LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa memahami dan mengerti jenis-jenis pertumbuhan tanaman
dan dapat membedakan berdasarkan morfologi dan fungsinya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3.2.2 Alat
1. Bak pengecambah
2. Beaker glass
3. Handsprayer
4. Kertas label
10 1,2 cm 0 cm 2,3 cm
2 Dikotil 1 28 cm 3 cm 34 cm
hipogeal 2 6 cm 0 cm 8,5 cm
3 28,8 cm 4,5 cm 33,3 cm
(Kacang 4 8,1 cm 0 cm 10,6 cm
Polong) 5 7 cm 0 cm 8,8 cm
6 6,6 cm 0 cm 7,7 cm
7 4,8 cm 0 cm 6,3 cm
8 1,7 cm 0 cm 3,2 cm
9 6,7 cm 0 cm 7,9 cm
10 3,6 cm 0 cm 4,7 cm
10 2,1 cm 0 cm 3,9 cm
4.2 Pembahasan
Tanaman kedelai, kacang polong dan kacang tanah merupakan tanaman
dikotil, tanaman yang berkeping dua dan berakar serabut. Tanaman kedelai dan
kacang tanah memiliki tipe perkecambahan epigeal, dimana hipokotil memanjang
sehingga menyebabkan plumula dan kotiledon menembus permukaan tanah dan
kotiledon melakukan proses fotosintesis selama belum terbentuk daun sedangkan
kacang polong memiliki tipe perkecambahan hipogeal, dimana epikotil
memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas
permukaan tanah, sedangakan kotiledon tertinggal di dalam tanah. Penelitian
terhadap kedelai, kacang polong dan kacang tanah dilakukan 10 kali pengulangan.
Pertumbuhan tanaman kedelai sendiri memiliki pemanjangan hipokotil yaitu
pemanjangan yang dapat diukur dari kotiledon sampai ke ujung akar. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa panjang kecambah kedelai
tertinggi adalah pada ulangan ke-6 dengan panjang hipokotil yaitu 11,3 cm,
namun epikotil tidak tumbuh sehingga panjangnya 0 cm dan kecambahnya
memiliki panjang 12,5 cm melebihi panjang ulangan kecambah lainnya. Panjang
kecambah terpendek pada tanaman kedelai yaitu pada ulangan ke-3 dengan
panjang hipokotil 0,6 cm, panjang epikotil 0 cm dan panjang kecambah pada
ulangan ke-3 ini hanya 1,6 cm. Pada ulangan ke 7,8 dan 9 tidak terjadi
pertumbuhan pada benih, hal tersebut bisa dikarenakan tingkat toleransi ketiga
benih tersebut rendah terhadap kekeringan yang terjadi karena media tanam
berupa pasir yang memiliki kemampuan penyimpanan air yang rendah (Ballo,
2012).
Tanaman kacang polong yang memiliki tipe perkecambahan hipogeal terjadi
pertumbuhan epikotil dan hipokotil. Panjang kecambah kacang polong tertinggi
terjadi pada ulangan pertama yaitu setinggi 34 cm. Untuk panjang hipokotil dan
epikotil yang tertinggi pada ulangan ke-3 yaitu 28,8 cm dan 4,5 cm. Sedangkan
panjang kecambah dan hipokotil terendah adalah pada ulangan ke-8 yaitu 3,2 cm
dan 1,7 cm. Epikotil yang tumbuh hanya pada ulangan pertama dan ke-3,
sedangkan pada ulangan yang lain tidak mengalami pertumbuhan.
Pengamatan pada tanaman kacang tanah yang memiliki tipe perkecambahan
epigeal hanya terjadi pemanjangan hipokotil sedangkan pemanjangan epikotil
tidak terjadi sama sekali. Bila dibandingkan dengan tinggi tanaman dikotil yang
lain tinggi perkecambahan kacang tanah adalah yang paling rendah. Panjang
kecambah yang tertinggi hanya 4,3 cm yang terjadi pada ulangan pertama dan
hipokotil yang terpanjang juga hanya 3,2 cm pada ulangan ke-2. Panjang hipokotil
dan panjang kecambah terendah terjadi pada ulangan ke-4 yaitu 0,5 cm dan 1,8
cm. Sama seperti kecambah kedelai, pemanjangan epikotil kecambah kacang
tanah juga tidak terjadi sama sekali.
Jagung merupakan tanaman monokotil yang hanya memiliki satu keping biji
dan berakar serabut, sedangkan tipe perkecambahannya adalah hipogeal dimana
epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di
atas permukaan tanah, sedangakan kotiledon tertinggal di dalam tanah. Tidak
seperti tanaman dikotil, panjang hipokotil, epikotil maupun kecambah tanaman
jagung termasuk rendah. Panjang hipokotil tertinggi hanya 3,8 cm pada ulangan
ke-9, panjang epikotil tertinggi yaitu 1,1 cm pada ulangan ke-3 dan panjang
kecambah tertinggi yaitu 4,0 cm pada ulangan ke-9. Pemanjangan kecambah yang
terendah yaitu pada ulangan ke-6 setinggi 1,1 cm, panjang epikotil terendah yaitu
0,2 cm pada ulangan ke-9 dan panjang hipokotil terendah adalah 1 cm pada
ulangan ke-5. Jika dibandingkan dengan ketiga jenis tanaman dikotil yang
ditanam, epikotil kecambah jagung ini lebih banyak yang tumbuh meskipun hanya
setengah dari jumlah keseluruhan.
Faktor yang mempengaruhi tipe perkecambahan hipogeal atau epigeal pada
tanaman adalah kemampuan yang dimiliki hipokotil dalam mengangkat kotiledon.
Bila hipokotil tidak mampu mengangkat kotiledon maka tipe perkecambahan
yang terjadi adalah hipogeal karena kotiledon akan tetap didalam tanah. Tipe
perkecambahan epigeal akan terjadi bila hipokotil mampu mengangkat kotiledon
hingga keluar dari permukaan tanah. Jadi semakin kuat hipokotil benih akan
semakin besar kemungkinan bahwa tipe perkecambahannya adalah epigeal.
Menurut Rusydi (2011), proses fisiologis perkecambahan diawali dengan
proses imbibisi atau penyerapan air oleh benih sehingga membuat kulit benih
melunak dan menyebabkan hidrasi oleh fotoplasma, proses imbibisi terjadi karena
adanya perbedaan potensi air pada benih dan medianya, proses ini sangat
berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman karena perkecambahan dapat terjadi
apabila air masuk ke dalam kulit biji pada tekanan tetentu. Tahap selanjutnya
adalah terjadinya aktivitas enzim dan kenaikan tingkat respirasi benih, tahap
ketiga yaitu perombakan simpanan cadangan makanan seperti karbohidrat, protein
dan lemak menjadi bahan-bahan yang dapat larut dan disebarkan pada titik-titik
tumbuh. Lalu terjadi proses asimilasi bahan-bahan yang telah dirombak untuk
menghasilkan energi dari kegiatan pembentukan komponen dalam pertumbuhan
sel-sel yang baru. Proses terakhir merupakan pertumbuhan kecambah melalui
proses pembesaran, pembelahan dan pembagian sel-sel. Pertumbuhan kecambah
pada tanaman tergantung pada cadangan makanan yang terdapat di dalam benih.
Media tanam merupakan media dimana tanaman atau biji dapat tumbuh dan
berkembang didalamnya. Contohnya seperti tanah, pasir, sekam, kapas dan sejenis
lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan, tanah selalu
menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan
penelitian kali ini digunakan pasir untuk perkecambahan benih yang di tanam.
Pengaruh setiap media tanam terhadap perkecambahan suatu biji berbeda-beda.
Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung
unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hal tersebut adalah daya intermolekul yaitu listrik yang ada pada
molekul-molekul media tumbuh, makin rapat molekul-molekulnya makin sulit air
diserap oleh biji. Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, media jenis
ini memiliki aerasi atau ketersediaan rongga udara dan drainase yang baik, namun
memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan
menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Sehingga dapat
menghambat kecepatan pertumbuhan kecambah karena kurangnya kelembaban,
namun pada penelitian yang dilakukan sudah diatur jadwal penyiraman secara
rutin sehingga kelembaban media tanam tetap terjaga.
BAB 5. KESIMPULAN
Afandi, L. Mawarni dan Syukri. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Empat
Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Tingkat Naungan.
Agroekologi (ISSN 2337- 6597), 1(2): 214-226.
Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Terjemahan oleh Herawati Susilo. 1992. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Winarni. 2010. Daya Kecambah Benih Tanjung (Mimusops elengi LINN.) Pada
Berbagai Kadar Air Benih. Hutan Tropis, 11(30): 12-24.