Genetika
Imitasi Perbandingan Genetis
Disusun Oleh:
Nama : Danil Alpito
Nim : 2084205024
Kelompok : 2 (Dua)
Anggota : Aspirendi (2084205009)
Dewi Citra Hasibuan (2084205015)
Nanda Putri Isabell (2084205011)
Olivia Angelina Tumanggor (2084205007)
PENDAHULUAN
Imitasi merupakan bagian dari teori Social Learning (Teori Pembelajaran Sosial).
Prinsip dasar social learning menyatakan sebagian besar dari yang dipelajari manusia
terjadi melalui peniruan (imitation), penyajian contoh perilaku (modeling) (Kusuma, 2012).
Perbandingan genetis merupakan suatu cara membedakan dua hal atau tiga hal
berbeda dalam pewarisan sifat dari orang tua kepada keturunannya yang akan
yang tidak dimiliki oleh orang lain karena memperhitungkan sifat genetik yang dimiliki
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat secara
genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum ini didapat dari hasil penelitian
Gregor Johann Mendel, seorang biarawan Austria. Hukum Pertama Mendel (hukum
pemisahan atau segregation). Isi dari hukum segregasi: pada waktu berlangsung
pembentukan gamet, setiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet
Konsep yang salah bahwa gen homozigot tidak terjadi pemisahan. Individu dengan
genotipe BB atau bb disebut homozigot karena memiliki dua gamet yang sama. Jika
sesamanya, maka tetap mengalami pemisahan atau mengalami Hukum Mendel I. Hanya
saja hasil pemisahan adalah gamet yang sama yakni B dan B atau b dan b. Demikian juga
individu heterozigot akan mengalami pemisahan menjadi B dan b. Jadi semua individu
dengan genotip homozigot atau heterozigot sama-sama akan mengalami pemisahan sesuai
Konsep yang salah bahwa pemisahan gen berlangsung apabila gen Aa dan Bb
letaknya (lokusnya) berjauhan. Jika kedua macam gen itu lokusnya berdekatan maka gen
akan sulit memisah secara bebas, dengan kata lain gen-gen itu berpautan satu dengan yang
lain. Jadi jika gen Aa dan Bb berpautan (AaBb) maka gamet yang dihasilkannya hanya AB
Kedua alel setiap karakter berpisah selama produksi gamet. Jika suatu organisme
mempunyai alel yang sama untuk karakter tertentu, maka organisme tersebut merupakan
galur murni karakter tersebut dan akan muncul salinannya di semua gamet. Namun, jika
ada alel-alel yang berlawanan, seperti hibrid F1, maka 50% dari gamet mendapat alel
Dari hasil eksperimen Mendel pada kacang ercis, ia menarik kesimpulan bahwa dua
alternatif yang berlawanan untuk sifat tertentu seperti tinggi dan pendek. Konsep ini
dikenal dengan dominan dan resesif. Mengenai tinggi tanaman pada ercis, tinggi adalah
dominan terhadap pendek sedangkan mengenai warna polong, hijau dominan terhadap
kuning. Mendel melihat adanya konsistensi dalam jumlah tipe parental pada F2.
Nampaknya selalu ada rasio pada perbandingan 3 : 1. Sumbangan pikiran Mendel tidak
berhenti pada pengenalan rasio saja. Mendel mengadakan hipotesis bahwa sifat-sifat
tersebut ditentukan oleh sepasang unit, dan hanya sebuah unit diteruskan kepada
keturunannya oleh setiap induk. Hal ini dikenal dengan Hukum Mendel I (segregasi bebas).
P: ♀ Tinggi x Pendek ♂
DD dd
G: D d
F1 : Tinggi
Dd
F2 :
DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1
kesimpulan bahwa pada saat pembentukan gamet-gamet (serbuk sari dan sel telur) maka
sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Berhubungan dengan itu prinsip
ini dirumuskan sebagai Hukum I dari Mendel yang dikenal dengan nama “The Law of
Segregation of Allelic Genes” (Hukum Pemisahan Gen yang sealel) (Suryo, 2011).
assortment). Isi dari hukum pasangan bebas: Segregasi suatu pasangan gen tidak
yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas (Cahyono, 2010).
Dalam praktek dua individu dapat mempunyai beda sifat lebih dari satu, misalnya
beda mengenai bentuk dan warna biji kapri. Hasil persilangannya (F 1) dinamakan dihibrid.
Mula-mula tanaman kapri yang bijinya berkerut hijau (bbkk) disilangkan dengan tanaman
yang bijinya bulat kuning homozigotik (BBKK). Semua tanaman F 1 (dihibrid) adalah
keturunan F2 yang memperlihatkan 16 kombinasi terdiri dari 4 macam fenotip, ialah berbiji
bulat kuning, bulat hijau berkerut kuning, berkerut hijau (Suryo, 2011).
Mendel dapat mengambil kesimpulan bahwa anggota dari sepasang gen memisah
secara bebas (tidak saling mempengaruhi) ketika berlangsung meiosis selama pembentukan
gamet-gamet. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel II yang berbunyi: “The Law
2011).
Sebagai contoh marilah kita ikuti percobaan Mendel dengan menggunakan tanaman
kapri Pisum sativum ia memperhatikan dua sifat keturunan yang ditentukan oleh dua
P: ♀ BBKK ♂bbkk
bulat kuning berkerut hijau
sel telur: BK serbuk sari: bk
F1: BbKk
bulat kuning
serbuk sari: BK, Bk, bK, bk
sel telur: BK, Bk, bK, bk
BK Bk bK bk
BK BBKK BBKk BbKk BbKk
F2: bulat bulat bulat bulat
kuning kuning kuning kuning
Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk
bulat bulat bulat bulat
kuning hijau kuning hijau
bK BbKK BbKk bbKK bbKk
bulat bulat berkeriput berkeriput
kuning kuning kuning kuning
bk BbKk Bbkk BbKK bbkk
bulat bulat berkeriput berkeriput
kuning hijau kuning hijau
Tabel II.2 Persilangan Dihibrid
Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak
merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik (Ramandhani, 2013).
Selain terjadi interaksi antar alel, interaksi juga dapat terjadi secara genetik. Selain
mengalami berbagai modifikasi rasio fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu,
terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan
kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik. Peristiwa interaksi gen pertama kali
dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan
keturunan dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda dengan bentuk jengger kedua
tetuanya. Ayam hibrid (hasil persilangan) ini memiliki jengger berbentuk walnut.
diperoleh generasi F2 dengan fenotipe walnut : mawar : ercis : tunggal = 9 : 3 : 3 : 1. Dari
fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang sebelumnya tidak pernah
keterlibatan dua pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan suatu fenotipe.
Kedua pasang gen tersebut masing-masing ditunjukkan oleh fenotipe mawar dan fenotipe
Penyimpangan semu hukum Mendel terjadinya suatu kerjasama berbagai sifat yang
Penyimpangan semu terjadi karena interaksi antar alel dan genetik sebagai berikut
(Susanto, 2011):
a. Interaksi alel adalah berbagai bentuk interaksi alel yang merupakan interaksi dominan
tidak sempurna, kodominan, variasi dua atau lebih gen sealel (alel ganda), dan alel letal.
menutupi alel resesif sepenuhnya sehingga keturunan yang heterozigot memiliki sifat
c. Kodominan adalah dua alel suatu gen yang menghasilkan produk berbeda dengan alel
yang satu tidak dipengaruhi oleh alel yang lain. Contohnya sapi berwarna merah
d. Alel ganda adalah fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen. Umumnya gen
tersusun dari dua alel alternatifnya. Alel ganda dapat terjadi akibat mutasi dan mutasi
menyebabkan banyak variasi alel. Gejala adanya dua atau lebih fenotipe yang muncul
memilikinya. Alel letal resesif adalah alel yang dalam keadaan homozigot resesif dapat
menyebabkan kematian. Contoh alel letal resesif adalah albino pada tumbuhan dan sapi
bulldog. Alel letal dominan adalah alel yang dalam keadaan dominan dapat
hipostasis, serta komplementer. Interaksi ini menyebabkan rasio tidak sesuai dengan
g. Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat interaksi dari beberapa gen.
Contoh atavisme adalah sifat genetis pada jengger ayam. Ada empat bentuk jengger
ayam, yaitu walnut (R_P_), rose (RRP_), pea (rrP_), dan single (rrpp). Perbandingan
h. Polimeri adalah bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif atau saling menambah.
Polimeri terjadi akibat interaksi atara dua gen atau lebih sehingga disebut juga sifat gen
i. Kriptomeri adalah sifat gen dominan yang tersembunyi, jika gen tersebut berdiri
sendiri, namun gen dominan tersebut berinteraksi dengan gen dominan lainnya, maka
sifat gen dominan yang tersembunyi sebelumnya akan muncul. Contoh kriptomeri
adalah persilangan pada bunga Linaria maroccana yang menghasilkan perbandingan
gen dengan alel dominan menutupi kerja gen lain, epistasis resesif yaitu gen dengan alel
homozigot resesif mempengaruhi gen lain, epistasis gen dominan rangkap adalah
peristiwa dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk munculnya satu fenotipe
tunggal, dan komplementer adalah interaksi beberapa gen yang saling melengkapi.
merupakan kebalikan dari persilangan yang semula dilakukan. Sebagai contoh dapat
h = Gen yang menentukan buah polong berwarna kuning
Mula-mula, serbuk sari dan bunga pada tanaman berbuah polong hijau diserbukkan
pada putik bunga pada tanaman berbuah polong kuning. Pada persilangan berikutnya cara
tersebut diatas dibalik. Dari kedua macam persilangan tersebut adalah ternyata didapatkan
2013).
Jika dalam suatu percobaan atau eksperimen hanya memiliki dua hasil keluaran,
sepertihalnya pelemparan mata uang, kita mendapatkan sisi depan dan sisi belakang, maka
distribusi normal dapat digunakan untuk menentukan apakah frekuensi kedua hasil tersebut
cukup signifikan terhadap frekuensi yang diharapkan. Namun demikian, jika lebih dari dua
hasil yang muncul, katakanlah ada k- hasil, maka distribusi normal tidak dapat digunakan
untuk menguji perbedaan signifikan antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi
yang diharapkan. Untuk melakukan uji hipotesis menggunakan Uji Chi-Kuadrat (Chi-
Square Testing, dilambangkan dengan 2). Jika kita mempunyai frekuensi observasi
sebanyak k, yaitu o1, o2, o3, …., ok dan frekuensi harapan (expectation) yaitu e1, e2, e3 , …,
Jika 2 = 0, maka ada kesesuaian sempurna antara hasil observasi dan nilai harapan.
Jika2> 0, maka antara hasil observasi dan nilai harapan tidak terjadi kesesuaian sempurna.
sSemakin besar nilai 2, ketidaksesuaian antara hasil observasi dan nilai harapan juga
PELAKSANAAN PRATIKUM
1. Setiap kelompok menerima dua buha kantong masing - masing kantong plastic
berisi 16 kancing, yang terdiri dari 8 kancing berwarna merah dan 8 kancing
berwarna putih. Kantong itu diumpamakan alat kelamin sedangkan kancing
diumpamakan gamet – gamet. Kancing merah ialah gamet yang memiliki gen
dominan M. sedangkan kancing putih memiliki gen resesif m.
2. Ambillah satu kancing dari kantong kanan dengan menggunakan tangan kanan
dan dalam waktu yang bersamaan ambil satu kancing dari kantong kiri dengan
menggunakan tangan kiri, tanpa melihat ke dalam kantong tersebut
3. Pertemukan hasil pengambilan kancing dari kedua kantong tersebut yang
dianggap sebagai zigot. Ada tiga kemungkinan yang diperoleh :
2 kancing merah yang berarti zigotnya homozigot dominan MM dan
fenotipnya merah
1 kancing merah dengan 1 kancing putih yang berarti zigotnya
heterozigot Mm dan fenotipnya merah
2 kancing putih yang berarti zigotnya homozigot dominan mm dan
fenotipnya putih
4. Catat hasil percobaan tersebut ke dalam tabel berikut :
Tabel 3.1 Hasil percobaan Monohibrid Perorangan
Pengambilan MM Mm mm
Ke
1
2
3
4
5
Jumlah
Ke MM Mm mm
-
1
2
3
4
5
Jlh
Percobaan 2
1. Setiap kelompok menerima dua buah kantong plastic yang berisi 16 kancing,
yang terdiri dari
4 merah – kuning (MB) : merah besar, kuning besar
4 merah – hitam (Mb) : merah besar, hitam kecil
4 putih – kuning (mB) : putih kecil, kuning besar
4 putih – hitam (mb) : putih kecil, hitam kecil
1
2
3
4
5
Jlh
Tabel 3.4 Hasil Percobaan Dihibrid Kelompok
4.1 Hasil
Pengambilan MM Mm mm
Ke
1 +
2 +
3 +
4 +
5 +
Jumlah 1 4 -
Ke MM Mm mm
-
D A D N O D A D N O D A D N O
A S W A L A S W A L A S W A L
1 + + + + +
2 + + + + +
3 + + + + +
4 + + + + +
5 + + + + +
Jlh 1 1 2 2 - 4 3 2 2 3 - 1 1 1 2
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Dihibrid Perorangan
4.2 Pembahasan
Lalu pada tabel 4.5 Uji Chi-Square Monohibrid dengan ratio 1 : 2 : 1 mendapatkan
hasil X2 adalah 0,44. Dan pada tabel 4.6 Uji Chi-Square Dihibrid dengan ratio 9 : 3 : 3 : 1
mendapatkan hasil X2 adalah 1,265. Hasil Uji Chi-Square menggunakan rumus berikut
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang monohybrid dengan ratio 1:2:1 didapatkan hasil
uji chisqure total sebesar 0,44 dan hasil percobann dihibrid ratio 9:3:3:1 total sebesar 1,265.
Dengan jumlah pratikan yang diuji adalah 5 orang dengan masing – masing orang
pengambilan.
5.2 Saran
Nusantari, E., 2013. Jenis Miskonsepsi Genetika yang Ditemukan pada Buku Ajar di
Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Sains. 1 (1): 59-60.
Oktarisna, F. A., Andy, S., Arifin, N. S., 2013. Pola Pewarisan Sifat Warna Polong pada
Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Varietas Introduksi
dengan Varietas Lokal. Jurnal Produksi Tanaman. 1 (2): 82-84.
Putri E. D., 2013. Aplikasi Kombinator dalam Analisis Genetika Mendelian. Jurnal
Pendidikan Sains. 1(1): 23-26.
Ramandhani M. R., 2013. Penerapan Pattern Matching dalam Penentuan Pewarisan Sifat
Genetis Tetua pada Anaknya. Institut Teknologi Bandung.