Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Konsep Evaluasi Program Pendidikan


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Evaluasi Program Pendidikan
Dosen Pengampu : Elga Novita Rizkinta, M.Pd

Di

Oleh Kelompok I

Nurlela (02200926)
Fitri (02200912)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
SUMATERA UTARA
BATU BARA
T.A 2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Elga Novita
Rizkinta, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Program
Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan yang begitu
banyak.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun pada makalah ini. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. Amiin.

Batu Bara, 31 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Program ....................................................... 2
B. Dasar-Dasar Evaluasi Program .................................................... 4
C. Tujuan evaluasi program ............................................................. 8
D. Manfaat Evaluasi Program ........................................................... 9
E. Evalator program ......................................................................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................. 13

B. Saran ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat
menggambarkan kemampuan para peseta didik yang dievaluasi. Kesalahan utama
yang sering terjadi di antara para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan
pada saat-saat tertentu, seperti pada akhir unit, pertengahan, dan atau akhir suatu
program pengajaran. Akibat yang terjadi adalah minimnya informasi tentang para
peseta didik sehingga menyebabkan banyaknya perlakuan pridiksi guru menjadi
bias dalam menentukan posisi mereka dalam kegiatan kelasnya. Evaluasi tidak
boleh dipandang sebagai kumpulan teknik-teknik saja tetapi lebih merupakan
sebuah proses yang berdasar pada prinsip- prinsip, yang menentukan dan
menjelaskan apa yang harus dinilai selalu mendapat prioritas dalam proses
evaluasi.Permasalahan pokok yang menarik untuk dijadikan obyek pembahasan
adalah dasar-dasar dan ruang lingkup evaluasi pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pengertian Evaluasi Program?
2. Apa Dasar-Dasar Evaluasi Program?
3. Apa Tujuan evaluasi program?
4. Apa saja Manfaat Evaluasi Program?
5. Apa itu evalator Program?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pengertian Evaluasi Program.
2. Untuk mengetahui Dasar-Dasar Evaluasi Program.
3. Untuk mengetahui Tujuan evaluasi program.
4. Untuk mengetahui Manfaat Evaluasi Program.
5. Untuk mengetahui pengertian dari evalator program.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Program


Pemahaman terhadap konsep menjadi suatu keniscayaan untuk
memperoleh pengertian yang bermakna. Sehingga objek kajian dan analisis
mampu untuk diakomodir sesuai dengan kajian dan harapan teoretis dan
pragmatisnya. Untuk memberikan pemahaman yang sama, diperlukan batasan
tentang evaluasi, program, pendidikan dan latihan. Sehingga arah kajian lebih
dipahami akan maksud dan tujuan kajian tulisan ini.
Evaluasi menurut Tayibnapis mengatakan, bahwa evaluasi adalah proses
yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. 1 Selain itu
ia juga mengutip pendapat Cronbach yang mendefinisikan evaluasi sebagai
perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada
selisih. Sementara yang dimaksud dengan program menurut Arikunto adalah:
a. Rencana.
b. Kegiatan yang direncanakan dengan seksama.
Menurut Tayibnapis program adalah segala sesuatu yang dicoba lakukan
seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Sedangkan
evaluasi dalam proses pengajaran memiliki dua makna, pertama penilaian
dikaitkan dengan hasil belajar, dan yang kedua memiliki makna yang lebih luas,
yaitu penilaian terhadap program secara menyeluruh.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan evaluasi program adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan program
tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan evaluasi program
itu adalah konstruksi struktur pengetahuan atau kemampuan untuk mengetahui
sampai sejauh mana kegiatan yang direncanakan secara seksama itu dapat
tercapai.
Setelah dikemukakan arti evaluasi program selanjutnya penulis
kemukakan batasan dari pendidikan dan latihan. Menurut Marimba pendidikan

1
Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 23.

2
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama. Selanjutnya di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 dikemukakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Price dalam bukunya Educational and Philosiphical Though
bahwa Educational is the process by which the nonphysical possessions of a
culture are presserved or increased in the rearing of the young or in the
instruction of adults. Pendidikan adalah proses di mana kekayaan budaya non
fisik dipelihara atau dikembangkan dalam mengasuh anak-anak atau mengajar
orang dewasa.
Konsep di atas tidak jauh berbeda dengan yang di kemukakan oleh
Kartono bahwa pendidikan atau paedagogi adalah kegiatan membimbing anak
manusia menuju pada kedewasaan dan kemandirian. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia didefinisikan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Flippo Education is concerned
with increassing general knowledge and understanding of our total environment,
pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan
pemahaman atas lingkungan kita secara menyuluruh.
Berdasarkan analisa para pakar di atas, pendidikan dapat dipahami sebagai
proses pengubahan menjadi skala prioritas utama untuk menjadikan objek didik
menjadi manusia yang berkualitas. Sebab pada semua aspek diri yang ada menjadi
fokus kajian pendidikan untuk di dewasakan. Artinya orang tidak tahu menjadi
tahu, orang tidak mampu melakukan kerja yang optimal dapat diubah menjadi
pekerja yang lebih optimal. Semua itu proses pendidikan. Jika diamati secara
teliti, dalam pendidikan itu terdapat proses latihan. Sebagian pakar menyebutkan
untuk mendewasakan manusia menjadi manusia dewasa yang berkualitas

3
dibutuhkan pendidikan dan latihan, sebagaimana tercantum dalam analisa Kamus
Besar Bahasa Indonesia dan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sedangkan latihan menurut Soeprihanto, adalah suatu
kegiatan untuk memperbaiki kemampuan seorang karyawan dengan cara
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawan dalam menjalankan suatu
pekerjaan.

B. Dasar-Dasar Evaluasi Program


Dasar-dasar evaluasi pendidikan, adalah tolok ukur yang dapat dijadikan
landasan dan pijakan kriteria untuk menilai dalam keberhasilan atau tidaknya
tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran dalam proses pen-
didikan. Thondike dan Hagen merinci tujuan evaluasi pendidikan dalam delapan
sasaran, yakni: pengajaran; hasil belajar; diagnosis dan usaha perbaikan; fungsi
penempatan; fungsi seleksi; bimbingan/penyuluhan; kurikulum; dan penilaian
kelembagaan. Dalam menentukan keberhasilan evaluasi pendidikan terhadap
kedelapan bidang ini, maka evaluasi setidaknya harus mengacu pada lima hal
yang sangat ewensi, yakni:
1. Dasar Keagamaan
Landasan agama merupakan landasan yang paling mendasari dari landasan
landasan evaluasi pendidikan, sebab landasan agama merupakan landasan yang
diciptakan oleh Allah SWT, yakni Tuhan yang Maha Kuasa. Landasan agama itu
berupa firman Allah SWT dalam kitab suci Al Qur’an dan Al Hadits berupa
risalah (tuntunan) yang dibawakan oleh Rasulullah (utusan Allah) yakni Nabi
Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam (SAW) untuk umat manusia, berisi
tentang tuntunantuntunan atau pedoman hidup manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akherat nanti, serta merupakan rahmat
bagi seluruh alam.
Islam adalah agama terakhir yang memiliki nilai-nilai ke-sempurnaan
tertinggi sebagai pedoman hidup dan kehidupan umat manusia. Agama Islam
dapat mampu menuntun semua dimensi kehidupan sebagai agama samawi.
Dengan demikian, adalah merupakan misi dan tugas utama pendidikan Islam
menyajikan kepada umat manusia petunjuk agama. Ini berarti bahwa khusus

4
dalam dunia pendidikan Islam, agamalah sebagai dasar dan atau pondasi segala-
galanya. Termasuk dalam hal ini, pijakan evaluasi pendidikan adalah ajaran
agama yang dalam implementasinya keberhasilan pendidikan harus diukur dan
dinilai berdasarkan normativitisme agama Islam. Setiap usaha mempunyai tujuan
yang hendak dicapai, usaha yang dilaksanakan dengan sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik. Pendidikan agama
Islam mempunyai tujuan yang akan dicapai yang merupakan hasil dari usaha
dimaksud. Agar usaha ini dapat diketahui hasilnya, maka dilakukan evaluasi. Di
sinilah, pentingnya evaluasi itu dilakukan berdasarkan bingkai agama dalam
upaya mem-bimbing, mengasuh anak atau peserta didik, agar mereka dapat
meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya.

2. Dasar Filosofis
Filsafat telah ada sejak manusia itu ada. Manusia sebagai mahluk sosial
dalam kehidupan bermasyarakat sudah memiliki gambaran dan cita- cita yang
mereka kejar dalam hidupnya, baik secara individu maupun secara kelompok.
Gambaran dan cita-cita itu makin lama makin berkembang sesuai dengan
perkembangan budaya mereka. Gambaran dan cita-cita itu yang mendasari adat
istiadat suatu suku atau bangsa, serta norma dan hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Demikan pula pendidikan yang berlangsung di suatu suku atau
bangsa tidak terlepas dari gambaran dan cita-cita. Hal ini yang memotivasi
masyarakat untuk menekankan aspek-aspek tertentu pada pendidikan agar dapat
memenuhi gambaran dan cita-cita mereka. Filsafat pendidikan ialah hasil
pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya memengenai
pendidikan.
Pendidikan yang berdasarkan filosofis diistilahkan dengan “Filsafat
Pendidikan”, yakni menggunakan sistem berfikir filsafat (penuh kebijaksanaan)
dalam menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Filsafat
pendidikan bertujuan menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang

5
bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya, serta hakikat
ilmu pendidikan. 2
Dengan mengetahui tujuan filsafat pendidikan sebagaimana disebutkan di
atas, yang antara lain adalah bertujuan untuk mengetahui hasil pendidikan, praktis
bahwa evaluasi pendidikan sangat dibutuhkan dengan mengacu pada hal-hal yang
bersifat filosofis. Di katakan demikian, karena dalam implementasinya nanti akan
muncul masalah-masalah yang kompleks dalam pendidikan, dan untuk
memecahkan masalah tersebut maka harus men-jadikan filsafat pendidikan
sebagai dasar dan pijakannya.
3. Dasar Sosiologis
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan sesama manusia, dan manusia itu
sendiri adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu saling berintergrasi
dalam masyarakat. Setiap masyarakat di suatu tempat mempunyai nilai dan
norma-norma yang berbeda dengan masyaakat di tempat lain. Kaitannya dengan
itu, maka evaluasi pendidikan harus berdasarkan pada nilai-nilai dan norma yang
ada di lingkungan masyarakat setempat. Ada sejumlah definisi tentang sosiologi,
meskipun berbeda-beda bentuk kalimatnya, semuanya memiliki makna yang
mirip. Pidarta menyatakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu
wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain. Sosiologi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut. Empiris, merupakan ide utama sosiologi sebagai ilmu. Sosiologi
bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di masyarakat. Teoretis,
merupakan peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk
budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada
generasi berikutnya. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus menerus
sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat
teori-teori itu akan berakumulasi mengarah kepada teori yang lebih baik. Non etis,
karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-
individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk. Sejalan
2
Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan; Suatu Pengantar (Cet.III; Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 5.

6
dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan, pada abad ke-20
sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang
diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ini ialah proses pendidikan yang bisa
mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia.
4. Dasar Psikologis
Psikologi merupakan ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa
manusia. Jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manausia,
yang selalu berada dan melekat pada manusia itu sendiri. Jiwa manusia
berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani, jiwa balita baru berkembang
sediit sekali sejajar dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sederhana
sekali. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya, dengan melalui
tahap-tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi
kejiwaan (psikis) maupun dari segi jasmani. Berdasarkan uraian di atas dapat
dipahami bahwa landasan psikologis pendidikan harus mempertimbangkan aspek
psikologis peserta didik, peserta didik harus dipandang sebagai subjek pendidikan
yang akan berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
mereka.
Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat perkembangan dan
pertumbuhan mereka. Pendidikan sangat terkait dengan psikologis, yakni
mentalitas atau kejiwaaan bagi si pendidik dan siterdidik. Masalah psikologis ini
sangat fundamental bagi setiap orang yang terlibat dalam dunia pendidikan.
Evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberi-kan pedoman atau pegangan
batin kepada peserta didik. Di samping itu, evaluasi pendidikan secara psikologis
akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik. Dengan
demikian secara psikologis evaluasi pendidikan dapat menjadi dasar acuan ke
mana harus bergerak menuju tujuan pendidikan.3

3
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Cet. V; Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2003), h. 9.

7
C. Tujuan Evaluasi Program
Tujuan Evaluasi program menurut Roswati adalah sebagai berikut:
1. Menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu program
dimasa depan
2. Penundaan pengambilan keputusan
3. Penggeseran tanggung jawab
4. Pembenaraan/justifikasi program
5. Memenuhi kebutuhan akreditasi
6. Laporan akutansi untuk pendanaan
7. Menjawab atas permintaan pemberi tugas, informasi yang diperlukan
8. Membantu staf mengembangkan program
9. Mempelajari dampak akibat yang tidak sesuai dengan rencana
10. Mengadakan usaha perbaikan bagi program yang sedang berjalan
11. Menilai manfaat dari program yang sedang berjalan
12. Memberikan masukan bagi program baru.

Menurut Endang Mulyatiningsih evaluasi program dilakukan dengan


tujuan untuk:
1. Menunjukan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program
yang sama di tempat lain.
2. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah
program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.
Terlihat dari beberapa paparan diatas dapat diketahui bahwa tujuan evaluasi
program adalah sebagai penelitian evaluatif karena selain untuk melakukan
penilaian dari olahan berbagai informasi yang didapatkan, evaluasi program juga
dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan. Maka, berbagai masukan
yang didapat dari evaluasi program sangat membantu dalam meningkatkan
kualitas suatu program karena menghasilkan rekomendasi dalam pengambilan
keputusan selanjutnya.

8
D. Manfaat Evaluasi Program
Arikunto dan Jabar menyatakan bahwa evaluasi program pendidikan
adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada lembaga secara
keseluruhan. Supervisi sekolah yang diartikan sebagai evalusi program dapat
disama artikan dengan validasi lembaga dan akreditasi. Pentingnya evaluasi
program di Instansi Pendidikan menurut Ashiong Munthe yakni:
1. Memberikan masukan apakah suatu program dihentikan atau dapat
diteruskan,
2. Memberitahuka prosedur mana yang perlu diperbaiki,
3. Memberitahukan strategi, atau teknik yang perlu dihilangkan atau diganti,
4. Memberikan masukan apakah program yang sama dapat diterapkan
ditempat lain,
5. Memberi masukan dana harus di alokasikan kemana,
6. Memberikan masukan apakah teori atau pendekatan tentang program dapat
diterima atai ditolak.
Menurut Prof. Dr Suharsimi manfaat evaluasi program sama artinya
dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi atau supervisi dimaksudkan untuk
mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah
dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian program,
melanjutkan program, dan menyebarluaskan program. Kemudian manfaat
evaluasi program lainnya adalah:
1. Berguna bagi pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan dari program
yang dilaksanakan
2. Menghentikan program karena dipandan program tersebut tidak ada
manfaatnya, atau tidak dapat telaksana sebagaimana diharapkan
3. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan
harapan terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit
4. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukan bahwa
segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberi hasil
yang bermanfaat.
5. Menyebarluaskan, karena program tersebut berhasil dengan baik maka
sangat baik jika dilaksanakan lag ditempat dan waktu yang lain.

9
Dari beberapa manfaat diatas lebih spesifiknya, manfaat evaluasi program
adalah instrumen yang berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan
dalam suatu lembaga atau instansi pendidikan. Apabila program tersebut baik dan
sudah sesuai maka dapat dilanjutkan akan tetapi jika program tersebut kurang
bermanfaat atau kurang sesuai maka alangkah baiknya program tersebut dapat
dihentikan.

E. Evaluator Program
Dalam mengevaluasi program tentunya ada seorang evaluator yang
melakukan evaluasi. Menurut Feurstein evaluator program adalah seorang yang
melakukan evaluasi atau yang memungkinkan terjadinya evaluasi. Hal ini senada
dengan penjelasan oleh Purwanto dan Suparman bahwa evaluator program orang
yang dipercaya pemilik program dan orang-orang yang berkepentingan dengan
program (stakeholder) untuk melaksanakan evaluasi. 4
Berdasarkan pengertian diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa
evaluator prgram adalah pihak dalam hal ini individu (biasanya berupa tim) yang
melakukan evaluasi terhadap suatu program yang tersebut bertanggung jawab
secara penuh terhadap hasil penilaian dari program yang dievaluasi. Namun perlu
diingat bahwa evaluator program tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan
tentang program, tetapi sekedar memberikan rekomendasi kepada pengambilan
keputusan, selanjutnya pihak pengambilan keputusan itulah yang menentukan
tindak lanjut.
Apabila ditelisik berdasarkan asal atau dari mana evaluator program, maka
dapat diklasifikasi atas dua jenis yaitu:
1. Evaluator Internal
Evaluator internal adalah individu yang menjadi evaluator suatu
program yang sekaligus merupakan salah seorang dari anggota dalam
program tesebut.5 Individu yang berasal dari satuan program yang

4
Purwanto dan Suparman, Evaluasi Program Diklat, (Jakarta STIA-IAN Press, 1999), h.
23.
5
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, (Medan:
Perdana Publishing, 2017), h. 24.

10
dievaluasi menjadi evaluasi internal memiliki kelebihan dan kelemahan
tersendiri.
Menurut Arikunto dan Jabar, kelebihan evaluator internal adalah:
a. Evaluator program memahami seluk beluk secara baik program yang
akan dievaluasi sehingga kehawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya
sasaran tidak perlu ada, dengan kata lain evaluasi tepat pada sasaran.
b. Oleh karena evaluator adalah orang dalam, pengambilan keputusan
tidak perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar evaluator
program
Kelemahan dari penggunaan evaluator internal dalam
mengevaluasi suatu program sebagai berikut:
a. Adanya unsur subjektivitas dari evaluator sehingga berusaha
menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluasi dan
menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan
baik pula. Dengan kata lain evaluator internal dapat dikhawatirkan akan
bertindak subjektif.
b. Oleh karena sudah memahami seluk beluk program, jika evaluator yang
ditunjuk kurang sabar, kegiatan evalausi akan dilaksanakan dengan
tergesa-gesa sehingga kurang cermat.

2. Evaluator Eksternal
Evaluator eksternal atau evaluator luar adalah individu yang tidak
terkait dengan kebijakan dan implemantasi program. Individu tersebut
berada diluar dan diminta oleh pengambilan keputusan untuk
mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan kebijakan yang
sudah diputuskan.
Menurut Arikunto dan Jabar, memaparkan kelebihan dan
kelemahan evaluator eksternal sebagai berikut:
a. Oleh dikarenakan tidak berkepentingan atas keberhasilan program maka
evaluator eksternal dapat bertindak secara objektif selama
melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apapun hasil
evaluasi, tidak akan ada respon emosional dari evaluator karena tidak

11
ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil,
kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan
kenyataan.
b. Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan mempertahankan kredibilitas
kemampuannya, dengan begitu evaluator eksternal akan bekerja secara
serius dan hati-hati.
Kelemahan penggunaan evaluator eksternal dalam melakukan
evaluasi suatu program adalah:
a. Evaluator eksternal adalah orang baru yang sebelumnya tidak mengenal
kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha
mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut setelah
mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Mungkin sekali pada waktu
mendapat penjelasan atau mempelajari isi kebijakan, ada hal-hal yang
kurang jelas, hal itu wajar karena evaluator eksternal tidak ikut dalam
proses kegiatannya. Dampak dari ketidakjelasan pemahaman tesebut
memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.
b. Pemborosan, pengambilan keputusan dan kebijkan dalam hal ini
bertindak sebagai sponsor harus mengeluarkan dana yang cukup banyak
untuk membayar evaluator eksternal tersebut.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi program adalah sebuah proses menguraikan, menjabarkan
informasi untuk menjelaskan dan memahami suatu program atau
menjustifikasi,menetapkan keputusan berkaitan dengan program tersebut.
Kemudian evaluasi program dapat juga bermaksa sebagai proses deskripsi,
pengumpulan data dan penyampaian informasi kepada pengambilan keputusan
yang akan dipakai untuk pertimbangan apakah program perlu diperbaiki,
dihentikan atau diteruskan. Secara spesifik evaluasi program merupakan salah
satu instrumen yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi
dijadikan acuan dalam merencanakan suatu program yang baru, apabila tidak
terdapat evaluasi program suatu organisasi atau lembaga tidak mempunyai tolak
ukur atau tidak dapat memperkirakan kemungkinan yang terjadi apakah program
tersebut sesuai atai kurang tepat untuk lembaga tersebut.

B. Saran
Evaluasi program merupakan elemen yang terpenting disebuah instansi
pendidikan, karena dengannya dapat membawa instansi pendidikan menjadi lebih
baik dan lebih baik lagi. Oleh karena itu sebagai agen of change yang akan
bergelut dalam bidang pendidikan perlu untuk memahami konsep dari evaluasi
program, maka dari itu semoga makalah yang kami sajikan ini dapat bermanfaat
bagi kami sebagai pihak penyusun dan teman-teman sekalian sebagai pihak
pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ananda dan Tien Rafida. 2017. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan. Medan:

Perdana Publishing.

Mudyahardjo, Redja. 2004. Filsafat Ilmu Pendidikan; Suatu Pengantar. Cet.III;

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suparman. 1999. Evaluasi Program Diklat. Jakarta STIA-IAN Press.

Tayibnafis, Yusuf.2000. Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta.

Thoha, M. Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Cet. V; Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai