Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EVALUASI PELATIHAN SDM


Disusun untuk Memenuhi Tugas Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dosen : Dra. Komaria Pandia, Msi

DISUSUN OLEH :

1. ISSYAFIRA ALDIS SAKINANDA (170502004)


2. REZA ISNAINI (170502023)
3. NELVI NURUL HUDA (170502050)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang Evaluasi
Pelatihan SDM, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih.

Medan, 08 Oktober 2019

  
     Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam peningkatan, pegembangan, dan pembentukan sumber daya manusia dilakukan


melalui upaya pembinaan, pendidikan, dan pelatihan. Pelatihan pada hakikatnya mengandung
unsur-unsur pembinaan dan pendidikan. Pelatihan merupaka suatu fungsi manajemen yan
perlu dilaksanakan terus-menerus dalam rangka pembinaan sumber daya manusia dalam
suatu organisasi. Secara spesifik, proses pelatihan merupakan srangkaian tindakan atau upaya
yang dilaksanakan secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu. Setiap proses pelatihan
harus terarah untuk mencapai tujuan tertentu terkait dengan upaya pencapaian tujuan
organisasi.

Evaluasi merupakan suatu komponen dalam manajemen program pelatihan. Suatu kegiatan
pelatihan harus dimulai dan diakhiri dengan kegiatan evaluasi, sehingga proses pelatihan
dapat dinyatakan lengkap dan menyeluruh. Manajemen pelatihan memiliki karakteristik
tersendiri, dan evaluasi diarahkan untuk mengontrol ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi
dapat diketahui efektifitan dan efisiensi kegitan pelatihan yang telah dilaksanakan. Selain itu
evaluasi juga memberikan gambaran tentang tingkatan keberhasilan peserta, hambatan-
hambatan yang ada, kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dirasakan.

Evaluasi program pelatihan adalah usaha pengumpulan informasi dan penjajagan informasi
untuk mengetahui dan memutuskan cara yang efektif dalam menggunakan sumber-sumber
latihan yang tersedia guna mencapai tujuan pelatihan secara keseluruhan. Evaluasi pelatihan
mencoba mendapatkan informasi-informasi mengenai hasil-hasil program pelatihan,
kemudian menggunakan informasi itu dalam penilaian. Evaluasi pelatihan juga memasukkan
umpan balik dari peserta yang sangat membantu dalam memutuskan kebijakan mana yang
akan diambil untuk memperbaiki pelatihan.

1.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami apa itu
Evaluasi Pelatihan SDM yang ada pada sebuah organisasi terhadap
pengembangannya,pemanfaatan,serta efektivitas yang diterima oleh perusahaan serta untuk
penyerapan ilmu mata kuliah Pelatihan dan Pengembangan SDM khususnya dalam hal
peranan pelatihan dan pendidikan yang juga berperan pada pengembangan SDM yang
merupakan bagian dari Manajemen itu sendiri. Tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini
adalah melengkapi tugas dalam mata kuliah Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan menambah wawasan kami dalam menyusun makalah ini. Kegunaan praktis
yang merupakan sebagai hasil dari kemampuan yang ada dalam mempelajari teori – teori
yang kami dapatkan serta hasil studi dari riset pustaka.

1.3 Manfaat
1. Secara akademis sebagai bahan masukan yang didapat dari kajian literatur ilmiah bagi
instansi terkait tentang pentingnya peranan Pendidikan dan Pelatihan terhadap
Pengembangan SDM.
2. Sebagai bahan masukan yang dapat dimanfaatkan oleh penulis selanjutnya untuk
dikembangkan dalam penulisan makalah ini.
3. Menambah wawasan penulis dalam mengembangkan sumber daya manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Suharsimi Arikunto (2004 : 3) mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk


mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi
utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi
pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi
yang telah dilakukan.

Worthen dan Sanders (1987 : 1) mengemukakan bahwa evaluasi adalah mencari sesuatu
yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu
program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan
hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan
seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah
yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

Stufflebeam (Worthen dan Sanders, 1987 : 129) mengemukakan bahwa evaluasi


adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging
decision alternatives. Ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu : adanya sebuah
proses (process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing)
informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan (decision alternatives).

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa para


ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.
Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh
program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya
yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya
sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output melalui
suatu proses.
2.1.2. Pengertian Evaluasi Program

John L Herman (Tayibnapis, 2008 : 9) mengemukakan bahwa program adalah segala


sesuatu yang anda lakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau  manfaat. Dari
pengertian ini dapat ditarik benang merah bahwa semua perbuatan manusia yang darinya
diharapkan akan memperoleh hasil dan manfaat dapat disebut program.

Suharsimi Arikunto (2009 : 290) mengemukakan bahwa program dapat dipahami dalam


dua pengertian yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan
dengan rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian
hari. Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi
yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan ralisasi atau implementasi
dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu
organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka sebuah program adalah rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan secara waktu pelaksanaannya biasanya panjang.
Selain itu, sebuah program juga tidak hanya terdiri dari satu kegiatan melainkan rangkaian
kegiatan yang membentuk satu sistem yang saling terkait satu dengan lainnya dengan
melibatkan lebih dari satu orang untuk melaksanakannya.

Selanjutnya Isaac dan Michael (1981 : 6) mengemukakan bahwa sebuah program harus


diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dilaksanakan untuk melihat apakah program tersebut
berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada tiga tahap
rangkaian evaluasi program yaitu:

1. Menyatakan pertanyaan serta menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh,

2. Mencari data yang relevan dengan penelitian dan

3. Menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk


melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program tersebut.

Dengan demikian, maka evaluasi program dapat dimaknai sebagai sebuah proses untuk
mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui
efektifitas masing-masing komponennya melalui rangkain informasi yang diperoleh
evaluator.
2.2. Tujuan Evaluasi

Evaluasi memegang peranan penting dalam suatu program Worthen dan Sanders, 1987
(Tayibnapis, 2008 : 2) antara lain memberikan informasi yang dipakai sebagai dasar untuk:

1. Membuat kebijaksanaan dan keputusan,

2. Menilai hasil yang dicapai,

3. Menilai kurikulum,

4. Memberi kepercayaan

5. Memonitor dana yang telah diberikan,

6. Memperbaiki materi dan program.

Suharsimi Arikunto (2004 : 13), mengemukakan bahwa ada dua tujuan evaluasi yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara
keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.
Beberapa tujuan evaluasi diantaranya adalah;

1. Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa yang telah
dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu mendapat perhatian khusus.

2. Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi pada
penggunaan sumber daya yang dimiliki secara efesien dan ekonomis.

3. Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan dilihat dari


aspek-aspek tertentu.

2.3. Fungsi Evaluasi Program

Fungsi evaluasi menurut Scriven, 1967 (Tayibnapis, 2008: 4) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Formatif yaitu evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan
yang sedang berjalan (program, orang, produk, dsb).

2. Fungsi sumatif yaitu evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi


atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi,
kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi,
menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.

3. Fungsi diagnostik yaitu untuk mendiagnostik sebuah program.

Selanjutnya Stuffebeam (Tayibnapis, 2008: 4) juga mengemukakan fungsi evaluasi, yaitu


sebagai berikut:

1. Proactive Evaluation yaitu evaluasi program yang dilakukan untuk melayani


pemegang keputusan.

2. Retroactive Evaluation yaitu evaluasi program yang dilakukan untuk keperluan


pertanggung jawaban.

2.4 Konsep Pelatihan

2.4.1 Pengertian Pelatihan

Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian,


konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenga kera (Simamora:2006:273).
Menurut pasal I ayat 9 Undang-Undang No.13 Tahun 2003.

”Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,


serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada
tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan
pekerjaan.”

Oemar Hamalik (2007:10-11) mengemukakan bahwa pelatihan adalah suatu proses yang


meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk
pemberian bantuan kapada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan
dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam
bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu
organisasi. Dengan demikian dapat diuraikan bahwa:

1. Pelatihan adalah suatu proses,

2. Pelatihan dilaksanakan dengan sengaja,

3. Pelatihan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan,


4. Sasaran pelatihan adalah unsur ketenagakerjaan,

5. Pelatihan dilaksanakan oleh tenaga professional,

6. Pelatihan berlangsung dalam satuan waktu tertentu,

7. Pelatihan meningkatkan kemampuan kerja peserta, dan

8. Pelatihan harus berkenaan dengan pekerjaan tertentu.

2.4.2 Tujuan pelatihan

Tujuan diselenggarakan pelatihan (Simamora, 2006 : 276) diarahkan untuk membekali,


meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas dan kesejahteraan. Adapun tujuan-tujuannya sebagai berikut:

1. Memperbaiki kinerja karyawan-karyawannya yang bekerja karena kekurangan


keterampilan.

2. Memuktahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. Melalui


pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat megaplikasikan teknologi baru
secara efektif.

3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompeten dalam pekerjaan.

4. Membantu memecahkan masalah orperasional. Para manejer harus mencapai tujuan


mereka dengan kelangkaan dan kelimpahan sumber daya.

5. Mempersiapkan karyawan untuk promosi/ satu cara untuk menarik, menahan, dan
memotivasi karyawan.

6. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi,

7. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan.

2.4.3 Manfaat pelatihan

Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi.
Beberapa manfaat program pelatihan (Simamora, 2006:278) adalah:

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.


2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja
yang dapat diterima.

3. Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan.

4. Memenuhi kebutuhan perencanaan semberdaya manusia

5. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.

6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

Manfaat di atas membantu individu maupun organisasi. Program pelatihan yang efektif
adalah memberikan bantuan yang berharga dalam perencanaan karir dan sering dianggap
sebagai penyembuh penyakit organisasional. Apabila produktivitas tenaga kerja menurun
banyak manejer berfikir bahwa solusinya adalah pelatihan. Meskipun program pelatihan tidak
mengobati semua masalah organisasional, namun tentu saja program pelatihan itu berpotensi
untuk memperbaiki situasi tertentu sekiranya program dijalankan secara benar.

2.5 Evaluasi Program dan Penyelenggaraan Pelatihan

Evaluasi program pelatihan adalah usaha pengumpulan informasi dan penjajagan informasi
untuk mengetahui dan memutuskan cara yang efektif dalam menggunakan sumber-sumber
latihan yang tersedia guna mencapai tujuan pelatihan secara keseluruhan. Evaluasi pelatihan
mencoba mendapatkan informasi-informasi mengenai hasil-hasil program pelatihan,
kemudian menggunakan informasi itu dalam penilaian. Evaluasi pelatihan juga memasukkan
umpan balik dari peserta yang sangat membantu dalam memutuskan kebijakan mana yang
akan diambil untuk memperbaiki pelatihan tersebut. Dengan demikian maka evaluasi
program pelatihan harus dirancang bersamaan dengan “perancangan pelatihan” berdasarkan
pada perumusan tujuan.

Dalam “forum evaluasi program pelatihan” M. Nasrul (2009:39) mengemukakan tujuan


evaluasi pelatihan, diantaranya adalah:

1. Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai
tujuan, serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga
dapat dibuat langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

2. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran


saran serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.
3. Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan
terjadinya perilaku di kemudian hari.

4. Identifikasi kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan


pelatihan selanjutnya.

Evaluasi pelatihan merupakan bagian dari setiap proses atau tahapan pelatihan mulai dari
perencanaan, pelakasanaan dan tindak lanjut dari suatu pelatihan. Evaluasi pelatihan
menghendaki adanya umpan balik secara terus menerus, sehingga kegiatan evaluasi pelatihan
tidak hanya dapat dilakukan sekali pada akhir program. Setiap tahap pencapaian sasaran
merupakan tindakan evaluasi terhadap program pelatihan.

Selanjutnya M. Nasrul (2009:42) mengemukakan bahwa komponen-komponen yang perlu


dievaluasi dalam evaluasi pelatihan antara lain meliputi:

1. Pencapaian Tujuan dan Ketepatan Tujuan

Dalam evaluasi hendaknya dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan


pencapaian tujuan dan ketepatan tujuan. Artinya yaitu bahwa apakah pelatihan tersebut telah
mencapai tujuan yang diharapkan dan apakah tujuan tersebut tepat sesuai dengan kebutuhan
pelatihan.

2. Isi atau Materi Pelatihan

Dalam evaluasi akhir hendaknya dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan isi
atau materi pelatihan yang dibahas selama pelatihan berlangsung; yaitu antara lain apakah
materi yang dibahas sesuai dengan tujuan, apakah materi pelatihan terlalu sederhana, terlalu
sulit, terlalu teoritis dan lain sebagainya.

3. Fasilitator Pelatihan

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pengumpulan informasi tentang ‘fasilitator” yang
membantu proses terjadinya kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini perlu dilakukan
pengumpulan informasi yang menyangkut tentang keterampilan fasilitator, kemampuan
fasilitator dalam memfasilitasi pelatihan. Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain meliputi:

 Penguasaan dan kemampuan menggunakan metoda partisipatif,

 Penguasaan dan pemahaman terhadap materi pelatihan,


 Kemampuan melakukan komunikasi dan interakasi dengan peserta secara efektif,

 Kerjasama team fasilitator,

 Kemampuan penggunaan media dan sarana pelatihan secara efektif

 Peserta pelatihan

Pengumpulan informasi tentang peserta perlu juga dilakukan dalam evaluasi akhir untuk
mengetahui tingkat partisipasi peserta, perasaan peserta, kerjasama peserta dengan peserta
yang lain, kerjasama dengan fasilitator. Disamping itu, hal yang tidak kalah pentingnya
adalah kriteria peserta, apakah peserta yang terlibat dalam pelatihan sesuai dengan yang
diharapkan sebagaimana ditetapkan dalam kerangka acuan pelatihan, dan lain-lain.

4. Metodologi Pelatihan/ Efektifitas Pelatihan

Evaluasi pelatihan juga perlu mengumpulkan informasi tentang penggunaan dan pemanfaat
metoda dan efektifitasnya. Apakah metoda yang dipergunakan mampu mendorong
keterlibatan peserta, apakah metoda yang dipergunakan cocok dengan tujuan yang
diharapkan, apakah metoda yang dipergunakan sesuai dengan sifat isi materi pelatihan.

5. Penyelenggaraan Pelatihan

Penyelenggaraan pelatihan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelatihan yang


seringkali diabaikan. Pada umumnya, evaluasi penyelenggaraan lebih berfokus pada aspek
logistik. Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain meliputi:

 Komunikasi, yaitu bagaimana pemberitahuan atau undangan dipersiapkan oleh pihak


Ujian, merupakan salah satu jenis evaluasi penyelenggara, apakah undangan jelas dan
disertai dengan informasi yang dibutuhkan, biasanya dilengkapi dengan Kerangka
Acuan Pelatihan.

 Sarana dan Prasarana Pendukung pelatihan yang meliputi tempat pelatihan, baik
untuk diskusi pleno maupun untuk diskusi kelompok, konsumsi, akomodasi,
ketersediaan dan kesiapan bahan bahan yang diperlukan untuk peserta dan fasilitator,
kepanitiaan dan lain-lain.

Oemar Hamalik (2007:78) mengemukakan bahwa prosedur penyelenggaraan pelatihan


terdiri dari empat tahap, yaitu:
1. Tahap pendahuluan, merupakan tahap persiapan sebelum peserta melaksanakan
keseluruhan kegiatan. Pada tahap ini peserta melakukan kegiatan orientasi.

2. Tahap pengembangan, merupakan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
disusun oleh pelatih. Pada tahap ini peserta melakukan kegiatan-kegiatan diantaranya:

 Kegiatan tatap muka dengan tim pelatih yaitu melaksanakan kegiatan pelatihan sesuai
dengan yang telah direncanakan.

 Kegiatan berstruktur, sebagai tindak lanjut kegiatan tatap muka seperti: berdiskusi,
demonstrasi, eksperimen, dan lainnya.

 Kegiatan mandiri, mendalami dan memperluas penguasaan materi/ proyek, baik yang
bersumber dari bacaan atau pun kegiatan pelatihan.

 Seminar, sebagai media pertukaran informasi.

 Kunjungan instansional, sebagai studi perbandingan untuk perbaikan dan peningkatan


kerja.

 Laporan harian, sebagai monitoring.

 Karyawisata, sebagai penunjang kegian pelatihan.dll

3. Tahap kulminasi, merupakan tahap puncak kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dalam
bentuk:

 Pameran, dimaksudkan untuk mempertunjukkan secara menyeluruh semua produk


yang dihasilkan oleh peserta.

 Seminar akhir, dalam seminar akhir ini dibahas secara menyeluruh semua
pengalaman, kesan, dan berbagai masalah yang ditemui oleh peserta dan pembimbing
selama pelaksanaan program. Pada seminar akhir ini, berbagai teori yang menunjang
ditinjau dan dilihat relevansinya.

 Laporan individual, memuat semua pengalaman yang telah dilaksanakan peserta.

4. Tahap tindak lanjut, merupakan suatu tahap transisi, di mana berlangsungnya proses
penempatan dan pembinaan terhadap para lulusan pelatihan. Kesulitan mulai lebih terasa,
khususnya untuk menempatkan lulusan pelatihan sedangkan kesempatan kerja belum
tersedia. Dalam kondisi ini, dituntut keberanian dari pihak pengambil keputusan, misalnya
menyediakan suatu proyek cipta kerja dengan bantuan modal dan pembinaan manajemen
yang teratur dan terencana.

Suharsimi Arikunto (2004 : 23) mengemukakan bahwa evaluasi program mempunyai


ukuran keberhasilan, yang dikenal dengan istilah kriteria. Istilah kriteria dalam penilaian
dikenal dengan kata “tolak ukur” atau ”standar”. Kriteria adalah sesuatu yang digunakan
sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang diukur. Kriteria atau tolak ukur
bersifat jamak karena menunjukan batas atas dan batas bawah, sekaligus batas-batas di
antaranya. Dengan demikian, kriteria menunjukkan gradasi atau tingkatan, dan ditunjukan
dalam bentuk kata keadaan atau predikat.

Dasar dalam pembuatan standar atau kriteria adalah sumber pengambilan kriteria secara
keseluruhan. Dengan pengertian bahwa kriteria adalah suatu ukuran yang menjadi patokan
yang harus dicapai. Suharsimi Arikunto (2004 : 24) mengemukakan bahwa ada beberapa
sumber pembuatan kriteria, diantaranya yaitu:

1. Peraturan atau ketentuan yang sudah dikeluarkan berkenaan dengan kebijakan yang
bersangkutan atau ketentuan yang berlaku umum.

2. Buku pedoman atau petunjuk pelaksanaan (juklak).

3. Konsep atau teori-teori yang terdapat dalam buku-buku ilmiah.

4. Hasil penelitian yang sudah dipublikasikan atau diseminarkan.

5. Pertimbangan orang yang memiliki kelebihan dalam bidang yang sedang dievaluasi
(expert judgment).

6. Hasil kesepakatan kelompok/ tim atau beberapa orang yang mempunyai wawasan
tentang program yang dievaluasi.

7. Pemikiran sendiri (akal atau nalar sendiri).

Oemar Hamalik (2007:127) mengemukakan bahwa kriteria penilaian/ evaluasi program


pelatihan meliputi:

1. Kriteria penilaian masukan, kriteria ini bertalian dengan perencanaan program. Perangkat
kriteria yang dapat digunakan adalah:
 Tujuan perilaku yang dirumuskan secara operasional, rinci, mengacu pada perubahan
tingkah laku yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap,
berdasarkan atas data masyarakat, posisi perkembangan peserta, disiplin ilmu
manajemen, tujuan itu layak untuk dicapai, berdaya guna bagi fungsi-fungsi
pendidikan dan pelatihan, serta memperhatikan segi prioritas dan keseimbangan.

 Seleksi peserta, merupakan syarat untuk mempersiapkan tenaga lulusan, dilaksanakan


oleh lembaga Diklat, sesuai dengan kemampuan kelembagaan, dilaksanakan oleh
tenaga kepelatihan yang berpengalaman, berguna untuk rekrutmen, mencakup
berbagai aspek seperti: kemampuan akademik, tingkat kecerdasan, kematangan,
kesehatan, social, keterampilan berkomunikasi, dan minat serta motivasi belajar, dan
lain sebagainya.

 Isi program pelatihan, sesua dengan perkembangan IPTEK, memberi kemudahan


untuk menguasai unsur-unsur dalam peta pengetahuan, peta keterampilan, dan peta
sikap serta moral, bermakna bagi peserta untuk melaksanakan pekerjaan,
perkembangan pribadi yang seimbang, dan untuk kehidupan sehari-hari. Isi/ bahan
pelajaran mencakup pendidikan umum (kelompok dasar), pengajaran pokok/ kejuruan
(kelompok inti), dan pengajaran penunjang (pelengkap).

 Pemilihan dan penggunaan metode dan media, harus konsisten dengan tujuan yang
hendak dicapai, bahan pelajaran, kemampuan pelatih, dan kondisi lingkungan.

 Pembinaan, dilaksanakan terus-menerus dalam jangka panjang, membantu peserta


untuk memahami dirinya, bersifat luwes, menggunakan berbagai instrument
pengumpulan data, dan teknik langsung atau tidak langsung dengan prosedur
individual dan kelompok.

 Organisasi program pelatihan, meupakan program pelatihan professional, disusun


seimbang yang memadukan teori dan praktek, berdasarkan disiplin ilmu, berurutan,
berdasarkan sistematika tertentu.

 Koherensi, adalah keterkaitan antara unsur-unsur dalam suatu program pelatihan.

 Sumber manusia, adalah kesesuaian antara kemampuan tenaga pelaksanaan dalam


suatu program pelatihan.
 Persepsi pemakaian program, adalah reaksi dari pihak pemakai terhadap suatu
program pelatihan yang telah dilaksanakan.

 Persepsi penyediaan program, adalah sikap dan penilaian penyedia program terhadap
semua aspek program pelatihan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

 Efisiensi penggunaan biaya, adalah perbandingan antara biaya yang telah dianggarkan
dan dikeluarkan bagi produk yang diharapkan dengan tercapainya hasil yang nyata
setelah suatu program pelatihan dilaksanakan

 Kemampuan, adalah kemampuan suatu program pelatihan untuk menghasilkan


produk yang telah dirancang sebelumnya dengan makna tertentu.

 Dampak (impact), adalah efek lebih yang dicapai oleh suatu program dibandingkan
dengan tanpa pelaksanaan program tersebut atau dibandingkan dengan program-
program lainnya.

b. Kriteria eksternal

 Pengaruh kebijaksanaan, suatu program dikembangkan berdasarkan arahan


kebijaksanaan tertentu.

 Analisis keuntungan, berdasarkan biaya yang dikeluarkan (cost benefit analysis);


seberapa besar ketercapaian hasil program dibandingkan dengan pengeluaran biaya
untuk melaksanakan program tersebut.

 Efek pelipat ganda, yaitu efek suatu program tidak hanya terjadi pada satu kelompok
sasaran, tetapi juga dapat terjadi pada kelompok-kelompok sasaran lainnya.

3. Kriteria penilaian produk, penilaian terhadap produk suatu program pelatihan dilakukan
berdasarkan kriteria, sebagai berikut:

 Keinginan dan harapan, yaitu rasional tentang perlunya sumber-sumber untuk


memenuhi kebutuhan pemakai sehingga perlunya pengembangan produk tertentu.

 Kelayakan, adalah ukuran yang berkenaan dengan efisiensi administrastif


(pengelolaan) dan alokasi sumber-sumber (biaya).

 Efektivitas produk, adalah ukuran yang berkenaan dengan hakikat produk dan
penilaian pengaruh produk yang digunakan.
 Kedayagunaan, adalah ukuran yang berkenaan dengan kualitas produk berdasarkan
nilai-nilai yang terkandung dalam produk dan kemungkinan pelaksanaannya dalam
bidang-bidang lainnya.

2.6 Instrumen Evaluasi

Istilah evaluasi, pengukuran dan tes sering diartikan sama atau saling tertukar, namun
beberapa pemakai member arti yang berbeda bagi masing-masing istilah tersebut
oleh Worthen & Sanders (Tayibnapis, 2008: 189) sebagai berikut:

1. Tes ialah sejumlah pertanyaan yang diberikan untuk dijawab.

2. Pengukuran, lebih luas dari tes. Pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara di
samping dengan tes, antara lain dengan observasi, skala rating, cek list yang dapat
memberikan informasi dalam bentuk kuanitatif.

3. Evaluasi mencakup tes dan pengukuran, yaitu proses pengumpulan informasi untuk
membuat penilaian yang mana kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam membuat keputusan.

4. Observasi (pengamatan), yang dilakukan untuk melengkapi inormasi.

5. Anedotal Record (AR), catatan pelatih hasil pengamatan perilaku peserta yang


dianggap penting untuk dipertimbangkan, melengkapi hasil evaluasi dengan
instrument lainnya.

6. Rating Scale (RS), berbeda dengan AR yang tidak terstruktur. RS dapat memberikan


prosedur yang sistematik dalam mencatat dan melaporkan hasil evaluasi, hasil
observasi yang terstruktur, dan ada tingkatan yang dipilih.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Program adalah realisasi dari suatu kebijakan. Evaluasi program adalah upaya untuk
mengetahui tingkat keterlaksanaan program, atau untuk mengetahui implementasi dari suatu
kebijakan. Dengan demikian kegiatan evaluasi program mengacu pada tujuan sebagai ukuran
keberhasilan.

Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program
tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat dilihat
efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru sehubungan dengan program itu
tidak akan didukung oleh data. Oleh karena itu, evaluasi program bertujuan untuk
menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision
maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan
sebuah program.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi dan Safruddin, Cepi. (2004). Evaluasi Program Pendidikan Pedoman


Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan   Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. (2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu


Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Isaac, S & Michael, W. B. (1981). Handbook in Research and Evaluation. San Diego, C. A.:
Edits.

Nasrul, M. (2009). Evaluasi Program Pelatihan. [Online].


Tersedia: http://www.google.com[forum evaluasi program pelatihan]. [2 April 2012].

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan (PNPMAP).


(2009). Petunjuk Operasional Monitoring & Evaluasi Kegiatan Pelatihan BDS  Lembaga/
Individu. [Online]. Tersedia: www.google.com.[1-po-monev-bdsp-08-jan-09-2.pdf]. [2 April
2012].

Sirnamora, Henry. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Tayibnapis, Farida Yusuf. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi Untuk Program
Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Worthen, O. & James, R. Sanders. (1987). Educational Evaluation: Alternative Approaches


and Guidelines. New York: Longman Inc.

Anda mungkin juga menyukai