LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
(151510501037)
(151510501045)
(151510501097)
(151510501122)
(15151050125)
(151510501153)
(151510501133)
(151510501140)
(151510501259)
(151510501158)
(151510501244)
(151510501198)
tinggi, berat, volume tubuh yang bersifat irreversible atau tidak dapat kembali ke
bentuk awal). Pertumbuhan bersifat kuantitatif atau mempunyai nilai yang dapat
dikonversikan kedalam bentuk angka. Setiap mahluk hidup yang hidup akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Baik perkembangan secara
morfologi, anatomi, maupun fisiologi termasuk tumbuhan. Saat proses
pertumbuhan, mahluk hidup akan mengalami perubahan ukuran, bentuk, maupun
volume. Tidak terkecuali pada tanaman, tanaman juga mengalami pertumbuhan.
Pada rentan waktu tertentu, biji akan memunculkan akar, batang, dan daun.
Hingga akhirnya bentuk tersebut berubah menjadi tumbuhan dewasa yang
lengkap dengan bagian akar, batang, daun. Bahkan bisa sampai menghasilkan
bunga dan buah. Oleh karena itu, ada suatu proses yang menyebabkan perubahan
tersebut.
Tidak hanya mengalami pertumbuhan, tanaman juga mengalamu fase
perkembangan. Perkembangan merupakan proses-proses dari pertumbuhan yang
mengalami perubahan struktur dan fungsi yang dialami mahluk hidup, begitu pula
dengan tumbuhan. Tumbuhan tumbuh dengan melakukan pembelahan sel,
pemanjangan sel dan diferensiasi sel. Pertumbuhan pada tanaman dimulai dengan
proses perkecambahan. Perkecambahan didahului dengan menyerapnya air
kedalam sel-sel imbibiban (biji yang berkecambah) atau imbibisi. Proses ini
terjadi apabila kadar air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air dalam biji
melalui proses imbibisi Jika proses imbibisi sudah optimal maka
dimulailah
itu ialah tanda awal bahwa biji akan memulai kehidupannya. Selama proses
perkecambahan, biji mendapat nutrisi makanan dari kotiledon. Kotiledon
merupakan cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio hingga terbentuknya
daun sehingga dapat melakukan fotosintesis sendiri. Mempelajari jenis-jenis
pertumbuhan ini dapat membantu kita memudahkan pemahaman dalam
mempelajari ilmu pertanian
1.2 Tujuan
Supaya mahasiswa dapat memahami dan mengerti jenis-jenis pertumbuhan
tanaman, serta dapat membedakan jenis-jenis pertumbuhan berdasarkan morfologi
dan fungsinya.
dan plumula dari biji atau benih disebut perkecambahan (Marthen dkk, 2013).
Perkecambahan merupakan salah satu tahapan yang paling penting dalam
kehidupan tanaman yang menentukan efisiensi penggunaan nutrisi dan sumber
daya air yang tersedia bagi tanaman (Aguilar-Bentez et al, 2014). Benih bisa
berkecambah di bawah cahaya putih (neon), merah, hijau, kuning dan biru
(Anchalee, 2011). Hasil perkecambahan ialah munculnya tumbuhan kecil dari biji.
Tumbuhan kecil tersebut ialah radikula, radikula adalah calon akar primer.
Radikula merupakan bagian dari hipokotil. Setelah radikula muncul, struktur yang
selanjutnya muncul adalah calon batang, atau biasa disebut epikotil.
Berdasarkan letak kotiledon, perkecambahan dibagi menjadi dua tipe. Tipe
yang pertama adalah hipogeal. Hipogeal merupakan perkecambahan yang terjadi
secara memanjang dari epikotil yang menyebabkan keluarnya plumula sehingga
menembus kulit biji dan mucul di atas tanah sementara kotiledon tetap tinggal di
dalam tanah. Contoh tanaman hipogeal ialah jagung. Tipe kedua perkecambahan
ialah epigeal. Epigeal adalah proses perkecambahan yang terjadi saat hipokotil
tumbuh memanjang akibatnya plumula dan kotiledon terdorong naik ke
permukaan tanah, contohnya adalah tanaman kacang hijau. Adapun faktor yang
memengaruhi perkecambahan ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji, serta daya serap biji terhadap
air. Sementara faktor eksternal diantaranya yaitu intentitas cahaya, suhu, dan air.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum jenis-jenis pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari
Minggu, 4 Oktober 2015 pukul 11.00 sampai 12.00 WIB, bertempat di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Benih tanaman monokotil epigeal (kacang tanah)
2. Benih tanaman monokotil hypogeal (jagung)
Jenis
Tana
H7
Ul
Man
1
Bawang 2
merah
3
Jagung
Gambar
H 14
Hipo
kotil
Epi
kotil
Keca
mbah
Hipo
kotil
Epi
kotil
Keca
mbah
2 cm
1,5
cm
4,5
cm
6 cm
2 cm
1,5
cm
2,5
cm
4 cm
2,5
cm
19
cm
8 cm
4 cm 6,5 cm
31
cm
39 cm
19
cm
8,4
cm
24
cm
32,4
cm
14,5
cm
7,5
cm
24,6
cm
32,1
cm
3 cm
14,8
cm
20,5
cm
35,3
cm
2 cm
14
cm
22,5
cm
36,5
cm
9,4
cm
18,8
cm
28,2
cm
Kedelai
2
3
1
Alpukat
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum jenis-jenis pertumbuhan tanaman
yang bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Jember. Media tanam yang digunakan adalah pasir. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung, kedelai, bawang merah dan
biji alpukat. Hasil pengamatan disebutkan bahwa semua tanaman mengalami
pertumbuhan setiap harinya, namun tidak terdapat tanda-tanda pertumbuhan pada
biji buah alpukat.
Hal ini disebabkan beberapa faktor. Menurut Andrian, dkk (2014), ada
beberapa faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik faktor biotik
maupun abiotik. Adapula faktor internal dari benih maupun faktor eksternal dari
lingkungan tanaman. Faktor interfal adalah faktor dari dalam, meliputi gen dan
hormon. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar, meliputi nutrisi, suhu,
cahaya, air, kelembaban, media tanam dan lain sebagainya.
Tabel pengamatan tersebut menunjukkan bahwa jagung dan bawang merah
merupakan tanaman monokotil hipogeal karena kotiledon jagung dan bawang
merah tertinggal di dalam tanah. Tabel pengamatan juga menunjukkan bahwa
kedelai dan alpukat merupakan dikotil.
Kuatnya benih dalam menghadapi kondisi pada media tanam dinilai kurang.
Perkecambahan dimulai dari proses penyerapan air atau bisa disebut imbibisi.
Benih akan menyerap air dari lingkungan sekitar tempat tanaman tumbuh.
Hadirnya air akan mengaktifkan sejumlah hormon dalam tanaman. Air akan
digunakan sebagai energi dalam pembelahan sel. Setelah proses penyerapan,
pembelahan akan berlangsung dan bagian-bagian dalam benih akan tumbuh dan
berkembang.
Benih perlu direndam selama 30 menit, hal itu bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan pada benih. Perkecambahan lebih mudah saat setelah
direndam. Perendaman tersebut dapat membantu air akan membantu merangsang
enzim yang ada di endosperm untuk mengaktifkan bakal pucuk dan bakal akar.
Tipe perkecambahan ada dua jenis, dapat dilihat dari letak posisi keping benih
atau biasa disebut kotiledon pada permukaan tanah. Tipe-tipe tersebut adalah tipe
epigeal dan tipe hipogeal. Kedua tipe tersebut ditentukan dari kekuatan kotiledon
keatas tanah.
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Media tanam pasir dapat mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman.
Jagung, kedelai, bawang merah dan biji alpukat. Seluruh tanaman menunjukkan
pertumbuhan tapi tidak pada biji alukat karena perkecmbahan alpukat
membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada tanaman lain. Pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh berbagai jenis faktor. Faktor tersebut adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Menurut Andrian, dkk (2014), ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik faktor abiotik dan faktor
biotik.
Kualitas benih dinilai kurang dalam menghadapi kondisi pada media
tanaman. Perkecambahan dimulai dari proses penyerapan air. Air digunakan
sebagai energi untuk memulai perkecambahan. Setelah roses penyerapan,
pembelahan dan bagian-bagian pada benih akan tumbuh. Pertumbuhan pada
tanaman berlangsung lebih cepat karena sebelum penanaman, benih direndam
selama 30 menit.
5.2 Saran
Tanaman memerlukan pemenuhan kebutuhan untuk memaksimalkan
pertumbuhan atau perkecambahan pada tanaman. Maka dari itu, masyarakat
diharapkan
mengetahui
kebutuhan
pada
tumbuhan
dan
mampu
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Alameda, and R. Villar. 2012. Lingking Root Traits to Plant Physiology and
GrowthIn Flaxinus Angustifolia Vahl. Seedlings Under Soil Compaction
Condition. Environmental and Experimental Botany,79: 49-57.
Andrian., Supriadi., dan P. Marpaung. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat dan
Kemiringan Lereng Terhadap Produksi Karet (Hevea Brasiliensis Muell.
Arg.) di Kebun Hapesong Ptpn III Tapanuli Selatan. Agroteknologi, 2(3):
981-989
Gardner, F. P. Pearce, R. B, dan R. L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Irianto. 2012. Fenofisiologi Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Duku
(Lansium domesticum Curr.). program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.1(4): 23-31.
Kumar, and Saurabh Sharma. 2012. Effect of Light and temperature on seed
germination of important medicinal and aromatic plants in north western
Himalayas. Int. J. Med. Arom. Plant, 2(3): 468-475.
Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta: PT Gramedia.
Mistian, D. Meiriani, dan E. Purba. 2012. Respon Perkecambahan Benih Pinang
(Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai Skarifikasi dan Konsentrasi Asam
Giberalat. Agroteknolog,1(1):15-25.
Narsih. Yunianta, and Harijono. 2012. The Study of Germination and Soaking
Time to Improve Nutritional Quality of Sorghum Seed. International food
Research Journal, 19(4): 1429-1432.
DAFTAR PUSTAKA
Alameda, and R. Villar. 2012. Lingking Root Traits to Plant Physiology and
GrowthIn Flaxinus Angustifolia Vahl. Seedlings Under Soil Compaction
Condition. Environmental and Experimental Botany,79: 49-57.
Andrian., Supriadi., dan P. Marpaung. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat dan
Kemiringan Lereng Terhadap Produksi Karet (Hevea Brasiliensis Muell.
Arg.) di Kebun Hapesong Ptpn III Tapanuli Selatan. Agroteknologi, 2(3):
981-989
Gardner, F. P. Pearce, R. B, dan R. L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Irianto. 2012. Fenofisiologi Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Duku
(Lansium domesticum Curr.). program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.1(4): 23-31.
Kumar, and Saurabh Sharma. 2012. Effect of Light and temperature on seed
germination of important medicinal and aromatic plants in north western
Himalayas. Int. J. Med. Arom. Plant, 2(3): 468-475.
Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta: PT Gramedia.
Mistian, D. Meiriani, dan E. Purba. 2012. Respon Perkecambahan Benih Pinang
(Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai Skarifikasi dan Konsentrasi Asam
Giberalat. Agroteknolog,1(1):15-25.
Narsih. Yunianta, and Harijono. 2012. The Study of Germination and Soaking
Time to Improve Nutritional Quality of Sorghum Seed. International food
Research Journal, 19(4): 1429-1432.