Anda di halaman 1dari 14

HUKUM MENDEL I DAN II

MAKALAH
Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Teknik Perbanyak Tanaman
Perkebunan Program Studi Ilmu Pertanian Perkebunan

Dosen Pembimbing :
Dwi Erwin Kusbianto, S.P., M.P

Disusun Oleh:
Inisaul farihah (201510801006)
Dian Fitri Andini (201510801008)
Eka Putri Novelia (201510801011)
Astrilia Ferlyta Mandailing (201510801014)
Aulia Valda Nafisa (201510801021)
Hepniatul Hasanah (201510801031)

PROGRAM STUDI ILMU PERTANIAN PERKEBUNAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkawinan silang pertama kali ditemukan oleh George John Mendel yang
lahir di Heinzendeorf pada tahun 1822-1884 dan tinggal di cckoslavia. Gregor
John Mendel pada tahun 1865 ia membawa hasil percobaannya pada
pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh perhimpunan pengetahuan alam
di brunn. Pada tahun 1866 karya ilmu Mendel itu dicetak oleh perhimpunan
tersebut yang kemudian menyebarluaskannya keberbagai perpustakaan di
Eropa dan Amerika. Genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang keturunan dan pewaris sifat pada makhluk hidup. dalam genetika
terdapat gen yang berfungsi menyampaikan informasi genetic pada keturunan
berikutnya. Oleh karena itu setiap keturunan akan mempunyai fenotip maupun
genotip yang hampir sama atau hasil campuran sifat-sifat induknya. Sifat yang
dapat diamati disebut fenotip sedangkan yang tidak dapat diamati disebut
genotip yang berupa susunan genetic suatu individu.
Dalam ilmu genetika terdapat suatu istilah yang disebut sebagai homozigot
dan heterozigot. Homozigot adalah sifat suatu individu yang genotipnya terdiri
atas gen-gen yang sama dari tiap jenis gen, misalnya RR, rr, MM, NN
sedangkan Heterozigot adalah sifat suatu individu yang genotipnya terdiri atas
gen-gen yang berlainan dari tiap jenis gen, misalnya Rr, Mm, Nn. Hukum
pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari
Mendel, juga dikenal sebagai Hukum kedua Mendel. Mendel mengatakan
bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin) kedua gen induk (Parent) akan
memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya
sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi hukum mendel II, menyatakan
bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka
diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum mendel I dan II, dan bagaimana
contoh dari kasus dari hukum mendel I dan II?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami dan mengetahui apa itu hokum mendel I dan II
beseta contoh kasus yang ada dari hukum mendel I dan II
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Hukum Mendel 1


Hukum 1 mandel dikenal sebagai “segregation of alletic Genes” yang
artinya hukum segregasi atau pemisahan secara bebas. Hukum 1 mendel
disebut juga hukum pembentukan gamet dengan satu sifat beda (monohibrid).
Hukum ini mengungkapkan bahwa dua alel yang mengatur sifat tertentu akan
terpisah pada 2 gamet yang berbeda. Hukum I Mendel disebut juga dengan
hukum segregasi bebas Karena pada hukum ini, gen di dalam alel mengalami
pemisahan (segregasi) secara bebas saat pembentukan gamet. Alel itu sendiri
adalah pasangan gen yang terletak di lokus yang sama pada kromosom
homolog.
Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda.
Maksudnya adalah pada persilangan ini kita hanya memperhatikan satu sifat
saja, seperti warna bunga (merah, putih, dsb) atau bentuk buah (bulat, lonjong,
dsb). Pada persilangan monohibrid berlaku Hukum Mendel I karena pada saat
pembentukan gamet kedua (G2), gen di dalam alel yang sebelumnya
berpasangan akan mengalami pemisahan secara bebas dalam dua sel anak
(gamet). Secara bebas di sini maksudnya adalah pemisahan kedua gen tersebut
tidak dipengaruhi atau mempengaruhi pasangan gen yang lainnya. Mendel
melakukan persilangan monohibrid dengan satu sifat beda yang menunjukkan
sifat dominansi yang muncul secara penuh dan sifat dominansi yang tidak
muncul secara penuh (intermediet) yaitu:

1. Sifat dominasi muncul secara penuh adalah Persilangan akan terjadi


apabila sifat gen yang satu lebih kuat dibandingkan dengan sifat gen yang
lainnya. Akibatnya, sifat gen yang lebih kuat itu dapat menutupi sifat gen yang
lemah. Dalam hal ini, gen yang memiliki sifat yang kuat disebut gen
dominan dan gen yang memiliki sifat yang lemah disebut gen resesif.
2. Persilangan pada kasus intermediet terjadi apabila sifat dari kedua gen
sama-sama kuat. Jadi, tidak ada gen yang bersifat dominan ataupun resesif.

Hukum ini mengungkapkan bahwa 2 alel yang mengatur sifat tertentu


akan terpisah pada 2 gamet yang berbeda. Variasi gen dengan alel yang
berbeda bertanggung jawab terhadap variasi sifat yang diwariskan. Sebagai
contoh gen yang mengatur warna pada bunga memiliki 2 variasi yakni gen
warna merah dan gen warna putih. Variasi gen ini dinamakan alel. Kedua
variasi gen menempati lokus yang sesuai pada pasangan kromosom homolog,
seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Kromosom Homolog sebagai gen pengatur Warma

Mendel 1 melakukan persilangan yang melibatkan sepasang sifat beda


dengan tujuan untuk mengetahui pola pewarisan sifat dari induk kegenerasi
berikutnya. Ketika menyilangkan tanaman berbatang tinggi dengan berbatang
pendek, didapatkan keturunan pada generasi 1 (f1) ternyata berbatang Panjang
semua. Tanaman yang berbeda Panjang dari f1 ini disilangkan sesamanya
maka f2 akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan tanaman
berbatang Panjang: batang pendek = 3:1. Percobaan ini diulang-ulang dengan
sifat-sifat lainnya seperti bentuk biji, warna biji, permukaan biji, dan letak
bunga. Persilangan tersebut secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Pemisahan gen secara bebas pada hukum mendel 1.

2.2 Contoh Hukum Mendel 1


2.2.1 Kasus dominansi penuh
Persilangan pada kasus dominansi penuh akan terjadi apabila sifat gen
yang satu lebih kuat dibandingkan dengan sifat gen yang lainnya.
Akibatnya, sifat gen yang lebih kuat itu dapat menutupi sifat gen yang
lemah. Dalam hal ini, gen yang memiliki sifat yang kuat disebut gen
dominan dan gen yang memiliki sifat yang lemah disebut gen resesif.
Contoh :
Persilangan Monohibrid, contoh: Persilangan antara bunga mawar merah
(MM) dengan bunga mawar putih (mm) dengan gen M bersifat dominan
penuh terhadap m. Lakukanlah persilangan sampai mendapatkan F2!
MM = merah
mm = putih

P1 = MM x mm
(merah) (putih)
G1 = M m
Karena alelnya homozigot, maka gametnya hanya 1 yaitu M dan m.
F1 = Mm
M bersifat dominan dari m, sehingga F1 bersifat merah.
P2 = Mm x Mm
(merah) (merah)
G2 = M M
M m
Berlaku HK. 1 Mendel dimana M dan m berpisah secara bebas saat
pembentukan gamet.
F2 = MM (merah), Mm (merah), Mm (merah) dan mm (putih).

Berdasarkan persilangan di atas, kita bisa mengetahui perbandingan


fenotip dan genotipnya. Perlu diingat kalau fenotip adalah sifat yang
tampak. Jadi, berdasarkan hasil F2 kita bisa tahu kalau perbandingan
fenotipnya adalah 3 : 1 (3 sifat merah : 1 sifat putih). Sedangkan, untuk
perbandingan genotipnya diperoleh MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1.
2.2.2 Kasus dominansi tidak penuh (Intermediet)
Persilangan pada kasus intermediet terjadi apabila sifat dari kedua gen
sama-sama kuat. Jadi, tidak ada gen yang bersifat dominan ataupun resesif.
Contoh :
Persilangan antara bunga mawar merah (MM) dengan bunga mawar putih
(mm) dengan M dan m sama-sama merupakan gen dominan. Lakukanlah
persilangan sampai mendapatkan F2!
2.3 Hukum Mendel II
Hukum Mendel II disebut juga Hukum Asortasi atau hukum berpasangan
secara bebas (The Mendelian law of independent assortment). Menurut hukum
ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain, yang
tidak sealel pada waktu pembentukan gamet. Hukum Mendel II memiliki
bunyi “apabila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka
diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain”.
Berbeda dengan hukun Mendel I, Jika hukum Mendel I ini menjelaskan
mengenai pemisahan gen dalam pasangan alel dari satu sifat yang berbeda,
hukum Mendel II (Hukum Asortasi bebas) menjelaskan mengenai dua atau
lebih sifat yang berbeda tidak mempengaruhi/bergantung pada sifat yang lain.
Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling
memengaruhi. Sebagai contoh, gen yang menentukan tinggi tanaman tidak
memengaruhi gen warna bunga tanaman, dan berlaku juga sebaliknya.
Hukum ini ditemukan oleh mendel saat mencoba menyilangkan antara dua
sifat yang berbeda atau lebih, yang dikenal dengan persilangan dihibrid. Saat
itu, mendel mencoba menyilangkan antara biji kacang bulat berwarna kuning
dengan biji kacang keriput berwarna hijau. Saat disilangkan, semua
keturunannya memiliki fenotipe biji bulat berwarna kuning (F1). Saat mendel
mencoba menyilangkan sesama F1, mendel mendapatkan empat varian
fenotipe berbeda yang merupakan kombinasi dari 2 sifat berbeda yang
disilangkan, yaitu Biji bulat kuning, biji bulat hijau, biji keriput kuning, dan
biji keriput hijau dengan rasio 9:3:3:1 dari semua kacang yang dihasilkan oleh
F2.

Gambar 3. Hukum Mendel II


Hasil dari percobaan mendel ini menegaskan bahwa antara satu sifat
dengan sifat lainnya yang berbeda, terlepas itu merupakan sifat dominan atau
resesif, tidak saling memengaruhi satu sama lain.
Hukum Mendel II terdiri dari dua hipotesis tentang berpasangannya alel
alel dalam persilangan dihibrid :
1. Berpasangan secara dependen atau saling tergantung
2. Berpasangan secara bebas, tidak saling tergantung

Gambar 4. Hipotesis berpasangannya alel alel dalam


persilangan dihibrid, tergantung dan tidak tergantung.

Berpasangannya alel alel secara independent pada saat pewarisan sifat


dapat diamati ketika Mendel mempelajari lebih dari satu karakter pada satu
persilangan. Persilangan dihibrid adalah perkawinan antara tetua yang
heterozigot untuk dua karakter (dihibrids).
Hukum Mendel tentang Independent Assortment menyatakan bahwa setiap
pasangan alel dalam suatu gen memisah secara independent dari pasangan gen
yang lain selama pembentukan gamet. Alel alel dari gen gen yang berbeda
tersebut berpasangan secara bebas/acak secara independent/tidak saling
tergantung satu sama lain. Jadi seolah olah setiap gen memiliki kromosom
sendiri. (kromosom belum ditemukan saat Mendel masih hidup. Hubungan
antara kromosom dan gen belum diketahui). Sekali lagi dalam hal ini pun
Mendel beruntung, karena ternyata kemudia diketahui bahwa setiap sifat yang
diamati oleh Mendel berada pada kromosom yang berbeda, sehingga
pewarisan sifat pada setiap tanaman Mendel dapat dijelaskan dengan hukum
Independent Assortment.
2.4 Contoh Hukum Mendel II
Ercis berbiji bulat warna kuning (sifat : dominan) disilangkan (X) dengan
ercis berbiiji kisut warna hijau (sifat : resesif). Jadi:
P1 = Bulat kuning X Kisut hijau
BBKK X bbkk
Gamet = BK bk
F1 = BbKk (Bulat Kuning 100%)
P2 = BbKk X BbKk
Gamet = BK BK  Bk Bk
 bK bK
 bk bk

Tabel 1: Persilangan Dihibrid Kacang Ercis

BK BK bK bk
BK BBKK BBKk BbKK BbKK
BK BBKk BBkk BbKk Bbkk
bK BbKK BbKk bbKK bbKk
bk BbKk Bbkk bbKk bbkk

Keterangan X Dihibrid :
Bulat Kuning (pasangan yang harus memiliki huruf “B” dan “K“) = 9.
Bulat Hijau (pasangan yang memiliki huruf “B” dan “k“) = 3.
Kisut Kuning (pasangan yang memiliki huruf “b” dan “K“) = 3.
Kisut Hijau (pasangan yang memiliki huruf “b” dan “k”) = 1.
Pernyataan dari keterangan tersebut berdasarkan dari “tabel persilangan
dihibrid”, dimana hasil Bulat Kuning ditunjukkan pada pasangan huruf yang
bold, sedangkan Bulat Hijau adalah pasangan huruf miring, dan pasangan
huruf yang bergaris bawah adalah Kisut Kuning, satu pasangan lagi yaitu
Kisut Hijau dengan hasil 1 fenotipe. Jadi, rasio fenotipe F2 = 9 : 3 : 3 : 1.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum I Mendel pada mendel ini, gen di dalam alel mengalami pemisahan
(segregasi) secara bebas saat pembentukan gamet. Alel itu sendiri adalah
pasangan gen yang terletak di lokus yang sama pada kromosom homolog.
sedangkan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari
Mendel, juga dikenal sebagai Hukum II Mendel, berbeda dengan hukun
Mendel I, Jika hukum Mendel I ini menjelaskan mengenai pemisahan gen
dalam pasangan alel dari satu sifat yang berbeda, hukum Mendel II
menjelaskan mengenai dua atau lebih sifat yang berbeda tidak
mempengaruhi/bergantung pada sifat yang lain. contoh dari hukum I mendel
yakni ada kasus persilangan dominasi penuh yang dimana akan terjadi apabila
sifat gen yang satu lebih kuat dibandingkan dengan sifat gen yang lainnya.
lalu ada kasus persilangan dominasi tidak penuh yang akan terjadi apabila
sifat dari kedua gen sama-sama kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. T., Hardhienata, S., & Maesya, A. (2015). IMPLEMENTASI SISTEM


HEREDITAS MENGGUNAKAN METODE PERSILANGAN HUKUM
MENDEL UNTUK IDENTIFIKASI PEWARISAN WARNA KULIT
MANUSIA. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Komputer/Informatika, 1(1).
Crowder, L. V., & Kusdiarti, L. (2015). Genetika tumbuhan
Effendi, Yunus. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Magelang: Pustaka Rumah
Cinta
Laras, Estri Arumingtyas. 2016. Genetika Mendel : Prinsip Dasar Pemahaman
Ilmu Genetika. Malang: UB Press

Anda mungkin juga menyukai