Oleh :
Universitas Mahendradatta
Jl. Ken Arok No.12, Peguyangan, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali
80115
2020
BAB I
PENDAHULUAN
ISO 9001 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen Mutu /
kualitas. ISO 9001 menetapkan persyaratan – persyaratan dan rekomendasi untuk
desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu. ISO 9001 bukan
merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan – persyaratan
yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001 hanya
merupakan standar sistem manajemen kualitas.
Sebuah perusahaan atau organisasi yang telah diaudit dan disertifikasi sebagai
perusahaan yang memenuhi syarat-syarat dalam ISO 9001 berhak mencantumkan
label “ISO 9001 Certified” atau “ISO 9001 Registered“, meskipun standar-standar
ini pada mulanya untuk pabrik-pabrik, saat ini mereka telah diaplikasikan ke
berbagai perusahaan dan organisasi, termasuk perguruan tinggi dan universitas.
Kualitas produk secara langsung dipengaruhi oleh 9 bidang dasar atau 9M. Pada masa
sekarang ini industri disetiap bidang bergantung pada sejumlah besar kondisi yang
membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah dialami dalam periode
sebelumnya. (Feigenbaum,1992; 54-56)
1. Market (Pasar)
Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh pada laju yang
eksplosif. Konsumen diarahkan untuk mempercayai bahwa ada sebuah produk yang dapat
memenuhi hampir setiap kebutuhan. Pada masa sekarang konsumen meminta dan
memperoleh produk yang lebih baik memenuhi ini. Pasar menjadi lebih besar ruang
lingkupnya dan secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang yang ditawarkan.
Dengan bertambahnya perusahaan, pasar menjadi bersifat internasional dan mendunia..
Akhirnya bisnis harus lebih fleksibel dan mampu berubah arah dengan cepat.
2. Money (Uang)
Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang bersamaan dengan fluktuasi ekonomi
dunia telah menurunkan batas (marjin) laba. Pada waktu yang bersamaan, kebutuhan akan
otomasi dan pemekanisan mendorong pengeluaran mendorong pengeluaran biaya yang besar
untuk proses danperlengkapan yang baru. Penambahan investasi pabrik, harus dibayar
melalui naiknya produktivitas, menimbulkan kerugian yang besar dalam memproduksi
disebabkan oleh barang afrikan dan pengulang kerjaan yangsangat serius. Kenyataan ini
memfokuskan perhatian pada manajer pada bidang biaya kualitas sebagai salah satu dari
“titik lunak” tempat biayaoperasi dan kerugian dapat diturunkan untuk memperbaiki laba.
3. Management (manajemen).
Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa kelompok khusus.
Sekarang bagian pemasaran melalui fungsi perencanaan produknya, harus membuat
persyaratan produk. Bagian perancangan bertanggung jawab merancang produk yang akan
memenuhi persyaratan itu. Bagian produksi mengembangkan dan memperbaiki kembali
proses untuk memberikan kemampuan yang cukup dalam membuat produk sesuai dengan
spesifikasi rancangan. Bagian pengendalian kualitas merencanakan pengukuran kualitas pada
seluruh aliran proses yang menjamin bahwa hasil akhir memenuhi persyaratan kualitas dan
kualitas pelayanan, setelah produk sampai pada konsumen menjadi bagian yang penting dari
paket produk total. Hal ini telah menambah beban manajemen puncak,khususnya
bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan tanggung jawabyang tepat untuk mengoreksi
penyimpangan dari standar kualitas.
4. Men (Manusia).
Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang baru
seperti elektronika computer menciptakan suatu permintaan yang besar akan pekerja dengan
pengetahuan khusus. Pada waktu yang sama situasi ini menciptakan permintaan akan ahli
teknik sistem yang akan mengajak semua bidang spesialisasi untuk bersama merencanakan,
menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem yang akan menjamin suatu hasil yang
diinginkan.
5. Motivation (Motivasi).
Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai hadiah tambahan uang,
para pekerja masa kini memerlukan sesuatu yang memperkuat rasa keberhasilan di dalam
pekerjaan mereka dan pengakuan bahwa mereka secara pribadi memerlukan sumbangan atas
tercapainya sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini membimbing kearah
kebutuhan yang tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas dankomunikasi yang lebih
baik tentang kesadaran kualitas.
6. Material (bahan)
Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli teknik memilih bahan
dengan batasan yang lebih ketat dari padasebelumnya. Akibatnya spesifikasi bahan menjadi
lebih ketat dankeanekaragaman bahan menjadi lebih besar.
Pada mulanya, konsep kualitas ialah memisahkan barang yang baik dan yang jelek. Kualitas
melekat hanya pada barang yang diproduksi. Selama barang yang diserahkan kepada pembeli
adalah barang yang baik maka persoalan kualitas dianggap selesai. Untuk itu, pemeriksaan
hanya dilakukan setelah proses produksi yang terakhir (Final Inspection).
Yang kemudian terjadi ialah : petugas pemeriksa mutu semakin sibuk karena para operator
proses produksi merasa tidak punya beban atas kualitas dan cenderung mengandalkan final
inspector. Produk yang gagal kualitas yang lolos ke pasar semakin banyak.
Pemeriksaan kualitas dilakukan diantara urutan proses. Barang yang gagal proses
dipisahkan lebih awal sehingga kerugian dapat diperkecil. Namun jelas terlihat bahwa
pengendalian kualitas masih berfungsi memisahkan hasil yang baik dan jelek.
Usaha pengendalian kualitas diarahkan pada perbaikan proses. Kualitas melekat pada proses
(quality built-in process).
a. Statistical Quality Control (SQC).
Para engineer melakukan review ulang seluruh proses yang ada. Metode poka-yoke (fool-
proof) yang menutup kemungkinan kesalahan proses, diperkenalkan. Diciptakan inteligent
machines yang mampu mengkompensasi perubahan. Analisis kemampuan proses (Process
Capability) dikembangkan. Statistical Quality Control dipakai sebagai alat utama dalam
pengendalian mutu. Karena itu ketersediaan data mutlak diperlukan. Data dianalisis dan
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Peranan IT yang handal menjadi sangat
penting dan merupakan keharusan.
Pemeriksaan kualitas dari proses sebelumnya dilakukan oleh operator berikut. Bila ditemukan
kesalahan, segera diumpan-balik kepada operator sebelumnya dan tindakan perbaikan dapat
segera dilakukan sebelum kesalahan kedua terjadi. Lay-out, misal: U-type, dirancang untuk
keperluan itu.
Para operator proses produksi membentuk kelompok kelompok yang berusaha memperbaiki
mutu kerja kelompoknya. Kepada mereka diajarkan pengetahuan statistik sederhana namun
ampuh untuk menganalisa masalah dan menemukan penyebab gagalnya kualitas. Mereka
dipercaya sebagai orang yang paling tahu masalah masalah kualitas karena mereka
mengerjakannya setiap hari. Kelompok ini, yang disebut Quality Control Circle (Gugus
Kendali Mutu), yang terus menerus melakukan perbaikan perbaikan kecil (Kaizen) telah
menjadi tulang punggung perbaikan mutu di Jepang.
Bagian perawatan, baik perawatan mesin produksi maupun peralatan produksi, termasuk
moulds – jigs – fixtures, mengembangkan sistim pengendalian kualitasnya untuk menjamin
bahwa mesin dan peralatan selalu berada dalam keadaan baik dan siap pakai. Secara periodik
dilakukan pengukuran dan perawatan berkala sebagai tindakan preventive. Alat ukur dan alat
periksa (inspection jigs) secara teratur dikalibrasi oleh bagian Pengendalian Mutu.
Di paling hulu, bagian riset dan pengembangan memasukkan aspek kualitas dalam rancang
bangunnya. Perancang sudah harus memikirkan bahwa rancang bangunnya tidak
menimbulkan kesulitan pada proses produksi.
6. Pengendalian kualitas di semua bagian.
Pada tahap akhir, semua bagian bertanggung jawab atas kualitas. “Quality is everybody’s
business”. Persepsi kualitas telah berubah. Pada tingkat ini, pengertian kualitas mencakup
semua bidang : Kualitas barang, kualitas harga, kualitas penyerahan/delivery, kualitas
pelayanan, kualitas pembelian, dlsb.
Gaya manajemen dan lingkungan kondusif bagi organisasi jasa untuk menyempurnakan
kualitas pelayanan, organisasi tersebut harus mampu mengimplementasi enam prisip utama
yang berlaku baik bagi perusahaan manufaktur maupun organisasi pelayanan. Keenam
prinsip tersebut menurut Walkin yang dikutif oleh Fandy Tjiptono adalah sebagai berikut:
Kepemimpinan
Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemen
puncak. Manajemen puncak harus memimpin dan mengarahkan organisasinnya dalam upaya
meningkatkan kinerja kualitas. Tanpa adanya kepemimpinan dari manajemen puncak, usaha
peningkatan kualitas hanya akan berdampak kecil.
a. Pendidikan
Semua karyawan perusahaan mulai dari manajer puncak sampai karyawan opersional, wajib
mendapatkan pendidikan mengenai kualitas. Aspek-aspek yang perlu mendapatkan
penekanan dalam mendapatkan pendidikan tersebut antara lain konsep kualitas sebagai
strategi bisnis. Alat dengan teknik implementasi strategi kualitas, dan peranan eksekutif
dalam implementasi strategi kualitas.
b. Perencanaan Strategi
Proses perencanaan strategik harus mencakup pengukuran dan tujuan kualitas yang
digunakan dalam mengarakan perusahaan untuk mencapai visi dan misinya.
c. Review
Proses review merupakan satu-satunya yang paling efektif bagi manajemen untuk meruba
prilaku organisasional. Proses ini mengambarkan mekanisme yang menjamin adanya
perhatian terus menerus terhadap upaya mewujudkan sasaran-sasaran kualitas.
Komunikasi
Implementasi strategi kualitas dalam organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan, maupun
stake holder (seperti pemasok, pemegang saham, pemerintah, masyarakat sekitar dan
lainnya).
2.8 Dampak apabila mutu dari kualitas barang dan jasa menurun.
Tentunya menurunnya kualitas suatu barang maupun jasa akan sangat berdampat pada baik
tidaknya jalan suatu perusahaan. Dikarenakan jika mutu kualitas barang maupun jasa
menurun maka, daya beli konsumen pada produk tersebut akan menurun dan juga akan
mempengaruhi pendapayttan dari perusahaan. Ditambah lagi kepercayaan dan nama yang
tidak baik dari konsumen terhadap perusahaan.
BAB III
PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
Kepuasan merupakan satu kata yang cukup representatif ketika kita berbicara tentang
mutu atau kualitas. Mutu adalah barang atau jasa yang memiliki nilai sangat bagus dan
berharga. Secara fisik barang yang bermutu dicerminkan dengan kata-kata baik, indah, benar,
istimewa, dan lain sebagainya. Dalam sebuah organisasi nonprofit biasanya mutu dapat
dilihat dari pelayanan yang diberikan kepada pelanggan oleh seseorang atau sebuah
organisasi sehingga pelanggang merasa puas, tanpa adanya keluhan atas pelayanan yang
didapat dari organisasi tersebut.
Setiap orang dapat mengartikan mutu sesuai persepsi masing-masing. Hal ini
dikarenakan mutu belum memiliki arti yang tetap sehingga para pakar masih mengartikan
mutu sesuai persepsi dan bidangnya.
Manajemen mutu sangat di perlukan di dalam Perusahaan, Perusahaan yang
mempunyai pengendalian mutu yang baik dan teratur kemungkinan besar tidak akan
mengalami hambatan-hambatan dalam mengerjakan tugasnya dengan efektif. Dan begitu pula
sebaliknya bila perusahaan tidak mempunyai organisasi yang baik dan teratur. Sehingga
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan
akan mengalami hambatan.
3.2 Saran
Mutu kualitas dalam suatu perusahaan sangatlah penting bagi kelangsungan maupun
kelancaran perolehan pendapatan dalam suatu perusahaan. Jadi perusahaan haruslah
membertahankan kualitas yang mereka miliki maupun meningkatkan Kembali kualitas
produk maupun jasa yang mereka tawarkan ke konsumen. Agar perusahaan tetap dipercaya
oleh konsumen.
Daftar Pustaka
http://nurulistiqamah625.blogspot.com/2014/11/manajemen-mutu.html
https://lizenhs.wordpress.com/2011/05/11/upaya-mempertahankan-mutu-produk-3/
https://ipqi.org/pengendalian-mutu-dan-dampaknya-pada-produktivitas/
https://proxsisgroup.com/pq/pengendalian-mutu-dan-dampaknya-pada-produktivitas/
https://www.jasakonsultaniso.com/pentingnya-standart-kualitas-mutu
https://thidiweb.com/dimensi-kualitas-jasa