Anda di halaman 1dari 5

1. Filosofi Mutu Menurut Joseph M.

Juran
Joseph M. Juran adalah seorang pelopor revolusi mutu di Jepang. Dia adalah
penulis dan editor sejumlah buku di antaranya, Juran’s Quality Control Handbook, Juran
on Planning for Quality, dan Juran on Leadership for Quality. Dia terkenal dengan ide
nya, yaitu “kesesuaian dengan tujuan dan manfaat”. Ide ini menunjukkan bahwa produk
atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi spesifikasinya, namun belum
tentu sesuai dengan tujuannya. Juran adalah seorang guru manajemen pertama dalam
menghadapi isu-isu manajaemen mutu yang lebih luas. Menurutnya, mutu atau kualitas
adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use). Ini berarti suatu produk atau jasa
hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.
Joseph M. Juran merupakan pelopor revolusi mutu di Jepang. Dia adalah penulis
dan editor beberapa buku termasuk Juran's Quality Control Handbook, Juran on
Planning for Quality dan Juran on Leadership for Quality. Dia terkenal dengan idenya
yang "kesesuaian dengan tujuan dan manfaat". Gagasan ini menunjukkan bahwa produk
atau jasa yang dihasilkan mungkin telah memenuhi persyaratan, tetapi belum tentu sesuai
dengan yang diinginkan. Juran adalah guru manajemen pertama yang menangani masalah
manajemen mutu yang lebih luas. Menurutnya, mutu adalah kegunaan. Artinya produk
atau jasa harus memenuhi kebutuhan atau harapan pengguna.
Juran mendefinisikan kualitas sebagai suatu yang cocok untuk digunakan (fitness
for use) yang mengandung pengertian bahwa suatu barang atau jasa juga harus dapat
memenuhi apa yang diharapkan oleh pemakainya. Dalam bukunya, Juran on Leadreship
for Quality, ia mengungkapkan Trilogi Juran sebagai berikut:
1) Quality Planning (perencanaan mutu), yakni suatu proses yang
mengidentifikasikan pelanggan, persyaratan pelanggan, fitur produk, dan jasa
yang diharapkan pelanggan, dan proses untuk menyampaikan produk atau jasa
dengan atribut yang benar dan memberikan fasilitas untuk mentransfer
pengetahuan ini kepada bagian produksi.
2) Quality Control (kendali mutu), yakni suatu proses produksi diuji dan dievaluasi
terhadap persyaratan-persyaratan asalnya yang diminta oleh pelanggan Masalah-
masalah dideteksi untuk kemudian diperbaiki.
3) Quality Improvement (peningkatan mutu), yang meliputi alokasi sumber daya,
memberikan tugas kepada seseorang untuk mendorong suatu proyek, pelatihan
yang digunakan untuk mendorong suatu proyek, dan membuat suatu struktur
umum yang permanen untuk meningkatkan mutu dan mempertahankan yang telah
dicapai.1
Keberhasilan peningkatan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan mensyaratkan komitmen dan dukungan manajemen atau kepemimpinan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menciptakan dan mengomunikasikan visi untuk
mengerakkan organisasi ke arah peningkatan berkelanjutan.2

Joseph Juran memiliki keyakinan bahwa masalah kualitas dapat ditelusuri sampai
pada keputusan-keputusan manajemen. Menurut Juran, 85% dari permasalahan-
permasalahan kualitas/mutu organisasi disebabkan karena proses-proses yang
dirancang dengan buruk. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan kualitas yang
baik seperti disebut Juran sebagai Strategic Quality Management yaitu proses
perbaikan kualitas.

2. Filosofi Mutu Menurut William Edwards Deming


Mutu berarti tidak ada cacat atau tanpa cacat (zero defect). Mutu dapat disebut
sesuatu yang dianggap sangat penting karena dapat menunjukkan keunggulannya sendiri.
W. Edward Deming menyebutkan bahwa mutu merupakan kesesuaian kebutuhan pasar
sehingga dapat memenuhi kepuasan pelanggan atau konsumen. William Edwards
Deming lahir pada 14 Oktober 1900 dan wafat pada 20 Desember 1993 M. W. Edwards
Deming merupakan seorang ahli statistik, profesor, penulis, dosen, dan konsultan. Sejak
1950 Deming mengajar manajemen tentang cara memperbaiki desain atau layanan,
kualitas produk, pengujian, penjualan, serta penerapan metode statistik. Edward Deming
selama ini dikenal sebagai The Father of Quality karena kontribusinya yang besar
terhadap bidang manajemen mutu. Menurut W. Edward Deming, mutu ialah kesesuaian
dengan kebutuhan pasar atau konsumen.3

1
Agus Zaenul Fitri, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (Malang : Madani, 2022), hlm.57
2
Ibid, hlm.59
3
Ibid, hlm.59
Pada pendekatan manajemen mutu pendidikan, W. Edwards Deming
mengemukakan beberapa poin pendekatan :
1. Menciptakan tujuan untuk perbaikan produk dan jasa
Sekolah harus membimbing peserta didik agar mempunyai tujuan ke
depannya. Tidak hanya menjadikan pandai dalam teori saja, namun juga pada
praktiknya agar bermanfaat dan berguna di lingkup masyarakat.
2. Melakukan evaluasi
Sekolah melaksanakan evaluasi secara terus menerus, tidak hanya pada akhir
ujian tetapi juga saat proses pembelajaran masih berlangsung.
3. Membuat strategi pembelajaran
Sekolah membentuk siswa menjadi siswa yang unggul dan guru agar
melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik.
4. Membentuk pelatihan kerja
Sekolah memanfaatkan teknologi supaya memiliki skill dan pemahaman yang
sama agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan nyaman,
5. Membentuk kepemimpinan
Kepemimpinan sangat diperlukan oleh suatu kelompok atau organisasi,
bahkan lembaga pendidikan, untuk dapat mencapai tujuan bersama.
6. Menghilangkan rasa takut
Timbal balik antara seluruh masyarakat sekolah satu dengan yang lainnya agar
setiap orang dapat bekerja secara efektif serta menghasilkan kinerja yang
maksimal.
7. Sifat keterbukaan
Kerja sama setiap anggota sangat penting guna menguraikan kendala-kendala
yang dialami antardepartemen.
Adapun, penghambat peningkatan mutu meliputi:
1) Tujuan yang kurang konsisten. dikarenakan tujuan sekolah yang masih
berubah-ubah;
2) Pola pikir jangka pendek, sekolah kurang mengikuti perkembangan dan
pertumbuhan pendidikan di setiap tahunya:
3) Rotasi kerja yang tinggi, dikarenakan pergantian, pemindahan guru dan
staf sehingga sulit mempertahankan konsistensi tujuan jangka panjang:
4) Bangunan dan atribut sekolah yang kurang layak pakai dan lingkungan
serta jadwal kerja yang buruk;
5) Prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau tidak ditaati:
6) Guru atau staf belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
mumpuni.4

Demikian pula pendapat Deming sebagaimana dikutip Kambey yang


menyatakan bahwa permasalahan utama kualitas/mutu secara mendasar
berkaitan dengan manajemen. Oleh karena itu, Deming mengemukakan 14
poin penting yang dapat menuntun manager mencapai perbaikan dalam
kualitas yaitu: 1) Menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa; 2)
Mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa diterima; 3) Berhenti
tergantung pada inspeksi massal; 4) menghentikan praktek penghargaan atas
dasar harga saja; 5) Secara tetap dan berkelanjutan memperbaiki sistem
produksi dan jasa; 6) Mengadakan pelatihan kerja modern; 7) Membentuk
kepemimpinan; 8) Menghilangkan ketakutan; 9) Singkirkan penghalang antar
depertemen; 10) Hilangkan/kurangi tujuan-tujuan, target jumlah pada pekerja;
11) Hilangkan manajemen berdasarkan sasaran; 12) Hilangkan rintangan yang
merendahkan pekerja berdasarkan penilaian; 13) Melembagakan program
pendidikan dan pelatihan; 14) Menciptakan struktur dalam manajemen puncak
yang dapat melaksanakan transformasi.5

Menerapkan konsep pendidikan bermutu tidaklah mudah, karena


implementasinya memerlukan komitmen untuk berubah. Proses dan pola pikir
lembaga pendidikan harus dibandingkan dengan perbaikan terus menerus
sekolah untuk memberikan layanan terbaik kepada siswa. Standarisasi
perawatan berkualitas tinggi yang berbeda sangat dibutuhkan dalam proses

4
Ibid, hlm.60-61
5
Daniel C. Kambey, Manajemen Kualitas Total dalam Pendidikan (Terjemahan Buku Total Quality Management,
Edward & Sallis), (Pascasarjana Universitas Negeri Manado, 2004), h. 36-38.
evaluasi kerja sama tim untuk dilaksanakan oleh semua pemangku
kepentingan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, Z.A. .2022. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Malang: Madani

Kambey, Daniel C., Manajemen Kualitas Total dalam Pendidikan (Terjemahan Buku Total
Quality Management, Edward & Sallis), Pascasarjana Universitas Negeri Manado, 2004.  

Anda mungkin juga menyukai