OLEH :
KELOMPOK 4
Kelas A (Ganjil)
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
Anggota Kelompok :
Adapun sejarah konsep GKM yang mulai muncul pada pertengahan abad ke-20. Gugus kendali
mutu mempunyai arti khusus dalam Total Quality Control (TQC) karena gugus kendali mutu
bagian dari TQC. QCC kelompok kecil yang biasanya terdiri atas 4-10 orang. Tahap
terbentuknya kelompok QCC:
1. Mulai menciptakan pola hubungan.
2. Mulai terjadi konflik.
3. Mulai membentuk norma.
4. Tahap berprestasi.
Sub bab selanjutnya yaitu tujuan, sasaran dan pokok kegiatan program GKM. Pembahasan
pertama mengenai tujuan GKM dalam perusahaan/organisasi:
a. Meningkatkan keterlibatan pegawai pada permasalahan pekerjaan dan upaya
penyelesaiannya,
b. Menggalang kerja sama kelompok lebih efektif,
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah,
d. Meningkatkan pengembangan SDM, pribadi, dan kepemimpinannya,
e. Menanamkan kesadaran bahwa mencegah lebih penting daripada memperbaiki,
f. Mengurangi kesalahan dan meningkatkan mutu,
g. Meningkatkan motivasi dan komunikasi dalam kelompok,
h. Menciptakan hubungan kerja antara atasan dan bawahan lebih serasi,
i. Meningkatkan pengendalian dan pengurangan biaya.
Tujuan GKM dengan Sasaran Program Quality Control Circle (QCC): Untuk mencapai
keberhasilan maka program QCC harus menetapkan sasaran yang jelas:
a. Pengembangan diri,
b. Pengembangan bersama,
c. Perbaikan mutu,
d. Perbaikan komunikasi dan sikap,
e. Pengembangan tim dan produktivitas kerja,
f. Mengurangi keluhan dan absensi,
g. Memperbaiki kedisiplinan dan partisipasi positif pegawai,
h. Meningkatkan loyalitas dan kepuasan pegawai,
i. Memperkuat kerja sama di antara semua tingkatan dalam perusahaan,
j. Meningkatkan efisiensi dan keselamatan kerja.
Selain tujuan GKM pada sub bab ini juga membahas sasaran program GKM untuk mencapai
keberhasilan program GKM harus menetapkan sasaran:
a. Pengembangan diri,
b. Pengembangan bersama,
c. Perbaikan mutu,
d. Perbaikan komunikasi dan sikap,
e. Pengembangan tim dan produktivitas kerja,
f. Mengurangi keluhan dan absensi,
g. Memperbaiki kedisiplinan dan partisipasi positif pegawai,
h. Meningkatkan loyalitas dan kepuasan pegawai,
i. Memperkuat kerja sama antar semua tingkatan dalam perusahaan,
j. Meningkatkan efisiensi dan keselamatan kerja.
Dan pada sub bab ini juga membahas pokok kegiatan program GKM:
a. Tema/proyek GKM apa saja yang dapat menarik perhatian dan menjadi bahan telaahannya.
b. Tema umumnya mengenai pekerjaan, sikap, dan lingkungan kerja.
c. Satu proyek dapat ditentukan dan dipilih untuk jangka waktu tertentu. Pilihan kemudian
diberitahukan kepada pimpinan.
d. Dijadikan proyek untuk ditelaah, namun yang penting proyek itu harus ada relevansinya
dengan kemajuan dan perbaikan kerja.
Ulasan BAB 30:
KONSEP KOMPETENSI
Pada bab 30 mengenai konsep kompetisi mempunyai tiga sub bab yaitu arti dan pentingnya
kompetensi, ruang lingkup kompetensi, serta aktivitas manajemn SDM.
Arti dan Pentingnya Kompetensi
Definisi kompetensi merupakan kombinasi dari tiga kawasan kemampuan manusia
secara terkombinasi: pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk meningkatkan kinerja.
Sebagai perbandingan, beberapa pengertian tentang kompetensi:
a. Konsep luas memuat kemampuan mentransfer keahlian dan kemampuan pada situasi
baru dalam wilayah kerja. Menyangkut organisasi dan pekerjaan, inovasi dan mengatasi
aktivitas personel yang dibutuhkan di tempat berkaitan dengan rekan kerja, manajer,
serta pelanggan, (Training Agency, 1988).
b. Dimensi perilaku yang mempengaruhi kinerja, (Woodruffe, 1990).
c. Karakteristik individu apapun yang dapat dihitung dan diukur secara konsisten, dapat
dibuktikan untuk membedakan secara signifikan antara kinerja yang efektif. (Spencer et
al., 1990).
d. Bakat, sifat, dan keahlian individu apapun yang dapat dibuktikan dapat dihubungkan
dengan kinerja yang efektif dan baik sekali, (Murphy, 1993); (Amstrong, 1996: 189).
e. Kemampuan perseorangan untuk melaksanakan pekerjaannya ditempat kerja dengan
memenuhi standar, (Civil Service College, 1997).
f. Kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu, (SK Mendiknas No.:
045/U/2002).
(Peraturan Pemerintah No. 101/2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Pegawai
Negeri Sipil).
SDM Dari berbagai definisi tersebut, disimpulkan kompetensi diindikasikan dengan kerja
yang minimal baik sebagai hasil penggunaan kemampuan. Kemampuan adalah hasil
penerapan dari kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku. Dengan
demikian:
1. Kapabilitas/kemampuan: hasil penerapan tiga kawasan kemampuan: pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
2. Kapabilitas/kemampuan: dasar untuk mencapai kompetensi, karena kemampuan disebut
kompetensi dasar.
3. Kompetensi dicapai sebagai hasil penggunaan kapabilitas/kemampuan.
4. Kompetensi melekat pada diri individu bukan pada jabatan formal.
5. Kompetensi diindikasikan dengan kualitas penyelesaian pekerjaan/kinerja minimal baik.
Bila seseorang mempunyai kinerja baik, lebih baik/baik sekali maka disebut mempunyai
kompetensi.
Ruang Lingkup Kompetensi
1. Kompetensi Teknis
Pengetahuan dan keahlian: untuk mencapai hasil yang telah disepakati, kemampuan
untuk memikirkan persoalan dan mencari alternatif baru.
2. Kompetensi Konseptual
Kemampuan melihat gambar besar untuk menguji berbagai pengandaian dan mengubah
perspektif.
3. Kompetensi untuk Hidup dalam Kebergantungan Kemampuan
Guna berinteraksi secara efektif dengan orang lain, termasuk kemampuan mendengar,
berkomunikasi, mendapat alternatif lain, kemampuan untuk melihat dan beroperasi
secara efektif dalam organisasi/sistem yang utuh, (Cover, Roger, dan Rabecca Merril,
1994).
Elemen Kompetensi:
1. Landasan kepribadian,
2. Pengetahuan ilmu dan keterampilan,
3. Kemampuan berkarya,
4. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai,
5. Pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai pilihan dalam berkarya.
Perencanaan dan pengelolaan SDM di lingkup apapun. Kompetensi SDM aparatur dalam
konteks penyelenggaraan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(SANKRI) diklasifikasikan dalam empat jenis kompetensi:
1. Kompetensi Teknik (Technical Competence): kompetensi mengenai bidang yang
menjaditugas pokok organisasi.
2. Kompetensi Manajerial (Managerial Competence): kompetensi yang ber kaitan dengan
berbagai kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam menangani tugas-tugas
organisasi.
3. Kompetensi Sosial (Social Competence): kemampuan melakukan komunikasi yang
dibutuhkan oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas pokok.
4. Kompetensi Intelektual/Strategik (Intelectual/Strategic Competence): kemam puan untuk
berpikir secara strategik dengan visi jauh ke depan, (SANKRI, 2003).
Aktivitas Manajemen SDM
Divisi SDM mempunyai peran strategis untuk meningkatkan kualitas SDM dan membangun
sistem manajemen kinerja. Divisi SDM memiliki kontribusi menentukan masa depan
organisasi melalui organisasi fungsional:
1. Pengawasan,
2. Pengarahan,
3. Pengendalian,
4. Pengembangan,
5. Kreativitas,
6. Fleksibilitas,
7. Manajemen produktif.
Komponen kompetensi:
Rancangan studi terbaik model kompetensi dengan menggunakan sampel terdiri 6 tahap:
1. Menetapkan kriteria kinerja efektif,
2. Mengidentifikasi kinerja sampel,
3. Mengumpulkan data,
4. Analisis data dan pengembangan model kompetensi,
5. Validasi model kompetensi,
6. Mempersiapkan penerapan model kompetensi, (L.Spencer & M Spencer).
1. Tahap pertama dan terpenting dalam studi kompetensi: menetapkan kriteria/ukuran untuk
menetapkan kinerja unggul/superior efektif dalam pekerjaan yang akan dipelajari.
2. Mengidentifikasi kriteria sampel
Kriteria efktivitas kinerja/penilaian yang dikembangkan dalam tahap satu digunakan untuk
mengidentifikasi kelompok yang secara jelas dapat di kategorikan: berkinerja unggul dan
berkinerja rata-rata.
3. Metode pengumpulan data bervariasi , menurut model kompetensi yang digunakan.
4. Analisis data dan pengembangan model kompetensi
5. Validasi model kompetisi
6. Mempersiapkan penerapan model kmpetensi.
E. Dimensi Kompetensi
Richard E. Boyatzis 1995 (dalam williams, 2002) membagi kompetensi dalam cluster/gugus
dan dimensi:
1. Kemampuan manajemen tujuan dan tidakan dimensi: efisiensi, perencanaan, in isiatif,
perhatian pada hal rinci, kontrol diri, dan fleksibilitas.
2. Kemampuan manajemen orang dimensi: empati, persuasiif, jaringan kerja, negosiasi, percaya
diri, ,manajmen kelompok/tim, pengembangan orang lain, dan komunikasi lisan.
3. Kemampuan logika analitis, dimensi: menggunakan konsep, pengakuan pola, pengembangan
teori, penggunaan teknologi, analisis kuantitatis, objjektivitas sosial, dan komunikasi tertulis.
Dulewicz, 1989 (dalam amstrong, 1995) membagi kopetensi dalam gugus dan diemensi:
Hary Schrroder, 1989 (dalam Williams, 2002) membagi kompetensi dalam gugus dan
dimensi:
Untuk lebih jelasnya, berikut tabel: pembagian kompetensi dalam gugus an pembagian
kompetensi dalam gugus dan dimensi:
Tabel 32.3
Pembagian Kompetensi dalam Gugus
Tabel 32. 3
Pembagian Kompetensi dalam Gugus
Tabel 32.4
Pembagian Kompetensi dalam Gugus dan dimensi
No Gugus Kompetensi Kelompok dimensi kompetensi
.
1. Berorientasi prestasi dan - Semangat untuk berprestasi dan mencapai target
tindakan kerja
- Perhatian terhadap kualitas dan ketelitian kerja
- Proaktif dan inisiatif
- Mencari informasi
2. Membantu dan melayani - Empati
orang lain - Berorientasi pelanggan
3. Kemampuan - Luasnya dampak dan pengaruh
mempengaruhi dan - Kesadaran berorganisasi
menciptakan dampak - Membangun hubungan kerja
4. Kemampuan Manajerial - Membangun hubungan kerja
- Mengembangkan orang lain
- Kemampuan mengarahkan/memberi perintah
- Kerja sama kelompok
- Memimpin kelompok
5. Kemampuan Kognisi - Berpikir analitis
- Berpikir konseptual
- Keahlian teknikal/profesional/maajerial
6. Kemampuan efektivitas - Pengendalian diri
organisasi - Percaya diri
- Fleksibilitas
- Komitmen organisasi
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah contoh jenis kompetensi, (Lembaga Administrasi
Negara, 2014).
1. Kompetensi umum
Kompetensi umum adalah kompetensi yang bersifat soft skills yang mencerminkan core-values
dan harus diiliki oleh seluruh pegawai tanpa membedakan jenjang pangkat dan jabatan. Dalam
draft katalog ini terdapat empat kompetensu umum yaitu:
a) Integritas
b) Pembelajaran berkelanjutan
c) Fokus pada pemangku kepentingan (Stakeholder)
d) Berorientasi pada kualitas
2. Kompetensi Kepemimpinan
Kompetensi kepemimpinan adlah kompetensi yang harus dimiliki ooleh pejabat struktural Eselon
I – IV agar mampu memimpin bawahannya secara efektif.
Kompetensi kepemimpinan terdiri atas :
Kompetensi Kepemimpinan
Leaders’Personal Leaders’ Interpersonal Leaders’ Competencies in
Effectiveness Competencies Managing Organization
1. Pengelolaan diri 1. Pemberian pengaruh 1. Pengambilan keputusan
2. Fleksibilitas 2. Bekerja sama dalam tim 2. Perencanaan dan pengelolaan
3. Berpikir kreatif 3. Kesadaran 3. Pengembangan bawahan/
4. Berpikir analitis dan 4. Komunikasi Organisasi Anak buah
sistematik 5. Negosiasi 4. Jejaring kerja
6. Pengelolaan konflik 5. Berorientasi Strategis
6. Kepemimpinan untuk
perubahan
3. Kompetensi Bidang/Teknis
Kompetensi teknis yang harus dimiliki pegawai berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap
perilaku untuk melaksanakan tugas sesuai bidang tugasnya.
Kemampuan sikap kreatif dan inovasi merupakan kompetensi individu yang sangat
penting dibutuhkan organisasi.
D. Metode Seleksi
Penilaian kompetensi seseorang dapat dilakukan dengan berbagai metode. Dapat dilihat
dari daftar berbagai metode penilaian kompetensi beserta urutan koefisien validitas terhadap
kinerja.
Model tes/seleksi dapat menggunakan alternatif: seleksi administrasi, tertulis
(pengetahuan), tes IQ, tes psikologi, tes bakat skolastik, tes kepribadian, tes kompetensi,
praktif lapangan, assesment center, wawancara, dan lain-lain.
E. Pelatihan Dan Pengembangan SDM
Pelatihan dan pengembangan SDM dengan bertumpu pada perilaku/kompetensi perlu
dilakukan dengan didampingi oleh basis ESQ (Emotion Spiritual Quotient). Pendekatan
kompetensi/perilaku dipandang akan lebih mendorong kesuksesan SDM dari sisi perilaku,
sedangan ESQ merupakan komponen etika dan moralitas. Dimensi logika, kompetensi, dan
etik serta moralitas, ketiganya harus diberikan perhatian dalam rangka pengembangan
pegawai. Model/pendekatan untuk meningkatkan ketiga potensi tersebut adalah dengan
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan, serta pemberdayaan.
1. Definisi Pelatihan
Pelatihan merupakan usaha yang direncanakan oleh perusahaan (organisasi) untuk
memfasilitasi pembelajaran kompetensi pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan,
(Noe, Raymood, 2002:4).
Kompetensi meliputi: pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dipandang
penting/berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai.
Tujuan utama pelatihan: agar pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dapat
diterapkan dalam aktivitas sehari-hari dalam lingkungan kerja.
Pelatihan merupakan segala kegiatan untuk meningkatkan kinerja individu/pegawai
sesuai dengan pekerjaan/jabatan yang dipegangnya atau berhubungan dengan tugas saat
ini, (Bernadin, 2003: 164).
Pelatihan: segala prosedur yang diinisiasi organisasi yang dimaksudkan untuk
membantu pembelajaran anggota organisasi yang diarahkan untuk berkontribusi pada
efektivitas organisasi, (Peter Blarney, 1991: XIX).
Pelatihan: proses terencana untuk memodifikasi sikap, pengetahuan, perilaku
keahlian melalui pengalaman pembelajaran untuk mencapai konerja efektif dalam suatu
aktivitas. Titik tekan pelatihan berada pada peningkatan keahlian/keterampilan yang
berhubungan langsung dengan kegiatan/pekerjaan yang ditangani. Dan lebih berjangka
waktu pendek.
Pengembangan merupakan kesempatan belajar untuk membantu individu/pegawai
dapat berkembang dalam jangka panjang. Perkembangan dapat berupa pendidikan
formal, pengalaman kerja, hubungan interpersonal atau penilaian personaliti, serta
kemampuan untuk membantu pegawai mempersiapkan masa depan.
Tabel 34.1
Perbandingan antara Pelatihan dan Pengembangan
Fokus Training Development
Saat ini Masa yang akan datang
- Penggunaan dari - Rendah - Tinggi
Pengalaman kerja - Persiapan pekerjaan/ - Persiapan untuk
- Tujuan jabatan saat ini perubahan
Partisipasi Dipersyaratkan Sukarela
F. Manajemen Karier
Secara personal, karier mengandung arti tingkat perkembangan/kemajuan seseorang
dalam memperoleh/mendapatkan jabatan dan kepangkatan/tugas. Orang yang memiliki
karier baik berarti dalam kehidupan dilingkungan kerjanya memperoleh jabatan/kepangkatan
yang ia harapkan/memperoleh prestasi kerja prestisius, didambahkan banyak orang. Dalam
perspektif organisasional, karier mengandung pengertian: alur jabatan yang dapat dilalui,
ditempuh, dikejar, atau didapatkan seseorang sesuai kompetensi jabatan dan persyaratan
organisasi. Dalam pengertian organisasional, karier berarti sistem organisasi yang terkait
arah pembinaan/pengembangan jabatan dalam organisasi, jabatan struktural (eselon), dan
jabatan fungsional.
Protean career (variasi karier) merupakan karier yang di dorong oleh individu itu
sendiri, bukan oleh organisasi, dan selalu disesuaikan dengan diri individu dan perubahan
lingkungannya.
Organisasi lebih berfungsi sebagai fasilitator yang member tantangan pekerjaan dan
format hubungan formal maupun informal dalam jaringan kerja. Banyak organisasi besar
telah memasuki era protean career, sebab kini masi disadari, bahwa dimasa depan karier
adalah proses kontinu bagi individu untuk menjadi lebih baik.
Inti protean career adalah:
1. Karier dikelola individu secara independen, bukan lagi dirancang organisasi.
2. Karier adalah jalan panjang dan akumulasi dari pengalaman, keterampilan, pembelajaran,
transisi, dan perubahan identitas.
3. Pengembangan: adalah pembelajaran terus menerus untuk mengembangkan kemampuan
kemandirian, relasional, temuan dalam tantangan pekerjaan.
4. Pengembangan bukan hanya di tempuh dalam pelatihan formal, pelatihan ulang/mobilitas
vertikal (promosi), melainkan proses pembelajaran dalam pekerjaan sehari-hari,
perluasan rentang tugas, dan pengdalaman intensitas tugas.
5. Yang harus dipenuhi oleh organisasi:
Tantangan penugasan,
Pengembangan hubungan,
Informasi sumber daya untuk pengembangan lain.
6. Resep perubahan yang sukses:
Pergerseran dan know how menuju how,
Dari job security menuju employ ability,
Dari karier organisasional career.
7. Tujuannya adalah sukses psikologis bagi organisasi dan individu. Tolak ukur
keberhasilan terletak pada dimensi pemberdayaan organisasional dan individual.
Manfaat manajemen karier:
Bagi pegawai:
1. Mengembangkan potensi kemampuan dan keterampilan,
2. Mengetahui jalur pengembangan karier dalam organisasi,
3. Mendapatkan pelatihan sesuai arah pengembangan karier,
4. Memperoleh kepuasan kerja yang lebih karena pekerjaan sesuai keinginan/minat
pegawai.
Bagi organisasi:
1. Meminimalkan tingkat keluar masuk pegawai,
2. Membantu terlaksananya program kaderiasasi,
3. Menempatkan orang sesuai potensi dan bakatnya,
4. Memperoleh informasi lengkap tentang kondisi pegawai yang dimiliki,
5. Meningkatkan kinerja pegawai.
G. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan salah satu tahapan dan manajemen kinerja. Tahapan ini
merupakan rangkaian dalam penilaian kinerja individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana
kontribusi individu SDM terhadap organisasi. Evaluasi kinerja merupakan proses untuk
menilai dan mengevaluasi kinerja perorangan. Evaluasi kinerja mendeskripsikan pertemuan
tahunan ketika pemimpin dan pegawai membicarakan kinerja pegawai, mendokumentasikan
kemajuan (sukses dan masalah), dan menerapkan pendekatan penyelesaian masalah tertentu
untuk mengatasi permasalahan.Penilaian prestasi kinerja proses meliputi:
1. Penetapan standar prestasi kerja,
2. Penilaian prestasi kerja aktual pegawai dalam hubungannya dengan standar,
3. Memberi umpan balik kepada pegawai dengan tujuan memotivasi tujuan orang untuk
menghilangkan kemerosotan prestasi kerja. Penilaian kinerja berfungsi untuk:
kompensasi/imbalan, rencana suksesi, disiplin, pelatihan dan pengembangan karier.
Manajemen kinerja memiliki tujuan fundamental:
1. Mencapai tingkat kinerja SDM organisasi yang tinggi dan terus menerus,
2. Mengembangkan sepenuhnya kapasitas dan potensi orang,
3. Menciptakan lingkungan agar potensi tersembunyi pegawai dapat direalisasikan,
4. Memperkuat/mengubah budaya organisai.
Ulasan BAB 35:
Kinerja Individu Dan Organisasi
A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Kinerja
Kinerja merupakan sinonim dengan perilaku, jadi Kinerja adalah seperangkat perilaku
yang relevan dengan tujuan organisasi atau unit organisasi tempat orang bekerja dan
diawasi oleh orang-orang tertentu yaitu seorang atasan atau pimpinan dan dukungan dari
organisasi.. Kinerja bukan konsekuensi atau hasil tindakan, melainkan tindakan itu sendiri.
Pengertian kinerja menurut tingkat kerja :
1. Kinerja organisasi merupakan pencapaian hasil (outcome) pada tingkat atau unit analisis
organisai. Kinerja pada tingkat organisai ini terkait tujuan organisasi, rancangan
organisasi, dan manajemen organisasi.
2. Kinerja proses merupakan tahapan dalam menghasilka produk atau pelayanan yang
dipengaruhi tujuan proses, rancangan proses, dan manajemen proses.
3. Kinerja individu atau pekrjaan merupakan pencapaian atau efektivitas tingkat pegawai
yang dipengaruhi tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, dan manajemen pekerjaan, serta
karakter individu.
f) Indikator kinerja organisasi yang dijadikan pedoman public dalam menyusun laporan
kinerja (SK. Kepala Lmebaga Administrasi Negara/LAN 2000)
- Masukan : segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksaan kegiatan dan program
dapat berjalan, contoh orang, dana, waktu, material, dll.
- Keluaran ; segala sesuatu berupa produk atau jasa sebagai hasil langsung dan
pelaksanaan suatu kegiatan program berdasarkan masukan yang digunakan.
- Hasil : segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan dan dapat
memenui kebutuhan dan harapan masyarakat.
- Dampak : ukuran tingkat pengaruh ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum
lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indicator dalam suatu kegiatan. (SK.
Kepala Lmebaga Administrasi Negara/LAN 2000)
Ulasan Bab 36:
Pengaruh Aspek Strategis Terhadap Kinerja
A. Aspek Kompetensi
Model kompetensi dalam hubungan variabek antara karakteristik individu dan perfromansi
kerja dapat dilihat pada gambar berikut:
MAKSUD TINDAKAN HASIL
(INTENT) (ACTION) (OUTCOME)
KARAKTER PERILAKU PENAMPILAN
PERSONAL KERJA
- Motive : dorongan
- Trait : sifat/watak
- Self Concept : citra diri
- Knowledge : pengetahuan
Kompetensi sebagai atribut kualitas SDM berpengaruh signifikan terhadap kinerja individu.
FAKTOR UTAMA
H. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kesempatan tentang kompetensi yang diperlukan untuk
suatu bidang pekerjaan oleh seluruh takeholder" di bidangnya. Dengan pernyataan lain, yang
dimaksud dengan standar kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus
dimiliki seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja sesuai unjuk kerja yang dipersyaratkan. Dengan dikuasainya
standar kompetensi oleh seseorang, yang bersangkutan akan mampu:
a. Mengerjakan suatu tugas/pekerjaan,
b. Mengelola pekerjaan agar dapat dilaksanakan
c. Mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu berbeda dengan rencana
semula,
d. Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah atau
melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda.
I. Perencanaan Karier Dan Suksesi
Sistem perencanaan SDM menyesuaikan dengan tujuan organisasi dan kebutuhan
pegawai. Cara terbaik menyesuaikan orang dan pekerjaan adalah melalui pemodelan
kompetensi.
1. Pegawai Yang Berubah
Bakat manajerial dan profesional yang dibutuhkan sering merefleksikan tuntutan
gaya bekerja yang berbeda secara dramatis, gaya bekerja dulunya menjadi ciri khas
budaya perusahaan itu.
a) Dampak Teknologi
Orang mencoba lebih menyesuaikan pilihan pekerjaannya dengan gaya hidup
yang lebih luas sehingga timbul sikap selektif terhadap pekerjaan mereka.
Orang mencari kesenangan di dalam pekerjaan mereka yang bertentangan dengan
sikap tradisional bahwa bekerja untuk menjalankan tugas.
Ada ketertarikan yang sedang tumbuh pada pekerjaan yang memberi pengakuan
dan kesuksesan, merespons kebutuhan untuk berprestasi dari "pegawai yang
berpengetahuan".
Hubungan profesional menjadi lebih erat daripada hubungan organisasi, yang
mengakibatkan gaya bekerja yang mendemonstrasikan "loyalitas terhadap profesi"
daripada loyalitas terhadap sepanjang hayat perusahaan.
b) Dampak Perubahan Jalur Karier
Model karier tradisional lambat laun mulai menghilang karena tekanan perubahan,
diasosiasikan dengan gerakan vertikal, yaitu pada jalur karier organisasi hierarki
dipandang sebagai menaiki tangga perusahaan, mencapai posisi puncak dari bangun
piramid.
2. Sistem Perencanaan SDM
Sistem perencanaan SDM merupakan cara yang dilakukan perusahaan untuk
menyelaraskan organisasi dan pegawai untuk mencapai tujuan.
3. Tuntutan Menggunakan Model Kompetensi
Penyesuaian orang dengan pekerjaan yang optimal tidaklah mudah, ketika pekerjaan
cenderung menjadi kompleks. Semakin kompleks pekerjaan, semakin sulit untuk
mengidentifikasi tugas terpenting dan kompetensi berkaitan keberhasilan.
4. Jalur Karier Berbasis Kompetensi
Alat sistem penyaluran karier berbasis kompetensi meliputi:
Deskripsi tugas yang dibutuhkan oleh target dan feeder job yang akhirnya terpilah
oleh keluarga jabatan,
Model kompetensi untuk sistem target dan feeder job,
Kamus deskripsi perilaku masing-masing kompetensi di dalam model,
Indikator kompetensi yang memberi materi untuk program evaluasi berbasis
kompetensi dan bank keterampilan yang terkomputerisasi.
Kolom profil kompetensi untuk perekrutan internal/eksternal dan seleksi kandidat.
Peta karier organisasi mengidentifikasi pekerjaan mana yang merupakan key
feeder untuk menuju posisi tingkat lebih tinggi.
Analisis celah kompetensi menunjukkan perbedaan utama yang dibutuhkan untuk
mengalir melalui sistem kerja untuk mencapai pekerjaan yang tingkatannya
lebih tinggi.
Rekomendasi untuk pelatihan/penyeleksian setiap kompetensi di jalur itu.
g. Penjamin Mutu
Nilai Prediksi
Atas sistem seleksi yang dijalankan beberapa bulan, kinerja orang harus
dinilai cermat untuk meyakinkan pegawai yang baru diterima dapat memberikan
hasil positif.
Keadilan
Cara terbaik untuk meyakinkan bahwa sistem seleksi dilaksanakan
transparan, dengan mengumpulkan informasi sistematis dalam: jenis kelamin,
kesukuan, ketidakmampuan calon pegawai, dan memantau keberhasilan seleksi
berhubungan dengan ciri individu yang tidak mempengaruhi keputusan seleksi.
h. Keefektifan Biaya
Biaya pelaksanaan sistem seleksi berdasarkan kompetensi lebih besar diimbangi
dengan keuntungan yang didapat.
O. SDM Profesional
Pengertian Profesional: Profesional berasal dari akar kata "professional", dalam kamus
Webster sebagai: "learned vocation", atau "Vocation that requires learning rather than work
with the hands" atau "One who engages in a learned vocational. Dari berbagai literatur,
diperoleh gambaran mengenai beberapa karakteristik "sikap profesional.
1. Dalam penyelesaian masalah, seorang profesional melakukan pendekatan secara ilmiah,
yakni: objektif, logik, sistematik, dan metodik (menggunakan metode) dapat dibuktikan
(berulang dengan hasil yang sama/reliable.
2. Karena berdasarkan ilmu (ilmiah), maka profesi dan sikap profesional dapat dipelajari.
Dibalik kemampuan profesi, pelaku banyak memanfaatkan hasil "pembelajaran" daripada
keterampilan tangan. Dibalik penguasaan kemampuan profesi, ada teori (ilmiah) yang
melatarbelakanginya.
3. Dengan "sikap profesional" dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana seseorang
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam "pekerjaan". nya, ia menggunakan
pendekatan, perumusan masalah, mencari latar belakang teoretis dari permasalahan yang
dihadapinya, meneliti faktor eksternal-internal yang mempengaruhi/dipengaruhi masalah
yang timbul, mengajukan beberapa hipotesis sampai pada kesimpulan penyelesaian
masalah secara sistematik dan metodik. Ini berlaku dan mendarah daging dalam tiap
pendekatan yang dilakukan oleh seorang profesional dalam menyelesaikan permasalahan
dalam pekerjaan/profesi.
Dari pendekatan melalui "batasan" dan "sikap" profesional, dapat dirumuskan bahwa
seseorang dapat disebut profesional apabila memenuhi syarat:
Memiliki "knowledge" yang diperlukan oleh profesi tersebut,
Memiliki "skill" yang diperlukan,
Senantiasa bersikap profesional.
Ulasan BAB 38:
PENILAIAN PRESTASI KERJA (KINERJA)
A. Pengertian penilaian kinerja
Membahas tentang penilaian kerja pastinya mengacu pada sistem formal dan terstruktur,
yang digunakan untuk mengukur, menilai, mempengaruhi sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku, hasil, termasuk tingkat ketidak hadiran. tujuannya untuk memperbaiki
kinerja yang dilakukan bagi pegawai, manajer atau divisi SDM, dan bagi perusahaan. istilah
dari penilaian kerja dalam review kinerja.
C. Kriteria penilai
1. Hal yang dapat berfungsi sebagai penilai dalam penilaian kinerja.
Atasan ( Langsung/ tidak langsung)
Bawahan langsung (Jika pegawai yang dinilai mempunyai bawahan langsung)
2. Umumnya pegawai hanya dinilai atasannya
3. Pegawai berada dalam keadaan tergantung atasannya, jika penilaian kinerja hanya
dilakukan atasan langsungnya.
4. Untuk menghindari/ meringankan keadaan kebergantungan, Dilakukan usaha lain dengan
mengadakan penilaian kinerja terbuka.