Abstract
The main objective of the management of coastal areas and marine resources is preserving
resources and improving the welfare in coastal areas and small islands. The Ecological,
social and cultural rights of local communities are the foundation for management of
sustainable resource. Lilifuk is one of the local wisdoms in, West Kupang, with the aim is to
support the conservation of coastal and marine. The main income of Lilifuk is fish catch such
as lada/Beronang (Siganus spp.), Alu-alu/barracuda (Sphyranidae), grouper (Ephinephelus),
and Peperek (Leigonathidae). Lilifuk has some beneficial thing for economical, social, and
environmental aspects. Local communities that are involved, either directly or indirectly,
make a significant contribution in keeping the existence of Lilifuk.
Keywords: Lilifuk, Kuanheun village, local wisdom, coastal and marine
pada akhirnya akan berdampak pada tradisional ini merupakan warisan dari satu
peningkatan kesejahteraan. generasi ke generasi lain yang telah
Fauzi (2004) menambahkan aya diajarkan secara turun-menurun sehingga
alam yang baik akan meningkatkan membentuk pola perilaku manusia sehari-
kesejahteraan umat manusia, dan juga hari baik terhadap sesama manusia
sebaliknya yaitu jika pengelolaan sumber maupun terhadap alam dan yang gaib.
daya alamnya tidak baik, maka akan Berbagai bentuk kearifan lokal dan
berdampak buruk bagi umat manusia. kelompok masyarakat adat di Indonesia
Pengelolaan sumber daya alam yang arif mempraktikkan cara tradisional untuk
dan berkelanjutan diperlukan untuk mengelola sumberdaya pesisir, seperti
mengantisipasi peningkatan degradasi Awig-awig di Nusa Tenggara Barat
lingkungan. ataupun Sasi di Papua dan Maluku.
Menjaga kelestarian sumberdaya dan Keikutsertaan masyarakat lokal dan
meningkatkan kesejahteraan seluruh kearifan lokal diakui secara hukum dalam
masyarakat di wilayah pesisir dan pulau- peraturan perundang-undangan Indonesia.
pulau kecil menjadi tujuan utama dan Hal ini seiring dengan adanya perubahan
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir rezim pemerintahan dari sentralisasi ke
dan laut. Berbagai aspek seperti aspek desentralisasi mengubah sistem hukum
ekologi, sosial dan budaya masyarakat Indonesia, termasuk di bidang kelautan dan
lokal harus diperhatikan dan dipertahankan perikanan dimana kewenangan
sebagai landasan pengelolaan sumberdaya pengelolaan wilayah pesisir dan laut dapat
yang berkelanjutan. Aspek ekologi dapat melibatkan masyarakat lokal melalui
diwujudkan dalam fungsi-fungsi kemitraan dan mendorong masyarakat
ekosistem, sedangkan aspek sosial budaya untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
dapat dilihat dari kearifan lokal dalam wilayah pesisir dan laut.
suatu daerah. Aspek-aspek tersebut Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur
merupakan modal utama untuk mencapai telah ditetapkan oleh pemerintah Republik
kelestarian sumberdaya dan kesejahteraan menjadi Kawasan Konservasi Perairan
masyarakat pesisir. Nasional Taman Nasional Perairan (TNP)
Keraf (2002) mendefinisikan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan
kearifan lokal adalah semua bentuk Perikanan Republik Indonesia No. 5 tahun
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau 2014.
wawasan serta adat kebiasaan atau etika Terdapat sekitar 20 kearifan lokal
yang menuntun perilaku manusia dalam yang tumbuh dan berkembang di
kehidupan di dalam komunitas ekologis. masyarakat desa pesisir di TNP Laut Sawu
Kearifan tradisional ini bukan hanya pada Ada sekitar 20 kearifan) di TNP Laut
pengetahuan atau pemahaman masyarakat Sawu. Salah satu contohnya adalah Lilifuk
adat tentang manusia dan bagaimana relasi di Kabupaten Kupang tepatnya di Desa
yang baik, melainkan juga tentang Kuanheun, Kecamatan Kupang Barat,
pengetahuan, pemahaman dan adat Nusa Tenggara Timur
kebiasaan tentang manusia, alam dan Lilifuk merupakan salah satu kearifan
bagaimana relasi di antara semua penghuni lokal yang sudah ada secara turun-temurun
komunitas ekologi. Seluruh kearifan dilakukan dengan tujuan untuk mendukung
konservasi pesisir dan laut yang terdiri dari kehidupan masyarakat, khususnya
penangkapan ikan dengan alat dan cara penikanan. Selain itu juga untuk
ramah lingkungan. Kearifan lokal mengetahui bagaimana peran dan fungsi
pengelolaan Lilifuk telah membentuk suatu hukum adat Lilifuk di masyarakat pesisir
hukum adat yang wajib dipatuhi oleh Laut Sawu seiring dengan rezim peraturan
masyarakat pesisir, khususnya di Desa pemerintahan KKP dan pemerintah
Kuanheun. Hukum-hukum adat yang telah lainnya.
dibuat oleh Lilifuk tidak lepas 2. Pembahasan
hubungannya dengan peraturan-peraturan 2.1. Gambaran Umum Desa Kuanheun,
pemerintah khususnya Kementerian Laut Sawu Kabupaten Kupang
Kelautan dan Perikanan (KKP). Kebijakan Barat
yang telah dibuat oleh pemerintah KKP Desa Kuanheun terletak di bagian
dalam mengelola sumber daya pesisir, baik Barat Kecamatan Kupang Barat Kabupaten
dari segi konservasi, ekologi, maupun Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur.
masyarakat disana, sehingga terjadi Desa Kuanheun memiliki batas-batas
hubungan antara hukum adat yang daerah sebagai berikut; Utara: Desa Bolok
dibentuk oleh Lilifuk dengan peraturan- Selatan: Desa Oematnunu; Barat: Selat
peraturan pemerintah yang berlaku. Semau/Laut Sawu; Timur: Kelurahan
Tujuan dari penulisan makalah ini Batakte (Gambar 1). Luas wilayah Desa
adalah membahas bagaimana peran dan Kuanheun secara keseluruhan adalah 2.146
pelaksanaan kearifan lokal Lilifuk di Desa Ha, dimana luas tersebut dibagi menjadi
Kuanheun, Laut Sawu, Kupang dalam delapan fungsi yaitu untuk pemukiman
upaya menjaga kelestarian dan seluas 658 Ha, persawahan
ketersediaan sumber daya laut bagi
Gambar 1. Peta Desa Kuanheun, Kabupaten Kupang Barat, Kupang. Nusa Tenggara Timur
(Sumber: www.google.com)
280 Ha, perkebunan (p)128 Ha, kuburan untuk menjadi mata pencahariannya.
40 Ha, pekarangan 740 Ha, taman 100 Ha, Budidaya rumput laut tersebut juga tidak
perkantoran 25 Ha, dan 175 Ha untuk terlepas dari setelah mendapat izin dari
prasarana umum lainnya.
masyarakat setempat.
Desa Kuanheun secara umum
2.2. Potensi Perikanan dan Kelautan
merupakan dataran rendah dengan tingkat
Desa Kuanheun Kabupaten Kupang
kemiringan 0.10. Desa Kuanheun terletak
Barat
di pesisir pantai yang memiliki iklim yang
Desa Kuanheun berbatasan dengan
tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah Laut Sawu yang memliki sumber daya
lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur perikanan dan laut yang cukup potensial
yaitu beriklim tropis, suhu rata-rata 31.5°C antara lain seperti, berbagai jenis ikan laut,
yang memiliki jumlah bulan hujan selama padang lamun, hutan mangrove, terumbu
tiga bulan dengan curah hujan 1000 mm. karang dan juga rumput laut. Sumber daya
Jumlah penduduk Desa Kuanheun adalah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan
makanan dan sisanya dijual untuk
1.506 jiwa dengan jumlah laki-laki
mendapatkan uang. Lokasi desa yang
berjumlah 718 jiwa dan perempuan 788 strategis ini membuat masyarakat
jiwa. Pekerjaan penduduk Desa Kuanheun melakukan budidaya rumput laut sekaligus
yang paling dominan adalah petani. menangkap ikan pelagis dan ikan karang.
Sumberdaya pertanian di desa Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat
Kuanheun ini sangat tergantung dengan setempat bermata pencaharian sebagai
kondisi alam dan musim. Lahan pertanian nelayan.
Melimpahnya ikan karang di sekitan
yang terbatas membuat para penduduk
Desa Kuenheun dikarenakan masih
Desa Kuanheun melakukan kerja banyaknya terumbu karang di pesisir
sampingan seperti berkebun, dan mencari pantai desa. Jenis karang yang ada di
ikan (nelayan). Komoditas pertanianny di pesisir desa terdiri atas karang lunak,
Desa Kuanheun meliputi; jagung, kacang karang bercabang, dan karang otak. Selain
tanah, ubi kayu, tomat, mangga, pisang, itu, masih dapat ditemukan beberapa
semangka, dan pepaya. padang lamun Enhalus Acaroides dan
Thalisia Hempricii yang menjadi habitat
Pada sektor perikanan dan kelautan,
ikan-ikan kanang seperti ikan
perairan laut desa Kuanheun (diganti desa) lada/Beronang (Siganus Spp.), Alu-
merupakan bagian dari Taman Nasional alu/banakuda (Sphyranidae), Kerapu
Perairan (TNP) Laut Sawu yang memiliki (Ephinephelus Spp.), dan Peperek
potensi perikanan yang cukup baik dan (Leigonathidae) yang merupakan ikan
sudah memiliki pengelolaan secara yang sering dijumpai di daerah setempat)/
(Gambar 2.)
tradisional melalui kearifan lokal Lilifuk.
Sehubungan adanya aturan dan hukum 2.3. Kearifan lokal Lilifuk di Desa
adat Lilifuk, masyarakat khususnya para Kuenheun
nelayan tidak dapat menangkap ikan Lilifuk merupakan pengelolaan
secana bebas di area yang telah disepakati sumber daya laut berbasis kearifan lokal
sebelumnya. Ada batasan-batasan yang oleh masyarakat Kupang. Kearifan lokal
telah dibuat, sehingga budidaya rumput yang dikenal dengan Lilifuk ini
laut menjadi pilihan bagi para nelayan
HUKUM DAN PERAN LILIFUK DI TENGAH REZIM PEMERINTAHAN : ANALISIS
HUKUM DAN KEBERLANJUTAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KUANHEUN,
KABUPATEN KUPANG BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR 139
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628
mendukung konservasi pesisir dan laut berada di tepi laut. Apabila air laut surut,
yang terdiri dari penangkapan ikan dengan kolam besar ini akan tampak dengan
alat dan cara ramah lingkungan. Lilifuk kedalaman maksimum 5 meter dengan luas
adalah suatu kolam besar yang dipenuhi 20.000 m2, sehingga ikan banyak yang
dengan padang lamun yang kaya akan ikan terperangkap di dalamnya
lada (banonang) dan ikan dusung yang
Gambar 2. Komoditas ikan lokal yang ada di kolam Lilifuk Desa Kuanheun; a) Kerapu; b)
Petek/Peperek; c) Lada / Beronang; d) Alu-Alu / Barakuda (sumber
www.google.com)
istilah Nifu dalam dialek lokal yang artinya terhadap kearifan lokal sumberdaya pesisir
kolam. dan laut perlu dilakukan, yaitu
Sejarah awal mula adanya memperkuat kelembagaan masyarakat
Lilifuk/Nifu Loles diprakarsai suku/klan lokal, peningkatan apresiasi budaya lokal
Baineo. Terbentukya Lilifuk ini sejak dan menggali substansi kearifan lokal yang
ratusan tahun yang lalu, menurut seorang mulai memudar. TNP Laut Sawu memiliki
narasumber yang juga salah seorang anak banyak kearifan lokal yang mendukung
Suku/Klan Baineo menuturkan bahwa, hak pengelolaan kawasan konservasi, seperti
penuh suku/klan Baineo terhadap budaya Lilifuk di Kabupaten kupang.
Lilifuk/Nifu Loles diawali dengan Perang
antara suku/klan Baineo (Desa Kuenheun) 2.4. Hukum Adat Lilifuk di Desa
dan suku/klan Lai (Desa Bolok) Kuenhuen
memperebutkan tiga gugusan lokasi Lilifuk di desa Kuenheun telah
terhitung dan lokasi perairan pantai dikuasai oleh Suku Baineo, sehingga
(Tinmau). Nam Tinmau nama sebuah pengelolaannya pun diatur berdasarkan
kolam yang sederetan dengan Lilifuk/Nifu kesepakatan adat suku Baineo. Ada
Loles, memiliki kedalaman lebih dari 15 beberapa hukum adat Lilifuk di desa
meter, berbentuk lingkaran yang Kuenheun yang harus ditaati oleh
berdiameter ± 500 meter dan dasar kolam masyarakat, yaitu sebagai berikut:
tersebut terdiri dari populasi terumbu 1. Bahwa setiap orang dilarang masuk
karang yang merupakan tempat dan mengambil ikan di dalam Lilifuk
berkembangbiaknya ikan. Dalam sampai dengan batas waktu yang
peperangan tersebut terdengar kalimat- ditentukan.
kalimat umpatan. Sebuah kata umpatan 2. Masa panen Lilifuk dilaksanakan satu
dalam bahasa Dawan yang ditujukan kali dalam setahun, kebiasaan
suku/Klan Baineo kepada Suku/Klan setahun sekali ini dikenal dengan
Laikopan yang berbunyi “Ho Loel Man” istilah TUT NIFU, namun yang
yang artinya “Kau punya Otak”, sehingga sekarang menjadi wacana adalah
sejak saat itu tempat ataupun pantai panen Lilifuk dilakukan dua tahun
dimana terjadi peperangan itu dinamakan sekali yaitu pada bulan Juni dan
Pantai Loles (terjemahan dan kata “Ho bulan Desember.
Loel Man”). Suku Laikopan mengalami 3. Pada saat panen Lilifuk diharuskan
kekalahan dan melarikan diri ke Pulau memberi undangan kepada desa-desa
Semau. Sementara itu suku Baineo berhak tetangga.
memiliki kearifan lokal dalam perairan 4. Upeti/kontribusi bagi suku Baineo
tersebut (Hidayat, 2014). selaku pemilik Lilifuk pada saat
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan panen adalah beberapa ekor ikan
laut sudah terbukti dapat menjamin yang diambil dari hasil tangkapan
keberlangsungan sumberdaya tersebut. Hal setiap undangan yang datang dalam
ini perlu diperhatikan untuk memperkuat istilah adatnya adalah “Tanaib Ika”
ataupun mengembalikan budaya yang artinya seikat ikan.
sudah tidak dilaksanakan. Upaya untuk Hukum adat tersebut disepakati dan
mengembalikan kepercayaan masyarakat ditetapkan dalam sebuah upacara ritual
yang dikenal dengan istilah adat Tasaeb dengan pesta adat dan ritual agama
Talas yang artinya mendirikan rambu- sebelum dilakukannya panen ikan di
rambu. Beberapa sanksi yang dijatuhkan wilayah tersebut.
kepada oknum yang melanggar antara lain, Upaya melegalisasi nilai-nilai
dikenakan sanksi barupa satu ekor hewan tradisional dalam pemanfaatan dan
(sapi, babi dan kambing) dan bagi pelaku pelestarian sumberdaya pesisir telah
yang melakukan pencurian ikan di kolam dilakukan oleh lembaga pemerintahan desa
Lilifuk akan dikenakan sanksi adat berupa melalui Peraturan Desa Nomor 1 tahun
satu ekor babi dengan berat 100 kg. Pelaku 2012 tentang Perlindungan Sumberdaya
yang menggunakan alat tangkap pukat Laut di Wilayah Lilifuk. Peraturan
garu yang dapat mengakibatkan rusaknya merupakan bentuk antusias dari
Lilifuk akan dikenakan sanksi adat berupa masyarakat dan beberapa elemen di Desa
uang Rp. 1.000.000,-. Keunheun untuk selalu menjaga kearifan
2.5. Keikutsertaan Lilifuk terhadap dalam pelestarian sumberdaya pesisir dan
Pengelolaan Sumber Daya Perikanan laut.
Terdapat lima elemen masyarakat Dalam Peraturan desa ini, terdapat
yang berperan dalam pengelolaan Lilifuk, tujuh larangan yang disertai dengan 12
yaitu tokoh agama, tokoh adat, pemerintah sanksi bagi setiap pelanggar. Larangan
desa, masyarakat, dan orang luar desa. dalam peraturan desa ini antara lain setiap
Lima komponen masyarakat tersebut orang dilarang menggunakan alat tangkap
memiliki fungsi yang sesuai dengan yang merusak biota laut, dilarang
perannya. Tokoh adat memiliki peran menangkap ikan di zona kearifan Lilifuk
sebagai penjaga sumber daya perikanan sebelum waktunya, dilarang merusak,
seperti karang, lamun, habitat, ekosistem, mengambil penyu dan terumbu karang,
khususnya ikan-ikan yang ada di dalam dilarang melakukan pencurian, termasuk
Lilifuk dan membantu pemerintah desa pasir dan batu laut, dilarang dilakukan
dalam pengawasan terhadap pencurian pencemaran laut, serta dilarang merusak
ikan (illegal fishing). tempat pengeringan garam.
Tokoh agama dan pemerintah desa Selain sanksi adat di atas, ada
berfungsi sebagai pengambil kebijakan, beberapa sanksi yang telah dibuat oleh
pertimbangan serta pemberian dukungan di Perdes ini, di antaranya setiap orang yang
dalam penerapan aturan yang sudah dibuat. menggunakan pukat garu dalam Lilifuk
Pemerintah desa juga berperan sebagai dikenai sanksi adat berupa denda Rp 1 juta
pemberi informasi kepada masyarakat luas dan beras 100 kg, setiap orang yang
ketika Lilifuk dibuka. Sementara itu, menggunakan sorok lingkar dikenakan
Masyarakat disini memiliki peran penting sanksi Rp 500.000. Juga ada sanksi bagi
yaitu menjaga kolam Lilifuk dan mentaati setiap orang yang melakukan penangkapan
peraturan yang sudah dibuat. Penangkapan ikan dengan bubu, menangkap penyu,
ikan hanya dilakukan pada saat dibukanya penggunaan bom dan racun ikan, merusak
Lilifuk. Penangkapan ikan tersebut terumbu, pencemaran perairan dan
biasanya dilakukan dalam dua hari pengrusakan tempat pengeringan garam.
tergantung dari keputusan pemilik Lilifuk. Selain mengatur dalam kegiatan
Pembukaan Lilifuk biasanya dimulai penangkapan, Perdes ini juga mengatur
Daftar Pustaka