Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah perusahaan untuk
mencapai tujuan dan sasarannya, karena sumber daya manusia merupakan salah satu faktor
penentu berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Salah satu yang
harus diperhatikan dalam mengelola sumber daya manusia adalah mengenai penempatan kerja
karyawan. Menurut Mathis dan Jackson (2006) penempatan adalah menempatkan posisi
seseorang ke posisi pekerjaan yang tepat, seberapa baik seorang karyawan cocok dengan
pekerjaannya akan mempengaruhi jumlah dan kualitas pekerjaan.
Perusahaan sangat membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas,
terutama di era globalisasi ini. Semua organisasi bisnis harus siap beradaptasi dan memperkuat
diri agar dapat bersaing sehingga mampu menjawab semua tantangan di masa yang akan datang.
Sumber daya manusia dalam hal ini adalah karyawan yang selalu berperan aktif dan dominan
dalam setiap kegiatan organisasi karena manusia sebagai perencana, pelaku serta penentu
terwujudnya tujuan.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah suatu proses menangani berbagai masalah
pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat
menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat berharga, maka perusahaan bertanggung
jawab untuk memelihara kualitas kehidupan kerja dan membina tenaga kerja agar bersedia
memberikan kontribusinya secara optimal untuk mencapai tujuan perusahaan.
Peranan sumber daya manusia menjadi semakin penting bila dikaitkan dengan perkembangan
global yang penuh dengan persaingan diantara organisasi. Salah satu cara yang dilakukan
organisasi dalam menghadapi persaingan yaitu dengan memberdayakan dan menggali seluruh
potensi SDM yang dimilikinya itu secara maksimal. Sejalan dengan hal tersebut, maka suatu
organisasi perlu meningkatkan perhatiannya terhadap kualitas karyawannya, baik perhatian dari
segi kualitas pengetahuan dan keterampilan, karir maupun tingkat kesejahteraannya, sehingga
dapat meningkatkan prestasi dan motivasi pegawai untuk memberikan seluruh kemampuannya
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Menyadari begitu pentingnya pengelolaan SDM dalam mencapai tujuan organisasi maka
perusahaan dan pimpinan perlu meningkatkan perhatiannya terhadap karyawan dalam upaya
meningkatkan prestasi kerjanya. Prestasi kerja karyawan sangat menentukan kemajuan suatu
perusahaan. Hal ini menjadi kewajiban seorang pimpinan untuk dapat menciptakan suasana yang
dapat mendukung terciptanya prestasi kerja yang tinggi dari karyawan. Prestasi kerja setiap
karyawan dapat diukur dengan melihat kuantitas dan kualitas kerja yang telah dilakukannya. Hal
ini dikemukakan oleh Rivai (2004) kinerja karyawan atau prestasi kerja karyawan merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan.
Pelatihan adalah proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan
dasar yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaannya. Pelatihan merupakan salah satu usaha
dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru
ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang
dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya, (Dessler, 2009).
Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup
menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi- sanksinya apabila ia melanggar
tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya, (Sastrohadiwiryo, 2003).
Kualitas Kerja seorang karyawan sangat mempengaruhi prestasinya di perusahaan, yang di
mana hal inilah yang menjadi bahan pertimbangan seorang atasan atau manajer dalam
memberikan penilaian. Kualitas kerja yang di maksud adalah di mana pada saat melakukan proses
kegiatan kerja, seorang karyawan mampu menunjukan kualitas SDM yang di milikinya dengan
memberikan kontribusi yang maksimal terhadap perusahaan tempat ia bekerja.
Prestasi kerja adalah suatu bentuk dari hasil kerja seorang karyawan, hasil kerja tersebut
nantinya akan dinilai oleh atasan maupun perusahaan. Dan tentunya jika seorang karyawan
mendapatkan prestasi yang baik dia akan mendapatkan penghargaan atau hadiah dari perusahaan
tempat ia bekerja. Prestasi kerja seorang karyawan tidak selamanya baik, ada yang bagus dan ada
juga yang buruk maka dari itu setiap karyawan suatu organisasi atau perusahaan pasti akan
berusaha untuk mendapatkan hasil kerja yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi saat ini pelaksanaan pelatihan yang dilakukan dalam meningkatkan
kompetensi dan kinerja karyawan?
2. Bagaimanakah rancangan konseptual model competency based training yang akan
diterapkan sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja
karyawan?
3. Bagaimana pelaksanaan dan penerapan model pelatihan competency based training dalam
meningkatkan kompetensi dan kinerja karyawan?
4. Apakah penerapan model pelatihan competency based training efektif dalam
meningkatkan kompetensi dan kinerja karyawan?
C. Tujuan
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengaplikasian
ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya dalam bidang manajemen sumber
daya manusia.
2. dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai panduan untuk pengelolaan sumber daya
manusia yang berkualitas sehingga bisa menghasilkan prestasi kerja yang optimal.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan bagi penelitian selanjutnya
serta sebagai pertimbangan bagi organisasi yang menghadapi masalah serupa.
D. Ruang Lingkup
Seperti yang telah diketahui oleh penulis sebelumnya, bahwa ilmu yang mempelajari tentang
sumber daya manusia sangatlah luas, untuk itu penulis merasa perlu menambahkan pembatas
masalah dalam penelitian ini. Pembatasan masalah oleh penulis dimaksudkan agar penelitian dapat
lebih terfokus pada variabel yang akan diteliti. Tujuan adanya pembatasan masalah ini agar ruang
lingkup penelitian tidak perlu luas untuk menghindari kesalahan dan penyimpangan dari pokok
permasalahan serta tujuan yang dicapai
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu six sigma juga memberikan nilai filosofi yang bertumpu pada beberapa konsep penting
(Evans, 2007: 4):
Selalu berpikir dalam kerangka proses bisnis utama serta kebutuhan pelanggan dengan tetap
berfokus pada tujuan strategis perusahaan.
Memusatkan perhatian pada para pendukung perusahaan yang bertanggung jawab
menyukseskan proyek-proyek penting, mendukung kerja kelompok, membantu mengatasi
keengganan untuk berubah dan menggalang sumber daya.
Menekankan sistem pengukuran yang bisa dikuantifikasi, seperti cacat persatu juta
kemungkinan (defects per million opportunities-dpmo) yang bisa diterapkan di setiap bagian
perusahaan.
Memastikan bahwa sistem pengukuran yang tetap teridentifikasi diawal setiap proses serta
memastikan bahwa sistem tersebut berfokus pada pencapaian bisnis sehingga dapat
memberikan sistem insentif dan akuntabilitas.
Menyediakan pelatihan menyeluruh yang diikuti dengan penugasan proyek untuk
meningkatkan profitabilitas, mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah, serta mencapai
pengurangan waktu siklus.
Menciptakan ahli-ahli peningkatan proses berkualifikasi tinggi yang dapat menerapkan aneka
alat untuk meningkatkan kinerja serta dapat memimpin tim.
Mencanangkan tujuan jangka panjang untuk perbaikan.
Dampak dari kualitas kehidupan kerja yang buruk salah satudiantaranya adalah timbulnya stress di
tempat kerja. Stess kerjamerupakan istilah umum yang menunjuk pada tekanan dan masalah
yangdialami oleh setiap orang dalam kehidupan kerjanya. Konsep stressmengandung dua makna yaitu
positif dan negatif. ;ika orang dapatmengatur atau mengelola stress dengan baik maka secara
psikologisakan menumbuhkan semangat dan moti)asi untuk bekerja. Sebaliknya jika stress terlalu
berlebihan akan menyebabkan terganggunya kesehatanbaik secara fisik maupun nonfisik.
Stress yang sering dikeluhkan orang biasanya merupakan suatuperasaan tegang atau tekanan
yang dialami ketika tuntutan yangdihadapkan melebihi kekuatan yang ada pada diri kita. Saat ini,
reaksistress pada umumnya berhubungan dengan ancaman finansial,emosional, mental, dan sosial.
oleh karena itu pimpinan suatu organisasi perlu mengelola stress agar karya&an mampu bekerja
produktif sehingga kinerja organisasi dapat dicapai secara maksimal.
Problem interpersonal dalam lingkungan kerja dapat terjadi terhadap resipien, kolega, dan
supervisor. individu yang mengalami burnout dapat membaca problem di tempat kerja ke rumah.
individu yang mengalami burnout cenderung menarik diri dari kontaksosial dan lebih buruk lagi jika
mengisolasi dirinya.Sikap negatif yang berkembang tidak hanya terjadi pada hubungan interpersonal
saja tetapi dapat pula terjadi pada pekerjaan atau pun organisasi. Sikap negatif dalam hubungan
interpersonal seperti dehumanisasi, tidak berperasaan, memisahkan diri,acuh tak acuh, sinis terhadap
resipien, merupakan karakteristik yang sering muncul pada penderita burnout.
Burnout dapat memperburuk kualitas kerja, bahkan dapat menyebabkan individu berhenti dari
pekerjaan, turnover tinggi dan juga absen, serta rendahnya produktivitas kerja menimbulkan masalah
bagi organisasi atau perusahaan karena burnout dapat muncul dalam bentuk komitmen kinerja
menurun, frustasi, penurunan semangat kerja, turnover, hilangnya dedikasi dan kreativitas individu.
Berikut ini beberapa cara meningkatkan kualitas kerja:
1. Tetapkan target atau tujuan yang jelas
Langkah ini adalah yang paling dasar. Tugas, tolok ukur, target, tenggat waktu, dan upah
setiap tenaga kerja harus jelas dan tertulis di dalam kontrak.
Kontrak antara pemberi kerja dan karyawan pun harus menguntungkan kedua belah pihak.
Dengan begitu, saat kontrak kerja disepakati, tenaga kerja akan memberikan kinerja terbaik
untuk perusahaan atau tempatnya bekerja.
Saat karyawan melampaui target kerjanya, membantu perusahaan mencapai tujuannya, dan
membuktikan kemampuannya, mereka harus diberi penghargaan. Sistem penghargaan
berbasis prestasi ini dapat membantu mendorong produktivitas.
4. Pelatihan berkelanjutan
Mendorong karyawan untuk berkembang adalah jalan terbaik untuk meningkatkan
produktivitasnya. Hal ini bukan dimaksudkan untuk menjebak karyawan melakukan tugas
yang belum pernah dikerjakan, melainkan menampung potensi karyawan untuk terus
berkembang.
Pihak perusahaan dapat berinvestasi atau membiayai karyawannya untuk mengikuti pelatihan
atau memberikan beasiswa pendidikan. Dengan cara ini, mereka akan menjadi aset atau
penerus perusahaan di masa depan dengan ilmu-ilmu baru yang didapatkannya.
6. Pelayanan kesehatan
Kesehatan tenaga kerja berperan besar dalam peningkatan produktivitas perusahaan.
Karyawan yang berada di tempat kerja dengan fasilitas kebugaran, rekreasi, dan peningkatan
nutrisi akan meningkatkan etos kerja yang lebih baik.
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Gambaran tingkat kualitas kehidupan kerja mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan di Divisi Pelayanan SDM.
2. Kualitas kehidupan kerja adalah tingkat individu individu yang merasa puas atas
kebutuhan kebutuhan penting mereka seperti kebutuhan untuk bebas dimana mereka
bekerja dalam suatu perusahaan.
3. Dalam dimensi kualitas kerja, lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kualitas
kerja. Jenis lingkungan kerja dibagi menjadi 2 yakni: lingkungan kerja fisik dan
lingkungan kerja non fisik.
4. Memberikan kompensasi merupakan salah satu cara untuk memastikan organisasi
dapat bekerja dengan penuh motivasi dan berkinerja tinggi serta juga penuh motivasi
dan berkinerja tinggi serta juga berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam
membentuk perilaku mempengaruhi kinerja.
5. Restrukturasi kerja merupakan sistem kerja yan mencakup pengawasan, penetapan
kerja terutama prosedur dalam pengembangan para pekerja dengan keterlibatan
pekerja.
DAFTAR PUSTAKA