OLEH :
Kelompok 11
Nama Anggota :
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat Menyusun paper ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam paper ini kami membahas mengenai “Memahami dan Mengelola
Perilaku Individu Maupun Kelompok, dan Negosisasi unruk Mengatasi Konflik”.
Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen
yang telah memberikan tugas ini kepada kelompok kami untuk dibahas. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada teman-teman yang terlibat dalam penyelesaian tugas paper ini dengan
tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa paper yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca, agar penulis kami
dapat menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Akhir kata semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jimbaran, 13 Maret
2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.4. Manfaat............................................................................................................................ 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.6. Perubahan Pandangan Tentang Konflik Sikap terhadap konflik dalam organisasi ..... 8
2.7. Jenis-Jenis Konflik Terdapat lima jenis konflik yang ada dalam kehidupan
organisasi, yakni : ............................................................................................................... 9
PENUTUP................................................................................................................................ 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Perilaku organisasi merupakan suatu bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang
dimiliki individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalamorganisasi yang
bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan guna meningkatkankeefektifan suatu organisasi
(Robbins, 2008). Salah satu bentuk hambatan yangada didalam organisasi adalah konflik
yang disebabkan ketidakselarasan perilakudari individu, kelompok dan struktur dalam
suatu organisasi. Namun konflik juga dapat menjadi suatu peluang dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan lebihefektif dan efisien sehingga organisasi tidak bersifat statis.
Konflik yang dapat menjadi peluang dalam organisasi mampu menimbulkan perpecahan
apabila konflik tersebut tidak terkontrol. Maka, diperlukan proses negosiasi dalam suatu
konflik sebagai bentuk kelanjutan kerjasama dalammencapai tujuan organisasi. Selain
itu, konflik dan negosiasi dalam suatuorganisasi akan diatur oleh manajer dalam
menjalankan fungsinya, yaitu leadership
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan dari perilaku organisasi
2. Untuk mengetahui peran dan sikap individu terhadap kineja
3. Untuk mengetahui apa saja teori dalam kepribadian
4. Untuk mengetahui persepsi dan faktor yang mempengruhinya
5. Untuk mengetahui definisi Konflik
6. Untuk mengetahui perubahan pandangan terhadap konflik
7. Untuk mengetahui jenis-jenis konflik dalam negosiasi
8. Untuk mengetahui apa saja metode-metode dalam pengelolaan konflik
9. Untuk mengetahui Cara penanggulangannya dan mengatasi konflik Lini dan Staf
1.4. Manfaat
1. Bagi Akademisi
Digunakan untuk menambah wawasan dan sebagai tambahan bahan
referensi dalam penelitian sejenis dan dapat digunakan masukan serta bahan
pertimbangandalam pengembangan materi mengenai memahami dan pengelola
perilaku individu maupun kelompok dan negoisasi untuk mengatasi konflik.
2. Bagi Penulis
Digunakan untuk menambah wawasan serta pengetahuan lebih dalam
seputar dunia manajemen. Serta memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi
pada jurusan Akuntansi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Fokus dari Perilaku Organisasi Perilaku organisasi befokus pada tiga bidang
utama:
1. Perilaku Individu Berdasarkan hasil riset para psikolog,bidang ini meliputi topik
– topik seperti sikap,kepribadian,persepsi,pembelajaran dan motivasi.
2. Perilaku KelompokMeliputi norma,peran,pembinaan tim,kepemimpinan dan
konflik.Pengetahuan kita mengenai kelompok pada dasarnya berasal dari para
sosiolog dan psikolog sosial.
3. OrganisasiMeliputi struktur,kultur,dan kebijakan serta praktik sumber daya
manusia.
Tujuan dari Perilaku Organisasi Tujuannya, untuk
menjelaskan,memprediksi,dan mempengaruhi perilaku. Manajer harus mampu
menjelaskan mengapa karyawan melakukan perilaku tertentu,memprediksi
bagaimana karyawan akan menanggapi berbagai tindakan dan keputusan,dan
mempengaruhi perilaku karyawan.Enam perilaku penting karyawan :
1. Produktivitas karyawanMerupakan ukuran kinerja atas efisiensi dan
efektivitas. Manajer ingin mengetahui faktor – faktor apa saja yang akan
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas karyawan
2. KetidakhadiranTidak datang ke tempat kerja. Sulitbagi sebuah pekerjaan
untuk diselesaikan jika karyawan tidak hadir di kantor. Banyak studi yang
menunjukkan bahwa absen yangtidak direncanakan membebankan perusahaan
sekitar 660 dolar per karyawan per tahun.
3. Perputaran KaryawanMerupakan pengunduran diri permanen dari suatu
organisasi secara sukarela maupun tidak sukarela. Hal ini bisa menjadi masalah
karena menambah biaya rekrutmen,seleksi dan pelatihan sekaligus gangguan
kerja.
4. Organizational Citizenship Behavior (OCB)Merupakan tindakan atas
kehendak sendiri yang bukan menjadi bagian persyaratan kerja formal seorang
karyawan tetapi hal ini mendorong efektivitas dalam fungsi organisasi.
5. Kepuasan KerjaMerujuk pada sikap yang lazim ditunjukkan karyawan
terhadap pekerjaannya. Meskipun kepuasan kerja cenderung lebih mengacu
pada sikap ketimbang perilaku,hal ini merupakan hasil yang sering kali diamati
para manajer karena karyawan yang puas cenderung lebih sering hadir di
kantor,memiliki kinerja kerja yang tinggi dan loyal terhadap organisasi.
6. Perilaku buruk ditempat kerja.Merupakan perilaku karyawan yang
disengaja yang memiliki potemsi bahaya bagi organisasi atau individu dalam
organisasi. Perilaku ini dapat muncul melalu empat cara , yaitu :
3
a. Penyimpangan
b. Agresi
c. Perilaku antisosial
d. Kekerasan
Sikap dan Performa KerjaSikap merupakan pernyataan evaluatif, disukai atau tidak
disukai terkait dengan objek, orang atau kejadian.Suatu sikap memiliki tiga komponen
:
1. Komponen Kognitif : Suatu sikap merujuk pada keyakinan,opini,wawancara, atau
informasi yang dimiliki seseorang. Contoh: Keyakinan bahwa “diskriminasi itu
salah”
2. Komponen Afektif :Suatu sikap merupakan bagian emosi atau perasaab dari
sikap yang muncul.
Contoh :”Saya tidak menyukai sesuatu”
3. Komponen Perilaku : Suatu sikap merujuk pada itikad berperilaku dalam cara
tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
Contoh : “Saya memilih untuk menghidar dari pat karena perasaan saya
terhadapnya”
2.3 Kepribadian
B. Pilihan dalam menghimpun data: sensing atau intuitif (S atau N) Orang yang
bertipe sensing tidak menyukai masalah baru kecualistandar-standar tertentu
untuk memecahkannya, lebih menyukai rutinitasberkala, memiliki
kebutuhan tinggi untuk mencapai akhir, tekun dalampekerjaan yang
menuntut detail rutin, dan cenderung baik dalam pekerjaan yangmembutuhkan
keakuratan. Sedangkan orang yang bertipe intuitif adalahseseorang yang
suka memecahkan masalah, tidak suka melakukan hal berulang-ulang, langsung
menuju pada kesimpilan, kurang sabar dalam detail rutin, dantidak suka
menghabiskan waktu dalam pekerjaan yang membutuhkankeakuratan.
4
C. Pilihan dalam mengambil keputusan: feeling atau thinking (F atau T)
Seseorang yang termasuk dalam tipe merasakan (feeling)
menyadarikehadiran orang lain dan perasaan mereka, menyukai
keharmonisan, kadangmemerlukan pujian, tidak suka memberitahukan hal-
hal buruk, cenderungsimpatik, dan berhubungan baik dengan banyak orang.
Sedangkan orang yang bertipe berfikir (thinking) seseorang yang kurang
emosional dan tidak tertarikdengan persaan orang lain, menyukai analisis dan
menyusun berbagai hal secaralogis, mampu menegur orang lain dan
memecat mereka jika perlu, terlihatdingin, dan cenderung berhubungan baik
dengan orang yang bertipe sama.
2. Machiavellianisme
Seseorang yang Machiavellanismaya tinggi cenderung pragmatis menjaga
jarak emosi, dan percaya bahwa akhir hasil bisa membenarkan cara yang
dilakukan. Dalam pekerja yang menuntut kemampuan tawar- manawar seperti
manajer pembelian atau yang memberikan imbalan besar apabila melampaui
target orang –orang bersifat Machiavellime tinggi sangat produktif
6
rendah terkena pengaruh eksternal dari pada mereka yang memiliki harga diri
yang tinggi Harga diri juga terkait dengan kepuasan kerja. Orang orang yang
memiliki harga diri yang tinggi lebih puas dengan pekerjaan mereka
ketimbang orang-orang yang harga dirinya rendah.
4. Pemantauan diri (self-monitoring)
Pemantauan monitoring mengacu pada kemapuan seseorang untuk
menyesuaikan perilaku terhadap faktorr faktor situsional eksternal Seseorang
dengan pemantauan diri yang tiggi menunjukkan adaptabilitas yang besar
ketika menyesuaikan perilaku mereka. Mereka peka terhadap sinyal dari luar
dan bisa mengubah perilaku dalam beragam situasa dan mampu untuk
menunjukkan kontradiksi para penampilan di depan publik dan diri priladi
mereka Sedangkan seseorang dengan kemampuan pemantauan yang rendah
tidak bisa menyesuaikan perilaku mereka. Seseorang dengan pemantauan
perilaku yang rendah cenderung menunjukkan watak dan perilaku asli mereka
dalam setiap situas, dan terdapat konsistensi perilaku yang tinggi antara siapa
mereka dan apa yang mereka lakukan. Orang-orang dengan pemantauan diri
yang amat memperhatikan perilaku orang lain dan lebih flesibel daripada
orang-orang dengan pemantauan diri yang rendah.
5. Mengambil resiko (risk laking)
Setiap orang bebrbeda dalam kesediaan menerima peluang. Perbedaan
dalam kecenderungan untuk mengambil resiko terbukti mempengaruhi
lamanya seorang manajer dalam mengambil keputusan dan sebanyak apa
informasi yang mereka perlukan sebelum mengambil pilihan.
2.4. Persepsi
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat fungsional ataupun
berperan salah (dysfunctional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik
mempunyai potensi bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan
organisasi tergantung pada bagaimana konflik tersebut dikelola. Segi fungsional
konflik antara lain :
8
1)Manajer menemukan cara penggunaan dana yang lebih baik,
2)Lebih mempersatukan para anggota organisasi,
3)Manajer mungkin menemukan cara perbaikan prestasi organisasi,
4)Mendatangkan kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai organisasi,
5)Penggantian manajer yang lebih cakap, bersemangat dan bergagasan
baru.
Tetapi bagaimanapun juga, konflik mungkin akan berperan salah. Sebagai
contoh, kerjasama antar manajer dapat rusak, membuat sulitnya koordinasi
kegiatan-kegiatan organisasi. Hubungan antara konflik dan prestasi kerja
(performance) organisasi dapat dilihat dalam gambar berikut.
Seperti tampak pada gambar, ada tingkat konflik optimal, yaitu tingkat konflik
yang sangat fungsional, dimana performance organisasi adalah maksimum.
Bila tingkat konflik terlalu rendah, performance organisasi bisa mengalami
stagnasi. Perubahanperubahan organisasi terlalu lambat menyesuaikan diri
dengan berbagai tuntutan baru, dan kelangsungan hidup organisasi terancam.
Di lain pihak, bila tingkat konflik terlalu tinggi, kekacauan dan perpecahan
juga bisa membahayakan kelangsungan hidup organisasi.
2.7. Jenis-Jenis Konflik Terdapat lima jenis konflik yang ada dalam kehidupan
organisasi, yakni :
1) Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi
ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya,
bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu
diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2) Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, di mana hal ini sering
diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal
dari adanya konflik antar peranan (seperti antara manajer dan bawahan).
10
✓ Aturan mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik
antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui
prosedur yang adil.
Dalam organisasi klasik ada empat daerah struktural di mana konflik sering timbul:
a.Konflik hirarki, yaitu konflik antara berbagai tingkatan organisasi.
Manajemen menengah mungkin berkonflik dengan personalia penyelia,
11
dewan direktur mungkin berkonflik dengan manajemen puncak, atau secara
umum terjadi konflik antara manajemen dan para karyawan.
c.konflik lini-staf, yaitu konflik antara lini dan staf. Hal ini sering merupakan
hasil adanya perbedaan-perbedaan yang melekat pada personalia lini dan staf.
konflik formal-informal, yaitu konflik antara organisasi formal dan informal.
12
baik dalam spesialisasinya. Oleh sebab itu mereka kecewa bila saran-sarannya
tidak didukung dan diimplementasikan oleh manajer lini.
Penanggulangan Konflik Lini dan Staf
Tanggung jawab lini dan staf harus ditegaskan. Secara umum, para anggota lini
bertanggung jawab atas keputusan-keputusan operasional organisasi; atau dengan kata
lain, mereka harus bebas menerima, mengubah, atau menolak saran-saran staf. Di lain
pihak, para anggota staf harus bebas untuk memberikan saran bila mereka merasa hal
itu diperlukan tidak hanya bila anggota lini memintanya.
Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan lini dan staf. Saran-saran staf akan lebih
realistik bila berkonsultasi terlebih dahulu dengan anggota lini dalam proses
penyusunan saran-saran mereka. Konsultasi staf-lini ini juga akan membuat para
anggota lini bersedia mengimplementasikan gagasan-gagasan staf.
Mengajarkan lini untuk menggunakan staf. Manajer lini akan lebih efektif
memanfaatkan keahlian staf bila mereka mengetahui kegunaan staf spesialis bagi
mereka.
Mendapatkan pertanggung-jawaban staf atas hasil-hasil. Para anggota lini akan lebih
bersedia melaksanakan saran-saran staf bila para anggota staf ikut bertanggung jawab
atas kegagalan yang terjadi. Pertanggung jawaban ini juga akan membuat para anggota
staf lebih berhati-hati dalam menyusun saran-saran mereka.
Negosiasi untuk Mengatasi Konflik
Negosiasi menurut Phil Baguley adalah kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan
keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh kedua belah pihak dan menyetujui
apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Strategi
negosiasi dalam mengatasi konflik dapat dibedakan mnejadi dua, yaitu:
a. Negosiasi distributif yaitu negosiasi yang berupaya membagi sumber daya
yang jumlahnya tetap, dengan situasi menang-kalah
b. Negosiasi integratif yaitu negosiasi yang mencari satu penyelesaian atau
lebih yang dapat menciptakan situasi menang-menanng.
Dalam melakukan negosiasi untuk mengatasi konflik yang sedang terjadi, kita
dapat meminta bantuan pihak ketiga dalam bentuk:
a. Mediator, di mana pihak ketiga bersifat netral dan memfasilitasi
penyelesaian negosiasi dengan menggunakan penalaran, bujukan, dan saran-
saran alternative.
b. Arbitrator, di mana pihak ketiga dalam negosiasi mempunyai wewenang
mendiktekan kesepakatan atau dapat dikatakan memegang otoritas yang
memaksakan kesepakatan.
c. Konsiliator, merupakan pihak ketiga terpercaya yang memberikan jalur
hubungan komunikasi informal antara perundingan dan lawan.
d. Konsultan, merupakan pihak ketiga netral yang terlatih dalam manajemen
konflik yang berupaya memfasilitasi penyelesaian masalah kreatif melalui
komunikasi dan analisis.
13
BAB III
PENUTUP
3.0 Kesimpulan
Konflik tidak dapat dihindari dalam kehidupan sosial karena konflik itusendiri timbul
dari interaksi sosial yang dilakukan masyarakat, yaitu individuyang memiliki persepsi yang
berbeda-beda. namun, konflik tersebut dapatdicegah apabila antarindividu meyakini bahwa
orang lain tidak menimbulkandampak negatif terhadap dirinya melainkan menganggap
orang lain sebagai temanuntuk bekerjasama dalam mencapai tujuan. Konflik itu sendiri
dapat diatasidengan cara melakukan negosiasi. bentuk negosiasi yang dapat dilakukan
dengancara kompetisi, kolaborasi, penghindaran, akomodasi, dan kompromi hal ini perlu
diketahui oleh manajer dalam suatu organisasi karena implikasikonflik dapat membuat
organisasi menjadi konstruktif apabila manajer dapatmelakukan manajemen konflik
dengan baik ataupun juga dapat menjadidekonstruktif apabila manajer tidak dapat
melakukan manajemen konflik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Stephen P.Robbins & Mary Coulter. 2016 . Manajemen, Edisi Ketigabelas Jilid 2. Terjemahan
: Bob Sabran dan Devri Barnadi Putera.
Surya, N. (2017, January 8). Penangan Manajemen Konflik PT. Indofood. Retrieved from
http://nurisurya.blogspot.com: http://nurisurya.blogspot.com/2017/01/penangan-
manajemenkonflik-pt-indofood.html?m=
15