
beretika inilahseseorang dapat menilai dan mengetahui sifat dan ciri kepribadian
dari orang lain. Dalam pembentukan etika ini banyak sekali faktor yang
mempengaruhi, baik itu faktor internal maupun eksternal. Sifat bawaan dari
lahir atau watak merupakan faktor internal yang paling berpengaruh pada
etika seseorang. Secara ilmiah hal ini disebabkan oleh factor keturunan atau
genetika seseorang. Sedangkan dari faktor eksternal, etika seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat seseorang itu berada.
Apabila seseorang berada pada lingkungan yang baik dan beretika tinggi maka
dapat dipastikanakan beretika tinggi layaknya orang-orang yang berada, dan
sebaliknya apabila seseorang berada pada lingkungan yang beretika rendah maka
dapat dipastikan pula akan beretika layaknya orang-orang disekitarnya berada.
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu
cerminan dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul
adalah seseorang yangsiap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam
kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu
memberikan energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan
dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah
adalah seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri
seseorang tersebut mengalir energi-energi negatif yang terhadap
paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan. Dapat dipastikan
bahwa nilai-nilai kepribadian seseorang mengalami pasang surutseiring dengan
besarnya tantangan dan cobaan yang dihadapi. Ada seseorang
yangsemakin ditempa oleh tantangan dan cobaan menjadi semakin kuat
dan memiliki kepribadian yang dahsyat, namun ada pula seseorang yang
semakin besar tantangan dan cobaannya menjadi semakin terpuruk dan putus asa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan secara detail mengenai kepribadian beserta komponen-
komponennya!
2. Jelaskan secara detail tentang nilai dan komponen-komponennya!
3. Jelaskan hubungan antara kepribadian dan nilai seorang individu dengan
tempat kerja!
4. Berikan penjelasan mengenai ringkasan dan implikasi untuk manajer!
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa itu kepribadian dan apa saja komponen-komponen
didalamnya.
2. Untuk mengetahui apa itu nilai beserta komponen-komponennya.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kepribadian dan nilai seorrang individu
dengan tempat kerja.
4. Untuk mengetahui mengenai ringkasan dan implikasi untuk manajer!
BAB 2
PEMBAHASAN
A. KEPRIBADIAN
1.1 pengertian kepribadian
Kata kepribadian berasal dari kata latin ‘persona’. Kepribadian adalah suatu sistem diri dalam diri
individu, sebagai wujud dari pengorganisasian dalam dirinya, yang mana sistem tersebut bersifat
dinamis mengikuti keadaan mental seseorang, dan bersifat unik atau khas. Dalam perkembangannya,
kepribadian memerlukan adanya pengkajian, karena kepribadian merupakan bagian dari manusia, dan
manusia itu adalah obyek dari psikologi. kepribadian adalah suatu perpaduan yang utuh antara sikap,
sifat, pola pikir, emosi, serta juga nilai-nilai yang mempengaruhi individu tersebut agar berbuat sesuatu
yang benar sesuai dengan lingkungannya.
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu
yang berinteraksi dengan serangkaian sistem. Ungkapan “sistem kecenderungan tertentu” menyatakan
bahwa setiap orang memiliki cara berperilaku yang khas dan bertindak sama setiap hari. Kepribadian
secara umum di artikan sebagai kebiasaan, sikap, sifat yang dimiliki seseorang yang berkembang Sifat-
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu
yang berinteraksi dengan serangkaian sistem.
Ungkapan “sistem kecenderungan tertentu” menyatakan bahwa setiap orang memiliki cara berperilaku
yang khas dan bertindak sama setiap hari.
Kepribadian ialah sebagai organisasi faktor-faktor biologis, psikologi dan sosiologis yang mendasari
perilaku seorang individu.
Faktor-faktor biologis itu meliputi keadaan fisik, sistem saraf, watak, seksual, proses pendewasaan
individu yang bersangkutan, dan kelainan-kelainan biologis lainnya sedangkan faktor-faktor psikologis
dapat meliputi faktor unsur temperamen, perasaan, keterampilan, kemampuan belajar, keinginan dan
sebagainya.
3. Koentjaraningrat
Kepribadian adalah sebagai susunan dari unsur- unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau
tindakan seorang individu yang berada pada setiap individu.
4. Theodore R. Newcombe
5. Robert Sutherland
Pengertian kepribadian adalah abstraksi yang dilakukan secara individu dan kelakuannya
sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan. Dengan arti inilah setidaknya
kepribadian digambarkan sebagai hubungan saling memengaruhi antara tiga aspek tersebut.
Dari serangkaian pengertian kepribadian menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian merupakan proses integrasi sosial dari serangkaian kecenderungan seseorang
untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan berperilaku sosial tertentu.
1.2 faktor faktor penentu kepribadian
Sebelum dilahirkan, seorang anak manusia berada dalam kandungan selama kira-kira sembilan
bulan sepuluh hari. Selama masa itu, terdapat beberapa hal yang dapat memengaruhi
perkembangan calon individu. Penyakit yang diderita ibunya, seperti sipilis, diabetes, dan
kanker dapat memengaruhi pertumbuhan mental, penglihatan, dan pendengaran bayi dalam
kandungan. Keadaan kandungan ibu juga dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak
yang akan dilahirkan. Kondisi daerah pinggul ibu dapat memengaruhi pertumbuhan bayi selama
dalam kandungan. Akibat kondisi yang tidak menguntungkan, dapat menyebabkan bayi lahir
cacat atau kidal. Keterkejutan keras (shock), saat lahir dapat pula mengakibatkan bayi itu
memiliki kelambanan dalam berpikir. Semua itu dapat memengaruhi pembentukan kepribadian.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap
argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian
seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-
anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga
meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor
keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif
dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa
beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi
faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak
lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir
setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak
kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan
bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau
dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang
berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang
kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh,
budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang
secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang
lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka
melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung
ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang
menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada
pekerjaan dan karier.
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga elemen. Ketiga unsur
kepribadian itu dikenal sebagai Id, Ego, dan Superego, yang bekerja sama untuk menciptakan
perilaku manusia yang kompleks.
4. Faktor Kejiwaan
Faktor kejiwaan tidak bersumber pada faktor biologis tetapi bersumber pada proses interaksi dan
sosialisasi dengan masyarakat. Sebagai hasil dari proses sosial, faktor kejiwaan yang
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang adalah terdiri atas motivasi dan
kebutuhan untuk berprestasi atau need for achievement.
Menurut Sentanoe,(2001 : 24), Sifat kepribadian adalah sifat yang berkelanjutan yang
menggambarkan perilaku individu, seperti : pemalu, agresif, ambisius, mengalah , malas, dan
loyal. Semakin konsisten sifat tersebut, dan semakin sering terjadi dalam berbagai situasi ,
semakin penting sifat tersebut dalam menggambarkan individu.
Menurut Sunarto, (2004 : 37), Dalam struktur kepribadian berkisar pada upaya untuk mengenali
dan menandai karakteristik abadi yang menggambarkan suatu perilaku individu. Karakteristik
yang popular antara lain sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia dan malu-malu.
Makin konsisten karakteristik itu dan makin sering terjadi dalam situasi yang beraneka, makin
penting cirri itu dalam menggambarkan individu tersebut.
Sekumpulan riset yang mengesankan mendukung bahwa lima dimensi kepribadian dasar tersebut
mendasari semua dimensi lain. Faktor lima besar itu adalah sebagai berikut ( Sunarto, 2004:
38 ) :
1. Ekstraversi
Dimensi ini menunjukkan tingkat kesenangan seorang akan berhubungan, kaum ekstravert
(ekstraversinya tinggi) cenderung ramah dan terbuka serta menghabiskan banyak waktu mereka
untuk mempertahankan dan nikmati sejumlah besar hubungan. Kaum introvert cenderung tidak
sepenuhnya terbuka dan memiliki hubungan yang lebih sedikit, dan tidak seperti kebanyakan
orang lain, mereka lebih senang dengan kesendirian.
2. Mampu bersepakat
Dimensi ini merujuk kepada kecenderungan seseorang untuk tunduk kepada orang lain. Orang
yang sangat mampu sepakat jauh lebih menghargai harmoni daripada ucapan atau cara mereka.
Mereka itu kooperatif dan percaya akan orang lain . Orang yang menilai rendah kemampuan
untuk bersepakat memusatkan perhatian lebih pada kebutuhan mereka sendiri ketimbang pada
kebutuhan orang lain.
Dimensi ini merujuk kepada jumlah tujuan yang padanya seseorang memusatkan perhatiannya.
Orang yang tinggi dalam mendengarkan kata hati mengejar lebih sedikit tujuan, dalam satu cara
yang sangat terarah , dan cenderung bertanggung jawab, kuat bertahan, tergantung, dan
berorientasi pada prestasi. Mereka yang skornya rendah pada dimensi ini cenderung menjadi
lebih mudah kacau pikirannya, mengejar banyak tujuan, dan lebih hedonistic.
4. Kemantapan emosional
Dimensi ini menampung kemampuan seseorang untuk menahan stress. Orang dengan
kemantapan emosional positif cenderung berciri tenang, bergairah dan aman. Mereka dengan
skor negative yang tinggi cenderung gelisah, tertekan, dan tidak aman.
Dimensi ini mengamanatkan tentang minat seseorang. Jelas sekali orang terpesona oleh hal baru
dan inovasi. Mereka cenderung menjadi emaginatif, benar-benar sensitive, dan intelektual.
Mereka yang berada pada sisi lain dari kategori keterbukaan nampak lebih konvensional dan
menemukan kesenangan dalam keakraban.
Terdapat 3 cara utama untuk menilai kepribadian seseorang diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Survei mandin
Survei yang diisi oleh individu adalah cara paling umum yang digunakan untuk menilai
kepribadian. Kekurangan dari survei jenis ini adalah individu mungkin berbohong atau mungkin
hanya menunjukan kesan yang baik. Individu berbohong guna mendapatkan hasil test yang baik
Survei ini dikembangkan untuk memberikan suatu penilain bebas mengenai kepribadian
seseorang. Survei ini dapat pula dilakukan oleh rekan kerja. Survei peringkat terbukti merupakan
dasar pertimbangan yang yang lebih baik atas keberhasilan suatu pekerjaan.
c) Ukuran proyeksi (Rorshach Inkbolt Test dan Tematic Apperception Test) Beberapa contoh
ukuran proyeksi adalah Rorshach Inkbolt Test dan Tematic Apperception Test. Dalam Rorshach
Inkbolt Test individu diminta untuk menyatakan menyenipapi apakah inkbolt yang disediakan.
TAT adalah serangkaian gambar pada kartu. Individu yang diuji diminta untuk menuliskan kisah
dan setiap gambar yang dilihatnya.
1. EVALUASI DIRI
Adalah tingkat dimana Individu memiliki pandangan yang berbeda mengenai apakah mereka
menyukai dirinya atau tidak menyukai diri mereka dan apakah mereka menganggap diri mereka
sendiri cakap dan efektif. Perspektif diri ini merupakan konsep inti dari evaluasi inti diri ( Core
Self-Evaluation).
2. MACHIAVELLIANSME
Karakteristik kepribadian machiavelliansme berasal dari nama Nicolo Machivelli penulis abad
16 yang menulis tentang cara mendapatkan kekuasaan. Individu dengan sifat ini cenderung
pragmatis, mempertahankan jarak emosional dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada
proses. "Jika hal ini berguna maka manfaatkanlah" inilah prinsip para mach. Mzch yang tinggi
melakukan lebih banyak manipulasi, lebih banyak memperoleh kemenangan, tidak mudah
terbujuk akan tetapi sangat pandai dalam membujuk dibandingkan dengan individu yang
mempunyai tingkat mach, Yang rendah.
3. NARSISME
Narsisisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Istilah ini pertama kali
digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos
Yunani, Narcissus, yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Tanpa
sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai
sekarang disebut bunga narsis.
Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir bahkan Andrew Morrison berpendapat
bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki
persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme
memiliki sebuah peranan yang schat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti
bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila
jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis.
4. PEMANTAU DIRI
Pemantau din merujuk pada kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya
dengan faktor-faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantau diri yang tinggi
menunjukan kemampuan yang sangat baik dalm menyesuaikan perilaku mereka dengan faktor
situasional eksternal
5. PENGAMBILAN RESIKO
c. Berusaha keras untuk melakukan dan memikirkan dua hal atau lebih pada saat bersamaan.
7. KEPRIBADIAN PROAKTIF
Sikap yang cenderung opurtunitis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil
mencapai cita-citanya disebut dengan kepribadian proaktif. Mereka menciptakan perubahan
tanpa memperdulikan batasan atau halangan. Sebagai contoh individu proaktif cenderung
menantang status quo atau menyuarakan ketidaksenangan mereka dalam situasi yang tidak
mereka sukai.
Apakah kerangka kepribadian, seperti Model Lima Besar, berpindah lintas kultur? Apakah
dimensi-dimensi seperti lokus kendali dan kepribadian Tipe A relevan dalam semua kultur? Mari
kita coba jawab pertanyaan-pertanyaan ini. Faktor kepribadian yang diidentifikasikan dalam
Model Lima Besar muncul dalam hampir setiap studi lintas kultural. Hal ini mencakup
serangkaian kultur yang berbeda-seperti Cina, Israel, Jerman, Jepang, Spanyol, Nigeria,
Norwegia, Pakistan, dan AS. Perbedaan-perbedaan ini cenderung muncul ke permukaan karena
penekanan pada dimensi-dimensi dan apakah negara-negara tersebut merupakan negara
individualistis-masyarakatnya lebih memilih untuk bertindak sebagai individu daripada anggota
suatu komunitas-atau kolektivisme terdapatkerangka sosialyangkuat dimana
individumengharapkan individu lain dalam kelompok mereka untuk menjaga dan melindungi
mereka.
Orang Cina, misalnya, lebih sering menggunakan kategori sikap berhati-hati dan jarang
menggunakan kategori kesepakatan bila dibandingkan orang Amerika. Model Lima Besar
tampaknya sedikit lebih baik dalam memprediksi kultur individualistis bila dibandingkan kultur
kolektivis. Namun, terdapat sejumlah persetujuan yang mengejutkan, khususnya di kalangan
orang-orang dari negara maju. Salah satu contohnya, tinjauan komprehensif dari penelitian
terhadap sejumlah individu dari 15 negara Komunitas Eropa mengungkap bahwa sikap berhati-
hati merupakan suatu alat ukur prestasi yang valid pada seluruh kelompok pekerjaan dan
pendapatan." Hal ini sama persis dengan yang ditemukan oleh penelitian-penelitian AS,
Tidak ada tipe kepribadian umum untuk suatu negara tertentu. Anda bisa. misalnya, menemukan
pengambil risiko yang tinggi dan rendah di hampir setiap kultur. Namun, kultur suatu negara
memengaruhi karakteristik kepribadian yang dominan dari populasinya. Kita dapat melihat hal
ini dengan memerhatikan lokus kendali dan kepribadian Tipe A.
Terdapat bukti bahwa kultur-kultur berbeda berdasarkan hubungan individu dengan lingkungan
mereka. Dalam beberapa kultur, seperti di Amerika Utara, orang-orang yakin bahwa mereka bisa
mendominasi lingkungan mereka. Orang-orang di negara lain, seperti negara-negara Timur
Tengah, yakin bahwa kehidupan pada dasarnya telah ditentukan sebelumnya. Perhatikan bahwa
keyakinan tersebut memiliki kaitan yang erat dengan lokus kendali internal dan eksternal. Oleh
karenanya, kita seharusnya mengharapkan lebih banyak orang lokal dalam angkatan kerja
Amerika dan Kanada bila dibandingkan dengan angkatan kerja Saudi Arabia atau Iran,
Meratanya kepribadian Tipe A agaknya dipengaruhi oleh kultur di mana seseorang tumbuh dan
berkembang. Terdapat banyak Tipe A di setiap negara, tetapi tipe ini lebih banyak terdapat di
negara-negara kapitalistis, di mana pencapaian dan keberhasilan materi sangat dihargai. Sebagai
contoh, diperkirakan bahwa sekitar 50 persen dari populasi Amerika Utara adalah Tipe A.
Persentase ini seharusnya tidak begitu mengejutkan. Amerika Serikat dan Kanada memiliki
penekanan yang tinggi terhadap manajemen dan efisiensi waktu. Keduanya memiliki kultur yang
menekankan prestasi serta perolehan nang dan barang-barang material. Dalam kultur-kultur
seperti Swedia dan Prancis, di mana materialisme kurang begitu dihargai, kita dapat
memperkirakan proporsi munculnya kepribadian Tipe A lebih kecil. Setelah mendiskusikan
sifat-sifat kepribadian-karakteristik ahadi yang mendeskripsikan perilaku seseorang-sekarang
kita beralih ke nilai. Meskipun saling berkaitan, kepribadian dan nilai tidaklah sama. Nilai acap
kali sangat spesifik dan lebih banyak mendeskripsikan sistem keyakinan bila dibandingkan
kecenderungan perilaku. Beberapa keyakinan atau nilai tidak begitu menjelaskan kepribadian
seseorang, dan kita tidak selalu bertindak dalam cara-cara yang konsisten dengan nilai.
B.NILAI
Nilai
Pentingnya Nilai
Nilai penting untuk mempelajari perilaku organisasi karena nilai menjadi dasar untuk memahami
sikap dan motivasi serta karenanilai mempengaruhi persepsi kita. Individu-individu memasuki
organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenaiapa yang seharusnya dan
tidak seharusnya. Sistem nilai adalah hirarki yang didasarkan pada pemeringkatan nilai-nilai
pribadiberdasarkan intensitas nilai tersebut.
Rokeach value survey (Milton Rokeach), terdiri dari 18 pokok nilai individu, satu kumpulan
disebut nilai terminal (terminal value) merujuk pada keadaan-keadaan akhir yang diinginkan
yang merupakan tujuan yang dicapai seseorang selama hidupnya. Kumpulan lainnya yaitu nilai
instrumental (Instrumental value), merujuk pada perilaku atau cara-cara yang lebih disukai untuk
mencapai suatu terminal. Penelitian RVS berubah-ubah diantara setiap kelompok dalam individu
dalam pekerjaan atau kategori yang sama, Perbedaan ini menjadi sulit ketika kelompok-
kelompok tersebut harus bernegosiasi satu sama lainnya serta dapat menimbulkan konflik ketika
harus berhadapan mengenai kebijaksanaan ekonomi dan social organisasi. Kelompok kerja
kontemporer, merupakan penggabungan beberapa analisis terbaru mengenai nilai kerja ke dalam
empat kelompok yang berusaha mendapatkan nilai unik dari kelompok atau generasi yang
berbeda- beda dalam angkatan kerja. Kelompok kerja kontemporer ini mempunyai beberapa
kekurangan antara lain: 1) Tidak bisa membuat asumsi bahwa kerangka ini bisa diterapkan
secara universal diseluruh kultur 2) Terdapat sangat sedikit penelitian yang tepat mengenai nilai
generasional, sehingga memerlukan kerangka intuitif
3) Hal ini merupakan kategori-kategori yang tidak tepat. Pemahaman bahwa nilai individual
berbeda tetapi cenderung mencerminkan nilai social pada periode dimana individu tumbuh dapat
menjadi sebuah masukan yang berharga dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku.
Karyawan pada usia 60-an akhir, misalnya cenderung lebih bisa menerima otoritas bila
dibandingkan rekan-rekan kerja mereka yang usianya 10-15 tahun lebih muda. Bila
dibandingkan pada orang tua mereka, pekerja yang usia 30-an kemungkinan besar menolak keras
jika harus bekerja pada akhir pekan dan lebih mudah meninggalkan pekerjaan pada karier
menengah untuk mengejar karier lain yang memberikan lebih banyak waktu luang.
2.3 Nilai, Kesetiaan dan Perilaku Etis
Penurunan dalam standard - standard etika, mungkin kita mendapatkan sebuah penjelasan yang
masuk akal. Bagaimanapun, manajer terus melaporkan bahwa tindakan atasan mereka
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi perilaku etis dan tidak etis dalam organisasi
mereka. Dengan fakta ini, nilai yang dimiliki oleh individu yang berada pada posisi manajemen
menengah dan atas harus memiliki kaitan dengan seluruh iklim etis dalam sebuah organisasi.
Generasi Boomer naik ketingkat menajemen yang lebih tinggi, pada posisi manajer menengah
dan puncak. Kesetiaan Generasi boomer adalah pada karier mereka serta focus perhatian mereka
pada menjadi "nomor satu". Potensial sekarang adalah pada generasi X yang sedang bergerak
menuju celah-celah manajemen menengah dan dengan segera akan naik ke manajemen puncak.
Karena dangat menghargai hubungan, mereka cenderung mempertimbangakan implikasi etis dari
tindakan-tindakan mereka terhadap individu lain disekitar mereka. Sehingga dapat dilihat
peningkatan standard etika dalam bisnis selama satu atau dua decade berikutnya semata-mata
sebagai hasil dari nilai yang berubah dalam posisi manajemen.
Kerangka hofstede untuk menilai kultur sekitar tahun 1970-an oleh Geert Hofstede, ia
menemukan bahwa manajer dan karyawan memiliki lima dimensi nilai kultur nasional yang
berbeda-beda, dimensi
1. Jarak kekuasaan (power distance). Tingkatkan dimana individu dalam suatu Negara setuju
bahwa tersebut. mengikuti sistem kelas atau kasta yang tidak mendukung mobilitas warga
negaranya ke atas. Peringkat jarak kekuasaan yang rendah menunjukkan bahwa kultur tersebut
tidak mendukung perbedaan antara kekuatan dan kekayaan karena menekankan pada persamaan
dan peluang.
2. Individualisme (individualism) versus kolektivisme (collectivism). Individualisme adalah
tingkatan dimana individu lebih suka bertindak sebagai individu daripada sebagai anggota suatu
kelompok dan menjunjung tinggi hak-hak individual. Kolektivisme menekankan kerangka social
yang kuat dimana individu mengharap individu lain dalam kelompok mereka untuk menjaga dan
melindungi mereka.
5. Orientasi jangka panjang (long term orientation) versus orientasi jangka pendek (short term
orientation). Individu dalam kultur orientasi jangka panjang melihat kemasa depan dan
menghargai.
C.MENGAITKAN KEPRIBADIAN DAN NILAI-NILAI INDIVIDU DITEMPAT KERJA
1) Tipe Realistik. Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang
berorientasi kepada penerapan.
2) Tipe intelektual/investigative. Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki
kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik Ciri-cirinya adalah memiliki
kecenderungan untuk merenungkan daripada mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah,
berorientasi pada tugas, tidak sosial. Membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang
bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya
bersifat intraseptif.
3) Tipe sosial, Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki kecenderungan untuk
memilih lapangan pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-cirinya adalah pandai
bergaul dan berbicara, bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religiusm
membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan verbal, hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan
rapid an teratur, menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih berorientasi
pada perasaan.
4) Tipe konvensional, Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini pada umumnya memiliki
kecenderungan untuk terhadap kegiatan verbal, ia menyenangi bahasa yang tersusun baik,
numerical (angka) yang teratur, menghindari situasi yang kabur, senang mengabdi,
mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi terhadap status dan
kenyataan materi, mencapai tujuan dengan mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan.
5) Tipe usaha/enterprising, Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki ciri khas
diantaranya menggunakan ketrampilan-ketrampilan berbicara dalam situasi dimana ada
kesempatan untuk menguasai orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap dirinya
paling kuat. jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan orang lain, menyenangi tugas-
tugas sosial yang kabur, perhatian yang besar pada kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif
dalam kegiatan lisan.
Kecocokan orang-organisasi pada dasarnya berpendapat bahwa orang-orang tertarik pada dan
dipilih oleh organisasi yang sesuai dengan nilai-nilai mereka, dan mereka meninggalkan
organisasi yang tidak cocok dengan kepribadiannya. Misalnya, dengan menggunakan
terminologi Lima Besar, kita dapat mengharapkan bahwa orang-orang yang sangat ekstrover
cocok dengan budaya agresif dan berorientasi tim, bahwa orang yang sangat ramah cocok
dengan iklim organisasi yang mendukung daripada yang berfokus pada keagresifan, dan bahwa
orang dengan sangat terbuka pada pengalaman cocok dengan organisasi yang menekankan
inovasi dibandingkan standarisasi. Mengikuti panduan-panduan ini pada saat merekrut,
membantu mengidentifikasi pekerja-pekerja baru yang lebih cocok dengan budaya organisasi,
yang kemudian menghasilkan kepuasan pekerja dan mengurangi jumlah pekerja yang
mengundurkan diri. Riset pada kecocokan orang-organisasi juga telah melihat apakah nilai-nilai
orang cocok dengan budaya organisasi. Kecocokan ini memprediksi kepuasan kerja, komitmen
pada organisasi, dan perputaran yang rendah.
Meskipun telah dikritik secara luas, MBTI mungkin masih bisa digunakan di
organisasi. Dalam pelatihan dan pengembangan, MBTI" bisa membantu karyawan
untuk secara lebih baik memahami diri mereka. Indikator ini membantu tim dengan
memudahkan anggota untuk saling mengenal. Selain itu, indikator ini juga bisa
membuka komunikasi dalam kelompok kerja dan berkemungkinan mengurangi
konflik.
BAB 3
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Apabila seseorang berada pada lingkungan yang baik dan beretika tinggi maka dapat
dipastikanakan beretika tinggi layaknya orang-orang yang berada, dan sebaliknya apabila
seseorang berada pada lingkungan yang beretika rendah maka dapat dipastikan pula akan
beretika layaknya orang-orang disekitarnya berada.Seseorang yang mempunyai kepribadian yang
unggul adalah seseorang yangsiap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebaliknya, seseorang dengan
kepribadian yang rendah adalah seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan.
Ada seseorang yangsemakin ditempa oleh tantangan dan cobaan menjadi semakin kuat dan
memiliki kepribadian yang dahsyat, namun ada pula seseorang yang semakin besar tantangan
dan cobaannya menjadi semakin terpuruk dan putus asa.Kepribadian adalah suatu sistem diri
dalam diri individu, sebagai wujud dari pengorganisasian dalam dirinya, yang mana sistem
tersebut bersifat dinamis mengikuti keadaan mental seseorang, dan bersifat unik atau khas.
kepribadian adalah suatu perpaduan yang utuh antara sikap, sifat, pola pikir, emosi, serta juga
nilai-nilai yang mempengaruhi individu tersebut agar berbuat sesuatu yang benar sesuai dengan
lingkungannya.Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada
diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian
pemalu”.Koentjaraningrat Kepribadian adalah sebagai susunan dari unsur- unsur akal dan jiwa
yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu yang berada pada setiap individu.
Pemahaman bahwa nilai individual berbeda tetapi cenderung mencerminkan nilai social pada
periode dimana individu tumbuh dapat menjadi sebuah masukan yang berharga dalam
menjelaskan dan memprediksi perilaku. Bila dibandingkan pada orang tua mereka, pekerja yang
usia 30-an kemungkinan besar menolak keras jika harus bekerja pada akhir pekan dan lebih
mudah meninggalkan pekerjaan pada karier menengah untuk mengejar karier lain yang
memberikan lebih banyak waktu luang.Dengan fakta ini, nilai yang dimiliki oleh individu yang
berada pada posisi manajemen menengah dan atas harus memiliki kaitan dengan seluruh iklim
etis dalam sebuah organisasi.Kolektivisme menekankan kerangka social yang kuat dimana
individu mengharap individu lain dalam kelompok mereka untuk menjaga dan melindungi
mereka.Tingkatan dimana kultur lebih menyukai peran- peran maskulin tradisioanal seperti
pencapaian, kekuatan, dan pengendalian versus kultur yang memandang pria dan wanita
memiliki kedudukan yang sejajar.Penilaian maskulinitas yang tinggi menunjukkan bahwa
terdapat peran yang terpisah untuk pria dan wanita, dengan pria yang mendominasi.Orang yang
mempunyai tipe kepribadian ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat
akademik Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada
mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah, berorientasi pada tugas, tidak
sosial.Membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-
nilai dan sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat intraseptif.
Terkait dengan upaya di tempat kerja, terdapat bukti yang impresif bahwa individu yang
mendapat nilai tinggi dalam sikap berhati-hati, ekstraversi, dan stabilitas emosi cenderung
merupakan karyawan yang bermotivasi tinggi," "Tentu saja, faktor-faktor situasional perlu
dipertimbangkan." Sebagai contoh, individu yang mementingkan imajinasi, kemerdekaan, dan
kebebasan cenderung tidak cocok dengan sebuah organisasi yang menerapkan ketaatan kepada
para karyawannya. Hal ini memberi alasan bagi para manajer untuk berusaha keras selama
penyeleksian karyawan guna mencari kandidat yang tidak hanya memiliki kemampuan,
pengalaman, dan motivasi untuk bekerja tetapi juga sistem nilai yang sesuai dengan sistem nilai
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kepribadian#:~:text=Karakteristik%20yang%20umumnya
%20melekat%20dalam,%2C%20disebut%20sifat%2Dsifat%20kepribadian.
https://www.kompas.com/skola/read/2023/02/28/230000769/pengertian-kepribadian-
menurut-ahli-?
amp=1&page=2&_gl=1*1bgjgfr*_ga*YW1wLTNqUVc2enhXS1FoSncxd1FYelhPdEVvSUJCeFMzb
0lBV3h3UG9WTkg4d1JzTFlIaG55b2M2TFpGekdCR1NtUmo.
-tephen P2 robbins2 perilaku organisasi8 salema empat8 $"">2 5akarta,,,0*etik0/om,,,0 Googl
e0/om http:HHone0in*oskripsi0/omH5u*ul3skripsi3tugas3
makalahHperilakuorganisasi
Hhttp:HHi*0,ikipe*ia0orgH,ikiHorganisasi
http:HHi*0,ikipe*ia0orgH,ikiHkepria*ian
http:HHtranslate0googleuser/ontent0/omHtranslateI/9
https://www.academia.edu/37350830/MAKALAH_KEPRIBADIAN_DAN_NILAI
https://id.scribd.com/document/431011479/Makalah-Po-Kepribadian-Dan-Nilai
http://myckonotes.blogspot.com/2017/11/motivasi-dalam-perilaku-organisasi.html?m=1. Akses
tanggal 05 Desember 2020
https://vianisily.wordpress.com/2015/04/30/perilaku-keorganisasian-sikap-dan-kepribadian,
Akses tanggal 05 Desember 2020
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/faktor-pembentuk-kepribadian-apa-saja-12169/
#:~:text=Seperti%20telah%20diungkapkan%20sebelumnya%2C%20bahwa,kelompok%2C
%20pengalaman%20unik%20dan%20kebudayaan.
https://grafologiindonesia.com/teori-kepribadian-id-ego-superego-menurut-sigmund-freud/
https://sumbarprov.go.id/home/news/6006-kepribadian-dalam-organisasi
https://www.academia.edu/38234857/Kepribadian_dan_Nilai
5ahmat, 9. 6$7"(#. Pengaruh 0ipe %epribadian dan %ualitas Persahabatan
Dengan %epercayaan Pada 5emaa Akhir 6Mahasiswa Psikolog
i ?ni2ersitas Mulawarman#.
e-Journal Psikologi
, $7*-$"*.5 a m d h a n i , + . 6 $ 7 7 # . A p a k a h % e p r i b a d i a M e n e n t u k a n
P e m i l i h a n M e d i a %omunikasi H Metaanalisis 0erhadap /ubungan %epribadian EItra2ersion, +
euroticism, dan Bpenness to EIperience dengan Penggunaan Email.
Jurnal Psikologi Volume : 34 No!Perilaku "rganisasi
8akarta! SalembaEmpat.S u p r a n o t o , / . 6 $ 7 " ) # . = m p l e m e n t a s i P e n d i d i k a n
% a r a k t e r & a n g s a D a l a m Pembelaaran SMA.
https://id.scribd.com/document/520599709/Ringkasan-dan-Implikasi-bagi-Manajer
https://www.coursehero.com/file/p5b5sg6/Implikasinya-para-manajer-harus-memikirkan-
cara-yang-paling-tepat-dalam/
http://e-journal.uajy.ac.id/6893/7/MM601880.pdf
https://dokumen.tips/documents/ringkasan-dan-implikasi-untuk-manager.html
https://sumbarprov.go.id/home/news/6006-kepribadian-dalam-organisasi
https://www.slideshare.net/rarabintraameliaii/sifat-kepribadian-utama-yang-
mempengaruhi-perilaku-organisasi
https://saragih.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2015/09/3-KEPRIBADIAN-EMOSI-3-.pdf
https://id.scribd.com/presentation/540692261/Perilaku-Organisasi-modul-9