Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU

Dosen Pengampu:

KHOIRUL ANWAR, SE.MM

Disusun Oleh :

1. Alysia Maharani Balgis NIM : 22211003


2. Charisma Sri Wulandari NIM : 22211009
3. Cinta Maharani NIM : 22211010
4. Fandy Fadillah Akbar NIM : 22211013
5. Iga Mawarni NIM : 22211015

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS YADIKA PASURUAN
2023

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbal ‘alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah
Subhanahu Wata’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Pengantar Ekonomi Mikro, dengan judul: “Dasar-dasar Perilaku Individu”

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi
dalam terbentuknya makalah ini, yang dengan tulus memberikan bantuan dan doa sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
darii kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap makalah yang berjudul “Dasar-
dasar Perilaku Individu” ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Bangil, 8 April 2023

2
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

2.1 Definisi Perilaku Individu...................................................................................................5


2.2 Perbedaan Perilaku Individual Dalam Organisasi...............................................................5
2.3 Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Individu.......................................................................5
2.3.1 Karakteristik Biografis.................................................................................................6
2.3.2 Keseuaian Pekerjaan Dengan Kemampuan.................................................................8
2.3.3 Kepribadian..................................................................................................................8
2.4 Perilaku Individu Dalam Organisasi................................................................................10
2.4.1 Presepsi......................................................................................................................10
2.4.2 Kemampuan..............................................................................................................11
2.4.3 Sikap .........................................................................................................................12
2.5 Konflik Yang Dapat Timbul Dari Perilaku Individu Dalam Organisasi..........................13
2.6 Dasar-Dasar Perilaku Kelompok Dapat Mempengaruhi Perilaku Individu.....................14

BAB III PENUTUP.................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................15
3.2 Saran ................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku individu adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam konteks organisasi. Perilaku individu dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku
seseorang dalam melakukan sesuatu atau cara ia bertindak terhadap suatu kegiatan dengan
menggunakan karakteristik individunya. Dalam organisasi, perilaku individu dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, budaya, pengalaman, dan kepribadian.
Selain itu, karakteristik individu seperti kepribadian, sikap, nilai, dan motivasi juga dapat
mempengaruhi perilaku individu.
Untuk memahami perilaku individu, dapat dilihat dari beberapa indikator seperti
durasi kegiatan, frekuensi kegiatan, persistensi pada kegiatan, ketabahan, keuletan, dan
kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan, tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, dan
tingkat kualifikasi prestasi atau produk (output) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan.
Dalam keseluruhan, pemahaman tentang dasar-dasar perilaku individu sangat penting untuk
memahami bagaimana individu berperilaku dalam berbagai situasi, termasuk dalam konteks
organisasi.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dalam Makalah “Dasar-dasar Perilaku Individu” di atas
penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari perilaku individu?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu?
3. Bagaimana Perilaku Individu Dalam Organisasi?
4. Apa saja konflik yang dapat timbul dari perilaku individu dalam organisasi?
5. Bagaiman dasar-dasar perilaku kelompok dapat mempengaruhi perilaku individu?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan dalam penulisan Makalah “Dasar-dasar Perilaku Individu” adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui definisi dari perilaku individu.
2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu.
3. Memahami perilaku individu di dalam organisasi.
4. Mengetahui apa saja konflik yang timbul akibat prilaku individu dalam organisasi.
5. Memahami dasar-dasar perilaku kelompok dalam mempengaruhi perilaku individu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi perilaku individu
Perilaku individu adalah cara seseorang bertindak dengan menggunakan karakteristik
individunya. Beberapa faktor, seperti kemampuan, kebutuhan, keyakinan, pengharapan,
pengalaman masa lalu, lingkungan, budaya, dan kepribadian, memengaruhi perilaku
individu dan dapat memengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.
Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007) Perilaku individu adalah sesuatu yang
dikerjakan seseorang, seperti berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja,
menyusun laporan, mengetik memo, menempatkan unit barang ke dalam gudang, dan
lain sebagainya.
Menurut Stephen P. Robbins dalam bukunya yang berjudul Perilaku Individu
menyatakan bahwa suatu pemahaman tentang perilaku bermula dari kajian mengenai
kontribusi utama psikologis terhadap perilaku organisasi (organizational behaviour—
OB). Kontribusi ini dibagi dalam empat konsep: sikap, kepribadian, persepsi, dan
pembelajaran.
Gibson (1996) menyatakan bahwa interaksi individu adalah sesuatu yang dilakukan
seseorang, seperti berbicara, berjalan, berfikir, atau bertindak dari suatu sikap.
2.2 Peerbedaan Individual di Dalam Organisasi
Setiap individu tercipta dengan keunikan masing-masing. Jika dipandang dari sisi
perilaku maka dalam organisasi perbedaan perilaku individu merupakan hal penting
untuk dipelajari. Perbedaan individu di dalam organisasi, antara lain:
1. Perbedaan dalam menghadapi risiko. Ada individu-individu yang berani atau suka
mengambil risiko dan ada individu yang tidak berani mengambil risiko.
2. Perbedaan dalam hal kedisiplinan diri. Ada individu yang membutuhkan pengawasan
yang ketat dan ada individu yang tidak membutuhkan pengawasan ketat agar
produktif dalam bekerja.
3. Perbedaan dalam kemampuan beradaptasi. Ada individu yang cenderung mudah
untuk menyesuaikan diri dan berubah untuk menjadi lebih baik dan ada yang sulit
untuk menyesuaikan diri dan sulit berubah.
2.3 Faktot-faktor Pembentuk Perilaku individu
Untuk memahami perbedaan setiap anggota kelompok dalam suatu organisasi, kita
harus memahami alasan mengapa seseorang berperilaku tertentu atau hal-hal apa saja
yang berdampak signifikan pada perilaku seseorang. Pemahaman ini penting untuk

5
pengambilan keputusan, seperti menentukan siapa yang mengerjakan apa, yang akan
memengaruhi ketepatan penentuan pekerjaan. Tiga hal yang mendasari bagaimana
individu berperilaku adalah karakteristik biografis, kemampuan, dan pembelajaran.
2.2.1 Karakteristik Biografis
Karakteristik biografis seseorang terdiri dari elemen yang berhubungan dengan latar
belakang pribadi dan pengalaman hidup mereka. Pentingnya karakteristik biografis
sebagai pembentuk perilaku seseorang terletak pada seberapa besar potensi faktor-faktor
ini memengaruhi pandangan, nilai-nilai, sikap, dan tindakan seseorang. Berikut adalah
beberapa alasan mengapa karakteristik biografis sangat penting dalam membentuk
perilaku seseorang:
1. Usia
Karena keyakinan umum bahwa kinerja merosot seiring dengan meningkatnya usia
dan fakta bahwa angkatan kerja menua, kemungkinan besar hubungan antara usia
dan kinerja akan menjadi masalah yang lebih penting di waktu mendatang. Menurut
Robbins (2009), komitmen pegawai terhadap organisasi meningkat dengan usia
mereka. disebabkan oleh fakta bahwa seiring bertambahnya usia, kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan baru menjadi lebih terbatas. Namun, dengan
mempertimbangkan situasi ini, individu mungkin memiliki persepsi yang lebih
positif tentang atasan mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja
mereka di perusahaan.
 Pengaruh usia terhadap produktivitas : Robbins dan Judge (2008)
mengasumsikan bahwa usia mempengaruhi produktivitas kerja karyawan karena
keterampilan seorang individu, terutama kecepatan dan kelincahan, menurun
seiring bertambahnya usia.
 Pengaruh usia terhadap kepuasan kerja : terdapat bermacam hasil penelitian,
sebagian penelitian menunjukkan hubungan positif antara bertambahnya usia
dengan kepuasan kerja sampai pada umur 60 tahun, namun sebagian penelitian
mencoba memisahkan antara karyawan professional dengan non-profesional,
bahwa karyawan yang profesional kepuasannya akan terus menerus meningkat
seiring bertambahnya usia, dan karyawan yang non profesional merosot selama
usia setengah baya dan kemudian naik lagi pada tahun-tahun berikutnya.
 Pengaruh usia terhadap tingkat pengunduran diri : semakin tua maka tingkat
pengunduran diri semakin rendah. Semakin tua seseorang, maka biasanya ia

6
sudah memiliki stabilitas pekerjaan yang lebih baik dan merasa lebih sulit untuk
mencari pekerjaan baru, Semakin tua seseorang, maka biasanya ia sudah
memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak dan merasa lebih puas dengan
pekerjaannya, Semakin tua seseorang, maka biasanya ia memiliki kebutuhan
finansial yang lebih besar dan merasa sulit untuk meninggalkan pekerjaannya
yang sudah memberikan penghasilan yang cukup.
2. Jenis Kelamin
Menurut Robbins (2009), karena mereka adalah makhluk yang diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa, manusia diklasifikasikan berdasarkan jenis. Jenis
kelaminnya terdiri dari pria dan wanita. Robbins menyatakan bahwa kemampuan
memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,
sosiabilitas, dan kemampuan belajar tidak berbeda antara pria dan wanita. Namun
setiap individu dapat berasumsi bahwa

3. Status Perkawinan
Robbins (2009) mengatakan Perkawinan memaksakan peningkatan tanggung jawab
yang membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting.
Seseorang yang telah menikah merasa lebih mantap dengan pekerjaannya yang
sekarang, hal ini dikarenakan bahwa mereka melihat sebagai jaminan untuk masa
depannya. Karyawan yang menikah akan lebih sedikit absensinya, tingkat
perputaran tenaga kerja yang rendah, dan lebih puas dengan pekerjaan mereka
daripada rekan kerjanya yang masih bujangan atau lajang. Besar kemungkinannya
bahwa karyawan yang tekun dan puas terhadap pekerjaannya terdapat pada
karayawan yang telah menikah.
4. Masa Kerja
Menurut Jahrie dan Hariono (1999), Pengalaman kerja adalah waktu yang digunakan
oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
dengan tugas yang di bebankan. Kreitner dan Kinicki (2004) menyatakan bahwa,
Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa betah
dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi
dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa
nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan
dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup di hari tua. Menurut Kreitner

7
dan Kinicki (2004) Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi pengalaman kerja
seseorang adalah waktu, frekuensi, jenis tugas, penerapan, dan hasil.
2.2.2 Kesesuaian Pekerjaan Dengan Kemampuan
Menurut Stephen P. Robbins. Kemampuan adalah kapasitas individu untuk
melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Robbins menyatakan bahwa
seluruh kemampuan seorang individu harus sesuai dengan tugas yang diemban dalam
pekerjaan agar dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Kemampuan intelektual atau fisik
khusus yang diperlukan untuk kinerja yang memadai pada suatu pekerjaan bergantung
pada persyaratan kemampuan yang diminta dari pekerjaan itu. Jika kemampuan seorang
karyawan jauh melampaui yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan itu, manajemen
akan membayar lebih daripada yang diperlukan, dan dapat juga mengurangi kepuasan
kerja karyawan itu bila ia sangat berhasrat menggunakan kemampuannya dan akan
frustasi oleh keterbatasan pekerjaan itu. Ketidaksesuaian antara pekerjaan dan
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang akan membawa dampak pada kinerja dari
pekerjaan itu sendiri. Kemampuan yang rendah atas suatu tuntutan dari suatu pekerjaan
akan berdampak pada kegagalan dalam menghasilkan kinerja yang baik dari pekerjaan
tersebut. Kemampuan yang lebih tinggi dari tuntutan pekerjaan dapat membawa dampak
pada ketidakefisienan bagi organisasi, dan juga dapat berdampak pada ketidakpuasan
karyawan tersebut.
2.2.3 Kepribadian
Robbins mendefinisikan kepribadian sebagai gabungan dari semua cara dimana
individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian antara lain faktor hereditas/keturunan dan faktor lingkungan. Selain itu,
Robbins juga menyebutkan bahwa karakteristik kepribadian adalah karakteristik yang
sering muncul dan mendeskripsikan perilaku seorang individu.
Beberapa kerangka kerja teoritis kepribadian yang terkenal antara lain Myers-Briggs
Type Indicator (MBTI) yang mengelompokkan empat karakteristik dan
mengklasifikasikan orang dalam 1 dari 16 tipe kepribadian, serta teori kepribadian yang
dikemukakan oleh Carl Gustav Jung yang membagi kepribadian manusia menjadi 2
kelompok besar yaitu Introvert dan Ekstrovert.
Selain itu, faktor kepribadian juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan adalah kapasitas
individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Oleh karena itu,

8
kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan merupakan faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja menurut Stephen P. Robbins.
1. Indikator Tipe Myers-Briggs (MBTI)
Merupakan tes kepribadian yang menggunakan empat karakteristik dan
mengklasifikasi orang kedalam 1 sampai dengan 16 tipe kepribadian. Individu
diklasifikasikan sebagai ekstrovert dan introvert (E atau I), tajam atau intuitif (S atau
N), pemikir atau perasa (T atau F) dan memahami atau menilai (P atau J) klasifikasi
tersebut kemudian di gabung menjadi 16 tipe kepribadian
2. Model Lima Besar
lima dimensi dasar saling mendukung dan mencakup sebagian besar perbedaan
keperibadian manusia, faktor-faktor lima besar tersebut adalah:
 Ekstroversi, merupakan dimensi kepribadian yang menggambarkan seseorang
yang sangat supel, riang dan percaya diri.
 Kemampuan untuk bersepakat, merupakan suatu dimensi yang menggambarkan
seseorang yang bersifat baik, kooperatif dan mempercayai.
 Kemampuan untuk mendengarkan suara hati, dimensi keperibadian yang
menggambarkan seseorang yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, stabil
dan tertata.
 Stabilitas emosi merupakan keperibadian yang mencirikan seseorang sebagai
seorang yang tenang, percaya diri, tentram (positif) versus gugup, tertekan dan
tidak tertekan (negatif).
 Keterbukaan terhadap pengalaman merupakan dimensi keperibadian yang
mencirikan seseorang berdasarkan imajinasi, sensivitas dan keingintahuan.
3. Meciavellianisme
Menurut Robbins (1998), Machiavellianisme adalah sifat individu yang
bersifat pragmatis, menjaga jarak emosional, dan meyakini bahwa tujuan dapat
membenarkan cara, yakin bahwa tujuan dapat dicapai dengan menghalalkan segala
cara
4. Keyakinan Diri (self esteem- SE)
Self-esteem atau kepercayaan diri merupakan salah satu faktor kepribadian
menurut Stephen P. Robbins. Self-esteem adalah derajat individu dalam menyukai
atau tidak menyukai diri mereka sendiri. Individu yang memiliki self-esteem yang
tinggi cenderung memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri dan menghargai

9
nilai-nilai yang ada pada dirinya. Self-esteem yang tinggi juga dapat mempengaruhi
perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam lingkungan kerja.
self-esteem yang terlalu tinggi juga dapat berdampak negatif pada perilaku individu
dalam lingkungan kerja. Individu yang memiliki self-esteem yang terlalu tinggi
cenderung menjadi terlalu percaya diri dan kurang menerima kritik atau saran dari
orang lain. Hal ini dapat menghambat kemampuan individu untuk belajar dan
berkembang dalam lingkungan kerja.
2.4 Perilaku Individu Dalam Organisasi
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik
individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya
akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-
masing lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa ke dalam tatanan
organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman
masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala
memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yg lainnya. Organisasi juga merupakan
suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan
dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian,
sistem pengendalian, dan sebagainya. Perilaku individu dalam lingkungan organisasi
mencakup presepsi, kemampuan dan sikap.
2.4.1 Presepsi
Persepsi menurut Stephen P. Robbins adalah suatu proses dimana individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk memberikan makna
pada lingkungan sekitarnya. Menurut Robbins, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang, yaitu individu yang bersangkutan (pemersepsi), faktor situasional
seperti waktu, keadaan/tempat kejadian, keadaan sosial, dan faktor dari target seperti hal-
hal yang baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan, dan kesamaan. Beberapa
karakteristik pribadi individu seperti sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman, dan
pengharapan atau ekspektasi juga dapat mempengaruhi persepsi individu dalam
organisasi. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk memahami persepsi karyawan
agar dapat mengelola perilaku individu dengan baik dan meningkatkan kinerja dan
kepuasan kerja karyawan.
Persepsi sangat tergantung pada faktor-faktor, antara lain individu yang membuat
persepsi, situasi yang terjadi pada saat persepsi itu dirumuskan serta gangguan-gangguan

10
yang memengaruhi dalam proses pembentukan persepsi target. berikut adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:
1. Faktor individu, seorang individu dalam membuat suatu persepsi akan
dilatarbelakangi oleh kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu attitude,
individu untuk membuat persepsi tentang sesuatu tersebut, kepentingan individu
terhadap sesuatu yang dipersepsikan, pengalaman individu dalam menyusun persepsi,
serta harapan individu dalam menentukan persepsi tersebut.
2. Faktor situasi, Situasi dalam menyusun suatu persepsi ditentukan momen yang tepat,
bangunan atau struktur dari objek yang dipersepsikan, serta kebiasaan yang berlaku
dalam sosial masyarakat dalam merumuskan persepsi. waktu ketika obyek atau
peristiwa tertentu terlihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti lokasi, cahaya, suhu
udara, atau sejumlah faktor situasi lainnya. Sebagai contoh, saya mungkin tidak
memperhatikan seorang wanita berusia 22 tahun dalam gaun malam dan tata rias tebal
di suatu klab malam pada sabtu malam. tapi wanita dengan dandanan dan pakaian
yang sama dalam kuliah manajemen pada senin pagi, pasti akan menarik perhatian
saya dan perhatian seluruh kelas, baik pelaku persepsi maupun target tidak berubah
antara sabtu malam dan senin pagi, tetapi situasinya berlainan.
3. Faktor target, gangguan yang ada dalam menyusun persepsi sebagai gangguan
dalammenentukan target atau persepsi, biasanya adalah objek yang akandipersepsikan
merupakan perihal yang benar-benar baru (novelty) adanya gambaran hidup yang
memengaruhi dalam membentuk persepsi (motion), suara-suara yang timbul pada saat
membentuk persepsi (sounds), ukuran dari bentuk persepsi (size), yang melatar
belakangi pembentuk persepsi tersebut (backround), dan kedekatan persepsi dengan
objek lain yang dapat membentuk persepsi yang hampir sama (proximity), serta
kesamaan (similarity) dari persepsi yang akan dibangun dengan persepsi lain.
2.4.2 Kemampuan
Kemampuan menurut Stephen P. Robbins adalah kapasitas individu untuk melaksanakan
berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Pencapaian tujuan organisasi atau manajemen
yang berhasil adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengeksploitasi kan kelebihan
sebesar-besarnya dan menekankan kekurangannya dari berbagai orang untuk bersama-
sama meningkatkan produktivitas. kemampuan individu memiliki dampak yang signifikan
dalam kinerja dan keberhasilan organisasi. Berikut adalah beberapa pengaruh penting
kemampuan individu dalam organisasi menurut Stephen P. Robbins:

11
1. Kinerja Individu: Kemampuan individu mencakup pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan atribut pribadi yang mereka bawa ke dalam pekerjaan mereka.
Individu yang memiliki kemampuan yang relevan dengan pekerjaan mereka lebih
mungkin untuk berhasil dalam tugas-tugas yang mereka hadapi. Kinerja individu yang
baik mengarah pada pencapaian target dan tujuan pekerjaan dengan lebih efisien.
2. Produktivitas: Kemampuan individu yang tinggi memungkinkan mereka untuk
melakukan pekerjaan dengan lebih cepat dan efisien. Hal ini dapat meningkatkan
produktivitas keseluruhan organisasi karena individu yang kompeten dapat
menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang sama. Hal ini juga
berdampak pada efisiensi biaya dan penggunaan sumber daya.
3. Inovasi: Kemampuan individu tidak hanya mencakup keterampilan teknis, tetapi juga
kemampuan berpikir kreatif dan analitis. Individu yang mampu berpikir "di luar
kotak" dan menciptakan solusi baru dapat membantu organisasi dalam
mengidentifikasi peluang baru dan menghadapi tantangan dengan cara yang inovatif.
4. Kepuasan Kerja: Individu yang merasa mampu menggunakan kemampuan mereka
secara maksimal cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka. Kepuasan
kerja dapat meningkatkan retensi karyawan, mengurangi tingkat turnover, dan
menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.
2.4.3 Sikap
Sikap menurut Stephen P. Robbins adalah pernyataan evaluatif terhadap segala
sesuatu, bisa berupa objek, orang, atau peristiwa. Sikap mencerminkan perasaan seseorang
terhadap sesuatu. Sikap mempunyai tiga komponen utama, yaitu kesadaran, perasaan, dan
perilaku. Menurut Robbins, sikap dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pengalaman, lingkungan, dan budaya. Sikap dapat mempengaruhi perilaku individu dalam
organisasi dan dapat memengaruhi hubungan antar individu dalam organisasi. Oleh karena
itu, penting bagi organisasi untuk memahami sikap karyawan agar dapat mengelola
perilaku individu dengan baik dan meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawan.
Berikut adalah beberapa aspek pengaruh sikap terhadap organisasi menurut Stephen P. Robbins:
1. Kepuasan Kerja: Pandangan seseorang terhadap perusahaan mereka dapat
memengaruhi tingkat kepuasan kerja mereka. Karyawan yang memiliki pandangan
positif terhadap perusahaan mereka cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka
dan lebih mungkin untuk tetap tinggal. Sebaliknya, karyawan yang memiliki
pandangan negatif terhadap perusahaan mereka dapat menyebabkan ketidakpuasan,
turnover yang tinggi, dan penurunan produktivitas.

12
2. Keterikatan Organisasi: Orang-orang yang memiliki pandangan positif tentang
organisasi mereka dapat membantu meningkatkan keterikatan mereka dengan
organisasi mereka. Karyawan yang merasa terikat dengan organisasi mereka lebih
termotivasi untuk berkontribusi secara maksimal, berbagi ide-ide mereka, dan
berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Komitmen Organisasi: Sikap individu terkait dengan tingkat komitmen mereka
terhadap organisasi. Karyawan yang sangat berdedikasi terhadap perusahaan mereka
cenderung lebih setia, berusaha keras untuk mencapai tujuan perusahaan, dan
mempertimbangkan hubungan kerja jangka panjang.

2.5 Konflik yang Dapat Timbul dari Perilaku individu dalam organisasi

Konflik antarindividu dalam organisasi adalah ketidaksesuaian, perselisihan, atau


pertentangan antara dua orang atau lebih dalam organisasi yang dapat timbul karena
perbedaan pandangan hidup, perbedaan kepribadian, perbedaan tujuan dan nilai-nilai
pribadi, atau masalah hubungan pribadi dengan struktur organisasi. Berikut adalah
beberapa jenis konflik yang dapat timbul dari perilaku individu dalam organisasi
menurut perspektif Stephen P. Robbins:

1. Konflik Kepribadian (Personality Conflict): Konflik ini muncul karena perbedaan


dalam sifat, nilai-nilai, atau karakteristik kepribadian antara individu. Perbedaan
dalam preferensi, gaya kerja, atau tingkat ekstraversi-introversi adalah beberapa
contoh yang bisa memicu konflik kepribadian.
2. Konflik Peran (Role Conflict): Konflik ini terjadi ketika individu menghadapi
tuntutan peran yang bertentangan atau kontradiktif dalam organisasi. Sebagai contoh,
seorang karyawan mungkin memiliki tugas yang saling bertentangan atau konflik
dalam peran sebagai atasan dan rekan sejawat.
3. Konflik Sumber Daya (Resource Conflict): Persaingan atas sumber daya seperti
anggaran, personel, ruang, atau peralatan bisa menyebabkan konflik antarindividu
atau antarunit dalam organisasi. Persaingan ini terjadi ketika sumber daya terbatas dan
banyak pihak yang menginginkannya.
4. Konflik Nilai (Value Conflict): Konflik ini muncul akibat perbedaan dalam nilai-nilai,
etika, atau prinsip moral antara individu atau kelompok dalam organisasi. Konflik
nilai bisa timbul jika tindakan atau kebijakan organisasi tidak sejalan dengan nilai-
nilai individu.

13
5. Konflik Kepemimpinan (Leadership Conflict): Konflik ini muncul ketika individu
merasa tidak puas dengan kepemimpinan atau gaya manajemen yang diterapkan oleh
pemimpin mereka. Ketidaksetujuan terhadap keputusan atau pengambilan keputusan
yang tidak transparan adalah contoh dari konflik kepemimpinan.

2.6 Dasar-dasar Perilaku Kelompok Dapat Mempengaruhi Perilaku Individu


Menjelaskan bagaimana dinamika kelompok dapat berdampak pada perilaku dan
pengambilan keputusan individu dalam konteks kelompok. Pemahaman dasar-dasar ini
penting dalam manajemen sumber daya manusia dan psikologi organisasi. Berikut adalah
beberapa dasar-dasar perilaku kelompok yang memengaruhi perilaku individu:
1. Norma dan nilai: Norma dan nilai kelompok dapat mempengaruhi perilaku individu
dalam kelompok tersebut. Norma sosial menentukan apa yang dianggap benar atau
salah, pantas atau tidak pantas, dan membantu mengarahkan perilaku anggota
kelompok. Nilai-nilai bersifat lebih abstrak dan mencerminkan keyakinan dan
prinsip yang dijunjung tinggi oleh kelompok.
2. Peran: Setiap anggota kelompok biasanya memiliki peran yang ditugaskan atau
diharapkan oleh kelompok. Peran tersebut mencakup tanggung jawab, fungsi, dan
perilaku tertentu yang diharapkan dari individu tersebut. Peran dapat melibatkan
pemimpin, koordinator, penentu keputusan, atau peran lain yang sesuai dengan
tujuan kelompok
3. Struktur kelompok: Struktur kelompok mencakup tata letak formal dan informal dari
hubungan antar anggota kelompok. Struktur kelompok dapat mempengaruhi
perilaku individu dalam kelompok tersebut
4. Komunikasi: Komunikasi antar anggota kelompok dapat mempengaruhi perilaku
individu dalam kelompok tersebut. Komunikasi yang efektif dapat membantu
meningkatkan kinerja kelompok dan memperkuat hubungan antar anggota kelompok

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mempelajari dasar-dasar perilaku individu dalam konteks organisasi memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana orang berinteraksi, beradaptasi, dan
berkontribusi di tempat kerja. Beberapa poin penting, Banyak faktor memengaruhi perilaku
individu; ini termasuk kepribadian, pengalaman, nilai, dan motivasi. Sangat penting untuk
memahami faktor-faktor ini untuk mengantisipasi dan mengelola perilaku karyawan di
perusahaan. Konsep seperti komunikasi, konflik, kepemimpinan, dan budaya perusahaan
sangat memengaruhi perilaku seseorang di dalam organisasi. Untuk mencapai tujuan
perusahaan, manajemen yang bijak harus dapat memahami dan memanfaatkan aspek-aspek
ini. Dalam interaksi di tempat kerja, konflik dapat muncul dari berbagai sumber, seperti
perbedaan nilai, tujuan, dan konformitas. Menangani konflik dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas dan menjaga keharmonisan di antara orang.

3.2 Saran
Berdasarkan pemahaman tentang dasar-dasar perilaku individu dalam organisasi,
berikut adalah beberapa saran yang dapat diambil:
1. Perluasan Pemahaman: Organisasi perlu terus memperluas pemahaman tentang faktor-
faktor yang memengaruhi perilaku individu. Ini termasuk peningkatan dalam
pengenalan terhadap diversitas kepribadian, nilai, dan budaya yang ada di dalam
organisasi.
2. Pelatihan dan Pengembangan: Investasikan dalam pelatihan dan pengembangan
karyawan untuk memahami dan mengelola konflik, memperbaiki keterampilan
komunikasi, dan memahami peran dan tujuan organisasi dengan lebih baik.
3. Pendekatan Berbasis Tim: Fasilitasi kerja tim yang efektif dengan mempromosikan
kolaborasi, komunikasi yang terbuka, dan pemahaman terhadap perbedaan individual
dalam kelompok kerja.
4. Budaya Organisasi: Budaya organisasi yang positif dan mendukung memainkan peran
besar dalam membentuk perilaku individu. Perluasan budaya yang mendorong kerja
sama, inovasi, dan integritas dapat meningkatkan kinerja individu.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://anahuraki.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/BAB-3-DASAR-DASAR-PERILAKU- INDIVIDUAL.pdf

http://mclaming.blogspot.com/2011/05/dasar-dasar-perilaku-individu.html
http://berandakampus.wordpress.com/2011/01/14/makalah-dasar-dasar-prilaku-individu/

16

Anda mungkin juga menyukai