Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI PERTUMBUHAN TANAMAN

Oleh :
Golongan Q1
Eka Putri Novelia (201510801011)

PROGRAM STUDI ILMU PERTANIAN (PERKEBUNAN)


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
merupakan peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup yang
berupa pertambahan ukuran (volume, massa, dan tinggi). Pertumbuhan bersifat
kuantitatif atau terukur. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju
kedewasaan pada organisme. Prosesnya berlangsung secara kualitatif.
Pertumbuhan dan perkembangan bersifat irreversible. Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman merupakan proses yang dilakukan oleh tanaman baik
pada lingkungan tertentu maupun sifat tertentu dalam menghasilkan berat kering.
Pertumbuhan dan perkembangan pada setiap tanaman akan selalu berbeda. Hal
ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal pada tanaman.
Seperti halnya tanaman lain, jagung tentu mengalami perubahan dalam
pertumbuhannya. Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang
sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang
berkembang dapat berbeda. Dalam pertumbuhannya jagung mengalami
perkecambahan. Dalam pertumbuhan tanaman, perkecambahan merupakan
tahapan awal dari siklus hidup tanaman yang perbanyakannya melalui biji. Saat
substansi perkecambahan dalam benih mulai aktif setelah imbisisi air maka
secara fisiologi benih sudah mulai berkecambah. Secara fisik perkecambahan
dimulai ditandai dengan munculnya plumula dan radikula keluar dari benih.
Setelah fase perkecambahan, dilanjutkan dengan fase pertumbuhan vegetative.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dapat diukur ketika memasuki
fase vegetative. Dimana batang, daun, akar tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan vegetative yang tidak optimal akan menyebabkan produksi atau
hasil akhir yang tidak optimal, karena organ yang berfungsi sebagai penunjang
pertumbuhan generatif tidak terbentuk dengan maksimal.
Laju pertumbuhan tanaman jagung tentunya dipengaruhi faktor luar dan
dalam, maka dilakukan pengamatan bagaimana laju pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung beserta gejala dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengidentifikasi gejala
pertumbuhan dan menganalisis penyebab kejadiannya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pertanian yang mudah


dalam pengelolaan budidayanya. Tanaman palawija ini pada dasarnya tidak
membutuhkan perawatan intensif dan dapat ditanam di hampir semua jenis
tanah. Resiko kegagalan bertanamnya pun umumnya kecil dibandingkan dengan
tanaman padi. Dalam perkembangbiakanya, tanaman jagung mengalami
perkecambahan. Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu
tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji
yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan
fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda.
Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah (Paeru dkk, 2017).
Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun
interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat
berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu
(1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan
pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase
pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka
sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase
ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif,
yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis (Putra dkk,
2015).
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari proses fisiologi, melibatkan
faktor genotipe yang berinteraksi dalam tubuh tanaman dengan faktor
lingkungan. Proses pertumbuhan tanaman meliputi pertambahan ukuran, bentuk,
dan jumlah. Pertumbuhan suatu tanaman dapat diukur dengan pertambahan
volume (ukuran) ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu atau dua
arah, seperti tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, panjang akar namun
dapat juga diukur dengan berdasarkan berat segar atau kering. Selama
pertumbuhan, tanaman akan membentuk berbagai macam organ dimana organ
tersebut dibedakan menjadi organ vegetatif yang terbentuk lebih awal terdiri dari
akar, batang, dan daun yang kemudian disusul dengan organ generatif yang
terdiri dari bunga, buah, dan biji (Ekowati dkk, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan selalu berbeda-beda. Hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan menjadi 2 yakni
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam tubuh tumbuhan. Yang kedua adalah faktor eksternal yang mencakup
cahaya, suhu, kelembaban udara, nutrisi, kadar air, oksigen atau karbondioksida,
pH atau sederajat keasaman, kepadatan populasi, dan media tanam tumbuhan.
Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangannya, seperti halnya pada tanaman jagung. Perubahan yang
terjadi mungkin saja masih berada dalam batas toleransi tanaman tersebut, tetapi
seringkali tanaman mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan
menurunnya produktivitas atau cekaman lingkungan dan bahkan kematian
tanaman (Prasasti, 2013).
Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang
memberikan tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman
terhadap faktor lingkungan tertentu lebih rendah daripada respons optimumnya
pada kondisi normal. Kondisi lingkungan yang memungkinkan tanaman untuk
memberikan respons maksimum terhadap suatu faktor lingkungan bukan
merupakan cekaman bagi tanaman (Soepandi, 2014). Sama seperti halnya pada
faktor pertumbuhan, faktor penyebab cekaman lingkungan adalah ketersediaan
air dan intensitas cahaya. Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik
yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama
yang berperan dalam proses fisiologi tanaman. Dan pada proses pertumbuhan
tanaman jagung, tentu memerlukan air agar pertumbuhannya tidak terhambat.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum fisiologi pertumbuhan tanaman ini dilakukan pada bulan
September 2021 sampai Oktober 2021. Penanaman dimulai pada hari Selasa, 21
September 2021, pukul 04:00 – 06:00 WIB. Bertempat di halaman belakang
rumah, Banjarejo, Madiun.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Alat tanam (sekop kecil)
2. Polybag ukuran 35 x 40 cm
3. Penggaris
4. Benang jahit
5. Gembor
6. Alat tulis (pensil, kertas)
7. Handphone

3.2.2 Bahan
1. Benih jagung varietas hibrida bisi-9
2. Tanah
3. Kompos
4. Sekam
5. Air
6. Grandasil

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan polybag ukuran 35 x 40 cm, dan mengisinya dengan media
tanam hingga 75% bagian
2. Membuat lubang tanam sedalam 0,5 cm menggunakan jari, selanjutnya
memasukkan biji jagung ke dalam lubang tanam dan tutup menggunakan
tanah
3. Menyiram dan menunggu tanaman tumbuh hingga 2 daun
4. Melakukan pemupukan jika diperlukan
5. Mengamati variable pertumbuhan vegetatif tanaman berupa tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan diameter batang selama 5
minggu
6. Menuliskan pula kejadian-kejadian yang terjadi selama pengamatan
berlangsung
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Diagram Pertumbuhan Tanaman Jagung
70

60

50
Tinggi Tanaman (cm)
40 Jumlah Helai Daun (helai)
Panjang Daun (cm)
30
Lebar Daun (cm)
20 Diameter Batang (cm)

10

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5

Data pertumbuhan jagung didapat setelah dilakukan penanaman dan


pemberian perlakuan setiap hari selama 5 minggu semenjak benih jagung
tersebut ditanam. Data didapatkan dengan melakukan pengukuran berkala
seminggu sekali terhadap jagung tersebut terhadap pertumbuhan jagung.
Berdasarkan data yang diperoleh pada pengamatan pertumbuhan jagung
mendapatkan hasil bahwa tanaman jagung mengalami pertumbuhan ukuran pada
tinggi tanaman dari minggu pertama sampai pengamatan minggu kelima. Pada
minggu pertama, tanaman jagung belum mengalami pertumbuhan. Pada minggu
kedua mendapatakan data tinggi tanaman 30 cm, jumlah daun 3 helai, panjang
daun 23,5 cm, lebar daun 1,5 cm, diameter batang 2,5 cm. Pada minggu ketiga
mendapatkan data tinggi tanaman 48 cm, jumlah daun 5 helai, panjang daun
37,5 cm, lebar daun 2 cm, diameter batang 3 cm. Pada minggu ke empat
mendapatkan data tinggi tanaman 48 cm, jumlah daun 6 helai, panjang daun 43
cm, lebar daun 2,5 cm, diameter batang 3 cm. Dan pada minggu kelima
mendapatkan data tinggi tanaman 60 cm, jumlah daun 8 helai, panjang daun 54,5
cm, lebar daun 3 cm, diameter batang 4 cm.

4.2 Pembahasan
Pertumbuhan vegetatif tanaman jagung adalah pertumbuhan yang
berhubungan dengan penambahan ukuran dan jumlah sel pada suatu tanaman.
Pertumbuhan tanaman jagung meliputi fase perkecambahan yang dilanjutkan
dengan fase pertumbuhan vegetatif yang mencakup perbesaran batang, daun dan
akar tanaman yang akhirnya melambat ketika dimulai fase generatif. Pada
praktikum Fisiologi Pertumbuhan Tanaman pada tanaman jagung, parameter
yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun,
dan diameter batang. Pada fase perkecambahan, benih jagung mengalami
perkecambahan pada tanggal 27 September 2021 yaitu satu minggu setelah
tanam (minggu pertama). Perkecambahan ini dicirikan dengan plumula dan
radikula yang keluar dari benih. Dimana selanjutnya akan memasuki fase
vegetatif yaitu tumbuhnya daun pertama dan selanjutnya pengukuran parameter
pengamatan dapat dilakukan karena tentu pertumbuhan dan perkembangan pada
tanaman terjadi.
Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman, tinggi tanaman jagung dari
minggu pertama rataanya awal hingga minggu kelima rataanya terjadi
peningkatan. Tinggi tanaman dihitung dari pangkal batang hingga ruas batang
terakhir sebelum bunga. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering
diamati sebagai indicator pertumbuhan maupun perlakuan yang diterapkan.
Semakin lama tanaman semakin tinggi. Hal ini terjadi karena jagung melakukan
pertumbuhan dan perkembangan. Namun pada minggu keempat, tinggi tanaman
masih sama dengan pengukuran tinggi tanaman pada minggu ketiga. Menurut
Salisbury dan Ross (1995), fase ini disebut pertumbuhan logaritmik. Pada fase
logaritmik laju pertumbuhan melambat namun kemudian meningkat terus.
Pertumbuhan dan perkembangan tinggi tanaman ini bisa disebabkan beberapa
faktor yakni ketersediaan air, intensitas cahaya, dan nutrisi dalam tanaman.
Penggunaan pupuk diperlukan agar tanaman mendapatkan tambahan nutrisi
untuk mengalami pertumbuhan. Pada praktikum ini, tanaman jagung mendapat
perlakuan penyiraman 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, dan
ditempatkan pada naungan agar tetap mendapat cahaya matahri yang cukup, juga
dilakukan pemupukan pada saat jagung berumur 2 MST. Pupuk yang digunakan
adalah pupuk Grandasil yang dilarutkan dalam air dan disiramkan ketika
penyiraman sore hari.
Pada pengamatan jumlah daun, juga terjadi pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat kita lihat jumlah daun dari minggu pertama
rataanya belum tumbuh daun hingga rataan akhir pada minggu kelima menjadi 8
helai. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan sebagai indicator parameter.
Kenaikan jumlah daun merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan.
Tingginya kadar unsur hara yang tersedia dapat memacu aktivitas hormonal
dalam pembentukan daun. Pembentukan daun dipengaruhi oleh banyak
rangsangan hormonal. Tentu hal ini juga berpengaruh terhadap panjang daun.
Pada pengamatan panjang daun terjadi kenaikan pemanjangan daun setiap
minggunya. Dimana rataan akhir pada minggu kelima panjang daun 54,5 cm.
Pertumbuhan panjang daun ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kandungan unsur hara pada tanah, penyiraman, dan tentu bibit yang digunakan
adalah bibit yang berkualitas.
Pada pengamatan lebar daun mendapatkan data bahwa lebar daun
tanaman jagung mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat kita
lihat dari diagram di atas, mulai minggu kedua rataan awal 1,5 cm hingga
minggu kelima rataan akhir 3 cm. Pengukuran lebar daun diperoleh dengan cara
membentangkan penggaris pada daun yang terlebar. Menurut Gardner et al.,
(1991), pada awal pertumbuhan, pertambahan luas daun atau lebar daun
disebabkan karena fotosintat yang dihasilkan pada saat fotosintesis digunakan
untuk pembentukan daun. Proses fotosintesis tentu memerlukan air dan cahaya.
Cahaya bermanfaat bagi tumbuhan terutama sebagai energi yang digunakan
untuk proses fotosintesis, yaitu membentuk zat makanan. Jadi, cahaya secara
tidak langsung mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena
hasil fotosintesis berupa karbohidrat di gunakan untuk pembentukan organ-organ
tumbuhan. Maka ketersediaan air dan cahaya matahari perlu diperhatikan.
Hasil pengamatan pada diameter batang, menunjukkan bahwa batang
jagung mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Diameter batang adalah
dimensi pohon yang paling mudah diperoleh atau diukur terutama pada tanaman
bagian bawah. Tetapi karena bentuk batang yang pada umumnya semakin
mengecil ke ujung atas, maka perlu ditetapkan letak pengukuran diameter
batang. Diameter batang diukur menggunakan benang jahit yang dilingkarkan
pada batang lalu diukur menggunakan penggaris. Dan hasil yang didapatkan
pada minggu pertama hingga minggu kelima rataan akhir 4 cm. Pertambahan
diameter batang diakibatkan oleh adanya aktivitas kambium yaitu xylem dan
floem pada meristem lateral tanaman. Sel di daerah perpanjangan sel seperti
pada batang tanaman, memiliki kemampuan untuk 29 membesar dan
memanjang. Kemampuan sel tersebut tentunya akan dapat berjalan maksimal
dengan adanya unsur hara yang diserap oleh tanaman, unsur hara yang
mempengaruhi perpanjangan sel antara lain unsur nitrogen, kalsium (Ca), dan
boron (B) (wood et al., 1990).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada acara praktikum Fisiologi Pertumbuhan Tanaman ini dapat
disimpulkan bahwa dalam pertumbuhan tanaman jagung dipengaruhi oleh faktor
dalam dan luar. Faktor luar seperti ketersediaan air, intensitas cahaya sangat
diperlukan. Tidak hanya itu saja, nutrisi dan unsur hara juga berperan dalam
pertumbuhan jagung. Oleh karena itu, pada praktikum ini pertumbuhan jagung
meningkat, terutama pada pertumbuhan vegetatif tanaman jagung. Pertumbuhan
tanaman jagung meliputi fase perkecambahan yang dilanjutkan dengan fase
pertumbuhan vegetatif yang mencakup perbesaran batang, daun dan akar
tanaman yang akhirnya melambat ketika dimulai fase generatif. Dan
pertumbuhan tanaman jagung juga termasuk cepat.

5.2 Saran
Menurut saya pada praktikum Acara Fisiologi Pertumbuhan Tanaman ini,
asisten memberi tahu bahwa di bab literatur pada dokumentasi kegiatan
praktikum berisi foto ketika praktikan melakukan penanaman, diberitahukan
lebih awal.
DAFTAR PUSTAKA

Ekowati, D., dan M. Nasir. 2011. Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
Varietas Bisi-2 Pada Pasir Reject Dan Pasir Asli Di Pantai Trisik
Kulonprogo. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 18(3): 220-231

Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. Fisiologi Tanaman Budidaya.


Terjemahan Herawati S. 1991. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Paeru, Rudi H., T. Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Bogor:
Penebar Swadaya Grup

Prasasti, O. H., K. I.Purwani, dan S.Nurhatika. 2013. Pengaruh Mikoriza


Glomus fasciculatum Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kacang
Tanah yang Terinfeksi Patogen Sclerotium rolfsii. Jurnal Sains Dan Seni
Pomits. 2(2): 74-78

Putra, A. D., M. M. B. Damanik, dan H. Hanum. 2015. Aplikasi Pupuk Urea


Dan Pupuk Kandang Kambing Untuk Meningkatkan N-Total Pada Tanah
Inceptisol Kwala Bekala Dan Kaitannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jagung (Zea Mays L.). Jurnal Online Agroekoteknologi . 3(1): 128- 135

Salisbury, F. B., and C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:


Penerbit ITB

Sopandie, D. 2014. Fisiologi Adaptasi Tanaman Terhadap Cekaman Abiotik


pada Agroekosistem Tropika. Bogor: PT Penerbit IPB Press

Surbakti, M. F., S. Ginting , J. Ginting. 2013. Pertumbuhan Dan Produksi


Jagung (Zea Mays L.) Varietas Pioneer-12 Dengan Pemangkasan Daun Dan
Pemberian Pupuk NPKMg. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3): 523-534

Wood, G. B., H. V. Wiant Jr. R. J. Loy, J. A.Miles. 1990. Centroid sampling: A


Variant Of Importance Sampling For Estimating The Volume Of Sample
Trees Of Radiata Pine. Forest Ecology and Management. 36(4): 233-243
LAMPIRAN

1. Flowchart Praktikum Acara “Fisiologi Pertumbuhan Tanaman”


2. ACC Data Praktikum Acara “Fisiologi Pertumbuhan Tanaman”
3. Dokumentasi Praktikum Acara “Fisiologi Pertumbuhan Tanaman”

Gambar 1. Menyiapkan Bahan

Gambar 2. Tanah Dicampur Dengan Kompos Perbandingan 1:1 Dimasukkan


Ke Polybag
Gambar 3. Penanaman Benih Dilakukan Secara Tabula (Langsung Pada Media
Tanam) Dengan Membuat Lubang 0,5 cm

Gambar 4. Perkecambahan Benih dan Munculnya Plumula Serta Radikula


(Pengamatan Minggu Ke- 1)
Gambar 5. Pengamatan Minggu Ke- 2

Gambar 6. Pengamatan Minggu Ke- 3


Gambar 7. Pengamatan Minggu Ke- 5

Gambar 8. Pengamatan Minggu Ke- 5


4. Literatur

Ekowati, D., dan M. Nasir. 2011. Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
Varietas Bisi-2 Pada Pasir Reject Dan Pasir Asli Di Pantai Trisik
Kulonprogo. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 18(3): 220-231

Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. Fisiologi Tanaman Budidaya.


Terjemahan Herawati S. 1991. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Paeru, Rudi H., T. Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Bogor:
Penebar Swadaya Grup

Prasasti, O. H., K. I.Purwani, dan S.Nurhatika. 2013. Pengaruh Mikoriza


Glomus fasciculatum Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kacang
Tanah yang Terinfeksi Patogen Sclerotium rolfsii. Jurnal Sains Dan Seni
Pomits. 2(2): 74-78
Putra, A. D., M. M. B. Damanik, dan H. Hanum. 2015. Aplikasi Pupuk Urea
Dan Pupuk Kandang Kambing Untuk Meningkatkan N-Total Pada Tanah
Inceptisol Kwala Bekala Dan Kaitannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jagung (Zea Mays L.). Jurnal Online Agroekoteknologi . 3(1): 128- 135

Salisbury, F. B., and C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:


Penerbit ITB
Sopandie, D. 2014. Fisiologi Adaptasi Tanaman Terhadap Cekaman Abiotik
pada Agroekosistem Tropika. Bogor: PT Penerbit IPB Press

Surbakti, M. F., S. Ginting , J. Ginting. 2013. Pertumbuhan Dan Produksi


Jagung (Zea Mays L.) Varietas Pioneer-12 Dengan Pemangkasan Daun Dan
Pemberian Pupuk NPKMg. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3): 523-534
Wood, G. B., H. V. Wiant Jr. R. J. Loy, J. A.Miles. 1990. Centroid sampling: A
Variant Of Importance Sampling For Estimating The Volume Of Sample
Trees Of Radiata Pine. Forest Ecology and Management. 36(4): 233-243

Anda mungkin juga menyukai