Anda di halaman 1dari 15

Jenis-Jenis Pertumbuhan Tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :

1. Dwi Andriyani (141510501028)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan vegetasi, terutama vegetasi
tanaman pangan seperti jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang polong.
Keadaan iklim, bentuk tanah maupun tanah di Indonesia memegang peranan
penting dalam kelangsungan hidup tanaman-tanaman tersebut.
Untuk melangsungkan kehidupannya tersebut semua makhluk hidup tak
terkecuali tanaman memerlukan dua proses utama dalam kehidupan yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah
sel pada suatu organisme yang sifatnya tidak dapat balik atau irreversible,
pertumbuhan ini dapat di ukur menggunakan beberapa parameter seperti
pengukuran pertambahan panjang, lebar, luas, massa dan volume. Sedangkan
perkembangan merupakan proses untuk memaksimalkan fungsi organ-organ
tertentu pada suatu organisme. Meskipun dari segi pengertian keduanya berbeda,
namun kedua proses ini berjalan dengan saling berkaitan dan terjadi pada waktu
yang sama. Perbedaan keduanya terletak pada faktor kualitas dan kuantitas. Untuk
pertumbuhan ukurannya adalah secara kuantitatif karena terjadi perubahan dalam
jumlah dan ukuran sel-sel organisme. Sedangkan, perkembangan dinyatakan
secara kualitatif dan tidak dapat diamati karena dalam perkembangan hanya
terjadi perubahan secara fungsional pada tubuh suatu organisme.
Pertumbuhan tanaman terdiri atas pertumbuhan primer dan pertumbuhan
sekunder. Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan yang terjadi karena
adanya aktivitas pada meristem primer yaitu terjadinya pembelahan pada sel
jaringan meristem primer yang terdapat pada ujung akar dan ujung batang yang
berlangsung pada embrio. Sedangkan pertumbuhan sekunder merupakan
pertumbuhan yang disebabkan oleh kegiatan meristem sekunder. Pertumbuhan ini
terjadi pada tumbuhan dikotil dan gimnospermae.
Tahap awal pertumbuhan yang terjadi pada tanaman adalah dari
perkecambahan biji. Perkecambahan terjadi karena adanya pertumbuhan radikula
dan plumula. Perkecambahan ini terbagi atas dua tipe yang berdasar pada posisi
kotiledon yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal. Perkecambahan epigeal
terjadi apabila terjadi hipokotil memanjang sehingga mengakibatkan plumula
(calon batang) dan kotiledon terangkat ke atas tanah. Perkecambahan ini terjadi
pada kedelai dan kacang tanah. Sedangkan perkecambahan hipogeal terjadi
apbaila epikotil memanjang sehingga plumula tertarik keatas tanah tetapi
kotiledon tetap berada di dalam tanah, tipe perkecambahan ini terjadi pada
tanaman jagung dan kacang polong.

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa memahami dan mengerti jenis-jenis pertumbuhan tanaman
dan dapat membedakan berdasarkan morfologi dan fungsinya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri utama setiap makhluk


hidup karena merupakan proses kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies.
Pertumbuhan dan perkembangan takkan terpisahkan dengan setiap makhluk
karena berlangsung seterusnya selama makhluk tersebut hidup (Gardner, 1991).
Pertumbuhan merupakan bertambahnya sel-sel tanaman dengan proses total
yang mengubah bahan-bahan mentah yang di ambil dari lingkungannya secara
kimia dan menambahkannya pada tanaman. Terjadi pertama kali pada tingkat
mikroskopik ketika sel-sel membesar dan membelah dan akibatnya adalah
terjadinya pengembangan-pengembangan bagian tanaman yang dapat terlihat.
Pada tanaman yang sehat pertumbuhan terjadi secara bersamaan, sedangkan pada
tanaman yang mengalami kelainan pertumbuhan berbeda dari waktu ke waktu
(Goldsworthy, 1992).
Untuk tanaman pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada
tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya,
serta lingkungan yang mendukung. Faktor utama yang berpengaruh besar
terhadap ciri tanaman adalah genotipe dan lingkungan. Interaksi yang terjadi
antara genotipe dan lingkungan memberikan penampakan daya genetik pada
tanaman (Gardner, 1991).
Perkecambahan biji merupakan titik awal yang logis untuk pertumbuhan
dan perkembangan yang terjadi pada tanaman. Khususnya tanaman budidaya
semusim yang di kembang biakkan dengan menggunakan biji (Goldsworthy,
1992).
Perkecambahan adalah proses alami yang terjadi selama masa pertumbuhan
benih di mana mereka memenuhi kondisi minimum untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Selama periode ini, cadangan bahan terdegradasi, biasanya
digunakan untuk respirasi dan sintesis sel-sel baru sebelum berkembang menjadi
embrio. Proses dimulai dengan penyerapan air oleh biji kering dan berakhir
dengan munculnya embrio utama atau radikula (Rusydi, 2011).
Untuk memulai pertumbuhannya biji memerlukan energi yang berasal dari
perombakan bahan-bahan organik seperti lemak protein dan karbohidrat. Enzim
yang digunakan untuk merombak lemak adalah enzim lipase, perombak protein
adalah enzim protease dan karbohidrat dirombak oleh enzim amilase. Enzim-
enzim tersebut dihasilkan secara bersamaan selama proses perkecambahan
berlangsung (Bahri, 2012).
Kesuksesan dalam penanaman tanaman sangat bergantung pada kesuksesan
perkecambahan. Faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, cahaya, kelembaban
tanah, konsentrasi oksigen dan alkalinitas secara bersamaan dapat mempengaruhi
kondisi perkecambahan (Mosavian, 2013).
Kadar air benih juga sangat mempengaruhi daya kecambah dan kualitas
bibit yang pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan tanaman
dilapangan. Suhu, kelembaban dan lama penyimpanan sangat besar pengaruhnya
terhadap perubahan kadar air benih (Winarni, 2010).
Benih memiliki kemampuan berkecambah pada kisaran air tanah tersedia
mulai dari kapasitas lapangan hingga titik layu permanen. Jumlah air yang
diperlukan bervariasi, tergantung jenis benih. Namun pada umumnya tidak
melebihi dari dua atau tiga kali dari berat kering tanaman itu sendiri (Afandi,
2013).
Benih yang akan berkecambah membutuhkan air untuk merangsang hormon
pertumbuhan dan menambah kandungan air pada setiap bagian yang mulai
tumbuh pada saat perkecambahan. Oleh karena itu, jika kekurangan air maka
proses metabolisme pada benih yang semula aktif menjadi terhenti sehingga
proses perkecambahan akan terganggu. Hanya benih yang toleran kekeringan saja
yang mampu berkecambah (Ballo, 2012).
Untuk mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan seperti kekurangan air, embrio biji akan memperlambat proses
perkecambahan. Keadaan ini disebut dormansi benih, disaat dormansi benih
terjadi lembaga biji akan terbungkus oleh lapisan kulit. Benih yang memiliki kulit
keras biasanya mengalami dormansi fisik yang membuat perkecambahan semakin
terhambat dikarenakan masuknya air dan gas ke dalam benih terhalang (Sunarlim,
2012).
Dormansi dari beberapa tanaman dilaporkan terjadi karena suhu tanah yang
terlalu hangat. Oleh karenanya biji tersebut hanya berkecambah pada suhu yang
tinggi. Sama halnya dengan perkecambahan bergantung pada lemahnya lapisan
biji dengan memanaskan hingga suhu optimum yang cocok untuk mempengaruhi
laju reaksi (Muhammad, 2014).
Jenis perkecambahan tanaman ada dua yaitu epigeal dan hipogeal. Pada
perkecambahan epigeal, pertumbuhan radikula jauh melebihi pertumbuhan
plumula pada tahapan awal sampai suatu struktur lengkung terbentuk yang
mampu menarik keping-keping biji keluar dari kulit biji dan di atas tanah.
Sedangkan pada perkecambahan hipogeal, daun muda diselubungi oleh koleoptil
yang menyerupai pelepah memanjang hingga mulai terkena cahaya sehingga buku
semai yang pertama tepat berada di bawah permukaan tanah (Goldsworthy, 1992).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengantar Ilmu Tanaman Acara Jenis-Jenis Petumbuhan
Tanaman dilakukan pada hari Minggu tanggal 19 Oktober 2014 , bertempat di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul
07.00 WIB sampai selesai.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1. Benih tanaman monokotil epigeal (kacang tanah)
2. Benih tanaman monokotil hipogeal (jagung)
3. Benih tanaman dikotil epigeal (kedelai)
4. Benih tanaman dikotil hipogeal (kacang polong)
5. Media tanam (pasir)

3.2.2 Alat
1. Bak pengecambah
2. Beaker glass
3. Handsprayer
4. Kertas label

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengisi bak pengecambah dengan bahan tanam hingga ½ bagian dari bak
pengecambah.
3. Membuat lajur secara berurutan dengan menandai menggunakan kertas label
pada setiap jenis benih dan pengulangannya
4. Merendam benih pada air dalam beaker glass selama 15 menit.
5. Menanam benih pada bak pengecambah
6. Melakukan perawatan dan pemeliharaan setiap hari.
7. Melakukan pengamatan akhir.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel tanaman dikotil
No Jenis Ul Gambar dan Panjang Panjang Panjang
Tanaman Bagian- Hipokotil Epikotil Kecambah
bagiannya
1 Dikotil 1 10,3 cm 0 cm 11,3 cm
2 5,4 cm 0 cm 6,6 cm
epigeal
3 0,6 cm 0 cm 1,6 cm
(Kedelai) 4 1,2 cm 0 cm 2,4 cm
5 5,7 cm 0 cm 6,7 cm
6 11,3 cm 0 cm 12,5 cm
7 0 cm 0 cm 0 cm
8 0 cm 0 cm 0 cm
9 0 cm 0 cm 0 cm

10 1,2 cm 0 cm 2,3 cm
2 Dikotil 1 28 cm 3 cm 34 cm
hipogeal 2 6 cm 0 cm 8,5 cm
3 28,8 cm 4,5 cm 33,3 cm
(Kacang 4 8,1 cm 0 cm 10,6 cm
Polong) 5 7 cm 0 cm 8,8 cm
6 6,6 cm 0 cm 7,7 cm
7 4,8 cm 0 cm 6,3 cm
8 1,7 cm 0 cm 3,2 cm
9 6,7 cm 0 cm 7,9 cm
10 3,6 cm 0 cm 4,7 cm

3 Dikotil 1 3,1 cm 0 cm 4,3 cm


2 3,2 cm 0 cm 4,0 cm
epigeal
3 2,2 cm 0 cm 3,7 cm
(Kacang 4 0,5 cm 0 cm 1,8 cm
Tanah) 5 2,5 cm 0 cm 3,7 cm
6 1,8 cm 0 cm 3 cm
7 0,9 cm 0 cm 2,3 cm
8 3,1 cm 0 cm 4,0 cm
9 2,1 cm 0 cm 3,3 cm

10 2,1 cm 0 cm 3,9 cm

Tabel tanaman monokotil


No Jenis Ul Gambar dan Panjang Panjang Panjang
Tanaman Bagian- Hipokotil Epikotil Kecambah
Bagiannya
1. Monokotil 1 3 cm 0 cm 3,3 cm
2 2,7 cm 0 cm 3,2 cm
hipogeal
3 2,7 cm 1,1 cm 3,8 cm
(Jagung) 4 2,0 cm 0 cm 2,5 cm
5 1 cm 0 cm 1,8 cm
6 0,6 cm 0,5 cm 1,1 cm
7 2,2 cm 0 cm 2,9 cm
8 2,1 cm 0,3 cm 2,4 cm
9 3,8 cm 0,2 cm 4,0 cm
10 2,4 cm 0,3 cm 2,7 cm

4.2 Pembahasan
Tanaman kedelai, kacang polong dan kacang tanah merupakan tanaman
dikotil, tanaman yang berkeping dua dan berakar serabut. Tanaman kedelai dan
kacang tanah memiliki tipe perkecambahan epigeal, dimana hipokotil memanjang
sehingga menyebabkan plumula dan kotiledon menembus permukaan tanah dan
kotiledon melakukan proses fotosintesis selama belum terbentuk daun sedangkan
kacang polong memiliki tipe perkecambahan hipogeal, dimana epikotil
memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas
permukaan tanah, sedangakan kotiledon tertinggal di dalam tanah. Penelitian
terhadap kedelai, kacang polong dan kacang tanah dilakukan 10 kali pengulangan.
Pertumbuhan tanaman kedelai sendiri memiliki pemanjangan hipokotil yaitu
pemanjangan yang dapat diukur dari kotiledon sampai ke ujung akar. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa panjang kecambah kedelai
tertinggi adalah pada ulangan ke-6 dengan panjang hipokotil yaitu 11,3 cm,
namun epikotil tidak tumbuh sehingga panjangnya 0 cm dan kecambahnya
memiliki panjang 12,5 cm melebihi panjang ulangan kecambah lainnya. Panjang
kecambah terpendek pada tanaman kedelai yaitu pada ulangan ke-3 dengan
panjang hipokotil 0,6 cm, panjang epikotil 0 cm dan panjang kecambah pada
ulangan ke-3 ini hanya 1,6 cm. Pada ulangan ke 7,8 dan 9 tidak terjadi
pertumbuhan pada benih, hal tersebut bisa dikarenakan tingkat toleransi ketiga
benih tersebut rendah terhadap kekeringan yang terjadi karena media tanam
berupa pasir yang memiliki kemampuan penyimpanan air yang rendah (Ballo,
2012).
Tanaman kacang polong yang memiliki tipe perkecambahan hipogeal terjadi
pertumbuhan epikotil dan hipokotil. Panjang kecambah kacang polong tertinggi
terjadi pada ulangan pertama yaitu setinggi 34 cm. Untuk panjang hipokotil dan
epikotil yang tertinggi pada ulangan ke-3 yaitu 28,8 cm dan 4,5 cm. Sedangkan
panjang kecambah dan hipokotil terendah adalah pada ulangan ke-8 yaitu 3,2 cm
dan 1,7 cm. Epikotil yang tumbuh hanya pada ulangan pertama dan ke-3,
sedangkan pada ulangan yang lain tidak mengalami pertumbuhan.
Pengamatan pada tanaman kacang tanah yang memiliki tipe perkecambahan
epigeal hanya terjadi pemanjangan hipokotil sedangkan pemanjangan epikotil
tidak terjadi sama sekali. Bila dibandingkan dengan tinggi tanaman dikotil yang
lain tinggi perkecambahan kacang tanah adalah yang paling rendah. Panjang
kecambah yang tertinggi hanya 4,3 cm yang terjadi pada ulangan pertama dan
hipokotil yang terpanjang juga hanya 3,2 cm pada ulangan ke-2. Panjang hipokotil
dan panjang kecambah terendah terjadi pada ulangan ke-4 yaitu 0,5 cm dan 1,8
cm. Sama seperti kecambah kedelai, pemanjangan epikotil kecambah kacang
tanah juga tidak terjadi sama sekali.
Jagung merupakan tanaman monokotil yang hanya memiliki satu keping biji
dan berakar serabut, sedangkan tipe perkecambahannya adalah hipogeal dimana
epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di
atas permukaan tanah, sedangakan kotiledon tertinggal di dalam tanah. Tidak
seperti tanaman dikotil, panjang hipokotil, epikotil maupun kecambah tanaman
jagung termasuk rendah. Panjang hipokotil tertinggi hanya 3,8 cm pada ulangan
ke-9, panjang epikotil tertinggi yaitu 1,1 cm pada ulangan ke-3 dan panjang
kecambah tertinggi yaitu 4,0 cm pada ulangan ke-9. Pemanjangan kecambah yang
terendah yaitu pada ulangan ke-6 setinggi 1,1 cm, panjang epikotil terendah yaitu
0,2 cm pada ulangan ke-9 dan panjang hipokotil terendah adalah 1 cm pada
ulangan ke-5. Jika dibandingkan dengan ketiga jenis tanaman dikotil yang
ditanam, epikotil kecambah jagung ini lebih banyak yang tumbuh meskipun hanya
setengah dari jumlah keseluruhan.
Faktor yang mempengaruhi tipe perkecambahan hipogeal atau epigeal pada
tanaman adalah kemampuan yang dimiliki hipokotil dalam mengangkat kotiledon.
Bila hipokotil tidak mampu mengangkat kotiledon maka tipe perkecambahan
yang terjadi adalah hipogeal karena kotiledon akan tetap didalam tanah. Tipe
perkecambahan epigeal akan terjadi bila hipokotil mampu mengangkat kotiledon
hingga keluar dari permukaan tanah. Jadi semakin kuat hipokotil benih akan
semakin besar kemungkinan bahwa tipe perkecambahannya adalah epigeal.
Menurut Rusydi (2011), proses fisiologis perkecambahan diawali dengan
proses imbibisi atau penyerapan air oleh benih sehingga membuat kulit benih
melunak dan menyebabkan hidrasi oleh fotoplasma, proses imbibisi terjadi karena
adanya perbedaan potensi air pada benih dan medianya, proses ini sangat
berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman karena perkecambahan dapat terjadi
apabila air masuk ke dalam kulit biji pada tekanan tetentu. Tahap selanjutnya
adalah terjadinya aktivitas enzim dan kenaikan tingkat respirasi benih, tahap
ketiga yaitu perombakan simpanan cadangan makanan seperti karbohidrat, protein
dan lemak menjadi bahan-bahan yang dapat larut dan disebarkan pada titik-titik
tumbuh. Lalu terjadi proses asimilasi bahan-bahan yang telah dirombak untuk
menghasilkan energi dari kegiatan pembentukan komponen dalam pertumbuhan
sel-sel yang baru. Proses terakhir merupakan pertumbuhan kecambah melalui
proses pembesaran, pembelahan dan pembagian sel-sel. Pertumbuhan kecambah
pada tanaman tergantung pada cadangan makanan yang terdapat di dalam benih.
Media tanam merupakan media dimana tanaman atau biji dapat tumbuh dan
berkembang didalamnya. Contohnya seperti tanah, pasir, sekam, kapas dan sejenis
lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan, tanah selalu
menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan
penelitian kali ini digunakan pasir untuk perkecambahan benih yang di tanam.
Pengaruh setiap media tanam terhadap perkecambahan suatu biji berbeda-beda.
Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung
unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hal tersebut adalah daya intermolekul yaitu listrik yang ada pada
molekul-molekul media tumbuh, makin rapat molekul-molekulnya makin sulit air
diserap oleh biji. Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, media jenis
ini memiliki aerasi atau ketersediaan rongga udara dan drainase yang baik, namun
memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan
menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Sehingga dapat
menghambat kecepatan pertumbuhan kecambah karena kurangnya kelembaban,
namun pada penelitian yang dilakukan sudah diatur jadwal penyiraman secara
rutin sehingga kelembaban media tanam tetap terjaga.
BAB 5. KESIMPULAN

Perkecambahan biji merupakan titik awal yang logis untuk pertumbuhan


dan perkembangan yang terjadi pada tanaman. Proses perkecambahan ini dimulai
dengan penyerapan air oleh biji kering dan berakhir dengan munculnya embrio
utama atau radikula. Hanya benih yang toleran kekeringan saja yang mampu
berkecambah. Jenis perkecambahan tanaman ada dua yaitu epigeal dan hipogeal.
Faktor penentu jenis perkecambahan adalah kemampuan yang dimiliki hipokotil
dalam mengangkat kotiledon. Bila hipokotil tidak mampu mengangkat kotiledon
maka tipe perkecambahan yang terjadi adalah hipogeal karena kotiledon akan
tetap didalam tanah. Tipe perkecambahan epigeal akan terjadi bila hipokotil
mampu mengangkat kotiledon hingga keluar dari permukaan tanah. Jadi semakin
kuat hipokotil benih akan semakin besar kemungkinan bahwa tipe
perkecambahannya adalah epigeal.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, L. Mawarni dan Syukri. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Empat
Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Tingkat Naungan.
Agroekologi (ISSN 2337- 6597), 1(2): 214-226.

Bahri, M. Mirzan dan M. Hasan. 2012. Karakterisasi Enzim Amilase Dari


Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea mays ceratina L.). Natural Science,
1(1): 132-143.

Ballo, N. S. Ai, D. Pandiangan dan F. R. Mantiri. 2012. Respons Morfologis


Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) terhadap Kekeringan pada Fase
Perkecambahan (Morphological Response of Some Rice (Oryza sativa L.)
Cultivars to Water Deficit at the Seedling Stage). Bioslogos, 2(2): 88-95.

Gardner, F.P., Pearce, R. B. dan Mitchell R.L. 1984. Fisiologi Tanaman


Budidaya. Terjemahan oleh Ir. Tohari, MSc. PhD. 1991. Jakarta : UI Press.

Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Terjemahan oleh Herawati Susilo. 1992. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Mosavian dan M. E. Nejad. 2013. Effect Of NaCl And CaCl2 Stress On


Germination Indicators And Seedling Growth Of Canola. Farming and
Allied Sciences, 2(2): 32-37.

Muhammad, I. S. Usman, M. D. Katung dan M. F. Ishiyaku. 2014. In Situ


Germination and Early Seedling Growth of Wormwood (Artemisia annua
L.). Plant Sciences, 5(11): 1694-1701.

Rusydi, C. W. Noraliza, A. Azrina dan A. Zulkhairi. 2011. Nutritional changes in


germinated legumes and rice varieties. International Food Research,
18(2): 705-713.

Sunarlim, S. I. Zam dan J. Purwanto. 2012. Pelukaan Benih Dan Perendaman


Dengan Atonik Pada Perkecambahan Benih Dan Pertumbuhan Tanaman
Semangka Non Biji (Citrullus vulgaris Schard L.). Agroteknologi, 2(2): 29-
32.

Winarni. 2010. Daya Kecambah Benih Tanjung (Mimusops elengi LINN.) Pada
Berbagai Kadar Air Benih. Hutan Tropis, 11(30): 12-24.

Anda mungkin juga menyukai