Disusun Oleh :
Dosen:
Tasril, SE, MM
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat
dan Nilai Budaya ini, disusun sebagai syarat untuk memenuhi penilaian dalam mata
makalah ini dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis memohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini dan mengharapkan
saran serta kritik yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1. Karkteristik............................................................................................3
2.2. Kepribadian...........................................................................................7
2.2.1. Faktor Kepribadian............................................................................8
2.2.2. Dimensi Kepribadian.........................................................................8
2.3. Kemampuan................................................................................................12
2.3.1. Dampak Kemampuan.........................................................................15
2.4. Nilai Budaya...............................................................................................16
2.4.1. Fungsi Budaya...................................................................................17
2.4.2. Nilai Budaya dalam Organisasi.........................................................18
2.4.2.1. Pelembagaan adalah Awal Pembentukkan Budaya...............20
2.4.2.2. Budaya Sebagai Suatu Kewajiban.........................................22
3.1 Simpulan......................................................................................................24
3.2 Saran............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26
iii
Gambar 2.2.1 Model RIASEC Holland.............................................................11
Gambar 2.4.1 Aktualisasi dan Terbentuknya Budaya........................................19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kepribadian, serta nilai budaya di dalam organisasi sangat penting karena individu
di dalam organisasi merupakan motor penggerak utama keberlangsungan
organisasi.
1.4. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan dan
pembelajaran bagi penulis maupun pembaca dalam mengetahui dan memahami
karakteristik individu berdasarkan, kemampuan, kepribadian, serta nilai budaya di
dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1. Karakteristik
Manusia menjadi dimensi penting atau motor penggerak utama dalam
keberlangsungan organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja
individu yang ada didalamnya. Karatekristik yang pada hakikatnya berbeda antara
satu individu dengan yang lainnya menjadi salah satu faktor penting yang
berpengaruh dalam menentukan kualitas kinerja seorang anggota dalam suatu
organisasi. Karakteristik sendiri dapat didefiisikan secara berbeda bergantung dari
sudut pandangnya. Berikut adalah definisi karakteristik individu menurut para
ahli, yaitu:
a. Menurut Robbins (2003), karakteristik individu adalah cara memandang ke
obyek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya.
b. Menurut Ardana dkk. (2008), bahwa karakteristik individu adalah minat, sikap
terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan, kebutuhan individual,
kemampuan atau kompetensi, pengetahuan tentang pekerjaan dan emosi,
suasana hati, perasaan keyakinan dan nilai-nilai.1
c. Rahman (2013) mendefinisikan karakteristik individu sebagai ciri khas yang
menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan
untuk tetap tegar menghadapi tugas sampai tuntas atau memecahkan masalah
atau bagaimana menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan
yang mempengaruhi kinerja individu.2
Berdasarkan pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik individu adalah ciri khas atau sifat khusus pada diri seseorang
yang
1
Andy Setiawan dan Tri Bodroastuti, Pengaruh Karakteristik Individu dan Faktor-Faktor Pekerjaan
terhadap Motivasi (Studi pada Karyawan CV. Bintang Timur Semarang), (Semarang: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala), hlm. 8.
2
Abdur Rahman, Pengaruh Karakteristik Individu, Motivasi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja
Pegawai pada Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala,
Jurnal Organisasi dan Manajemen Vol. 1 No. 2, April 2013, hlm. 76.
3
4
3
Stephen P. Robbins, Essentials of Organizational Behavior 7th Edition, (New Jersey: Prentice-Hall,
2003), hlm. 15.
4
Irham Fahmi, Perilaku Organisasi: Teori, Aplikasi, dan Kasus, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 36-
39.
5
b. Usia
Dalam konteks usia semakin baik kesehatan yang dimiliki oleh suatu
masyarakat maka semakin panjang usia yang dimiliki seseorang, dan begitu pula
sebaliknya semakin rendah pemahaman tentang kesehatan maka semakin pendek
usia seseorang. Di negara maju umumnya pemahaman tentang kesehatan lebih
baik dibandingkan di negara berkembang dan terbelakang, sehingga wajar usia
produktif di negara maju jauh lebih tinggi dibandingkan di negara berkembang
seperti Indonesia.
Contoh usia produktif dan masih tetap sehat seperti Madeleine K. Albright
yang merupakan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat tahun 1997.
Dimana beliau memimpin berbagai organisasi yang bergerak di bidang profit dan
non-profit. Jimmy Carter yang merupakan Presiden AS ke 39 periode 1977-1981
yang hingga saat ini masih sehat dan memiliki aktivitas memantau berjalannya
demokrasi dan Hak Asasi Manusia diseluruh dunia melalui lembaganya Carter
Centre, dan saat ini umurnya 88 tahun. Investor George Soros yang lahir 12
Agustus 1930 berumur 82 tahun adalah investor yang sampai saat ini masih
produktif untuk mengontrol jalannya berbagai bisnis investasinya yang tersebar
diseluruh dunia. Warren Buffet yang lahir tanggal 30 Agustus 1930 berumur 82
tahun adalah seorang pebisnis dengan bakat telah terlihat semenjak masih kecil.
Ini dibuktikan dengan kemampuan bisnisnya dari sejak menjadi loper Koran pada
umur 11 tahun hingga saat ini telah menjadi orang terkaya nomor 2 (dua) di dunia.
Dan hingga saat ini vitalitas serta kesehatan selalu menjadi bagian favorit yang
dijaganya.
Bagi sebuah organisasi jika para karyawan di organisasinya banyak yang sehat
dan mampu mengatur pola hidup sehat maka memungkinkan organisasi tersebut
6
akan terhindar dari berbagai masalah. Sehingga wajar jika beberapa perusahaan
sering melakukan berbagai kebijakan untuk membangun pola hidup sehat bagi
para karyawannya, seperti acara perkumpulan olah raga bersama, siraman rohani,
dan berbagai aktivitas sejenis lainnya. Dengan tujuan mampu mengurangi stres
tingkat karyawan perusahaan.
c. Status
Posisi status dapat dilihat dari segi single (sendiri), menikah (marriage), atau
bercerai (divorce). Di negara maju atau di perkotaan angka perceraian jauh lebih
tinggi. Ini terjadi disebabkan oleh berbagai alasan salah satu faktornya diakibatkan
oleh tingginya aktivitas kehidupan baik laki-laki maupun wanita. Jumlah wanita
karir yang terlalu banyak dan menuntut mereka untuk bekerja maksimal
menyebabkan waktu untuk mengurus rumah tangga menjadi tersita sehingga
dampaknya banyak dari mereka yang berusia 30-an bahkan 40-an belum menikah
bahkan ada perkawinan yang berakhir dengan perceraian. Salah satu dampak
perceraian bagi pasangan yang memiliki anak maka akan timbul single parent
(orang tua tunggal) biasanya hak asuh anak akan jatuh pada si istri (ibu anak)
sampai usia 10 atau 12 tahun sesuai dengan keputusan pengadilan. Dalam kasus
tertentu di negara berkembang dan terbelakang kasus perceraian juga terjadi
karena tidak lahir anak laki-laki, sehingga bagi mereka keturunan penerus
generasi dianggap tidak ada.
d. Masa Kerja
Masa kerja yang pendek dan lama mampu memberi pengaruh pada experience
(pengalaman) dari seorang karyawan. Semakin lama masa kerja maka tentunya
experience yang dimiliki juga semakin matang, sehingga wajar jika suatu
organisasi dalam melakukan recruitment menempatkan syarat pengalaman
sebagai salah satu syarat penting. Dalam konteks ini muncul istilah senior dan
yunior. Jika kita mendefinisikan senioritas sebagai masa seseorang menjalankan
pekerjaan tertentu, kita dapat mengatakan bahwa bukti paling baru menunjukkan
suatu hubungan positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan. "Secara
konsisten ditemukan
7
bahwa masa kerja berhubungan negatif dengan keluar masuknya karyawan dan
telah ditemukan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik tentang keluar
masuknya karyawan.
Artinya mereka yang memiliki masa kerja lama atau experience yang matang
menginginkan memperoleh pekerjaan dan gaji yang lebih memuaskan. Sehingga
jika di suatu organisasi ia tidak mendapatkan semua itu sesuai dengan
keinginannya maka keputusan keluar atau mundur dianggap sebagai alternatif
dalam mencari tempat lain yang lebih menjanjikan. Sering pindahan kerja itu
diperoleh dari jaringan kerja yang telah diperoleh pada tempat kerja sebelumnya.
Keputusan mencari pekerjaan ditempat lain dapat dianggap sebagai sesuatu
yang sah-sah saja sejauh itu tidak menyalahi aturan dalam dunia pekerjaan.
Kesalahan atau tindakan yang dianggap tidak etis jika seorang karyawan yang
mengetahui dengan detil strategi perusahaan baik dalam bentuk data kuantitatif
maupun kualitatif kemudian selanjutnya pindah bekerja ke perusahaan pesaing
dengan keputusan membocorkan seluruh data dari perusahaan sebelumnya dan
memperoleh imbalan keuangan sebagai kompensasi dari tindakan tersebut.
2.2. Kepribadian
Terdapat beberapa pengertian dari kepribadian atau personality yang
diberikan para pakar, yaitu sebagai berikut:
Menurut Kreitner dan Kinicki (2010), kepribadian adalah kombinasi
karakteristik fisik dan mental yang stabil dan memberikan identitas
individual5.
Menurut McShane dan Von Glinow (2010), kepribadian adalah pola yang
relatif bertahan lama tentang pemikiran, emosi dan perilaku yang
menunjukkan karakteristik orang, sejalan dengan proses psikologisnya.
Menurut Robbins dan Judge, kepribadian adalah organisasi dinamis dari
system psikologis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian uniknya
pada lingkungannya6.
5
ibid., hlm.15-16.
6
Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge, Organizational Behavior 15th Edition, (United States of
America: Prentice Hall, 2013), hlm. 133.
8
7
Jason A. Colquitt, Jeffery A. LePine, & Michael J. Wesson, Organizational Behavior: Improving
Performance and Commitment in The Workplace 4th Edition, (New York: McGraw-Hill Education,
2015), hlm. 278-291.
10
Extroversions
Karakteristik seseorang dari dimensi kepribadian ini lebih kepada
menggambarkan seseorang dengan sifat berpandangan keluar atau jangka
panjang. Seseorang dengan karakter ini cenderung bersifat mudah bergaul,
aktif berbicara, dominan, dan tegas. Lawan dari karakteristik ini adalah
introversions yang cenderung memiliki sifat pemalu, pendiam, dan berhati-
hati.
8
Robbins & Judge, Op.Cit., hlm. 135-136.
11
2.3. Kemampuan
Greenberg dan Barron (2003) mendefinisikan kemampuan atau ability
sebagai kapasitas mental dan fisik untuk mewujudkan tugas.9 Kemampuan juga
didefinisikan oleh Robbins10 sebagai suatu kapasitas dalam diri individu untuk
melakukan atau mewujudkan berbagai tugas dalam pekerjaan, sedangkan
Colquitt, LePine, dan Wesson11 mengartikan kemampuan sebagai suatu hal yang
menunjukkan kapabilitas yang dimiliki seseorang yang relatif stabil untuk
mewujudkan rentang aktivitas tertentu yang berbeda tetapi saling berhubungan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian kemampuan
yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan suatu
kemahiran yang dimiliki seorang individu dalam mewujudkan atau menjalankan
berbagai tugas dalam mencapai tujuannya. Pada dasarnya kemampuan memiliki
makna yang berbeda dengan keterampilan, yang mana kemampuan seseorang
biasanya relatif stabil meskipun kemampuan dapat berubah secara perlahan
dengan pelatihan atau pengulangan yang kerap dilakukan. Namun tidak untuk
keterampilan, keterampilan seseorang dapat berubah dan diperbaiki sepanjang
waktu melalui pelatihan dan pengalaman individu.
Robbins berpendapat bahwa kemampuan dibentuk oleh dua faktor penting,
yaitu intellectual dan physical abilities.12 Sedangkan Colquitt, LePine, dan
Wesson menjelaskan bahwa kemampuan dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
kemampuan kognitif, emosi dan fisik.13 Didasarkan dari pendapat-pendapat
tersebut, kemampuan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan seseorang dalam melakukan
aktivitas mental.8 Kemampuan intelektual sangat diperlukan pada dunia pekerjaan
dalam membantu individu dalam mencapai keberhasilan, dan setiap pekerjaan
mempunyai tuntuta terhadap kemampuan intelektual yang berbeda. Greenberg
dan
9
Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 93.
10
Robbins & Judge, Op.Cit., hlm. 52.
11
Colquitt, LePine, & Wesson, Op.Cit., hlm. 320.
12
Robbins & Judge, Op.Cit., hm. 52.
13
Colquitt, LePine, dan Wesson, Op.Cit., hlm. 321.
13
b. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemapuan menunjukkan kapabilitas
berkaitan dengan akuisisi dan aplikasi pengetahuan dalam pemecahan masalah.
Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan seorang individu
dalam
14
Wibowo, Op. Cit., hlm. 94-106.
14
c. Kemampuan Emosional
Menurut Colquitt, Lepine, dan Wesson (2015) kemampuan emosional
merupakan tipe kemampuan yang mempengaruhi tingkatan dimana orang
cenderung efektif dalam situasi sosial, tanpa memandang tingkat kemampuan
kognitif mereka. Namun terdapat pandangan yang berbeda dari para ahli
mengenai kemampuan emosional, salah satunya adalah pandangan dari Robbins
(2003) yang melihat bahwa masalah emosional dari segi kecerdasan bukan
masalah kemampuan, sedangkan Greenberg dan baron berpendapat bahwa
masalah emosional sebagai bagian dari masalah kemampuan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat dilihat masih terdapat
perdebatan dan meyakini bahwa kemampuan manusia yang mempengaruhi fungsi
sosial dinamakan kecerdasan emosi dan kecerdasan inilah terdapat hubungan
15
Colquitt, LePine, & Wesson, Op.Cit., hlm. 322-325.
15
d. Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan seseorang individu dalam menjalankan
kegiatan yang menuntut seseorang melibatkan aktivitas fisik. Kemampuan fisik
juga merupakan kapasitas untuk melakukan tugas yang menuntut stamina,
ketangkasan, kekuatan, dan karakteristik semacamnya.16
Kemampuan fisik memiliki kepentingan untuk berhasil dalam melakukan
pekerjaan yang kurang memerlukan keterampilan seperti kemampuan intelektual
tapi lebih kepada kegiatan yang terstandardisir, dimana kegiatan tersebut lebih
menuntut stamina, ketangkasan manual, kekuatan kaki atau bakat sejenis yang
dapat mengidentifikasi kapabilitas fisik pekerja. Beberapa kemampuan yang dapat
dikatakan sebagai indikator dari kemampuan fisik yaitu, kekuatan, kelenturan,
koordinasi, stamina, kecepatan, psikomotor, sensori, dan keseimbangan.
16
Robbins & Judge, Op.Cit., hlm. 55.
17
Wibowo, Op. Cit., hlm. 107-108.
16
maupun eksternal. Ketiga budaya itu tampak secara fisik yang merupakan bentuk
fisik dari hasil karya manusia.18
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa budaya
merupakan sebuah kultur yang tumbuh disetiap kawasan yang dapat
mempengaruhi perilaku bagi anggota masyarakatnya. Budaya dapat menghasilkan
suatu identitas baik secara individu, kelompok, organisasi, bahkan komunitas
masyarakat tertentu.
18
Khaerul Umam, Perilaku Organisasi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 123.
19
ibid., hlm. 125.
18
20
Sentot Imam Wahjono. Perilaku Organisasi. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 41.
19
Contoh jelas pengaruh budaya kuat yang dianut oleh suatu organisasi dan
itu mampu mendorong pembentukan mendorong pembentukan manajemen kinerja
di organisasi adalah salah satunya pada perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh
orang India. Masyarakat India sudah lama dikenal bahwa hubungan kekerabatan
mereka sesama anggota keluarga sangat kuat. Sehingga kita sering menemui
tentang family business di masyarakat India, artinya mereka mendirikan dan
21
Irham Fahmi, Perilaku Organisasi: Teori, Aplikasi, dan Kasus, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 51.
20
melakukan perekrutan tenaga kerja yang berasal dari garis keturunan mereka
sendiri khususnya para anggota keluarga. Dan tujuannya ada bermacam-macam,
diantaranya adalah:22
1. Berbagai macam permasalahan bisnis dan konflik yang terjadi di dalam
perusahaan akan dapat cepat diselesaikan. Karena para anggota keluarga akan
saling menghormati dan mematuhi setiap keputusan, apalagi jika keputusan
tersebut dipimpin dan dibuat oleh salah satu anggota keluarga tertua.
2. Konsep family business diharapkan mampu menjaga rahasia bisnis dengan
baik.
3. Perolehan keuntungan dapat dipakai untuk menyejahterakan para anggota
keluarga. Karena ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa jika ingin
membantu maka bantulah terlebih dahulu keluarga dekat, dan jika keluarga
dekat telah terbantu maka bantulah keluarga jauh. Dan sebaliknya keluarga
yang telah dibantu itu pula yang akan membantu kita jika berada dalam
kesusahan di kemudian hari.
4. Para anggota keluarga dapat belajar bisnis dan khususnya dapat tertampung
pekerjaan. Bagaimanapun mencari dan mendapatkan pekerjaan yang layak
bukan urusan yang mudah, namun dengan adanya ketersediaan lapangan
pekerjaan yang memadai seseorang dapat dengan mudah mendapatkan
pekerjaan disana.
22
Ibid., hlm. 51-52.
21
dengan senyum dan kata-kata baik dan yang memotivasi untuk membangkitkan
antusiasme kerja di setiap hari. Mentaati semua peraturan yang dibuat dan telah
disepakati bersama. Meminta maaf manakala terpaksa harus melanggar disiplin,
melanggar peraturan yang disepakati, dan menyalahi janji Apabila teladan
eksekutif tersebut dilakukan dengan dawam (konsisten) maka dalam jangka
panjang akan memperkuat pembiasaan pendiri dan seterusnya secara simultan
pembiasaan itu akan menjadi sesuatu yang melembaga yang disepakati semua
pihak yang terlibat dalam kegiatan organisasi. Saat itulah budaya organisasi
terbentuk.
23
Wahjono, Op. Cit., hlm. 42-43.
23
.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan dalam makalah ini, dapat
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Karakteristik individu dapat didefinisikan sebagai ciri khas atau sifat khusus
pada diri seseorang yang membuatnya memiliki kemampuan yang berbeda
dengan orang lain dalam menafsirkan apa yang dilihatnya dan cara bertindak
untuk melakukan suatu pekerjaan. Kemampuan merupakan suatu kemahiran
yang dimiliki seorang individu dalam mewujudkan atau menjalankan
berbagai tugas dalam mencapai tujuannya. Kepribadian didefinisikan
sebagai karakteristik individu yang dapat menunjukkan identitas seseorang
melalui pemikiran, emosi, dan perilakunya yang dipengaruhi oleh faktor
keturunan dan lingkungannya. Nilai budaya adalah sebuah kultur yang
tumbuh disetiap kawasan yang dapat mempengaruhi perilaku bagi anggota
masyarakatnya dan dapat menghasilkan suatu identitas baik secara individu,
kelompok, organisasi, bahkan komunitas masyarakat tertentu.
2. Faktor-faktor yang membedakan karakteristik individu antara lain adalah
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dalam organisasi, suku
bangsa, kepribadian, dan status perkawinan. Faktor yang mempengaruhi
pembentukan kemampuan individu yaitu kemampuan intelektual yang
terdiri dari cognitive intelligence, emotional intelligence, practical
intelligence, dan successful intelligence, serta kemampuan fisik yang terdiri
dari kekuatan, kelenturan, koordinasi, stamina, kecepatan, dan
keseimbangan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kepribadian antara
lain adalah keturunan, lingkungan, situasi, dan pengalaman hidup.
24
25
3.2. Saran
Penjelasan mengenai pemahaman perencanaan pendidikan dan cara
mengkonsepkannya dapat disebutkan lebih detail dengan sumber yang lebih
beragam.
DAFTAR PUSTAKA
26