Dosen Pengampu: Dr. Sri wahyu Lelly Hana Setyanti, SE., M.Si
Disusun Oleh:
Puji dan Syukur saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Peran Perilaku
Individu dan Kelompok dalam Peningkatan Kinerja Karyawan dan Organisasi ”.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai peran perilaku individu dan kelompok
dalam peningkatan kinerja karyawan dan organisasi .
Saya yakin atas pertunjuk-NYA pula sehingga berbagai pihak berkenan
memberikan bantuan dan kemudahan bagi saya. Untuk itu, saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan keterbatasan untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi saya dan dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian. Sebelumnya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran
yang membangun demi perbakan di masa depan.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................................22
3.2 Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................24
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
Memahami perilaku organisasi berarti memahami perilaku para anggota
organisasi, baik secara individu maupun secara kelompok. Memahami perilaku
organisasi bukan memahami bagaimana organisasi itu berperilaku, tetapi
memahami bagaimana para anggota organisasi itu berperilaku.Memahami
bagaimana para anggota organisasi berperilaku berarti berusaha memahami
perilaku manusia. Memahami perilaku manusia adalah suatu hal yang sulit karena
setiap manusia sebagai individu mempunyai perilaku yang berbeda-
beda.Demikian pula perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
faktor lingkungan, latar belakang, pengalaman, kemampuan dan sebagainya.
Perilaku organisasi lebih ditekankan pada bagaimana membuat orang-orang
terbiasa bekerja dalam tim kerja yang efektif. Kinerja tim lebih unggul daripada
kinerja individu-individu bila tugas yang harus dilakukan menuntut keterampilan
ganda.
Perilaku organisasi menunjukkan pada suatu sikap dan perilaku dari individu dan
kelompok dalam organisasi serta interaksinya dengan konteks organisasi itu
sendiri. Organisasi dari segala tipe dan jenis dapat dikatakan secara pasti
berinteraksi dengan lingkungan internal dan eksternalnya.
Dalam pembahasan kali ini penulis akan menjelaskan tentang peran
perilaku individu dan kelompok dalam meningkatkan kinerja karyawan dan
organisasi.
2
.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku individu dan kelompok dalam peningkatan kinerja
karyawan dan organisasi?
2. Apa hambatan – hambatan perilaku individu dan kelompok dalam
peningkatan kinerja karyawan dan organisasi?
3. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan guna mengatasi hambatan –
hambatan dalam peningkatan kinerja karyawan dan organisasi?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1) Ciri-ciri biografis
a. Umur
Hubungan antara usia dan kinerja diperkirakan akan terus menjadi isu yang
penting dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan setidaknya oleh 3 alasan,
yaitu keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot seiring dengan usia, realita
bahwa angkatan kerja me-nua, dan mulai adanya perundang-undangan yang
melarang segala macam bentuk pensiun yang bersifat perintah.
Hubungan Umur - Turnover = umur meningkat maka tingkat turnover
menurun. Alasannya karena alternatif pekerjaan (option) yang semakin sedikit,
penghasilan lebih tinggi yang telah diperoleh, dan tunjangan pensiun yang lebih
menarik.
Hubungan Umur - Absensi = Umur meningkat, maka ketidakhadiran yang
disengaja menurun, dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula.
Mengingat umur yang bertambah berarti adanya keluarga yang harus dibina.
ketidakhadiran yang disengaja jarang sekali dilakukan, karena melihat pada nilai
gaji yang terpotong bila tidak masuk kerja. Dan ketidakhadiran yang tidak
disengaja meningkat pula, contoh : bila ada salah satu anaknya yang sakit.
Hubungan Umur - Produktivitas = umur meningkat, maka produktifitas
menurun. Alasan: menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga
meningkatnya kejenuhan atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan intelektual.
Namun ada juga study yang mengemukakan bahwa hubungan umur dengan
produktifitas ternyata tidak ada hubungannya sama sekali. Dengan alasan:
menurunnya ketrampilan jasmani tidak cukup ekstrem bagi menurunnya
produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya diimbangi dengan meningkatnya
pengalaman.
Hubungan umur - kepuasan kerja =
- Bagi karyawan profesional: umur meningkat, kepuasan kerja juga meningkat
- Karyawan non-profesional: kepuasan merosot selama usia tengah baya dan
kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila digambarkan dalam
bentuk kurva, akan berbentuk kurva U ("U" curve).
5
b. Jenis kelamin
Dari segi jenis kelamin, umumnya tidak ada perbedaan yang konsisten antara
pria dan wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah, keterampilan
analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, produktivitas pekerjaan,
kepuasan kerja, atau kemampuan belajar. Namun hasil studi menunjukkan bahwa
wanita lebih bersedia mematuhi wewenang, dibandingkan pria yang lebih agresif
dan lebih besar kemungkinannya dalam memiliki pengharapan untuk sukses,
namun tetap saja perbedaannya kecil.
Biasanya, yang membuat adanya perbedaan adalah karena posisi wanita
sebagai ibu yang juga harus merawat anak-anaknya. Ini juga yang mungkin
menimbulkan anggapan bahwa wanita lebih sering mangkir daripada pria. Jika
anak-anak sakit, tentulah ibu yang akan merawat dan menemani dirumah.
c. Status perkawinan
Hasil riset menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit
absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas terhadap
pekerjaan mereka. Dengan adanya perkawinan, karyawan memiliki peningkatan
tanggung jawab yang besar seperti memiliki pekerjaan tetap atau kehidupan yang
mapan.
d. Masa kerja
Masa kerja adalah peramal yang cukup baik mengenai kecenderungan
karyawan seperti diatas. Karyawan yang telah menjalankan suatu pekerjaan dalam
masa tertentu, produktivitas dan kepuasannya akan meningkat, sementara tingkat
kemangkiran berkurang,dan kemungkinan keluar masuk karyawan lebih kecil.
2) Kepribadian
Kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis dari sistem psikofisik
dalam diri individu yang menentukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Kepribadian sebagai keseluruhan cara bagaimana individu beraksi dan
6
berinteraksi dengan orang lain.
3) Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa
kegiatan dalam satu pekerjaan. Kategori kemampuan dikelompokkan menjadi dua
yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
4) Persepsi
Persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus lingkungan dan terdapat sejumlah
faktor yang mempengaruhi persepsi.
5) Sikap (Attitude)
Sikap merupakan suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis
tindakan padasituasi yang tepat.Sikap merupakan satu faktor yang harus dipahami
agar dapat memahami perilaku orang lain. Dengan saling memahami individu
maka organisasi akan dapat dikelola dengan baik.
B. Kinerja Individu
Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha), ability (kemampuan)
dan situasi lingkungan.
1) Effort
Usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi adalah suatu
proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
2) Ability
Ability seorang individu diwujudkan dalam bentuk kompeten. Individu yang
kompeten memiliki pengetahuan dan keahlian. Sejak dilahirkan setiap individu
dianugerahi Tuhan dengan bakat dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami
yang bersifat bawaan. Kemampuan adalah kecerdasan individu yang diperoleh
7
malalui belajar.
C. Pengertian Perilaku Kelompok
Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Sedangkan kelompok merupakan dua individu atau lebih yang
berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai sasaran tertentu.
Perilaku adalah semua yang dilakukan seseorang. Bentuk perilaku seseorang
adalah semua yang aktifitas, perbuatan dan penampilan diri sepanjang
hidupnya. Bentuk perilaku manusia adalah aktifitas individu dengan relasinya
dalam lingkungannya.
Jadi, definisi dari pengertian perilaku kelompok adalah suatu aktifitas yang
dilakukakan oleh seorang individu dengan yang lainnya untuk mendapatkan
aspirasi anggota, berinteraksi dari setiap individu dan saling bergabung untuk
mencapai sasaran yang diinginkan.
D. Bentuk-bentuk Kelompok
Kelompok dapat berbentuk kelompok formal (formal group), ataupun
merupakan kelompok informal (informal group). Kelompok formal dibentuk
organisasi, sedangkan kelompok informal dibentuk oleh sekumpulan orang
yang mempunyai kepentingan bersama.
Kelompok formal (formal group) dapat diartikan sebagai kelompok yang
diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan organisasi.
Kelompok ini terdiri dari kelompok komando dan kelompok tugas. Kelompok
komando (command group) yaitu adanya rantai komando dari pimpinan ke
yang dipimpin, maka perintah pemimpin haruslah dikerjakan. Sedangkan
kelompok tugas (task group) bersifat komunal dan kebersamaan dalam
menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Kelompok informal (informal
group) terbentuk secara alamiah dalam lingkungan kerja yang muncul sebagai
tanggapan atas kebutuhan akan kontak sosial. Tipe interaksi diantara individu
secara informal sangat mempengaruhi perilaku dan kinerja mereka.
Kelompok informal dibagi menjadi dua, yaitu kelompok minat dan
kelompok persahabatan. Kelompok minat (interest group) yaitu beberapa
8
individu sengaja berkelompok karena mempunyai kesamaan minat dan
kepentingan. Sedangkan kelompok persahabatan (friendship group) yaitu
beberapa individu berkelompok karena terdapat kecocokan dan itu
menimbulkan kesenangan dan kegembiraan sehingga mendorong orang untuk
mengulangi dengan membuat kelompok.
9
menjadi pokok pembahasan para ahli manajemen sumberdaya manusia. Ghiselli
dan Brown dalam As’ad (1999) mengartikan kinerja sebagai “tingkat keberhasilan
individu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya”. Selanjutnya Maier
dalam As’ad (1999) mengemukakan bahwa: pada umumnya kinerja diberi batasan
sebagai: “kesuksesan di dalam melakukan pekerjaannya, dimana ukuran
kesuksesan yang dicapainya tidak dapat disamakan dengan individu lain”.
Kesuksesan yang dicapai individu adalah berdasarkan ukuran yang berlaku dan
disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Lebih tegas lagi Lawler dan Porter dalam
As’ad (1999) yang menyatakan bahwa “kinerja adalah “Successful role
achievement” yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya”. Dari
batasan tersebut jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil yang
dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang
bersangkutan.
Wexley dan Yukl dalam As’ad (1999) memakai istilah proficiency yang
mengandung arti lebih luas. Kinerja mencakup segi usaha, loyalitas, potensi,
kepemimpinan dan moral kerja. Proficiency dilihat dari tiga segi, yaitu: perilaku-
perilaku yang ditunjukan seseorang dalam bekerja, hasil nyata atau outcomes yang
dicapai pekerja, dan penilaian-penilaian pada faktor-faktor seperti dorongan,
loyalitas, inisiatif, potensi kepemimpinan dan moral kerja. Maier dalam As’ad
(1999) menyatakan bahwa “yang umum dianggap sebagai kriteria antara lain
adalah kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan
keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa
bahwa dimensi mana yang lebih penting, adalah berbeda antara pekerjaan yang
satu dan yang lainnya”.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2000) bahwa pengukuran kinerja dapat
dilakukan melalui :
1. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas yaitu kesanggupan karyawan
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
2. Penyelesaian pekerjaan melebihi target yaitu apabila karyawan
menyelesaikan pekerjaan melebihi target yang ditentukan oleh organisasi
3. Bekerja tanpa kesalahan yaitu tidak berbuat kesalahan terhadap pekerjaan
10
merupakan tuntutan bagi setiap karyawan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka diperlukan adanya suatu ukuran atau
standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah prestasi
kerja telah sesuai dengan keinginan yang diharapkan, sekaligus untuk melihat
besarnya penyimpangan yang terjadi dengan membandingkan antara pekerja
secara aktual dengan hasil standarnya.
G. Pengertian Organisasi
Pada tingkat individu, jika pegawai merasa bahwa organisasi memenuhi
kebutuhan dan karakteristik individualnya, ia akan cenderung berperilaku positif.
Tetapi sebaliknya, jika pegawai tidak merasa diperlakukan dengan adil, maka
mereka cenderung untuk tidak tertarik melakukan hal yang terbaik (Cowling dan
James, 1996) Untuk itu, ketika seseorang mempunyai ketertarikan yang tinggi
dengan pekerjaan, seseorang akan menunjukkan perilaku terbaiknya dalam
bekerja (Duran-Arenas et.al, 1998). Selanjutnya menurut Cowling dan James,
tidak semua individu tertarik dengan pekerjaannya. Akibatnya beberapa target
pekerjaan tidak tercapai, tujuan-tujuan organisasi tertunda dan kepuasan dan
produktivitas pegawai menurun.
Di lain pihak, organisasi berharap dapat memenuhi standar-standar
sekarang yang sudah ditetapkan serta dapat meningkat sepanjang waktu.
Masalahnya adalah cara menyelaraskan sasaran-sasaran individu dan kelompok
dengan sasaran organisasi; dan jika memungkinkan, sasaran organisasi menjadi
sasaran individu dan kelompok. Untuk itu diperlukan pemahaman bagaimana
orang-orang dalam organisasi itu bekerja serta kondisi-kondisi yang
memungkinkan mereka dapat memberikan kontribusinya yang tinggi terhadap
organisasi.
Menurut Teori Pengharapan, perilaku kerja merupakan fungsi dari tiga
karakteristik:
Persepsi pegawai bahwa upayanya mengarah pada suatu kinerja
Persepsi pegawai bahwa kinerjanya dihargai (misalnya dengan gaji atau
pujian)
11
Nilai yang diberikan pegawai terhadap imbalan yang diberikan.
Menurut Vroom’s expectancy theory, perilaku yang diharapkan dalam
pekerjaan akan meningkat jika seseorang merasakan adanya hubungan yang
positif antara usaha-usaha yang dilakukannya dengan kinerja (Simamora, 1999).
Perilaku-perilaku tersebut selanjutnya meningkat jika ada hubungan positif antara
kinerja yang baik dengan imbalan yang mereka terima, terutama imbalan yang
bernilai bagi dirinya. Guna mempertahankan individu senantiasa dalam rangkaian
perilaku dan kinerja, organisasi harus melakukan evaluasi yang akurat, memberi
imbalan dan umpan balik yang tepat.
12
temuan, memiliki dampak terbesar dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Perilaku individu memiliki pengaruh positif dan signifikan dalam menguji
pengaruh tidak langsung kompetensi terhadap kinerja karyawan. Kompetensi
karyawan akan meningkatkan kemampuan akan membantu mereka tampil lebih
baik. Perilaku individu memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Perilaku individu di tempat kerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja,
yang meningkatkan kinerja. Menurut analisis keseluruhan, kinerja dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan kompetensi, peningkatan sarana dan prasarana
kerja, peningkatan suasana kerja yang kondusif dan perbaikan perilaku di tempat
kerja. Pengaruh total antara kompetensi dengan kinerja karyawan dengan perilaku
individu sebagai variabel intervening merupakan hubungan partial mediation.
13
pada gilirannya menyebabkan peningkatan kinerja (Weinberg dan Gould,
2011:188). Kohesi yang ada dalam kelompok memang membawa dua
kemungkinan yaitu positif atau negative, dimana sisi positifnya adalah timbul
kekuatan dalam kelompok untuk tetap bersatu dalam kelompok dan timbul rasa
senasib sepenanggungan yang mengakibatkan kekompakkan yang kuat. Namun,
terkadang kohesi dalam kelompok tidak selalu meningkatkan produktifitas atau
bahkan tidak menghasilkan kinerja yang cukup baik.
Kohesi dalam kelompok dalam sisi positif yaitu menghasilkan kinerja dan
prestasi kerja yang baik dan menunjang tercapainya tujuan perusahaan dengan
efektif dan efisien. Maka, dalam kesempatan kali ini, peneliti ingin mengetahui
apakah anggota -anggota didalam kelompok kohesi mendapat pengaruh yang
sama atas kekohesivan dalam kelompok tersebut terhadap kinerja pribadi
karyawan tersebut. Karena apabila kelompok kohesi dapat meningkatkan kinerja
karyawan secara pribadi kearah lebih baik maka kelompok kohesi mungkin
dapat dikatakan cara baik untuk mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang
lebih efisien dan efektif.
14
A. Kendala internal (kendala dari dalam manajer)
Terdiri dari kurangnya sikap disiplin dari manajer yang terkadang datang
terlambat dari jam masuk kantor, selain itu tidak setiap hari manajer berada di
kantor, kurangnya kemampuan dan keterampilan manajer dalam berinovasi.
C. Kepribadian
Kepribadian atau karakter yang dimiliki karyawan berpengaruh terhadap
kinerjanya. Karyawan yang memiliki kepribadian yang baik maka dapat
15
melakukan pekerjaannya dengan baik. Misalnya, karyawan yang memiliki
karakter ulet dan bertanggung jawab akan melakukan pekerjaannya dengan
sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab sehingga hasil kinerjanya lebih baik
dibandingkan dengan karyawan yang tidak memiliki karakter tanggung jawab.
E. Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan kebiasaan atau norma-norma yang berlaku
dalam suatu organisasi atau perusahaan. Biasanya kebiasaan atau norma-norma ini
mengatur hal-hal yang berlaku dan dapat diterima secara umum serta harus
dipatuhi oleh seluruh anggota perusahaan atau organisasi.
F. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan perasaan senang atau suka karyawan setelah
melakukan pekerjaannya. Jika karyawan senang dengan pekerjaannya maka
karyawan akan berpotensi lebih besar dalam menghasilkan kinerja yang lebih
baik. Hal tersebut menjadi faktor ini menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan.
16
G. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah kondisi tempat karyawan bekerja. Faktor
lingkungan sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Jika lingkungan kerja
nyaman dapat membuat karyawan lebih fokus dan mudah dalam mencapai kinerja
maksimal. Lingkungan kerja juga dapat diartikan sebagai suasana kerja. Suasana
yang suportif akan membuat produktivitas karyawan lebih tinggi.
H. Komitmen
Banyak komponen yang mempengaruhi komitmen karyawan dalam bekerja.
Komitmen dapat diartikan sebagai kepatuhan terhadap perjanjian yang telah
dibuat karyawan bersama perusahaan atau organisasi. Semakin kuat komitmen
karyawan makan semakin besar keinginan karyawan untuk menghasilkan kinerja
yang baik.
I. Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah dorongan bagi karyawan untuk melakukan
pekerjaannya. Biasanya motivasi kerja dipengaruhi oleh banyak komponen lain
seperti gaji, tunjangan kesehatan, keselamatan kerja, kebijakan pimpinan, dan
beberapa faktor lainnya. Jika karyawan memiliki dorongan yang kuat, maka
karyawan akan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya dengan baik. Sehingga
kinerja yang akan dihasilkan karyawan tersebut akan baik pula.
17
tentu perlu dipertimbangkan baik-baik. Mulai dari kepribadian, cara berpikir,
hingga latar belakang.
K. Gosip
Siapa yang tidak tahu dampak negatif dari gosip yang ada. Namun, sangat
tidak memungkinan juga untuk melarang karyawan Anda untuk tidak bergosip
demi kinerja karyawan yang stabil. Menurut riset, gosip yang ada di kantor
merupakan salah satu hal yang paling berpengaruh dalam produktivitas karyawan.
Selain memakan waktu untuk bergosip, dampak dari gosip yang menyebar juga
dapat membuat beberapa karyawan merasa tidak nyaman atau bahkan merasa
tidak cocok dengan rekan kerjanya. Tentu saja hal ini menjadi salah satu pengaruh
yang signifikan saat melakukan kerja sama tim.
L. Kesehatan karyawan
Kurang waktu istirahat menjadi salah satu faktor kesehatan karyawan Anda
terganggu. Tanpa Anda sadari, bekerja menjadi salah satu faktor kesehatan
karyawan Anda. Dengan menghadapi macetnya kota di Indonesia, hingga stress
dalam bekerja menjadi pendukung kesehatan karyawan Anda semakin menurun.
Tentu saja kinerja karyawan Anda akan terganggu bila saat rapat karyawan Anda
pusing karena sangat mengantuk. Untuk itu, Anda perlu menghindari lembur atau
bekerja saat hari libur. Dengan hal ini karyawan Anda akan memiliki waktu
beristirahat dan rekreasi yang cukup, sehingga terhindar dari kesehatan yang
terganggu ataupun stress karena pekerjaan.
M. Loyalitas
Loyalitas adalah kesetiaan karyawan terhadap perusahaan atau organisasi.
Faktor yang satu ini sangat mempengaruhi terhadap kinerja karyawan. Semakin
tinggi loyalitas karyawan terhadap perusahaan atau organisasi maka karyawan
akan semakin bersungguh-sungguh dalam bekerja. Sehingga kinerja yang
dihasilkan akan semakin baik. Oleh karena itu penting bagi pengelola perusahaan
18
atau organisasi untuk menciptakan rasa loyalitas yang tinggi di lingkungan kerja
B. Pantang menyerah
Anak buah dan bawahan kita butuh role model. Seperti apa sikap kita Itulah
yang membuat mereka tetap semangat dan maju dalam menghadapi berbagai
tantangan. Jangan pernah melibatkan masalah keluarga, teman, dan kehidupan
pribadi dalam pekerjaan kita . Kinerja akan terganggu dan menjadi tidak
produktif.
19
D. Menghargai dan melindungi diri sendiri
Ingin sukses? Jaga diri sendiri. Tidak perlu membandingkan diri dengan
orang lain. Kesehatan tubuh, jiwa, dan pikiran, adalah modal utama untuk menuju
kesuksesan. Mereka yang terbiasa hidup disiplin dalam hidup sehari-hari
(menjaga pola makan, cukup istirahat, dan latihan) juga akan disiplin dalam
pekerjaan. Kita tidak perlu menjadi orang lain agar bisa sukses seperti mereka.
Kenali apa yang bisa menjadi kekuatan kita. Sebaliknya, kelemahan yang ada
dalam diri kita adalah hal yang harus diperangi.
20
mengembangkan kemauan anggota tim untuk terlibat dalam konflik yang sehat.
o Pilih anggota tim untuk bertanggung jawab selama meeting atau diskusi
berlangsung. Setiap anggota tim diberikan tugas untuk memimpin jalannya
diskusi dan memunculkan pendapat-pendapat dari setiap anggota tim.
o Anggota tim dapat saling membimbing untuk mewujudkan diskusi yang
sehat. Kenali anggota tim yang merasa tidak nyaman selama diskusi dan
ingatkan bahwa perbedaan dalam diskusi merupakan hal yang wajar.
o Pahami kencederungan yang terjadi dalam tim ketika muncul konflik. Buat
strategi yang tepat untuk menghadapi situasi yang muncul setiap konflik
berbeda terjadi.
21
o Komunikasikan (secara langsung atau tulisan) mengenai perkembangan
performa setiap anggota tim.
o Berikan penghargaan secara tim bukan individu.
o Tinjau kemajuan performa setiap anggota tim secara teratur dan terjadwal
(misalkan setiap meeting mingguan)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu organisasi dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan
hidupnya, akan mengalami pasang surut sebagai salah satu bagian dari proses
menuju kematangannya. Dalam proses tersebut anggota-anggota organisasi yang
adalah individu-individu dalam organisasi itu sendiri pasti terlibat aktif di
dalamnya. Perilaku-perilaku individu inilah yang berperan penting dalam
kehidupan organisasi. Bahkan dapat dikatakan individu-individu tersebut
merupakan urat nadi berkembang tidaknya organisasi. Dengan kata lain bahwa
perilaku-perilaku indivu dan kelompok dalam organisasi pasti memberi dampak
pada perilaku organisasi. Perilaku organisasi dipengaruhi oleh perilaku individu,
dan setiap individu dalam suatu organisasi mempunyai perilaku yang berbeda-
beda. Adanya perbedaan perilaku tersebut karena setiap manusia mempunyai
kepribadian yang berbeda-beda. Perilaku seorang pekerja tidak akan dimengerti
tanpa memperhatikan konsep kepribadian. Kepribadian juga saling berhubungan
dengan persepsi, sikap, belajar dan motivasi setiap usaha. Untuk mengerti perilaku
menjadi tidak lengkap apabila kepribadian tidak diperhitungkan atau dipahami
sebelumnya.
Kepribadian yang dikembangkan kepada seseorang jauh sebelum seseorang
itu menjadi anggota suatu organisasi dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan,
determinan budaya dan sosial. Walaupun kepribadian dibentuk di luar organisasi
tetapi karena individu tersebut pada saatnya berada dalam suatu organisasi, maka
kepribadian awal yang dibawa oleh anggota-anggota atau individu-individu
22
organisasi itu dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku di tempat kerja.
Perilaku individu maupun kelompok di tempat kerja inilah yang menjadi bagian
bahasan dalam studi perilaku organisasi. Pentingnya memahami perilaku individu
dikarenakan setiap individu memiliki karakteristik-karakteristik yang berbeda-
beda sehingga mempengaruhi pola dan sistem kerja organisasi seperti motivasi,
persepsi, sikap, keperibadian dan pembelajaran. Perilaku kelompok juga
menekankan bahwa perilaku dalam suatu kelompok adalah cara berfikir untuk
memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil penemuan,
berikut tindakan-tindakan pemecahannya.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya tidak hanya sekedar mengerti akan teori-teori
yang dijelaskan sebelumnya, akan lebih baik jika kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dimulai dari hal terkecil dalam sebuah organisasi yang
dapat menjadi sebuah bekal untuk masa depan mengahadapi situasi
sesungguhnya. Maka sebagai generasi Millenial kita harus memaknai setiap
kalimat yang tertulis didalam makalah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk
mendapatkan manfaat dari kegiatan membacamakalah ini dan dapat
menerapkannya dikehidupan yang sesungguhnya. Dan tidak hanya menguasai
materi akantetapi sulit untuk membawanya di dunia kerja kelak saat menghadapi
masa kerja setelah lulus dari perguruan tinggi. Dan beberapa poin penting yang
dapat diketahui, yakni:
1. Perlunya ditingkatkan sikap karyawan terutama tentang keterlibatan dalam
penyelesaian pekerjaan sebagai bagian dari faktor individu. Sebab
walaupun karyawan telah memiliki kemampuan dan keterampilan yang
memadai jika tidak didukung sikap yang baik berupa keterlibatan secara
penuh terhadap penyelesaian pekerjaan akan dihasilkan kinerja yang tidak
optimal. Peningkatan keterlibatan karyawan tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengungkapkan
ide-ide atau inisiatif berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan, dengan
demikian karyawan akan merasa ikut bertanggung jawab terhadap
keberhasilan pekerjaan.
23
2. Dalam hal perilaku kerja karyawan, perusahaan hendaknya memberikan
pemahaman kepada karyawan bahwa tujuan perusahaan dapat tercapai
karena peran serta seluruh karyawan, oleh karena itu diperlukan kerjasama
serta saling membantu di antara rekan kerja untuk mengatasi setiap
permasalahan yang ada. Dengan demikian akan terbentuk team work yang
baik dan pada akhirnya pencapaian tujuan perusahaan akan lebih mudah
dicapai
DAFTAR PUSTAKA
fir nadi. (2019). Makalah Perilaku Individu Dalam Organisasi. Retrieved October
17, 2021, from Academia.edu website:
https://www.academia.edu/38007152/MAKALAH_PERILAKU_INDIVID
U_DALAM_ORGANISASI
24
Tahir Arifin. 2014. Buku Ajar Perliaku Organisasi. Penerbit Deepublish:
Yogyakarta.
25