Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Peran Perilaku Individu dan Kelompok dalam Pemingkatan Kinerja


Karyawan dan Organisasi

Dosen Pengampu: Dr. Sri wahyu Lelly Hana Setyanti, SE., M.Si

Disusun Oleh:

Nama : Martha Adriani Br S


Nim : 200810301191

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Peran Perilaku
Individu dan Kelompok dalam Peningkatan Kinerja Karyawan dan Organisasi ”.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai peran perilaku individu dan kelompok
dalam peningkatan kinerja karyawan dan organisasi .
Saya yakin atas pertunjuk-NYA pula sehingga berbagai pihak berkenan
memberikan bantuan dan kemudahan bagi saya. Untuk itu, saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan keterbatasan untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi saya dan dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian. Sebelumnya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran
yang membangun demi perbakan di masa depan.

Medan ,17 Oktober 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Individu dan Kelompok dalam Peningkatan Kinerja


Karyawan dan Organisasi ............................................................................4

2.2 Hambatan – Hambatan Perilaku Organisasi Individu dan Kelompok


dalam Peningkatan Kinerja Karyawan dan Organisasi ..............................14

2.3 Usaha-Usaha yang Dilakukan Guna Mengatasi Hambatan – Hambatan


dalam Peningkatkan Kinerja Karyawan dan Organisasi...............................19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................22

3.2 Saran.............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................24

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai perilaku organisasi berarti membahas tentang perilaku


manusia. Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apapun bentuknya.
Perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok atau organisasi adalah awal
dari perilaku organisasi itu. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan
manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian
pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Pada umumnya
manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat
kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok
tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan,
kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, adanya kesamaan kesenangan
bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain. Mulailah mereka
berkelompok dalam organisasi.
Perilaku di dalam organisasi berasal dari dua sumber yaitu individu dan
kelompok. Perilaku kelompok adalah semua kegiatan yang dilakukan dua atau
lebih manusia yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dan saling bergantung
untuk menghasilkan prestasi yang positif baik untuk jangka panjang dan
pertumbuhan diri.
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari unsur sosial dan budaya.
Sepanjang kegiatan kehidupan manusia, aktivitasnya tidak terlepas dari kelompok
manusia lainnya. Karena hal itu dikatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial
karena memerlukan kehadiran dan bantuan serta peran serta orang lain. Hal-hal
yang dikerjakan manusia, cara mengerjakannya, bentuk pekerjaan yang
diinginkan merupakan unsur sebuah budaya. Maka, aspek sosial ditinjau dari
hubungan antarindividu, antar masyarakat serta aspek budaya ditinjau dari proses
pendidikan manusia tersebut melalui materi yang di pelajari, cara belajarnya,
bagaimana gaya belajarnya, bentuk- bentuk belajar serta pengajaranya.

1
Memahami perilaku organisasi berarti memahami perilaku para anggota
organisasi, baik secara individu maupun secara kelompok. Memahami perilaku
organisasi bukan memahami bagaimana organisasi itu berperilaku, tetapi
memahami bagaimana para anggota organisasi itu berperilaku.Memahami
bagaimana para anggota organisasi berperilaku berarti berusaha memahami
perilaku manusia. Memahami perilaku manusia adalah suatu hal yang sulit karena
setiap manusia sebagai individu mempunyai perilaku yang berbeda-
beda.Demikian pula perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
faktor lingkungan, latar belakang, pengalaman, kemampuan dan sebagainya.
Perilaku organisasi lebih ditekankan pada bagaimana membuat orang-orang
terbiasa bekerja dalam tim kerja yang efektif. Kinerja tim lebih unggul daripada
kinerja individu-individu bila tugas yang harus dilakukan menuntut keterampilan
ganda.
Perilaku organisasi menunjukkan pada suatu sikap dan perilaku dari individu dan
kelompok dalam organisasi serta interaksinya dengan konteks organisasi itu
sendiri. Organisasi dari segala tipe dan jenis dapat dikatakan secara pasti
berinteraksi dengan lingkungan internal dan eksternalnya.
Dalam pembahasan kali ini penulis akan menjelaskan tentang peran
perilaku individu dan kelompok dalam meningkatkan kinerja karyawan dan
organisasi.

2
.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku individu dan kelompok dalam peningkatan kinerja
karyawan dan organisasi?
2. Apa hambatan – hambatan perilaku individu dan kelompok dalam
peningkatan kinerja karyawan dan organisasi?
3. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan guna mengatasi hambatan –
hambatan dalam peningkatan kinerja karyawan dan organisasi?

1.2.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan memahami perilaku individu dan kelompok dalam
peningkatan kinerja karyawan dan organisasi?
2. Untuk mengetahui dan memahami hambatan – hambatan perilaku individu
dan kelompok dalam peningkatan kinerja karyawan dan organisasi?
3. Untuk mengetahui dan memahami usaha-usaha apa saja yang dilakukan
guna mengatasi hambatan– hambatan dalam peningkatan kinerja karyawan
dan organisasi?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Individu dan Kelompok dalam Peningkatan Kinerja Karyawan


dan Organisasi

A. Pengertian Perilaku Individu


Menurut kamus bahasa Indonesia, individu adalah pribadi orang, seorang,
organisme yang hidupnya sendiri.Sedangkan perilaku adalah tingkah laku,
tanggapan seseorang terhadap lingkungan. Jadi, Perilaku individu adalah
perilaku seseorang sehari-hari di dalam kehidupannya. Faktor yang
mempengaruhi perilaku individu adalah kepribadian, persepsi, sikap,
kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, biografis, pengalaman
dan kapasitas belajar.
Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan bersama. Organisasi yang juga merupakan suatu lingkungan bagi
individu mempunyai karakteristik pula. Adapun karakteristik yang dipunyai
organisasi antaranya keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki,
pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem
penggajian (reward system), sistem pengendalian dan lain sebagainya.
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara
karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam
organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya
adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda.
Perilaku individu juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik
individu. Menurut Nimran, karakteristik yang melekat pada individu terdiri dari
ciri-ciri biografis, kepribadian, kemampuan, persepsi dan sikap. Berikut adalah
penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut.

4
1) Ciri-ciri biografis
a. Umur
Hubungan antara usia dan kinerja diperkirakan akan terus menjadi isu yang
penting dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan setidaknya oleh 3 alasan,
yaitu keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot seiring dengan usia, realita
bahwa angkatan kerja me-nua, dan mulai adanya perundang-undangan yang
melarang segala macam bentuk pensiun yang bersifat perintah.
Hubungan Umur - Turnover = umur meningkat maka tingkat turnover
menurun. Alasannya karena alternatif pekerjaan (option) yang semakin sedikit,
penghasilan lebih tinggi yang telah diperoleh, dan tunjangan pensiun yang lebih
menarik.
Hubungan Umur - Absensi = Umur meningkat, maka ketidakhadiran yang
disengaja menurun, dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula.
Mengingat umur yang bertambah berarti adanya keluarga yang harus dibina.
ketidakhadiran yang disengaja jarang sekali dilakukan, karena melihat pada nilai
gaji yang terpotong bila tidak masuk kerja. Dan ketidakhadiran yang tidak
disengaja meningkat pula, contoh : bila ada salah satu anaknya yang sakit.
Hubungan Umur - Produktivitas = umur meningkat, maka produktifitas
menurun. Alasan: menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga
meningkatnya kejenuhan atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan intelektual.
Namun ada juga study yang mengemukakan bahwa hubungan umur dengan
produktifitas ternyata tidak ada hubungannya sama sekali. Dengan alasan:
menurunnya ketrampilan jasmani tidak cukup ekstrem bagi menurunnya
produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya diimbangi dengan meningkatnya
pengalaman.
Hubungan umur - kepuasan kerja =
- Bagi karyawan profesional: umur meningkat, kepuasan kerja juga meningkat
- Karyawan non-profesional: kepuasan merosot selama usia tengah baya dan
kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila digambarkan dalam
bentuk kurva, akan berbentuk kurva U ("U" curve).

5
b. Jenis kelamin
Dari segi jenis kelamin, umumnya tidak ada perbedaan yang konsisten antara
pria dan wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah, keterampilan
analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, produktivitas pekerjaan,
kepuasan kerja, atau kemampuan belajar. Namun hasil studi menunjukkan bahwa
wanita lebih bersedia mematuhi wewenang, dibandingkan pria yang lebih agresif
dan lebih besar kemungkinannya dalam memiliki pengharapan untuk sukses,
namun tetap saja perbedaannya kecil.
Biasanya, yang membuat adanya perbedaan adalah karena posisi wanita
sebagai ibu yang juga harus merawat anak-anaknya. Ini juga yang mungkin
menimbulkan anggapan bahwa wanita lebih sering mangkir daripada pria. Jika
anak-anak sakit, tentulah ibu yang akan merawat dan menemani dirumah.

c. Status perkawinan
Hasil riset menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit
absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas terhadap
pekerjaan mereka. Dengan adanya perkawinan, karyawan memiliki peningkatan
tanggung jawab yang besar seperti memiliki pekerjaan tetap atau kehidupan yang
mapan.

d. Masa kerja
Masa kerja adalah peramal yang cukup baik mengenai kecenderungan
karyawan seperti diatas. Karyawan yang telah menjalankan suatu pekerjaan dalam
masa tertentu, produktivitas dan kepuasannya akan meningkat, sementara tingkat
kemangkiran berkurang,dan kemungkinan keluar masuk karyawan lebih kecil.

2) Kepribadian
Kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis dari sistem psikofisik
dalam diri individu yang menentukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Kepribadian sebagai keseluruhan cara bagaimana individu beraksi dan

6
berinteraksi dengan orang lain.
3) Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa
kegiatan dalam satu pekerjaan. Kategori kemampuan dikelompokkan menjadi dua
yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

4) Persepsi
Persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus lingkungan dan terdapat sejumlah
faktor yang mempengaruhi persepsi.

5) Sikap (Attitude)
Sikap merupakan suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis
tindakan padasituasi yang tepat.Sikap merupakan satu faktor yang harus dipahami
agar dapat memahami perilaku orang lain. Dengan saling memahami individu
maka organisasi akan dapat dikelola dengan baik.

B. Kinerja Individu
Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha), ability (kemampuan)
dan situasi lingkungan.
1) Effort
Usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi adalah suatu
proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
2) Ability
Ability seorang individu diwujudkan dalam bentuk kompeten. Individu yang
kompeten memiliki pengetahuan dan keahlian. Sejak dilahirkan setiap individu
dianugerahi Tuhan dengan bakat dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami
yang bersifat bawaan. Kemampuan adalah kecerdasan individu yang diperoleh

7
malalui belajar.
C. Pengertian Perilaku Kelompok
Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Sedangkan kelompok merupakan dua individu atau lebih yang
berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai sasaran tertentu.
Perilaku adalah semua yang dilakukan seseorang. Bentuk perilaku seseorang
adalah semua yang aktifitas, perbuatan dan penampilan diri sepanjang
hidupnya. Bentuk perilaku manusia adalah aktifitas individu dengan relasinya
dalam lingkungannya.
Jadi, definisi dari pengertian perilaku kelompok adalah suatu aktifitas yang
dilakukakan oleh seorang individu dengan yang lainnya untuk mendapatkan
aspirasi anggota, berinteraksi dari setiap individu dan saling bergabung untuk
mencapai sasaran yang diinginkan.

D. Bentuk-bentuk Kelompok
Kelompok dapat berbentuk kelompok formal (formal group), ataupun
merupakan kelompok informal (informal group). Kelompok formal dibentuk
organisasi, sedangkan kelompok informal dibentuk oleh sekumpulan orang
yang mempunyai kepentingan bersama.
Kelompok formal (formal group) dapat diartikan sebagai kelompok yang
diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan organisasi.
Kelompok ini terdiri dari kelompok komando dan kelompok tugas. Kelompok
komando (command group) yaitu adanya rantai komando dari pimpinan ke
yang dipimpin, maka perintah pemimpin haruslah dikerjakan. Sedangkan
kelompok tugas (task group) bersifat komunal dan kebersamaan dalam
menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Kelompok informal (informal
group) terbentuk secara alamiah dalam lingkungan kerja yang muncul sebagai
tanggapan atas kebutuhan akan kontak sosial. Tipe interaksi diantara individu
secara informal sangat mempengaruhi perilaku dan kinerja mereka.
Kelompok informal dibagi menjadi dua, yaitu kelompok minat dan
kelompok persahabatan. Kelompok minat (interest group) yaitu beberapa

8
individu sengaja berkelompok karena mempunyai kesamaan minat dan
kepentingan. Sedangkan kelompok persahabatan (friendship group) yaitu
beberapa individu berkelompok karena terdapat kecocokan dan itu
menimbulkan kesenangan dan kegembiraan sehingga mendorong orang untuk
mengulangi dengan membuat kelompok.

E. Tahap-tahap Perkembangan Kelompok


Pengembangan kelompok bisa berjalan dalam dua arah positif dan negatif.
Kita mempelajari perilaku kelompok ini dengan tujuan untuk dapat
mengembangkan kelompok ke arah yang positif dan menghindari arah
pengembangan yang negatif.
Pengembangan kelompok juga dalam mendirikan dan membesarkan
kelompok, ada lima tahap pengembangan yang dikemukakan oleh Bruce W.
Tuckman, dalam jurnal Pycological Bulletin, June 1965, yaitu:
a. Tahap Forming (pembentukan)
b. Tahap Storming (keributan)
c. Tahap Norming (pengaturan norma)
d. Tahap Performing (melaksanakan)
e. Tahap Adjourning (pengakhiran)

F. Pengertian Kinerja Karyawan


Kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan
adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Jadi, kinerja merupakan
hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan dan persepsi tugas. Dapat dikatakan
bahwa salah satu ukuran keberhasilan program departemen personalia dan sumber
daya manusia adalah kinerja dari para karyawannya. Jadi, faktor kritis yang
berkaitan dengan keberhasilan jangka panjang organisasi adalah sejauh mana
kemampuannya untuk mengukur seberapa baik karyawan karyawannya berkarya,
dan menggunakan informasi tersebut guna memastikan apakah pelaksanaan sudah
memenuhi standar, serta apakah ada peningkatan sepanjang waktu.
Kinerja merupakan hal yang tidak lepas dari dunia industri dan telah lama

9
menjadi pokok pembahasan para ahli manajemen sumberdaya manusia. Ghiselli
dan Brown dalam As’ad (1999) mengartikan kinerja sebagai “tingkat keberhasilan
individu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya”. Selanjutnya Maier
dalam As’ad (1999) mengemukakan bahwa: pada umumnya kinerja diberi batasan
sebagai: “kesuksesan di dalam melakukan pekerjaannya, dimana ukuran
kesuksesan yang dicapainya tidak dapat disamakan dengan individu lain”.
Kesuksesan yang dicapai individu adalah berdasarkan ukuran yang berlaku dan
disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Lebih tegas lagi Lawler dan Porter dalam
As’ad (1999) yang menyatakan bahwa “kinerja adalah “Successful role
achievement” yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya”. Dari
batasan tersebut jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil yang
dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang
bersangkutan.
Wexley dan Yukl dalam As’ad (1999) memakai istilah proficiency yang
mengandung arti lebih luas. Kinerja mencakup segi usaha, loyalitas, potensi,
kepemimpinan dan moral kerja. Proficiency dilihat dari tiga segi, yaitu: perilaku-
perilaku yang ditunjukan seseorang dalam bekerja, hasil nyata atau outcomes yang
dicapai pekerja, dan penilaian-penilaian pada faktor-faktor seperti dorongan,
loyalitas, inisiatif, potensi kepemimpinan dan moral kerja. Maier dalam As’ad
(1999) menyatakan bahwa “yang umum dianggap sebagai kriteria antara lain
adalah kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan
keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa
bahwa dimensi mana yang lebih penting, adalah berbeda antara pekerjaan yang
satu dan yang lainnya”.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2000) bahwa pengukuran kinerja dapat
dilakukan melalui :
1. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas yaitu kesanggupan karyawan
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
2. Penyelesaian pekerjaan melebihi target yaitu apabila karyawan
menyelesaikan pekerjaan melebihi target yang ditentukan oleh organisasi
3. Bekerja tanpa kesalahan yaitu tidak berbuat kesalahan terhadap pekerjaan

10
merupakan tuntutan bagi setiap karyawan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka diperlukan adanya suatu ukuran atau
standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah prestasi
kerja telah sesuai dengan keinginan yang diharapkan, sekaligus untuk melihat
besarnya penyimpangan yang terjadi dengan membandingkan antara pekerja
secara aktual dengan hasil standarnya.

G. Pengertian Organisasi
Pada tingkat individu, jika pegawai merasa bahwa organisasi memenuhi
kebutuhan dan karakteristik individualnya, ia akan cenderung berperilaku positif.
Tetapi sebaliknya, jika pegawai tidak merasa diperlakukan dengan adil, maka
mereka cenderung untuk tidak tertarik melakukan hal yang terbaik (Cowling dan
James, 1996) Untuk itu, ketika seseorang mempunyai ketertarikan yang tinggi
dengan pekerjaan, seseorang akan menunjukkan perilaku terbaiknya dalam
bekerja (Duran-Arenas et.al, 1998). Selanjutnya menurut Cowling dan James,
tidak semua individu tertarik dengan pekerjaannya. Akibatnya beberapa target
pekerjaan tidak tercapai, tujuan-tujuan organisasi tertunda dan kepuasan dan
produktivitas pegawai menurun.
Di lain pihak, organisasi berharap dapat memenuhi standar-standar
sekarang yang sudah ditetapkan serta dapat meningkat sepanjang waktu.
Masalahnya adalah cara menyelaraskan sasaran-sasaran individu dan kelompok
dengan sasaran organisasi; dan jika memungkinkan, sasaran organisasi menjadi
sasaran individu dan kelompok. Untuk itu diperlukan pemahaman bagaimana
orang-orang dalam organisasi itu bekerja serta kondisi-kondisi yang
memungkinkan mereka dapat memberikan kontribusinya yang tinggi terhadap
organisasi.
Menurut Teori Pengharapan, perilaku kerja merupakan fungsi dari tiga
karakteristik:
 Persepsi pegawai bahwa upayanya mengarah pada suatu kinerja
 Persepsi pegawai bahwa kinerjanya dihargai (misalnya dengan gaji atau
pujian)

11
 Nilai yang diberikan pegawai terhadap imbalan yang diberikan.
Menurut Vroom’s expectancy theory, perilaku yang diharapkan dalam
pekerjaan akan meningkat jika seseorang merasakan adanya hubungan yang
positif antara usaha-usaha yang dilakukannya dengan kinerja (Simamora, 1999).
Perilaku-perilaku tersebut selanjutnya meningkat jika ada hubungan positif antara
kinerja yang baik dengan imbalan yang mereka terima, terutama imbalan yang
bernilai bagi dirinya. Guna mempertahankan individu senantiasa dalam rangkaian
perilaku dan kinerja, organisasi harus melakukan evaluasi yang akurat, memberi
imbalan dan umpan balik yang tepat.

H. Peran Perilaku Individu Dalam Meningkatkan Kerja Karyawan


Kinerja karyawan dipengaruhi oleh lingkungan kerja secara positif dan
signifikan. Karyawan lebih mungkin menilai kinerja mereka sendiri dalam
organisasi jika kondisi kerja fisik memadai dan hubungan pribadi yang solid.
Perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungan kerja secara positif dan signifikan.
Perilaku individu didasarkan pada lingkungan kerja yang positif. Kinerja
karyawan dipengaruhi oleh kompetensi dengan cara yang menyenangkan dan
bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan dengan pengetahuan,
kemampuan, dan sikap yang baik menghasilkan kinerja yang tinggi. Perilaku
individu dipengaruhi oleh kompetensi secara positif dan signifikan. Ini
menunjukkan bahwa perbedaan dalam perilaku pekerjaan individu terkait dengan
kemampuan karyawan. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh perilaku individu
dengan cara yang positif dan signifikan. Ini mengacu pada kinerja seseorang di
tempat kerja sebagai hasil dari tindakan mereka sendiri. Perilaku individu
dimediasi oleh lingkungan kerja yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan.
Perilaku individu di tempat kerja dipengaruhi oleh hubungan kerja yang baik
dan fasilitas fisik yang mendukung, yang berdampak pada produksi kinerja yang
luar biasa. Perilaku individu memediasi pengaruh kompetensi terhadap kinerja
karyawan, yaitu positif dan signifikan. Semakin tinggi tingkat keahlian seseorang
dalam bidang tertentu, semakin baik kinerjanya. Variabel kompetensi, menurut

12
temuan, memiliki dampak terbesar dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Perilaku individu memiliki pengaruh positif dan signifikan dalam menguji
pengaruh tidak langsung kompetensi terhadap kinerja karyawan. Kompetensi
karyawan akan meningkatkan kemampuan akan membantu mereka tampil lebih
baik. Perilaku individu memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Perilaku individu di tempat kerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja,
yang meningkatkan kinerja. Menurut analisis keseluruhan, kinerja dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan kompetensi, peningkatan sarana dan prasarana
kerja, peningkatan suasana kerja yang kondusif dan perbaikan perilaku di tempat
kerja. Pengaruh total antara kompetensi dengan kinerja karyawan dengan perilaku
individu sebagai variabel intervening merupakan hubungan partial mediation.

I. Peran Perilaku Individu Dalam Organisasi


o Produktivitas
Yaitu suatu ukuran kinerja yang mempengaruhi keefektifan dan efisiensi.
o Keabsenan (kemangkiran)
Yaitu gagal atau tidak melapor untuk bekerja
o Pengunduran diri (keluar masuknya karyawan)
Yaitu penarikan diri secara sukarela dan tidak sukarela dari suatu organisasi
o Kepuasan kerja
Yaitu suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang atau selisih antara
banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka
yakini seharusnya mereka terima.

J. Peran Perilaku Kelompok Dalam Meningkatkan Kerja Karyawan


Kinerja karyawan dalam suatu kelompok berpegang pada suatu kesinergian
yaitu dimana karyawan karyawan yang terkumpul dalam suatu kelompok
dituntut untuk bekerjasama guna mencapai tujuan kelompok tersebut,
penyelesaian tugas tugas kelompok sesuai dengan prosedur dan tenggat waktu
yang telah ditentukan. Hubungan antara kohesi dan kinerja tampaknya
melingkar, dengan keberhasilan kinerja menyebabkan kohesi meningkat, yang

13
pada gilirannya menyebabkan peningkatan kinerja (Weinberg dan Gould,
2011:188). Kohesi yang ada dalam kelompok memang membawa dua
kemungkinan yaitu positif atau negative, dimana sisi positifnya adalah timbul
kekuatan dalam kelompok untuk tetap bersatu dalam kelompok dan timbul rasa
senasib sepenanggungan yang mengakibatkan kekompakkan yang kuat. Namun,
terkadang kohesi dalam kelompok tidak selalu meningkatkan produktifitas atau
bahkan tidak menghasilkan kinerja yang cukup baik.
Kohesi dalam kelompok dalam sisi positif yaitu menghasilkan kinerja dan
prestasi kerja yang baik dan menunjang tercapainya tujuan perusahaan dengan
efektif dan efisien. Maka, dalam kesempatan kali ini, peneliti ingin mengetahui
apakah anggota -anggota didalam kelompok kohesi mendapat pengaruh yang
sama atas kekohesivan dalam kelompok tersebut terhadap kinerja pribadi
karyawan tersebut. Karena apabila kelompok kohesi dapat meningkatkan kinerja
karyawan secara pribadi kearah lebih baik maka kelompok kohesi mungkin
dapat dikatakan cara baik untuk mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang
lebih efisien dan efektif.

K. Peran Perilaku Individu Dalam Organisasi


Perilaku kelompok dalam organisasi adalah aktifitas yang dilakukan dua atau
lebih individu yang berkumpul dan berinteraksi sebagai anggota organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi tertentu yang telah disepakati.

2.2 Hambatan – Hambatan Perilaku Individu dan Kelompok dalam


Peningkatan Kinerja Karyawan dan Organisasi
Menurut Oemar (1992:72), Hambatan adalah segala sesuatu yang menghalangi,
merintangi, menghambat yang ditemui manusia atau individu dalam kehidupannya
sehari-hari yang datangnya silih berganti, sehingga menimbulkan hambatan bagi
individu yang menjalaninya untuk mencapai tujuan.
Adapun hambatan-hambatan perilaku individu dan kelompok dalam
meningkatkan kinerja karyawan dan organisasi, yaitu:

14
A. Kendala internal (kendala dari dalam manajer)
Terdiri dari kurangnya sikap disiplin dari manajer yang terkadang datang
terlambat dari jam masuk kantor, selain itu tidak setiap hari manajer berada di
kantor, kurangnya kemampuan dan keterampilan manajer dalam berinovasi.

B. Kendala eksternal (kendala dari luar manajer)


Terdiri dari kurangnya motivasi dari karyawan, kepercayaan anggota yang
belum maksimal, dan kompetitor sesama lembaga keuangan. Dalam buku
Sinambela dijelaskan bahwa kinerja yang baik akan dipengaruhi oleh dua
hal,yaitu tingkat kemampuan dan motivasi kerja yang baik.Kemampuan seseorang
dipengaruhi oleh pemahamannya atas jenis pekerjaan dan keterampilan
melakukannya, maka seseorang harus dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya, selain itu motivasi juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja. Meskipun kemampuan karyawan sangat baik,tetapi
motivasi kerjanya rendah, sudah tentu kinerjanya juga rendah. Oleh karena itu
kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja tidak dapat diabaikan faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan adalah kemampuan dimana karyawan harus
memiliki pendidikan yang memadai untuk posisi jabatan yang dinginkan
perusahaan, motivasi juga dikatakan mempengaruhi kinerja karyawan, dimana
merupakan dorongan seseorang, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang
berlangsung secara sadar. Pada umumnya makin tinggi motivasi yang dimiliki
seseorang semakin besar dampaknya terhadap perilakunya dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya. Motivasi kerja juga dapat memberi energi yang
menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan
luhur serta meningkatkan kegairahan kebersamaan.

C. Kepribadian
Kepribadian atau karakter yang dimiliki karyawan berpengaruh terhadap
kinerjanya. Karyawan yang memiliki kepribadian yang baik maka dapat

15
melakukan pekerjaannya dengan baik. Misalnya, karyawan yang memiliki
karakter ulet dan bertanggung jawab akan melakukan pekerjaannya dengan
sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab sehingga hasil kinerjanya lebih baik
dibandingkan dengan karyawan yang tidak memiliki karakter tanggung jawab.

D. Kemampuan dan Keahlian


Kemampuan dan keahlian merupakan komponen penting dari tercapainya
kinerja yang maksimal. Lalu apa yang dimaksud dengan kemampuan?
Kemampuan merupakan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan dalam
melakukan suatu pekerjaan. Semakin luas keterampilan yang dimiliki oleh
seorang karyawan, maka semakin mudah karyawan tersebut dalam mencapai hasil
kinerja yang maksimal.
Sedangkan keahlian merupakan pengetahuan yang dimiliki karyawan
tentang pekerjaannya. Semakin baik pengetahuan karyawan maka potensi
karyawan tersebut dalam menghasilkan kinerja yang berkualitas akan semakin
tinggi. Oleh karena itu kemampuan dan keahlian merupakan komponen yang
sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang karyawan.

E. Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan kebiasaan atau norma-norma yang berlaku
dalam suatu organisasi atau perusahaan. Biasanya kebiasaan atau norma-norma ini
mengatur hal-hal yang berlaku dan dapat diterima secara umum serta harus
dipatuhi oleh seluruh anggota perusahaan atau organisasi.

F. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan perasaan senang atau suka karyawan setelah
melakukan pekerjaannya. Jika karyawan senang dengan pekerjaannya maka
karyawan akan berpotensi lebih besar dalam menghasilkan kinerja yang lebih
baik. Hal tersebut menjadi faktor ini menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan.

16
G. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah kondisi tempat karyawan bekerja. Faktor
lingkungan sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Jika lingkungan kerja
nyaman dapat membuat karyawan lebih fokus dan mudah dalam mencapai kinerja
maksimal. Lingkungan kerja juga dapat diartikan sebagai suasana kerja. Suasana
yang suportif akan membuat produktivitas karyawan lebih tinggi.

H. Komitmen
Banyak komponen yang mempengaruhi komitmen karyawan dalam bekerja.
Komitmen dapat diartikan sebagai kepatuhan terhadap perjanjian yang telah
dibuat karyawan bersama perusahaan atau organisasi. Semakin kuat komitmen
karyawan makan semakin besar keinginan karyawan untuk menghasilkan kinerja
yang baik.

I. Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah dorongan bagi karyawan untuk melakukan
pekerjaannya. Biasanya motivasi kerja dipengaruhi oleh banyak komponen lain
seperti gaji, tunjangan kesehatan, keselamatan kerja, kebijakan pimpinan, dan
beberapa faktor lainnya. Jika karyawan memiliki dorongan yang kuat, maka
karyawan akan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya dengan baik. Sehingga
kinerja yang akan dihasilkan karyawan tersebut akan baik pula.

J. Tidak cocok dengan tim


Bekerja sama dengan anggota tim tentunya harus memiliki visi dan misi
yang sama. Untuk mencapai visi tersebut tentunya dalam melakukan misi
diperlukan kinerja karyawan yang baik agar tim mereka tetap dalam jalur yang
benar. Namun ketidak cocokan dalam tim dapat menjadi salah satu hal yang dapat
membuat tim mereka keluar jalur. Bermula dari ketidak cocokan satu individu
dengan individu lainnya, kinerja karyawan dapat berkurang. Misalnya karena
adanya asumsi mengenai satu sama lain, kurangnya motivasi dalam bekerja,
berpikiran negatif dengan rekan kerja lainnya. Untuk itu pemilihan anggota tim

17
tentu perlu dipertimbangkan baik-baik. Mulai dari kepribadian, cara berpikir,
hingga latar belakang.

K. Gosip
Siapa yang tidak tahu dampak negatif dari gosip yang ada. Namun, sangat
tidak memungkinan juga untuk melarang karyawan Anda untuk tidak bergosip
demi kinerja karyawan yang stabil. Menurut riset, gosip yang ada di kantor
merupakan salah satu hal yang paling berpengaruh dalam produktivitas karyawan.
Selain memakan waktu untuk bergosip, dampak dari gosip yang menyebar juga
dapat membuat beberapa karyawan merasa tidak nyaman atau bahkan merasa
tidak cocok dengan rekan kerjanya. Tentu saja hal ini menjadi salah satu pengaruh
yang signifikan saat melakukan kerja sama tim.

L. Kesehatan karyawan
Kurang waktu istirahat menjadi salah satu faktor kesehatan karyawan Anda
terganggu. Tanpa Anda sadari, bekerja menjadi salah satu faktor kesehatan
karyawan Anda. Dengan menghadapi macetnya kota di Indonesia, hingga stress
dalam bekerja menjadi pendukung kesehatan karyawan Anda semakin menurun.
Tentu saja kinerja karyawan Anda akan terganggu bila saat rapat karyawan Anda
pusing karena sangat mengantuk. Untuk itu, Anda perlu menghindari lembur atau
bekerja saat hari libur. Dengan hal ini karyawan Anda akan memiliki waktu
beristirahat dan rekreasi yang cukup, sehingga terhindar dari kesehatan yang
terganggu ataupun stress karena pekerjaan.

M. Loyalitas
Loyalitas adalah kesetiaan karyawan terhadap perusahaan atau organisasi.
Faktor yang satu ini sangat mempengaruhi terhadap kinerja karyawan. Semakin
tinggi loyalitas karyawan terhadap perusahaan atau organisasi maka karyawan
akan semakin bersungguh-sungguh dalam bekerja. Sehingga kinerja yang
dihasilkan akan semakin baik. Oleh karena itu penting bagi pengelola perusahaan

18
atau organisasi untuk menciptakan rasa loyalitas yang tinggi di lingkungan kerja

2.3 Usaha-Usaha yang Dilakukan Guna Mengatasi Hambatan – Hambatan


dalam Peningkatan Kinerja Karyawan dan Organisasi
Menurut Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Usaha adalah upaya manusia untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu dan untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari. Usaha dalam sains adalah gaya yang diberikan oleh suatu benda
sehingga bisa mengubah posisi benda tersebut.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan guna mengatasi hambatan–hambatan
dalam meningkatkan kinerja karyawan dan organisasi, yaitu:
A. Mengelola perasaan takut dan tertekan
Rasa takut dan stres berlebihan merupakan penghambat dalam dunia kerja.
Sebagai pemimpin, kita perlu mengatasi rasa takut dan tertekan agar tidak
berkembang menjadi panik. Sebab jika sudah panik, maka kita tidak bisa berpikir
sehat dan jernih. Kita sudah dikalahkan oleh perasaan negatif.

B. Pantang menyerah
Anak buah dan bawahan kita butuh role model. Seperti apa sikap kita Itulah
yang membuat mereka tetap semangat dan maju dalam menghadapi berbagai
tantangan. Jangan pernah melibatkan masalah keluarga, teman, dan kehidupan
pribadi dalam pekerjaan kita . Kinerja akan terganggu dan menjadi tidak
produktif.

C. Tingkatkan kemampuan lebih dari orang lain


Teman sekubikel atau partner mampu melakukan tugas tambahan dari
atasan? Kita juga harus mampu. Mereka bahkan bisa jadi sumber kekuatan kita
dalam meningkatkan kemampuan dan kinerja. Saling menyemangati satu sama
lain dan bersaing secara sehat adalah kunci untuk meningkatkan kemampuan Ada.

19
D. Menghargai dan melindungi diri sendiri
Ingin sukses? Jaga diri sendiri. Tidak perlu membandingkan diri dengan
orang lain. Kesehatan tubuh, jiwa, dan pikiran, adalah modal utama untuk menuju
kesuksesan. Mereka yang terbiasa hidup disiplin dalam hidup sehari-hari
(menjaga pola makan, cukup istirahat, dan latihan) juga akan disiplin dalam
pekerjaan. Kita tidak perlu menjadi orang lain agar bisa sukses seperti mereka.
Kenali apa yang bisa menjadi kekuatan kita. Sebaliknya, kelemahan yang ada
dalam diri kita adalah hal yang harus diperangi.

E. Mengubah sifat malas dan ogah-ogahan


Kita pasti tahu apa yang bisa Anda lakukan. Saat terjebak dalam suatu acara
gathering yang tidak menyenangkan, kita bisa tetap berlaku sopan. Kita tidak
harus terang-terangan menunjukkan kalau malas dan tidak minat bersosialisasi
dalam acara tersebut.

F. Bangun kepercayaan dalam tim


Untuk memiliki kepercayaan terhadap satu sama lain, anggota tim dituntut
untuk menampilkan sisi rentan mereka dan yakin bahwa sisi rentan mereka tidak
akan digunakan untuk merugikan mereka. Berikut cara-cara membangun
kepercayaan dalam tim.
o Setiap anggota tim saling berbagi mengenai informasi dirinya kepada tim.
o Berikan apresiasi untuk performa yang sudah baik serta feedback spesifik
dan kritik yang membangun untuk performa yang perlu diperbaiki.
o Kenali gaya perilaku dan kepribadian setiap anggota tim.

G. Atasi rasa takut terhadap konflik


Tim yang terlibat dalam konflik produktif menyadari bahwa tujuan dari
konflik adalah untuk menghasilkan solusi terbaik dalam waktu sesingkat
mungkin. Mereka berani untuk berdiskusi sehingga menyelesaikan masalah
dengan cepat dan menyeluruh. Konflik yang baik adalah dengan mendengarkan
orang lain dan mempertimbangkan sudut pandangnya. Berikut cara-cara

20
mengembangkan kemauan anggota tim untuk terlibat dalam konflik yang sehat.
o Pilih anggota tim untuk bertanggung jawab selama meeting atau diskusi
berlangsung. Setiap anggota tim diberikan tugas untuk memimpin jalannya
diskusi dan memunculkan pendapat-pendapat dari setiap anggota tim.
o Anggota tim dapat saling membimbing untuk mewujudkan diskusi yang
sehat. Kenali anggota tim yang merasa tidak nyaman selama diskusi dan
ingatkan bahwa perbedaan dalam diskusi merupakan hal yang wajar.
o Pahami kencederungan yang terjadi dalam tim ketika muncul konflik. Buat
strategi yang tepat untuk menghadapi situasi yang muncul setiap konflik
berbeda terjadi.

H. Tumbuhkan komitmen dalam tim


Komitmen akan terwujud ketika ada kejelasan dan penerimaan terhadap
perencanaan dan keputusan tim. Dengan dua hal tersebut, setiap anggota tim dapat
menyelesaikan meeting atau diskusi dengan keyakinan bahwa setiap anggota tim
akan menjalankan keputusan yang telah disepakati bersama. Berikut cara-cara
memaksimalkan komitmen dalam tim.
o Tinjau kembali keputusan-keputusan penting yang ditentukan selama
meeting atau diskusi.
o Gunakan deadline yang jelas mengenai kapan keputusan dibuat dan patuhi
waktu yang telah ditetapkan untuk menjalankan rencana tim.

I. Jalankan pertanggungjawaban dalam tim


Pertanggungjawaban menunjukkan bahwa anggota tim saling menghormati
dan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap performa satu sama lain. Meminta
pertanggungjawaban dari setiap anggota tim merupakan bentuk motivasi untuk
meningkatkan performa dan mempertahankan standar tinggi dalam tim. Berikut
cara-cara memastikan pertanggungjawaban dalam tim.
o Sampaikan kepada publik mengenai tujuan yang harus dicapai tim, siapa
yang bertanggung jawab, dan strategi yang dilakukan agar dapat berhasil
mencapai tujuan.

21
o Komunikasikan (secara langsung atau tulisan) mengenai perkembangan
performa setiap anggota tim.
o Berikan penghargaan secara tim bukan individu.
o Tinjau kemajuan performa setiap anggota tim secara teratur dan terjadwal
(misalkan setiap meeting mingguan)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suatu organisasi dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan
hidupnya, akan mengalami pasang surut sebagai salah satu bagian dari proses
menuju kematangannya. Dalam proses tersebut anggota-anggota organisasi yang
adalah individu-individu dalam organisasi itu sendiri pasti terlibat aktif di
dalamnya. Perilaku-perilaku individu inilah yang berperan penting dalam
kehidupan organisasi. Bahkan dapat dikatakan individu-individu tersebut
merupakan urat nadi berkembang tidaknya organisasi. Dengan kata lain bahwa
perilaku-perilaku indivu dan kelompok dalam organisasi pasti memberi dampak
pada perilaku organisasi. Perilaku organisasi dipengaruhi oleh perilaku individu,
dan setiap individu dalam suatu organisasi mempunyai perilaku yang berbeda-
beda. Adanya perbedaan perilaku tersebut karena setiap manusia mempunyai
kepribadian yang berbeda-beda. Perilaku seorang pekerja tidak akan dimengerti
tanpa memperhatikan konsep kepribadian. Kepribadian juga saling berhubungan
dengan persepsi, sikap, belajar dan motivasi setiap usaha. Untuk mengerti perilaku
menjadi tidak lengkap apabila kepribadian tidak diperhitungkan atau dipahami
sebelumnya.
Kepribadian yang dikembangkan kepada seseorang jauh sebelum seseorang
itu menjadi anggota suatu organisasi dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan,
determinan budaya dan sosial. Walaupun kepribadian dibentuk di luar organisasi
tetapi karena individu tersebut pada saatnya berada dalam suatu organisasi, maka
kepribadian awal yang dibawa oleh anggota-anggota atau individu-individu

22
organisasi itu dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku di tempat kerja.
Perilaku individu maupun kelompok di tempat kerja inilah yang menjadi bagian
bahasan dalam studi perilaku organisasi. Pentingnya memahami perilaku individu
dikarenakan setiap individu memiliki karakteristik-karakteristik yang berbeda-
beda sehingga mempengaruhi pola dan sistem kerja organisasi seperti motivasi,
persepsi, sikap, keperibadian dan pembelajaran. Perilaku kelompok juga
menekankan bahwa perilaku dalam suatu kelompok adalah cara berfikir untuk
memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil penemuan,
berikut tindakan-tindakan pemecahannya.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya tidak hanya sekedar mengerti akan teori-teori
yang dijelaskan sebelumnya, akan lebih baik jika kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dimulai dari hal terkecil dalam sebuah organisasi yang
dapat menjadi sebuah bekal untuk masa depan mengahadapi situasi
sesungguhnya. Maka sebagai generasi Millenial kita harus memaknai setiap
kalimat yang tertulis didalam makalah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk
mendapatkan manfaat dari kegiatan membacamakalah ini dan dapat
menerapkannya dikehidupan yang sesungguhnya. Dan tidak hanya menguasai
materi akantetapi sulit untuk membawanya di dunia kerja kelak saat menghadapi
masa kerja setelah lulus dari perguruan tinggi. Dan beberapa poin penting yang
dapat diketahui, yakni:
1. Perlunya ditingkatkan sikap karyawan terutama tentang keterlibatan dalam
penyelesaian pekerjaan sebagai bagian dari faktor individu. Sebab
walaupun karyawan telah memiliki kemampuan dan keterampilan yang
memadai jika tidak didukung sikap yang baik berupa keterlibatan secara
penuh terhadap penyelesaian pekerjaan akan dihasilkan kinerja yang tidak
optimal. Peningkatan keterlibatan karyawan tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengungkapkan
ide-ide atau inisiatif berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan, dengan
demikian karyawan akan merasa ikut bertanggung jawab terhadap
keberhasilan pekerjaan.

23
2. Dalam hal perilaku kerja karyawan, perusahaan hendaknya memberikan
pemahaman kepada karyawan bahwa tujuan perusahaan dapat tercapai
karena peran serta seluruh karyawan, oleh karena itu diperlukan kerjasama
serta saling membantu di antara rekan kerja untuk mengatasi setiap
permasalahan yang ada. Dengan demikian akan terbentuk team work yang
baik dan pada akhirnya pencapaian tujuan perusahaan akan lebih mudah
dicapai
DAFTAR PUSTAKA

‌Doni, R., Wardhana, H., & Tarmedi, E. (2016). Journal of Business Management


Education |, 1(2), 91–96. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/243925-upaya-meningkatkan-
kinerja-dengan-cara-m-fb828014.pdf

fir nadi. (2019). Makalah Perilaku Individu Dalam Organisasi. Retrieved October
17, 2021, from Academia.edu website:
https://www.academia.edu/38007152/MAKALAH_PERILAKU_INDIVID
U_DALAM_ORGANISASI

Nunung, O., & Pendahuluan, Y. (n.d.). Kepribadian Dan Pengaruhnya Terhadap


Perilaku Organisasi (suatu kajian teoritis terhadap Kepribadian dalam
Perilaku Organisasi). Retrieved from https://updkediri.ac.id/wp-
content/uploads/2014/06/KEPRIBADIAN-N-PENGARUHNYA-THD-
PERILAKU-ORGANISASI.pdf

Rahman, A. (2013). Pengaruh Perilaku Individu Terhadap Kinerja Pegawai Pada


Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Riau Pengaruh Perilaku
Individu Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Wilayah Departemen
Agama Provinsi Riau. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, 2(1). Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/59571-ID-pengaruh-perilaku-
individu-terhadap-kine.pdf

24
Tahir Arifin. 2014. Buku Ajar Perliaku Organisasi. Penerbit Deepublish:

Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai