Cohen atau disebut dengan The Democratic Paradox (Cohen, 1971 : 72). Adalah suatu hal yang sangat mustahil apabila organisasi yang otoriter dapat diubah menjadi organisasi yang lebih demokratis oleh pimpinan yang otoriter dengan memerintahkan bawahannya untuk berbuat lebih demokratis. Di India, berdasarkan penuturan Cohen, komisi reformasi administrasi dipilih secara terpisah untuk menentramkan para pemilih sebelum pemilu dilangsungkan. Cara yang dipakai oleh pembaru di dalam merespons mandat dari pemerintah adalah dengan cara menetapkan pola organisasi dan pola kepamongprajaan. Walaupun dalam beberapa kultur berbicara membelakangi atasan dengan membalikkan badannya dianggap sebagai tindakan “bunuh diri”, namun untuk kultur lain tidaklah demikian. Karena reformasi merupakan suatu proses, maka hubungan antara pembaru dan kelompok sasaran menjadi isu yang sangat strategis dan sentral, tidak hanya pada awal pembentukan hubungan, tetapi pada tahap seorang pembaru memilih cara mempelajari masalah, mengumpulkan informasi, membuat kesimpulan dan rekomendasi. Ini berarti bahwa reformasi harus secara ajeg mengurangi dampak negative yang akan menimpa organisasinya melalui beberapa langkah dalam reformasi. Aspek lain dan reformasi sebagai proses adalah kebutuhan pendekatan penelitian kaji tindak (action research). Siklus kumpulan data, menemukan data, mengimplementasikan mengumpulkan data lagi untuk masalah baru, harus dibawa dalam setiap usaha reformasi. Tentunya terdapat beragam cara yang tak dapat dihitung jumlahnya untuk mengintroduksi perubahan sebelum reformasi berakhir. Pilihan proyek, eksperimen, konferensi dan lain sebagainya.