Anda di halaman 1dari 2

Nama : Putu Nia Purnama Santi

Nim : 18.0123.0.073
Kelas : Ekonomi V A

Review Jurnal
Tittle Ecotourism Management Based on Local Wisdom in Tenganan Village, Karangasem Bali

Author Ni Wayan Karmini

Date of publish 7 april 2020

Introduction Pariwisata merupakan salah satu sektor terkemuka yang ada didunia. The World Tourism
Organization memperkirakan pariwisata merupakan sector yang berpotensi terus tumbuh
hingga 1.6 milyar diberbagai belahan dunia di 2020. Dan 30 tahun terakhir merupakan
sector yang bertumbuh secara signifikan. Salah satu nya Indonesia juga menggunakan
sector pariwisata sebagai salah satu penggerak ekonomi. Bali merupakan salah satu ikon
pariwisata diIndonesia yang berkontribusi dalam dalam perkembangan ekonomi nasional.
Bali mengadalkan wisata budaya sebagai daya Tarik yang dimilikinya. Peraturan yang
memuat tentang Wisata budaya diBali dimuat dari peraturan provinsi no 2 tahun 2012.
Banyak terdapat wisata budaya dan wisata alam atau ekowisata yang terdapat diBali seperti
desa wisata, salah satunya adalah Desa Wisata Tengenan, Karangasem. Sebagai Bali aga
komunity desa wisata Tengenan sudah banyak diketahui touris baik domestic maupun
international. Setiap bulan terdapat 1.500 sapai 2000 orang yang mengunjungi Desa wisata
Tengenan ini (Berdasarkan data kantor Desa Tengenan 2019). Disamping memiliki budaya
yang unik, komunitas Bali aga Tengenan memiliki pemandangan desa dan area hutan yang
indah, yang dilindungi oleh peraturan desa (awig-awig) sebagai kebijakan komunitas desa
Bali Aga.

Literatur View Topik yang dibahas merupakan angka wisatawan sebelum artikel ini dipublish, diantara
penelitian yang ditulis Kamasan (2003), membuat thesis entlitle “nyepi dan awig-awig”
dalam pelestarian fungsi Hutan. (Study kasus desa tradisional Tengenan Pengringsingan,
kabupaten Karangasem). Yang memuat tentang ketaatan masyarakatnya dalam mengikuti
Awig-awig sebagai peraturan. Dengan taat menjalankan awig-awig membawa dampak
positif untuk lingkungan, karena kesadaran untuk melestarikan lingkungan. Artikel ini
memuat tentang
1. Karatek budaya asli masyarakat Dea Tenganan yang masih asli atau Bali Aga, yang
sangat unik dan masih dilestarikan dan kehidupan masyarakat dijalankan masih
berdasarkan peraturan awig-awig.
2. Desa Tradisional Tengenan mengikuti konsep Tread Dara yaitu konsep pertemuan
arah angin, kaja kelod, yang keberadaannya ditengah-tengah, demi mencapai
keseimbangan antara bhuana alit (manusia dan pekarangan rumah) dan bhuana
agung (desa)
Setiap rumah memiliki 6 unit bangunan antara lain sanggah kaja, soda kelod, bale bunga,
bale beten, bale utama dan dapur.

Material And Materialnya adalah kebijakan local atau awig-awig dan tentang manajemen objek Desa
Method Tenganan.
Metode yang digunakan adalah pengumpulan data, dan analisis juga Karya ilmiah dari
pemblajaran kulitatif. Dan data yang diperoleh melalui observasi, pembelajaran literatur,
Interview dengan 8 narasumber, observasi pariwisata dan adat istiadat dari Desa Tenganan.

Disscusion and Desa Tenganan terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Budaya didesa ini
Result masih budaya asli Bali atau Bali aga. Dengan populasi penduduk diakhir 2018 adalah 1.372
keluarga atau 4.620 orang yang terdiri dari 2.248 pria dan 2.372 wanita. (Kantor desa
Tenganan 2019).

Desa Tenganan memiliki pusat objek ekowisata yaitu hutan hijau yang indah dan cantik.
Luas dari hutan Desa Tengenan 255,840 hektar. Manajer atau pengelola dari Desa
Tengenan membagi trekking untuk ekowisatanya menjadi 2 yaitu trekking pendek dan
trekking panjang. Ekowisata diDesa Tenganan sangat terjaga flora maupun faunanya,
dikarenakan awing-awig atau peraturan yang sudah dibuat dan sudah mengatur, Batasan-
batasan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh pengunjung. Peraturan atau awig-
awig di Desa Tenganan ini sudah dijalankan dari jaman leluhur sekitar 11 abad. Dan sudah
tertulis di alkitab, halaman 58 dalam berbentuk aksara.

Beberapa bagian dari peraturan tersebut menyebutkan tentang larangan untuk merusak
lingkungann baik langsung maupun tidak langsung. Diantaranya, pasal 3,8,10, 37 dan no
55.
Dalam peraturan tersebut memuat siapapun yang mencuri tanaman diDesa Tenganan maka
akan kena denda dan harus menggantikan tanaman tersebut 2 kali lipatnya. Dan
pengunjung des aini dilarang untuk mengambil buah, maupun bunga dari tumbuhan yang
ada didesa Tengenan.
Berdasarkan Astiti (2005) Peraturan adat (awig-awig) biasanya diatur berdasarkan
Parhyangan (hubungan manusia dengan tuhan), Pawongan (hubungan manusia dengan
manusia) dan Palemahan (hubungan manusia dengan alam).
Awig-awig yang dijalankan oleh masyarakat membuat hutan yang dimiliki Des aini masih
tetap hijau dan lestari dan kehidupan masyarakatnyapun harmoni.

Manajemen Ekowisata berdasalkan peraturan maupun keboijakan local atau setempat untuk
mendukung pariwisata untuk berkelanjutan.

1. Dengan adanya ekowisata dan konservasi hutan diDesa Tengenan yang dijalankan
dengan prinsip-prinsip yang mereka buat. Tidak hanya berdampak positif terhadap
lingkungan, akan tetapi terhadap perekonomian masyarakat di Desa Tengenan.
Bahkan pada 2018 terdapat 24.084 orang pengunjung baik domestic maupun
internasional yang mengunjungi Desa Tenaganan. Banyak dari masyarakat
menjadikan rumahnya untuk dijadikan artshop yang menjual kerajinan tangan.
2. Dengan adanya awig-awig mereka tetap menjaga hutan yang mereka miliki dan ini
berdampak baik pada lingkungan. Manajemen Ekowisata diDesa tengenan tidak
hanya berfokus dalam pelestarian lingkungan, akan tetapi juga dalam
pengembangan pariwisata dengan penambahan beberapa infrastructure maupun
fasilitas.
3. Aktivitas ekowisata juga memperkuat aktivitas budaya dan kreativitas masyarakat.
Para wisatawan bisa mengembangkan kreativitas mereka disana. Salah satu produk
kreativ dari Desa Tengenan adalah Kain Gringsing yang merupakan produk khusus
dali komunitas BaliAga di Desa Tengenan.

Conclusion Desa Tengenan adalah salah satu densa wisata yang ada diBali yang terletak dikabupaten
Karangasem, yang menjalankan ekowisata yang berdasarkan peraturan adat (awig-awig)
yang memegang prinsip untuk tidak merusak alam. Dan juga tetap mengambangkan
pariwisata agar membawa dampak baik bagi kehidupan masyarakat didesa tersebut.
Ekowisata yang terdapat diDesa Tengenan dikelola oleh komunitas masyarakat yang
bernama Bali Aga.

Suggestion Awig-awig yang diterapkan oleh masyarakat Desa Tengenan terbukti dapat menjaga alam
dan membawa dampak positif, haruslah dilestarikan dan dirawat.

Anda mungkin juga menyukai