Anda di halaman 1dari 5

1. Filosofi Mutu Menurut Joseph M.

Juran
Joseph M. Juran adalah seorang pelopor revolusi mutu di Jepang. Dia adalah
penulis dan editor sejumlah buku di antaranya, Juran’s Quality Control Handbook, Juran
on Planning for Quality, dan Juran on Leadership for Quality. Dia terkenal dengan ide
nya, yaitu “kesesuaian dengan tujuan dan manfaat”. Ide ini menunjukkan bahwa produk
atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi spesifikasinya, namun belum
tentu sesuai dengan tujuannya. Juran adalah seorang guru manajemen pertama dalam
menghadapi isu-isu manajaemen mutu yang lebih luas. Menurutnya, mutu atau kualitas
adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use). Ini berarti suatu produk atau jasa
hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.
Dia yakin, seperti Deming, bahwa kebanyakan masalah mutu dapat dikembalikan
pada masalah keputusan manajemen. Dengan demikian, menurut dia, 85% masalah
merupakan tanggung jawab manajemen, karena mereka memiliki 85% kontrol terhadap
sistem organisasi."
Juran mendefinisikan kualitas sebagai suatu yang cocok untuk digunakan (fitness
for use) yang mengandung pengertian bahwa suatu barang atau jasa juga harus dapat
memenuhi apa yang diharapkan oleh pemakainya. Dalam bukunya, Juran on Leadreship
for Quality, ia mengungkapkan Trilogi Juran sebagai berikut:
1) Quality Planning (perencanaan mutu), yakni suatu proses yang
mengidentifikasikan pelanggan, persyaratan pelanggan, fitur produk, dan jasa
yang diharapkan pelanggan, dan proses untuk menyampaikan produk atau jasa
dengan atribut yang benar dan memberikan fasilitas untuk mentransfer
pengetahuan ini kepada bagian produksi.
2) Quality Control (kendali mutu), yakni suatu proses produksi diuji dan dievaluasi
terhadap persyaratan-persyaratan asalnya yang diminta oleh pelanggan Masalah-
masalah dideteksi untuk kemudian diperbaiki.
3) Quality Improvement (peningkatan mutu), yang meliputi alokasi sumber daya,
memberikan tugas kepada seseorang untuk mendorong suatu proyek, pelatihan
yang digunakan untuk mendorong suatu proyek, dan membuat suatu struktur
umum yang permanen untuk meningkatkan mutu dan mempertahankan yang telah
dicapai.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan:
1. mengidentifikasikan proyek;
2. membangun insfratruktur:
3. membentuk tim:
4. melakukan pelatihan yang relevan:
5. diagnosa sebab-akibat
6. cara penanggulangan masalah
7. cara mencapai target sasaran.

Menurut Juran ada tiga langkah yang harus diambil pihak dinas pendidikan
arau lembaga yang terlibat di dalamnya. Ketiga kualitas tersebut di antaranya
adalah sebagai berikut:

1. Mencapai perbaikan struktur atas dasar kesinambungan yang dikombinasikan


dengan dedikasi dan keadaan mendesak;
2. Mengadakan program latihan secara khusus
3. Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkatmanajemen yang lebih
tinggi.

Ketiga langkah di atas merupakan hal wajib yang harus diambil oleh dinas
pendidikan atau lembaga yang terlibat di dalamnya guna mencapai kualitas mutu
dunia. Karena berhasil tidaknya sebuah lembaga tentu tidak terlepas dari peran
penting stakeholder yang ada di dalamnya. Jika tim mampu bekerja sama dengan
baik. tingkat keberhasilan dalam mencapai mutu akan tinggi. Sebaliknya, apabila
tim kurang diajak bekerja sama, tidak akan mencapai sesuai yang diharapkan.

Selain itu. Juran memberikan langkah-langkah untuk memperbaiki kualitas


dengan menggunakan sepuluh langkah:

1. Membentuk kesadaran akan kebutuhan atas perbaikan dan peluang untuk


melakukan perbaikan,
2. Menetapkan tujuan:
3. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
4. Menyediakan pelatihan:
5. Melaksanakan proyek-proyek yang bertujuan untuk memecahkan masalah;
6. Melaporkan perkembangan:
7. Memberikan penghargaan;
8. Mengomunisasikan hasil-hasil yang dicapai.
9. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang telah dicapai:
10. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sitem regular
perusahaan.

Keberhasilan peningkatan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan dan


harapan pelanggan mensyaratkan komitmen dan dukungan manajemen atau
kepemimpinan. Manajemen bertanggung jawab untuk menciptakan dan
mengomunikasikan visi untuk mengerakkan organisasi ke arah peningkatan
berkelanjutan.

2. Filosofi Mutu Menurut William Edwards Deming


Mutu berarti tidak ada cacat atau tanpa cacat (zero defect). Mutu dapat disebut
sesuatu yang dianggap sangat penting karena dapat menunjukkan keunggulannya sendiri.
W. Edward Deming menyebutkan bahwa mutu merupakan kesesuaian kebutuhan pasar
sehingga dapat memenuhi kepuasan pelanggan atau konsumen. William Edwards
Deming lahir pada 14 Oktober 1900 dan wafat pada 20 Desember 1993 M. W. Edwards
Deming merupakan seorang ahli statistik, profesor, penulis, dosen, dan konsultan. Sejak
1950 Deming mengajar manajemen tentang cara memperbaiki desain atau layanan,
kualitas produk, pengujian, penjualan, serta penerapan metode statistik. Edward Deming
selama ini dikenal sebagai The Father of Quality karena kontribusinya yang besar
terhadap bidang manajemen mutu. Menurut W. Edward Deming, mutu ialah kesesuaian
dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
Mutu dalam bidang pendidikan yakni sekolah merupakan perusahaan, sedangkan
output/barangnya adalah siswa lulusan dan lingkungan masyarakat merupakan konsumen
itu sendiri. Mutu yang baik ketika sekolah/perguruan tinggi tersebut memiliki proses
pendidikan dan pembelajaran yang baik sehingga menghasilkan lulusan terbaik yang
mampu memberikan kepuasan bagi lingkup masyarakat.
Pada pendekatan manajemen mutu pendidikan, W. Edwards Deming
mengemukakan beberapa poin pendekatan :
1. Menciptakan tujuan untuk perbaikan produk dan jasa
Sekolah harus membimbing peserta didik agar mempunyai tujuan ke
depannya. Tidak hanya menjadikan pandai dalam teori saja, namun juga pada
praktiknya agar bermanfaat dan berguna di lingkup masyarakat.
2. Melakukan evaluasi
Sekolah melaksanakan evaluasi secara terus menerus, tidak hanya pada akhir
ujian tetapi juga saat proses pembelajaran masih berlangsung.
3. Membuat strategi pembelajaran
Sekolah membentuk siswa menjadi siswa yang unggul dan guru agar
melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik.
4. Membentuk pelatihan kerja
Sekolah memanfaatkan teknologi supaya memiliki skill dan pemahaman yang
sama agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan nyaman,
5. Membentuk kepemimpinan
Kepemimpinan sangat diperlukan oleh suatu kelompok atau organisasi,
bahkan lembaga pendidikan, untuk dapat mencapai tujuan bersama.
6. Menghilangkan rasa takut
Timbal balik antara seluruh masyarakat sekolah satu dengan yang lainnya agar
setiap orang dapat bekerja secara efektif serta menghasilkan kinerja yang
maksimal.
7. Sifat keterbukaan
Kerja sama setiap anggota sangat penting guna menguraikan kendala-kendala
yang dialami antardepartemen.
Adapun, penghambat peningkatan mutu meliputi:
1) Tujuan yang kurang konsisten. dikarenakan tujuan sekolah yang masih
berubah-ubah;
2) Pola pikir jangka pendek, sekolah kurang mengikuti perkembangan dan
pertumbuhan pendidikan di setiap tahunya:
3) Rotasi kerja yang tinggi, dikarenakan pergantian, pemindahan guru dan
staf sehingga sulit mempertahankan konsistensi tujuan jangka panjang:
4) Bangunan dan atribut sekolah yang kurang layak pakai dan lingkungan
serta jadwal kerja yang buruk;
5) Prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau tidak ditaati:
6) Guru atau staf belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
mumpuni.

Penerapan konsep mutu pendidikan tidaklah mudah karena dalam


merealisasikannya perlu komitmen, dikarenakan terjadinya perubahan-
perubahan. Proses dan cara berpikir di lembaga pendidikan harus bertolok
ukur pada tujuan untuk perbaikan secara terus menerus di sekolah agar
terlaksana pelayanan terbaik bagi para siswa. Standarisasi dari berbagai
perlakuan bermutu sangat dibutuhkan untuk proses evaluasi kerjasama tim
agar dapat dijalankan oleh semua stakeholder yang ada di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai