Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

MANAJEMEN MUTU TERPADU DRS. HASBULLAH, M.SI

PENERAPAN MANAJEMEN MUTU DALAM PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

JUMIATI 210101050084
RINI AMILIA 210101050155
ANNISA HANDAYANI 210101050327

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
TAHUN 2022 M/1443 H
A. PENDAHULUAN
Ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen
memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara
penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan manajerial. Yang dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang
upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efesien.
Perkembangan ilmu manajemen yang semakin pesat melahirkan sebuah
sistem manajemen yang baik. Institusi harus menyusun sistem mutu dalam bentuk
pedoman mutu, tertulis sebagai acuan bagi semua orang yang terlibat dalam
pencapaian standar-standar kinerja mutu yang ditetapkan.
TQM merupakan aktivitas yang berusaha untuk mengoptimalkan daya
saing organisasi melalui perbaikan yang terus-menerus atas
produk,jas,manusia,proses, dan lingkungan.
Penerapan sistem manajemen mutu harus diaudit secara berkala dalam
rangka memperoleh masukan untuk manajemen review untuk penyempurnaan
sistem itu sendiri.

B. PEMBAHASAN
1. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu.
Manfaat penerapan MMT adalah perbaikan, pelayanan, penguragan biaya,
dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam system manajemen dan
kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Sebagai
tambahan, manfaat lain yang bisa dilihat adalah peningkatan keahlian, semangat
dan rasa percaya diri di kalangan staf pelayanan public, perbaikan hubungan
antara pemerintah dan masyarakatnya, peningkatan akuntabilitas dan transparansi
pemerintah serta peningkatan produktivitas dan efisiensi pelayanan publik.1
Gerakan perbaikan mutu dalam bidang pendidikan di dunia, sebenarnya
belum terlalu lama. Perintisan total quality management (TQM) dalam bidang
pendidikan diawali di amerika serikat pada akhir tahun 1980-an, diikuti oleh
1
Delvi Susanti Sikumbang, Rusdinal, Hade Arfiansyah, “ Implementasi Manajemen
Mutu Terpadu Dalam Pendidikan”

1
inggris. Peningkatan perhatian baru dimulai pada tahun 1990. Sejak berlakunya
‘’education reform act’’ pada tahun 1988, perhatian terhadap mutu pendidikan
mulai meningkat. 2
Penerapan manajemen mutu terpadu bukanlah suatu pendekatan yang
sifatnya langsung jadi atau hasilnya diperoleh dalam waktu sekejap.3 Kegiatan ini
merupakan sebuah proses jangka panjang yang membutuhkan perubahan
organisasi dan restrukturisasi yang tidak boleh kepalang tanggung. Komitmen
untuk berubah ke arah mutu yang lebih baik harus dipahami oleh semua level
manajemen dan harus didasari oleh kehendak mau berubah.
Hal yang lebih penting disamping kemauan mau berubah adalah
kenyamanan dalam melaksanakan peran dalam proses perubahan ini. Disamping
level manajer yang harus paham dan tahu tugasnya tentang perubahan ini, staf pun
harus tahu komitmen dari manajer mereka. Komitmen yang dideklarasikan secara
jelas akan memotivasi para staf untuk mau bersama–sama melakukan perubahan
bagi organisasi mereka secara sungguh-sungguh.4
Adapun dalam penerapan manajemen mutu terpadu juga membutuhkan
suatu proses yang sistematis banyak pakar yang mengemukakan pendapatnya
mengenai fase-fase atau tahap-tahap penerapan manajemen mutu terpadu.
Dalam jurnal hennie mengemukakan fase-fase penerapan yaitu menurut
cortada (1993), berpendapat ada 5 tahap transformasi yang dilalui oleh suatu
lembaga semenjak pertama memulai manajemen mutu hingga sukses sebagai
lembaga yang berkualitas unggul, yaitu:
a. Kesadaran awal: baru ada sedikit pengetahuan mengenai konsep-
konsep manajemen mutu terpadu
b. Penerpan sebagian: pengetahuan semakin berkembang
c. Aktivitas ekstensif: setiap orang telah memahami konsep manajemen
mutu terpadu

2
Buyung Syukron, “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu ( Studi Tranformatif Pada
Perguruan Tinggi)”, Jurnal Penelitian, Vol.10, No.2, Agustus 2016, Hal 246-247
3
Delvi Susanti Sikumbang, Rusdinal, Hade Arfiansyah, “ Implementasi Manajemen
Mutu Terpadu Dalam Pendidikan”
4
Buyung Syukron, “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu ( Studi Tranformatif Pada
Perguruan Tinggi)”, Jurnal Penelitian, Vol.10, No.2, Agustus 2016, Hal 247

2
d. Hasil-hasil nyata: integrasi sangat baik,
e. Terbaik dalam industri: integrasi total.
George dan weimerskirch (1994), menyatakan ada 6 fase utama dalam
implementasi manajemen mutu terpadu, yaitu:
a. Komitmen manajemen senior terhadap perubahan
b. Penilaian sistem perusahaan, baik secara internal maupun eksternal
c. Pelembagaan fokus pada pelanggan
d. Pelembagaan manajemen mutu terpadu dalam perencanaan strategik,
keterlibatan karyawan, manajemen proses, dan sistem pengukuran
e. Penyesuaian dan perluasan tujuan manajemen guna memenuhi dan
melampaui harapan pelanggan
f. Perbaikan atau penyempurnaan sistem. 5
Sementara itu goetsch dan davis (1994), memberikan klasifikasi fase
penerapan yang lebih rinci dan sistematis. Fase penerapan manajemen mutu
terpadu dikelompokkan menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase persiapan. Fase ini terdiri atas 10 langkah, yaitu:
1) Membentuk manajemen mutu terpadu steering committee,
2) Membentuk tim,
3) Pelatihan manajemen mutu terpadu,
4) Menyusun pernyataan visi dan prinsip sebagai pedoman,
5) Menyusun tujuan umum,
6) Komunikasi dan publikasi,
7) Identifikasi kekuatan dan kelemahan,
8) Identifikasi pendukung dan penolak,
9) Memperkirakan sikap karyawan,
10) Mengukur kepuasan pelanggan
b. Fase perencanaan:
1) Merencanakan pendekatan implementasi, kemudian menggunakan
siklus plan, do, check, and adjust,
5
Delvi Susanti Sikumbang, Rusdinal, Hade Arfiansyah, “ Implementasi Manajemen
Mutu Terpadu Dalam Pendidikan”

3
2) Identifikasi proyek,
3) Komposisi tim,
4) Pelatihan tim.
c. Fase pelaksanaan:
1) Penggiatan tim,
2) Umpan balik kepada steering committee,
3) Umpan balik dari pelanggan6
2. Syarat – Syarat TQM

Syarat-syarat yang dibutuhkan dalam menerapkan TQM, sebagai berikut,

a. Seluruh personel (peralatan sekolah) yang terlibat dalam proses


kegiatan (manajemen sekolah) harus memahami dan menyadari
pentingnya TQM, berkompeten, memiliki semangat yang baik dan
bertanggung jawab penuh atas penyelesaian pekerjaan. Peningkatan
kualitas dan efesiensi proses maupun kepuasan pelanggan tidak akan
tercapai tanpa adanya SDM yang berkualitas.
b. Manajemen kualitas produk (lulusan) TQM secara keseluruhan
dilakukan secara bertahap dan memerlukan serangkaian proses agar
setiap kelompok kerja (guru) dapat berfungsi dengan baik dalam satu
kesatuan kelompok pengendalian mutu.
Oleh karena itu, keterlibatan kelompok kerja sangat mendukung suatu
lembaga untuk melakukan peningkatan kualitas agar tercapainya
pelayanan yang terbaik untuk masyarakat tersendiri.
c. Semua yang ada dalam subsistem harus berupaya bekerja secara
efisien dan efektif dengan didukungnya sikap mental yang positif dari
setiap individu anggotanya. Sikap mental positif adalah kesanggupan
bekerja secara produktif dalam semangat kerjasama yang kuat, agar
tercapainya kualitas kerja yang baik. Semua anggota karyawan harus
berpartisipasi untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat, agar

6
Delvi Susanti Sikumbang, Rusdinal, Hade Arfiansyah ……

4
menghasilkan kualitas yang terbaik dan akhirnya layanan tersendiri
dapat mencapai tujuan kepuasan.
d. Sarana, prasarana, dan lingkungan kerja harus mendukung penerapan
TQM. Individu karyawan perlu memahami pekerjaan dengan baik dan
membantu membentuk pekerjaan agar produk/jasa (lulusan) yang
dihasilkan berkualitas tinggi7.

Dalam pengimplementasian TQM di sekolah juga harus mengikuti syarat-


syarat yang berlaku yaitu:

a. Sekolah harus secara terus menerus melakukan perbaikan mutu


produk(output) sehingga dapat memuaskan para pelanggan baik
eksternal maupun internal.
b. Memberikan kepuasan kepada warga sekolah, komite sekolah,
penyumbang dana pendidikan di sekolah tersebut.
c. Memiliki wawasan jauh kedepan.
d. Fokus utama ditujukan pada proses,kemudian baru menyusul hasil.
e. Menciptakan kondisi di mana setiap warga sekolah aktif berpartisipasi
dalam menciptakan keunggulan mutu.
f. Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif
memotivasi warga sekolah bukan dengan cara otoriter,sehingga
diperoleh suasana yang kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.
g. Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah
memberikan maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
h. Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan
pengalaman/pendapat.
i. Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga
pengawasan lebih mudah.

Sri Wahyuni Khoiriyah, “Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Melalui Total Quality
7

Management”,Jurnal al-Murabbi,Volume 7 Nomor 2 Juni 2022, h.216

5
j. Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama
dalam upaya peningkatan mutu8.
3. Hambatan dan Solusi Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

Mengingat manajemen mutu terpadu merupakan hal yang masih baru


dalam dunia pedidikan. Hal ini akan menimbulkan berbagai penolakan serta
membutuhkan sumber daya manusia untuk melaksanakan manajemen mutu
tersebut, serta menuntut adanya komitmen jangka panjang dari semua pihak.

Maka dari itu akan mmuncul hambatan-hambatan dalam


mengimplementasikan manajemen mutu terpadu di lembaga pendidikan, antara
lain:

a. Presepsi atau interpretasi guru dan tenaga kependidikan lainnya


terhadap perubahan akan mempengaruhi perubahan tersebut.
b. Belum adanya kebersamaan sikap terhadap kualitas.
c. Kesiapan Sumber daya manusia yang akan menjadi modal utama
dalam menjalankan program.

Berdasarkan uraian diatas maka kemungkinan dalam mengahadapi


hambatan penerapan manajemen mutu terpadu dapat dilakukan dengan cara
memupuk komitmen yang tinggi oleh semua anggota organisasi untuk melakukan
perubahan terhadap peningaktan kualitas. Dengan sikap komitmen tersebut akan
menimnbulkan kekuatan yang besar untuk menerapkan manajemen mutu terpadu
di sekolah agar dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan di sekolah. Oleh
karena itu, komitemen tersebut bersifat jangka panjang.9

8
Delvi Susanti Sikumbang, Rusdinal, Hade Afriansyah,” Implementasi Manajemen Mutu
Terpadu Dalam Pendidikan”, Universitas Negeri PadangIndonesia,h.03
9
Rivanur Sarah, Rusdinal, Hade Afriansyah, “Hambatan dalam Penerapan Manajemen
Mutu Terpadu (TQM) dalam Pendidikan dan Pemecahannya"

6
C. SIMPULAN

Penerapan manajemen mutu terpadu bukanlah suatu pendekatan yang


sifatnya langsung jadi atau hasilnya diperoleh dalam waktu sekejap. Kegiatan ini
merupakan sebuah proses jangka panjang yang membutuhkan perubahan
organisasi dan restrukturisasi yang tidak boleh kepalang tanggung. Komitmen
untuk berubah ke arah mutu yang lebih baik harus dipahami oleh semua level
manajemen dan harus didasari oleh kehendak mau berubah.

Sementara itu goetsch dan davis, memberikan klasifikasi Fase penerapan


manajemen mutu terpadu dikelompokkan menjadi tiga fase, yaitu:

a. Fase persiapan.
b. Fase perencanaan:
c. Fase pelaksanaan:
Syarat-syarat yang dibutuhkan dalam menerapkan TQM, sebagai berikut,

a. Seluruh personel yang terlibat harus memahami dan menyadari pentingnya


TQM.
b. Manajemen kualitas produk TQM secara keseluruhan dilakukan secara
bertahap.
c. Semua yang ada dalam subsistem harus berupaya bekerja secara efisien
dan efektif.
d. Sarana, prasarana, dan lingkungan kerja harus mendukung penerapan
TQM.

Hambatan dalam mengimplementasikan manajemen mutu terpadu:

1. Presepsi atau interpretasi guru dan tenaga kependidikan lainnya terhadap


perubahan akan mempengaruhi perubahan tersebut.
2. Belum adanya kebersamaan sikap terhadap kualitas
3. Kesiapan Sumber daya manusia yang akan menjadi modal utama dalam
menjalankan program.

7
DAFTAR PUSTAKA
Khoiriyah, Sri Wahyuni. “Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Melalui Total Quality
Management”. Jurnal al-Murabbi. Vol 7. No 2 .Juni 2022.

Sarah, Rivanur, Rusdinal, Hade Afriansyah. “Hambatan dalam Penerapan


Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Pendidikan dan Pemecahannya"

Sikumbang, Delvi Susanti, Rusdinal, Hade Afriansyah. “Implementasi


Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan”. Universitas Negeri Padang
Indonesia.

Sikumbang, Delvi Susanti, Rusdinal, Hade Arfiansyah. “ Implementasi


Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan”

Syukron, Buyung. “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu ( Studi Tranformatif


Pada Perguruan Tinggi)”. Jurnal Penelitian. Vol.10. No.2. Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai