Anda di halaman 1dari 22

Pengauditan I Kelas C8

Pertemuan Ke-IV
Kamis, 29 September 2022

LAPORAN AUDITOR

Oleh:
Kelompok 1
1. Ni Luh Putu Pebri Anggreni (01/2017531008)
2. Ni Luh Gede Yuni Arthi (02/2107531009)

PROGRAM SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
PEMBAHASAN
1. Jenis – Jenis Laporan Auditor
1.1 Laporan Audit Bentuk Baku
SA Seksi 508 paragraf 7 menyatakan, Laporan auditor bentuk baku memuat
suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Kesimpulan ini dibuat hanya
bilamana auditor telah merumuskan pendapat demikian berdasarkan suatu audit
yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing.
Seksi ini juga menjelaskan keadaan-keadaan yang dapat mengharuskan audior
menyimpang dari laporan auditor bentuk baku dan memberikan panduan
penyusunan laporan auditor dalam keadaan-keadaan yang bersangkutan. Seksi ini
disusun menurut tipe pendapat yang dinyatakan auditor dalam setiap keadaan yang
dijelaskan. Bagian ini menjelaskan berbagai tipe pendapat auditor:
a. Laporan audit bentuk baku memuat pendapat wajar tanpa pengecualian
Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam hal ini yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas suatu satuan usaha sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum (Jusup,57:2001) Laporan ini
dirancang untuk memisahkan secara jelas antara tanggung jawab
manajemen dengan auditor ("armawan: 2012)
b. Bahasa Penjelas
Dalam laporan Auditor Bentuk Baku Keadaan tertentu mungkin
mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa
penjelasan yang lain dalam laporan auditnya.
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi
keuangan,hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang
berhubungan dengan yang dikecualikan.
d. Pendapat Tidak Wajar
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
 Unsur – unsur Laporan Audit Bentuk Baku
o Judul laporan
Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan dalam
judul tersebut tercantum pula kata independen. Sebagai contoh, judul yang
tepat adalah “laporan auditor independen,” “laporan dari auditor independen,”
atau“ pendapat akuntan independen.” Kewajiban untuk mencantumkan kata
independen dimaksudkan untuk memberitahu para pengguna laporan bahwa
audit tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara objektif/tidak
memihak.
o Alamat laporan audit
Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham
atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, telah menjadi
suatu kebiasaan untuk mengalamatkan laporan ini kepada para pemegang
saham untuk menunjukkan bahwa auditor itu independen terhadap perusahaan
dan dewan direksi perusahaan yang diaudit.
o Paragraph pendahuluan
Paragraf pertama laporan menunjukkan tiga hal: Pertama, membuat suatu
pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik telah melaksanakan audit.
Paragraf scope (lihat unsur ke-4) akan menjelaskan maksud dari kata audit.
Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit,
termasuk pencantuman tanggal neraca serta periode akuntansi dari laporan
laba rugi dan laporan arus kas. Ketiga, paragraf pendahuluan menyatakan
bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan
tanggung jawab auditor erletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pelaksanaan audit. Tujuan dari pernyataan-pernyataan
ini adalah untuk mengkomunikasikan bahwa manajemen bertanggung jawab
atas pemilihan prinsip akuntansi yang tepat, atas keputusan mereka memilih
ukuran yang digunakan serta pengungkapan mereka tentang penggunaan
prinsip-prinsip tersebut serta untuk mengklarifikasikan peran manajemen dan
auditor.
o Paragraph scope
Paragraf scope ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang dilakukan
auditor selama proses audit. Sesuai dengan SA 93 mewajibkan bahwa negara
asal prinsip akuntansi itu digunakan dalam mempersiapkan laporan keuangan
dan standar audit yang diikuti oleh auditor yang identifikasikan dalam laporan
audit.
o Paragraph pendapat
Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan kesimpulan
auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian ini
merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga
seringkali seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat
auditor.
o Nama KAP
Nama tersebut akan mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi
mana yang telah melaksanakan proses audit. Umumnya yang dituliskan adalah
nama kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik
tersebut bertanggung jawab, baik secara hukum maupun secara profesi, dalam
memastikan agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.
o Tanggal laporan audit
Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah tanggal
pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi
pemeriksaan.
1.2 Laporan Audit Standar
Laporan standar merupakan laporan yang paling umum diterbitkan dan berisi
pendapat wajar tanpa pengecualian yang menetapkan semua asersi manajemen atas
pengendalian internal wajar dalam material. Kesimpulan ini dapat diterapkan
apabila auditor telah memeriksa tidak ada kelemahan material dalam pengendalian
internal atas pelaporan keuangan. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menerbitkan laporan audit ini, meliputi:
a. Standar auditing sudah terpenuhi dan auditor sudah berkedudukan independen.
b. Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
c. Pernyataan yang dimuat dalam laporan keuangan mudah dipahami. Tidak
terdapat ketidakpastian yang luar biasa mengenai perkembangan perusahaan
pada periode berikutnya.
 Unsur – Unsur Laporan Audit Bentuk Standar
Proses membuat laporan audit standar di bawah ini juga berlaku untuk laporan audit
yang sifatnya menyimpang dari standar. Isinya tidak jauh berbeda dengan laporan
audit lainnya. Hanya saja akan ada perbedaan pada bagian pendapat Auditor dan
paragraf ruang lingkup yakni bagian kesimpulannya. Laporan audit wajar tanpa
pengecualian ini berisi:
o Judul laporan
Dalam laporan audit, baik laporan yang bersifat standar atau tidak harus
dicantumkan kata “Independen” pada bagian judulnya. Contohnya adalah
kalimat berupa “laporan audit independen” atau kalimat berupa “pendapat
akuntan independen”. Kata independen ini menunjukkan bahwa audit telah
dilakukan secara netral, transparan, dan akuntabel atau sederhananya tidak
memihak. Kata ini juga mengandung konsekuensi bahwa jika di kemudian
hari ditemukan adanya keberpihakan Auditor terhadap perusahaan yang di
audit, maka Auditor bersangkutan wajib bertanggungjawab.
o Alamat laporan audit
Alamat yang dimaksud adalah alamat dari kantor/institusi/perusahaan yang
diaudit. Alamat ini harus mencerminkan secara spesifik entitas yang
terhadapnya dilakukan audit.
o Paragraph pendahuluan
Paragraf pendahuluan harus memuat tiga pernyataan faktual. Tujuan dari
adanya penyataan ini adalah agar pembaca laporan dapat membedakan mana
tanggung jawab pihak manajemen dan tanggung jawab pihak akuntan publik
sebagai auditor. Ada tiga hal yang wajib dimuat dalam paragraf pendahuluan
ini, yakni:
a. Suatu pernyataan bahwa auditor telah melaksanakan audit. Pernyataan ini
dapat membedakan mana proses audit, mana proses monitoring dan mana
proses evaluasi saja.
b. Menyatakan jenis laporan keuangan yang diaudit, termasuk tanggal neraca
serta periode akuntansi untuk laporan laba rugi dan laporan arus kas.
c. Menyatakan bahwa penyiapan serta isi laporan keuangan merupakan
tanggung jawab manajemen, sedangkan tanggung jawab auditor hanyalah
sebatas pada pemberian opini atas laporan keuangan tersebut.
o Paragraph ruang lingkup
Dalam paragraf ruang lingkup ini harus dimuat beberapa paragraf yang
menyatakan bahwa Auditor secara faktual telah melakukan hal-hal yang
disebut dalam proses audit. Standarnya pernyataan faktual dalam paragraf
ruang lingkup di harus dimuat beberapa hal sebagai berikut:
a. Kalimat yang menyatakan bahwa audit telah dilakukan berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum.
b. Kalimat yang menyatakan bahwa program audit telah dirancang untuk
mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan salah saji informasi dalam
LPJ keuangan yang disediakan perusahaan.
c. Pernyataan bahwa auditor telah memperoleh “keyakinan yang sifatnya
memadai”, istilah ini digunakan karena auditor hanya bisa
mengidentifikasi data-data yang disajikan oleh klien saja, adapun data
yang oleh klien sengaja ditutupi bukan termasuk tanggungjawab auditor.
Namun, pernyataan ini juga menunjukkan konsekuensi bahwa audit yang
dilaksanakan telah memiliki tingkat kepastian yang tinggi.
o Paragraph pendapat
Paragraf pendapat adalah paragraf yang berisi kesimpulan dan pernyataan
pendapat akuntan publik terhadap perusahaan yang didasarkan atas hasil audit-
nya. Perlu diketahui bahwa, pernyataan dalam paragraf pendapat ini tidaklah
bersifat mutlak, akan tetapi pendapat yang muncul atas profesionalisme
seorang auditor. Dalam paragraf terakhir ini, auditor wajib menyatakan
pendapatnya mengenai hasil dari proses audit secara keseluruhan, dan juga
kesimpulan berdasarkan prinsip akuntasi yang secara umum berlaku.
o Nama kantor auditor
Disebut dengan jelas nama kantor auditor yang telah melaksanakan audit atas
suatu perusahaan/instansi tertentu.
o Tanda tangan
Bisa dalam bentuk elektronik dan atau tanda tangan manual dengan tinta biasa.
o Tanggal pelaporan
Merupakan hari terakhir laporan dibuat.
1.3 Laporan Audit Keuangan
Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang sering dilakukan oleh auditor
independen karena dapat meningkatkan kepercayaan bagi pemakai laporan
keuangan yang dihasilkan perusahaan. Auditor melakukan audit ini atas permintaan
akan jasa pengauditan oleh para pengguna laporan keuangan, hal ini tentu saja akan
menciptakan pasar bagi auditor independen.
Para pemakai laporan keuangan meminta para auditor melakukan audit atas laporan
mereka atas dasar:
a. Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara
manajemen sebagai pembuat laporan keuangan dengan para pemakai laporan
keuangan.
b. Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalam
laporan tersebut sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dan
terbukti kewajarannya.
c. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk memastikan
kualitas laporan keuangan yang bersangkutan apakah sudah relevan atau
belum.
d. Karena keterbatasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan
kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan
dengan menekan risiko informasi.
Audit Laporan Keuangan dilakukan dengan tahap-tahap berikut:
a. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan
keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon clien atau
untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari clien berulang.
Pada tahap ini perlu mempertimbangkan evaluasi integritas manajemen,
identifikasi keadaan khusus dan risiko, kompetensi untuk melaksanakan audit,
menilai independensi, kemampuan untuk menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan serta membuat surat
perikatan audit.
b. Tahapan audit laporan keuangan selanjutnya adalah merencanakan audit.
Dimana dalam merencanakan audit tersebut ada beberapa hal yang harus
dilakukan seperti memahami bisnis dan industri clien yang akan memberikan
panduan tentang sumber informasi untuk pihak auditor sendiri.
c. Pada tahapan audit laporan keuangan yang ketiga ini memiliki beberapa
langkah yang harus dilakukan dalam proses pengujian. Langkah pertama
adalah pengujian analitik yang dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses
audit dengan mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu
dengan data yang lain agar membantu auditor untuk memahami bisnis clien
serta menemukan bidang dalam bisnis tersebut yang sekiranya memerlukan
audit yang lebih intensif. Kemudian Langkah kedua adalah pengujian
pengendalian yang merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien, terutama frekuensi, mutu
dan karyawan dalam melaksanakan aktivitas pengendalian yang telah
ditetapkan. Sedangkan yang terakhir adalah pengujian substantif yang
merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan
kesalahan yang secara langsung memberikan pengaruh ada pembuatan laporan
keuangan yang lebih tepat.
d. Langkah terakhir adalah Auditor melaporkan hasil auditnya berdasarkan
temuan yang dia temukan.
2. Persyaratan Masing – Masing Auditor
a. Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya.
1. Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi
pendidikan, serta idealnya seorang auditor memiliki latar belakang
pendidikan (pendidikan formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi)
dibidang auditing. Sedangkan pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh
lamanya yang bersangkutan berkarir di bidang audit atau
intensitas/sering dan bervariasinya melakukan audit.
2. Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan
oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
3. Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang
pendidikan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan
keuangan dan standar akuntansi yang berlaku. Demikian pula dengan
auditor yang melakukan audit operasional dan ketaatan, dia harus
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kegiatan operasional yang
diauditnya, baik cara melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan
untuk melakukan penilaian. Jika auditor kurang mampu atau tidak
memiliki kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib menggunakan
tenaga ahli yang sesuai.
a. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh, baik terhadap manajemen yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna
laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari
pengaruh subyektifitas para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan dan hasil
auditnya dapat diselenggarakan secara obyektif.
b. Kecermatan dalam melaksanakan tugas
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya
dengan cermat (due professional care), direncanakan dengan baik,
menggunakan pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat
berdasarkan bukti yang cukup dan ditelaah secara mendalam. Di samping itu,
institusi audit harus melakukan pengendalian mutu yang memadai;
organisasinya ditata dengan baik, terhadap SDM yang digunakan dilakukan
pembinaan, diikut sertakan dalam pendididkan dan pelatihan yang
berkesinambungan, pelaksanaan kegiatannya disupervisi dengan baik, dan
hasil pekerjaannya direview secara memadai.
3. Kriteria Wajar dalam Laporan Auditor
2.1 SA 700, “Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan Atas Laporan Keuangan”
 Ruang lingkup
a. Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor dalam merumuskan
suatu opini atas laporan keuangan. SA ini juga mengatur bentuk dan isi
laporan auditor yang diterbitkan sebagai hasil suatu audit atas laporan
keuangan.
b. SA 705 dan SA 706 mengatur bagaimana bentuk dan isi laporan auditor
dipengaruhi ketika auditor menyatakan suatu opini modifikasian atau
mencantumkan suatu paragraf penekanan atau suatu paragraf hal lain
dalam laporan auditor.
c. SA ini ditulis dalam konteks laporan keuangan bertujuan umum yang
lengkap. SA 800 mengatur pertimbangan-pertimbangan khusus ketika
laporan keuangan disusun berdasarkan suatu kerangka bertujuan khusus.
SA 805 mengatur pertimbangan-pertimbangan khusus yang relevan
dengan suatu audit atas laporan keuangan tunggal atau unsur, akun, atau
pos tertentu suatu laporan keuangan.
d. SA ini mendorong konsistensi dalam laporan auditor. Konsistensi dalam
laporan auditor, ketika audit telah dilaksanakan berdasarkan SA,
mendukung kredibilitas dalam pasar global dengan membuat audit
tersebut (yang telah dilaksanakan berdasarkan standar yang diakui secara
global) lebih siap dapat teridentifikasi. SA ini juga membantu peningkatan
pemahaman pengguna laporan keuangan dan pengidentifikasian kondisi-
kondisi yang tidak biasa ketika terjadi.
 Tanggal efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah: (i) tanggal 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii)
tanggal 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten; penerapan dini
dianjurkan).
 Tujuan
Tujuan auditor adalah:
a. Untuk merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan suatu
evaluasi atas kesimpulan yang ditarik dari bukti audit yang diperoleh;
b. Untuk menyatakan suatu opini secara jelas melalui suatu laporan tertulis
yang juga menjelaskan basis untuk opini tersebut.
 Definisi
Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna:
a. Laporan keuangan bertujuan umum: Laporan keuangan yang disusun
berdasarkan suatu kerangka bertujuan umum.
b. Kerangka bertujuan umum: Suatu kerangka pelaporan keuangan yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan umum dari
banyak pengguna laporan keuangan. Kerangka pelaporan keuangan dapat
berupa suatu kerangka pelaporan wajar atau suatu kerangka kepatuhan.
Istilah “kerangka pelaporan wajar” digunakan untuk merujuk pada suatu
kerangka pelaporan keuangan yang mengharuskan kepatuhan terhadap
ketentuan dalam kerangka tersebut.
c. Pengacuan pada “laporan keuangan” dalam SA ini berarti “suatu laporan
keuangan bertujuan umum yang lengkap, termasuk catatan atas laporan
keuangan terkait”. Catatan atas laporan keuangan terkait pada umumnya
meliputi suatu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi
penjelasan lainnya. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
menentukan bentuk dan isi laporan keuangan, dan apa yang merupakan
suatu laporan keuangan lengkap.
d. Pengacuan pada “Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia” dalam SA
ini berarti Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, dan pengacuan
pada “Standar Akuntansi Pemerintahan” berarti Standar Akuntansi
Pemerintahan yang ditetapkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
 Ketentuan
o Perumusan suatu opini atas laporan keuangan
Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan
keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan
apakah auditor telah memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Kesimpulan tersebut
harus memperhitungkan:
 Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330, apakah bukti audit yang
cukup dan tepat telah diperoleh;
 Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 450, apakah kesalahan penyajian
yang tidak dikoreksi adalah material, baik secara invidual maupun
secara kolektif;
 Evaluasi yang diharuskan oleh paragraf 12-15.
Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku. Pengevaluasian tersebut harus mencakup
pertimbangan atas aspek kualitatif praktik akuntansi entitas, termasuk
indikator kemungkinan penyimpangan dalam pertimbangan manajemen.
Secara khusus, auditor harus mengevaluasi apakah, dari sudut pandang
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku:
 Laporan keuangan mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan
yang dipilih dan diterapkan secara memadai;
 Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan konsisten dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan sudah tepat;
 Estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen adalah wajar;
 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan,
dapat diandalkan, dapat diperbandingkan, dan dapat dipahami;
 Laporan keuangan menyediakan pengungkapan yang memadai untuk
memungkinkan pengguna laporan keuangan yang dituju memahami
pengaruh transaksi dan peristiwa material terhadap informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan;
 Terminologi yang digunakan dalam laporan keuangan, termasuk judul
setiap laporan keuangan, sudah tepat.
Ketika laporan keuangan disusun berdasarkan suatu kerangka
penyajian wajar, pengevaluasian yang diharuskan oleh paragraf 12-13 juga
harus mencakup apakah laporan keuangan mencapai penyajian wajar.
Pengevaluasian auditor tentang apakah laporan keuangan mencapai penyajian
wajar harus mencakup pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
 Penyajian, struktur, dan isi laporan keuangan secara keseluruhan;
 Apakah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan
terkait, mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya
dengan suatu cara yang mencapai penyajian wajar.
Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk secara
memadai pada, atau menjelaskan, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
 Bentuk opini
Auditor harus menyatakan opini tanpa modifikasian bila auditor
menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, jika
auditor:
 Menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan
keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian
material; atau
 Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material;
 auditor harus memodifikasi opininya dalam laporan auditor
berdasarkan SA 705.
Jika laporan keuangan disusun sesuai dengan ketentuan suatu kerangka
penyajian wajar tidak mencapai penyajian wajar, maka auditor harus
mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan, tergantung dari ketentuan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan bagaimana hal tersebut
diselesaikan, harus menentukan apakah perlu untuk memodifikasi opininya
dalam laporan auditor berdasarkan SA 705.
Ketika laporan keuangan disusun sesuai dengan suatu kerangka
kepatuhan, auditor tidak diharuskan untuk mengevaluasi apakah laporan
keuangan mencapai penyajian wajar. Namun, jika dalam kondisi yang sangat
jarang terjadi, auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tersebut
menyesatkan, maka auditor harus mendiskusikan hal tersebut dengan
manajemen dan, tergantung dari bagaimana hal tersebut diselesaikan, harus
menentukan apakah, dan bagaimana, mengomunikasikan hal tersebut dalam
laporan auditor.
 Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
Laporan auditor harus menjelaskan tanggung jawab manajemen atas
penyusunan laporan keuangan. Deskripsi tersebut harus mencakup suatu
penjelasan bahwa manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan
keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan atas
pengendalian internal yang dipandang perlu oleh manajemen untuk
memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan
penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
Ketika laporan keuangan disusun sesuai dengan suatu kerangka
penyajian wajar, penjelasan tentang tanggung jawab manajemen atas laporan
keuangan dalam laporan auditor harus merujuk pada “penyusunan dan
penyajian wajar laporan keuangan tersebut.”
 Tanggung jawab auditor
Laporan auditor harus menyatakan bahwa tangggung jawab auditor
adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
audit. Laporan auditor harus menyatakan bahwa audit dilaksanakan
berdasarkan Standar Audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (“IAPI”) dan mematuhi ketentuan etika bahwa auditor
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian
material. Laporan auditor harus menggambarkan suatu audit dengan
menyatakan bahwa:
 Suatu audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti
audit atas angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan;
 Prosedur yang dipilih bergantung pada pertimbangan auditor, termasuk
penilaian atas risiko kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
Dalam melakukan penilaian risiko tersebut, auditor
mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan dengan
penyusunan laporan keuangan entitas untuk merancang prosedur audit
yang tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi tidak untuk tujuan
menyatakan suatu pendapat atas keefektivitasan pengendalian internal
entitas.;
 Suatu audit juga mencakup pengevaluasian atas ketepatan kebijakan
akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang
dibuat oleh manajemen, serta penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.
Ketika laporan keuangan disusun berdasarkan suatu kerangka
penyajian wajar, penjelasan tentang audit dalam laporan auditor harus merujuk
pada “penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan entitas.” Laporan
auditor harus menyatakan bahwa auditor meyakini bahwa bukti audit yang
telah diperoleh oleh auditor sudah cukup dan tepat untuk menyediakan suatu
basis bagi opini auditor.
 Opini auditor
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan
keuangan yang disusun berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar, laporan
auditor harus (kecuali jika diharuskan lain oleh peraturan perundang-
undangan) menggunakan frasa di bawah ini: Laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan
keuangan yang disusun berdasarkan suatu kerangka kepatuhan, opini auditor
harus menyatakan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Jika
rujukan pada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam opini auditor
bukan pada Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia atau Standar Akuntansi
Pemerintahan, maka opini auditor harus mengidentifikasi yurisdiksi asal
kerangka tersebut.
 Tanggung jawab pelaporan lainnya
Jika auditor menyatakan tanggung jawab pelaporan lainnya dalam
laporan auditor atas laporan keuangan yang merupakan tambahan terhadap
tanggung jawab auditor berdasarkan SA untuk melaporkan laporan keuangan,
maka tanggung jawab pelaporan lain tersebut harus dinyatakan dalam suatu
bagian terpisah dalam laporan auditor yang diberi judul “Pelaporan Lain atas
Ketentuan Hukum dan Regulasi,” atau judul lain yang dianggap tepat menurut
isi bagian ini.
Jika laporan auditor mengandung suatu bagian terpisah atas tanggung
jawab pelaporan lainnya, maka judul, pernyataan, dan penjelasan yang dirujuk
dalam paragraf 23-37 harus diberi subjudul “Pelaporan atas Laporan
Keuangan.” Bagian “Pelaporan Lain atas Ketentuan Hukum dan Regulasi”
harus disajikan setelah bagian “Pelaporan atas Laporan Keuangan.”
 Tanda tangan auditor
Laporan auditor harus ditandatangani.
 Tanggal laporan auditor
Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal daripada tanggal
ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari opini auditor atas laporan keuangan (termasuk, bila relevan, atas
informasi tambahan sebagaimana diuraikan dalam paragraf, termasuk bukti
bahwa:
 Seluruh laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan
atas laporan keuangan terkait, telah disusun;
 Pihak-pihak dengan wewenang yang diakui telah menyatakan bahwa
mereka telah mengambil tanggung jawab atas laporan keuangan
tersebut.
 Alamat auditor
Laporan auditor harus menyebutkan lokasi dalam yurisdiksi tempat
auditor berpraktik.
 Bentuk baku laporan auditor tanpa modifikasian
Bentuk baku laporan auditor independen tanpa modifikasian dalam
bahasa Indonesia atas audit yang dilakukan berdasarkan Standar Audit yang
ditetapkan oleh IAPI terhadap laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku umum di Indonesia yang
merupakan kerangka penyajian wajar adalah sebagai berikut :
 entitas pelapor bukan merupakan Emiten,
 kerangka pelaporan keuangan yang digunakan adalah Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia,
 tidak ada kewajiban pelaporan lainnya oleh auditor selain atas audit
laporan keuangan,
 laporan auditor menggunakan pendekatan koresponding
(corresponding audit opinion approach) sebagaimana yang diatur
dalam SA 710, “Informasi Komparatif – Angka Koresponding dan
Laporan Keuangan Komparatif” (“SA 710”).
2.2 SA 705, “Modifikasi Terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen”
 Tipe opini modifikasian
SA ini menetapkan tiga tipe opini modifikasian, yaitu opini wajar
dengan pengecualian, opini tidak wajar, dan opini tidak menyatakan pendapat.
Keputusan tentang ketepatan penggunaan tipe opini modifikasian bergantung
pada: (Ref: Para. A1)
 Sifat dari hal-hal yang menyebabkan dilakukannya modifikasi, yaitu
apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material
atau, dalam hal ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat, kemungkinan mengandung kesalahan penyajian
material.
 Pertimbangan auditor tentang seberapa pervasifnya dampak atau
kemungkinan dampak hal-hal tersebut terhadap laporan keuangan.
 Definisi
o Untuk tujuan SA ini, istilah-istilah di bawah ini memiliki makna sebagai
berikut:
 Persuasif: Suatu istilah yang digunakan dalam konteks kesalahan
penyajian untuk menggambarkan dampak kesalahan penyajian
terhadap laporan keuangan atau kemungkinan dampak kesalahan
penyajian terhadap laporan keuangan, jika ada, yang tidak dapat
terdeteksi karena ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat. Dampak yang persuasif terhadap laporan keuangan
adalah dampak yang menurut pertimbangan auditor:
 Tidak terbatas pada unsur, akun, atau pos tertentu laporan
keuangan;
 Jika dibatasi, merupakan atau dapat merupakan suatu proporsi
yang substansial dari laporan keuangan; atau
 Dalam hubungannya dengan pengungkapan, bersifat
fundamental bagi pemahaman pengguna laporan keuangan.
 Opini modifikasian: Suatu opini wajar dengan pengecualian,
suatu opini tidak wajar, atau suatu opini tidak menyatakan
pendapat.
 Ketentuan
o Kondisi yang mengharuskan dilakukannya modifikasi terhadap opini auditor
Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika:
 Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh,
laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan
penyajian material; atau (Ref: Para. A2-A7)
 Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material. (Ref: Para. A8-A12)
o Penentuan tipe modifikasi terhadap opini auditor
 Opini wajar tanpa pengecualian
Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:
 Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,
menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara
individual maupun secara agregasi, adalah material, tetapi tidak
pervasif, terhadap laporan keuangan; atau
 Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat yang mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan
bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak
terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat
material, tetapi tidak persuasif.
 Opini tidak wajar
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor,
setelah memperolehbukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan
bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara
agregasi, adalah material dan persuasif terhadap laporan keuangan.
 Opini tidak menyatakan pendapat
 Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini,
dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan
penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada,
dapat bersifat material dan persuasif.
 Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika, dalam kondisi yang
sangat jarang yang melibatkan banyak ketidakpastian, auditor
menyimpulkan bahwa, meskipun telah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut, auditor tidak
dapat merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi
yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan kemungkinan dampak
kumulatif dari ketidakpastian tersebut terhadap laporan keuangan.
 Pertimbangan lain yang berkaitan dengan opini tidak wajar atau opini
tidak menyatakan pendapat
Ketika menurut auditor suatu opini tidak wajar atau opini tidak
menyatakan pendapat perlu dinyatakan atas laporan keuangan secara
keseluruhan, laporan auditor juga tidak diperkenankan untuk mencantumkan
opini tanpa modifikasian, berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang
sama, atas suatu laporan keuangan tunggal atau satu atau lebih unsur, akun,
atau pos tertentu laporan keuangan. Pencantuman opini tanpa modifikasian
tersebut dalam laporan yang sama dalam kondisi tersebut akan bertentangan
dengan opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan secara keseluruhan. (Ref: Para. A16)
 Paragraph opini
o Ketika auditor memodifikasi opini audit, auditor harus menggunakan subjudul
“Opini Wajar dengan Pengecualian”, “Opini Tidak Wajar”, atau “Opini Tidak
Menyatakan Pendapat”, sesuai dengan kondisinya, untuk paragraf Opini. (Ref:
Para. A21, A23-A24)
o Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian karena
terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor harus
menyatakan dalam paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, kecuali untuk
dampak hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar
dengan Pengecualian:
 Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
ketika melaporkan berdasarkan kerangka penyajian wajar; atau
 Laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika
melaporkan berdasarkan kerangka kepatuhan.
o Ketika auditor menyatakan suatu opini tidak wajar, auditor harus menyatakan
dalam paragraf Opini bahwa, menurut opini auditor, karena signifikansi hal-
hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar:
 Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan
berdasarkan kerangka penyajian wajar; atau
 Laporan keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika
melaporkan berdasarkan kerangka kepatuhan.
o Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuannya untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus menyatakan
dalam paragraf Opini bahwa:
 Karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk
Opini Tidak Menyatakan Pendapat, auditor tidak dapat memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi
opini audit, dan oleh karena itu;
 Auditor tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.
 Penjelasan Tanggung Jawab Auditor ketika Auditor Menyatakan suatu
Opini Wajar dengan Pengecualian atau Opini Tidak Wajar
Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau
opini tidak wajar, auditor harus mengubah penjelasan dalam paragraph
Tanggung Jawab Auditor yang menyatakan bahwa auditor percaya bahwa
bukti audit yang telah diperoleh auditor adalah cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi opini modifikasian.
 Penjelasan tentang Tanggung Jawab Auditor Ketika Auditor
Menyatakan suatu Opini Tidak Menyatakan Pendapat
Ketika auditor menyatakan suatu opini tidak menyatakan pendapat
karena ketidak mampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat, auditor harus mengubah paragraf pendahuluan dalam laporan
auditor untuk menyatakan bahwa auditor ditugaskan untuk mengaudit laporan
keuangan. Auditor juga harus mengubah penjelasan tentang tanggung jawab
auditor dan ruang lingkup audit dalam paragraph Tanggung Jawab Auditor
untuk menyatakan sebagai berikut: “Tanggung jawab kami adalah untuk
menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tersebut berdasarkan
pelaksanaan audit yang sesuai dengan Standar Audit yang ditetapkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia. Namun, karena hal yang dijelaskan dalam
paragraf Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat, kami tidak dapat
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis
bagi opini audit”.
 Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
Ketika auditor mengetahui bahwa ia akan memodifikasi opininya
dalam laporan auditor, auditor harus berkomunikasi dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola tentang kondisi yang menuntun pada
modifikasi tersebut dan usulan susunan kata-kata atas modifikasi tersebut.
(Ref: Para. A25).
KESIMPULAN
Laporan auditor sangat penting dalam penugasan audit dan asurans karena laporan
mengkomunikasikan temuan auditor. Pengguna keuangan mengandalkan pada laporan
auditor untuk mendapatkan asurans tentang laporan keuangan entitas (perusahaan). Laporan
auditor adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit. Jenis – jenis dari laporan auditor
terdiri dari laporan audit bentuk baku, laporan audit standar dan laporan audit keuangan.
Dalam proses pembuatan laporan auditor itu sendiri terdapat beberapa persyaratan dan
kriteria wajarnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Ares, R. J. (2014). Auditing & Jasa Assurance Edisi Kelimabelas Jilid I.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Fekool. (2015). AUDITING - Persyaratan Masing-Masing Auditor.


http://fekool.blogspot.com/2015/04/persyaratan-masing-masing-auditor.html, 1.

INDONESIA, I. A. (2017). STANDAR AUDIT (“SA”) 705 MODIFIKASI TERHADAP


OPINI DALAM LAPORAN
AUDITOR INDEPENDEN.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-lambung-
mangkurat/akuntansi-keperilakuan/sa-705-modifikasi-terhadap-opini-dalam-
laporan- auditor-independen-107138/10370505, 34.
Jusup, A. H. (2014). AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II.
Yogyakarta: STIE YKPN.

Wika. (2015). Jenis Laporan Auditor. https://www.scribd.com/doc/258666008/jenis-


laporan-auditor, 4.

Anda mungkin juga menyukai