Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian yaitu Hukum
pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan
Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.

Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen


of genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok
dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau
polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih karakter yang
berbeda. 

Pada persilangan satu sifat , kita akan memperoleh perbandingan fenptif F2


adalah 3:1 apabila dominasi penuh. Tetapi dala prakteknya dua individu dapat
mempunyai sifat beda lebih dari satu, misalnya mengenai warna dan bentuk, hasil
persilangan pada F1 dinamakan dihibrid. Pada praktikum kali ini kita akan menentukan
dan membuktikan angka-angka perbandingan menurut Hukum Mendel pada persilangan
dua sifat beda. Diharapkan setelah praktikum ini nantinya siswa dapat membuktikan dan
menemukan sendiri angka-angka perbandingan sesuai dengan hukum Mendel secara
mandiri.

1.2 Tujuan
Untuk menemukan dan membuktikana angka-angka perbandingan menurut Hukum
Mendel pada persilangan dengan dua sifat beda.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang perwarisan sifat atau karakter  yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun. Penurunan sifat itu
melalui gen yang didalamnya terdapat kromosom (Pramashinta.2014)
Orang yang pertama kali mengadakan percobaan persilangan ialah Gregory Mendel, seorang
rahib Australia yang kini dikenal sebagai pencipta atau Bapak Genetika. Gregor mendel
merupakan pencetus berbagai prinsip dasar genetika. Pada akhir abad ke sembilan belas, beliau
mengenali adanya unit informasi yang diwariskan untuk pembentukan sifat yang dapat diamati
pada organisme. Ini merupakan konsep utama gen (Syamsuri, 2004).
Teori perwarisan sifat ini dikenal dengan nama Hukum Mendel. Hukum mendel
II : pengelompokkan gen secara bebas. Dalam bahasa inggris : “ Independent Assortment of
ganes.” Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika meosis. Pembuktian hukum ini dipakai
pada Dihibrid atau Polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih
karakter berbeda. Disebut juga Hukum Asortasi (Tosida, 2016)

Hukum mendel II disebut hukum pengelompokkan gen secara bebas (dalam bahasa
inggris: “ the law of independent Assortment of ganes”). Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen
dari sepasang alel memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi(meiosis) pada
waktu pembentukkan gamet. Oleh karena itu pada contoh dihibrid itu terjadilah 4 macam
pengelompokan dari dua pasang gen yaitu:

·       Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK


·       Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat da;lam gamet Bk
·       Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat da;lam gamet bK
·       Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat da;lam gamet bk (Suryo:1994)
Hukum Mendel tentang Independent Assortment menyatakan bahwa setiap pasangan alel
dalam suatu gen memisah secara independen dari pasangan gen yang lain selama pembentukan
gamet. Alel-alel dari gen-gen yang berbeda tersebut berpasangan secara bebas/acak secara
independen/tidak saling tergantung satu sama lain. Dalam perkembangan ilmu genetika
selanjutnya, Hukum Mendel tentang Independent Assortment terbukti tidak selalu benar ( Akbar,
2018).
Hukum Mendel 2 ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu persilangan
dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji (bulat+keriput) dan
warna biji (kuning+hijau). Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan
biji keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena setiap gen dapat
berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara F1 diperoleh tanaman bulat kuning,
keriput kuning, bulat hijau dan keriput hijau.
Hukum mendel II menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau
lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling
memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan
warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi (Suryo, 1994).
Hukum Mendel II terdiri dari dua hipotesis tentang berpasangannya alel-alel dalam
persilangan dihibrid :
1. Berpasangan secara dependen atau saling tergantung
2. Berpasangan secara bebas, tidak saling bergantung ( Arumingtyas, 2016).
Hukum pemasangan secara bebas ini/asortasi dikenal juga sebagai hukum Mendel II.
Dalam hukum ini, Mendel menyatakan “bila dua individu memiliki dua pasang atau lebih sifat,
maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang
lain.” Fenomena hukum ini dapat diamati pada persilangan dihibrid. Contohnya persilangan
antara mangga bulat berwarna hijau bersifat dominan dengan mangga lonjong berwarna kuning
bersifat resesif. Jika dinyatakan dalam huruf, maka mangga bulat berwarna hijau bersifat
dominan ditulis dalam huruf besar yakni BBHH. Sedangkan mangga lonjong berwarna kuning
bersifat resesif ditulis dalam huruf kecil berupa bbhh. Perhatikan persilangan berikut.
P1:                                          BBHH x bbhh
G1:                                               BH x bh
F1:                                                  BbHh
P2:                                          BbHh x BbHh
G2:                                          BH, Bh, bH, bh
Keterangan:
P1 = Parenteral = Individu murni
G1 = Genotip = Komposisi faktor keturunan (tidak tampak secara visual)
F1 = Fenotip = Sifat yang tampak pada keturunan
P2 = Parenteral = Individu turunan individu murni
G2 = Genotip = Komposisi faktor keturunan tak tampak pada parenteral ke-2
F2 = Fenotip = Sifat yang tampak pada keturunan parenteral ke-2

Berdasarkan persilangan tersebut, pada waktu pembentukan gamet parenteral ke-2,


terjadi penggabungan bebas antara B dan b dengan K dan k sehingga dihasilkan empat macam
kombinasi gamet, yaitu Bh, Bh, bH, dan bh. Proses pembentukan gamet inilah yang disebut
hukum Mendell II. Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya alel dengan sifat yang berbeda tidak
saling memengaruhi.
Persilangan dihibrid pada keturunan ke-2 (F2) akan mempunyai perbandingan fenotif 9 :
3 : 3 : 1. Dalam perkawinan dengan jumlah sifat yang berbeda-beda dapat dirumuskan jumlah
macam gamet, jumlah macam kemungkinan genotif dan fenotif pada F2 dan perbandingan
fenotif. Berikut adalah tabel perbandingan fenotif dan genotif :

(Sastrodinoto, 1990)
Penyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan suatu bentuk persilangan  yang dapat
menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar dihibrid berdasarkan hukum Mendel.
Fenotif sendiri merupakan suatu karakteristik yang bisa diamati dari suatu organisme yang dapat
diatur oleh genotif dengan lingkungan atau interaksi antar keduanya. Karakteristik dari fenotif
mencangkup biokimia, struktural, perilaku, dan fisiologis serta dari berbagai tingkat gen dari
suatu organisme.
Penyimpangan Semu Hukum Mendel yaitu Polimeri, Kriptomeri, Epistasis, Hipostasis,
Komplementer, dan Interaksi gen.

1. Polimeri

Polimeri merupakan salah satu macam Penyimpangan Semu Hukum Mendel yang
memiliki suatu gejala yang dimana terdapat banyak gen yang bukan alel tetapi dapat
mempengaruhi karakter atau sifat yang sama. Polimeri dapat juga disebut sebagai karakter
kuantitatif yaitu persilangan heterozigot dengan berbagai sifat yang berbeda namun berdiri
sendiri, akantetapi dapat mempengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme. Misalnya jika
menyilangkan gandum yang memilki biji berwarna merah dengan gandum yang memiliki biji
berwarna putih.

Persilangan tersebut dapat menghasilkan keturunan heterozigot yang memiliki warna


merah agak  muda jika dibandingkan dengan homozigot induknya, yaitu merah. Maka dari itu
biji yang memiliki warna dominan tidak sempurna terhadap biji yang berwarna putih. Ciri dari
Polimeri yaitu ketika gen yang dominan makin banyak, maka sifat dari karakternya makin kuat.

2. Kriptomeri

Kriptomeri yaitu suatu peristiwa dimana jika suatu faktor yang tidak tampak pengaruhnya
jika berdiri sendiri, akan tetapi dapat tampak pengaruhnya apabila terdapat faktor lain  yang
mendukungnya. Dalam bahasa Yunani Kriptomeri dapat diartikan yaitu tersembunyi, maka dari
itu dapat dikatakan sebagai gen dominan yang tersembunyi jika berdiri sendiri dan akan
kelihatan pengaruhnya jika disandingkan bersama dengan gen lainnya.

Misalnya jika menyilangkan bunga Linaria marocanna warna merah (Aabb) dengan
bunga Linaria Marocanna warna putih (aaBB) akan menghasilkan keturunan atau F1 nya bunga
yang memiliki warna ungu  (AaBb) yang memiliki warna berbeda dari bunga induk.
Warna ungu ini dihasilkan dari pigmen antosianin dalam lingkungan asam yang
terkandung dalam warna merah pada bunga.  Dalam lingkunan basa, warna merah yang dimiliki
bunga akan memberikan warna ungu.

3. Epistasis – Hipostasis

Adalah suatu peristiwa dimana gen yang dominan mempengaruhi gen dominan yang
lainnya. Gen yang menutupi ini disebut epistasis, sedangkan yang ditutupi yaitu hipostesis.

4. Komplementer

Komplementer yaitu persilangan antara dua gen yang saling melengkapi untuk dapat
memunculkan suatu karakter baru. Dapat diartikan juga sebagai interaksi antar gen-gen yang
dominan tetapi berbeda, sehingga dapat saling melengkapi. Apabila gen tersebut bersama-sama
dalam genotip maka akan saling membantu dalam menentukan fenotipnya. Misalnya saja ketika
orang yang tuli dipasangkan dengan orang yang sama-sama tuli, maka dapat menghasilkan
keturunan yang normal dan bisu atau tuli.

5. Interaksi Gen

Interaksi gen merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat interaksi
antar gen yang dominan atau antar gen resesif. Misalnya persilangan antar beberapa jenis ayam
yang memiliki jeger yang berbeda. Dengan adanya interaksi antara dua gen dominan dan gen
resesif akan dapat menghasilkan variasi fenotif seluruhnya yang baru ( Astarini, 2018).

Dalam suatu persilangan perlu diketahui istilah-istilah yang digunakan. Istilah- istilah itu
diantaranya (Brown, T.A, 1993). Genotipe: sifat menurun yang tidak tampak dari luar, contoh:
AA, Aa, aa, AABb. Fenotipe: sifat menurun yang tampak dari luar, contoh: besar, kecil, tinggi,
pendek.
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat dan bahan
- Kertas ( dipotong kecil-kecil )
- (Hijau) B = 16
- (kuning) b = 16
- (Merah) M = 16
- (Putih) m = 16

3.2 Cara Kerja


a. Guntinglah kertas menjadi potongan kecil ( hijau= 16, kuning = 16, merah = 16,
dan putih= 16 )
b. Setelah digunting kecil, tulislah 16 potong kertas sesuai dengan gennya ( B=16,
b=16, M=16, m=16)
c. kertas yang telah dipotong dan ditulis digabungkan berdasarkan gamet nya ( BM,
Bm, bM, bm)
d. setelah digabungkan semua, maka diambil gamet dari wadah A dan wadah B
secara acak. Kemudian gabungkan gamet yang didapat dari wadah A dan wadah
B. Misal wadah A diperoleh gamet BM dan wadah B diperoleh Bm maka
kombinasi genotifnya adalah BBMm dan fenotifnya adalah Hijau-Merah.
e. Ulangi langkah tersebut hingga gamet di wadah A dan wadah B habis.
Kombinasi Genotif Fenotif Tabulasi Frekuensi
1 BBMm Hijau-Merah

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kombinasi Genotif Fenotif Tabulasi Frekuensi


1 BBMm Hijau-Merah 1 1/16
2 bbMm Kuning-Merah 1 1/16
3 Bbmm Kuning-putih 1 1/16
4 Bbmm Hijau-putih 1 1/16
5 BbMm Hijau-merah 1 1/16
6 bbMm Kuning-merah 1 1/16
7 bbMM Kuning-merah 1 1/16
8 BbMm Hijau-merah 1 1/16
9 BbMm Hijau-merah 1 1/16
10 Bbmm Hijau-putih 1 1/16
11 BbMM Hijau-merah 1 1/16
12 BbMm Hijau-merah 1 1/16
13 BBMM Hijau-merah 1 1/16
14 BbMm Hijau-merah 1 1/16
15 BBMM Hijau-merah 1 1/16
16 BBmm Hijau-putih 1 1/16
Perbandingan : 9 : 3 : 3 : 1

B_M_ = 9 (hijau-merah)

B_mm = 3 (hijau-putih)

bbM_ = 3 (kuning-merah)

bbmm = 1 (kuning-putih)
4.2 Pembahasan

Dalam praktikum genetika kali ini tentang hukum mendel II yaitu dilakukan dengan
mengamati atau mengobservasi video mengenai Hukum Mendel II di Youtube. Pada praktikum
ini saya mengamati sebuah video di Youtube tentang Praktikum Hukum Mendel II, dimana pada
video tersebut dilakukan percobaan persilangan dihibrid. Untuk alat dan bahan yang digunakan
cukup mudah, dimana menggunakan potongan kertas kecil yang digunakan sebagai pengganti
model kancing genetika, sehingga untuk melakukan praktikum ini dirumah sangatlah mudah.

Pada video yang saya amati cara kerja dari praktikum ini adalah pertama kita harus
memotong kertas menjadi potongan yang lebih kecil. Potongan kertas tersebut dipotong hinggan
berjumlah 64, kemudian masing-masing gen dibagi dengan jumlah 16 ( B=16, b=16, M=16,
m=16). Kemudian setelah dipotong, kertas tersebut ditandai dengan huruf B (Hijau), b (Kuning),
M(Merah), dan m (Putih). Setelah di tandai gen-gen tersebut kemudian di gabungkan hingga
membentuk gamet, gametnya yaitu BM, Bm, bM, bm. Kemudian setelah semua telah
membentuk gamet. Masukkan 16 pasang kedalam wadah A dan 16 pasang kedalam wadah B dan
aduk hingga bercampur. Kemudian ambillah gamet secara bersamaan dari wadah A dan wadah B
dan tentukan kombinasi genotif dan fenotif yang terbentuk.

Hukum mendel II disebut juga hukum pengelompokan gen secara bebas. Setiap gen
dalam gamet akan bergabung atau asortasi secara bebas saat pembentukan individu. Dalam
hukum ini, Mendel menyatakan “bila dua individu memiliki dua pasang atau lebih sifat, maka
diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang
lain.” Fenomena hukum ini dapat diamati pada persilangan dihibrid. Pernyataan ini sesuai dari
literatur (Yatim,2003) yang menyatakan bahwa Teori perwarisan sifat ini dikenal dengan nama
Hukum Mendel. Hukum mendel II : pengelompokkan gen secara bebas. Dalam bahasa inggris :
“ Independent Assortment of ganes.” Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen
sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meosis. Pembuktian hukum ini dipakai
pada Dihibrid atau Polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih
karakter berbeda. Disebut juga Hukum Asortasi.

Menurut Arumingtyas (2016) Hukum Mendel II terdiri dari dua hipotesis tentang
berpasangannya alel-alel dalam persilangan dihibrid yaitu 1. Berpasangan secara dependen
atau saling tergantung. 2. Berpasangan secara bebas, tidak saling bergantung. Berdasarkan
hipotesis tersebut dapat kita lihat atau kita buktikan pada pengamatan praktikum pada video
Youtube. Pada hipotesis 1 jika dua karakter memisah secara bersama-sama, hibrida F1 hanya
dapat menghasilkan dua kelas gamet (BM dan bm) yang mereka terima dari tetua dan
keturunan F2 akan menunjukkan rasio fenotip 3:1. Sedangkan hipotesis 2, jika dua karakter
memisah secara independen, hibrida F1 akan menghasilkan empat kelas gamet (BM, Bm,
bM,bm) dan F2 akan menghasilkan 9:3:3:1. Hasil percobaan mendukung hipotesis bahwa
masng-masing pasangan alel bersegregasi secara independen selama pembentukan gamet.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam mempelajari Hukum Mendel II ataupun
materi genetika, yaitu harus memahami terlebih dahulu istilah-istilah yang ada dalam Hukum
Mnedel. Brown,T.A (1993) menyebutkan beberapa istilah dalam persilangan, yakni Genotipe :
sifat menurun yang tidak tampak dari luar, contoh: AA,Aa, dan aa. Fenotipe: sifat menurun yang
tampak dari luar, contoh: besar, kecil, tinggi, pendek. Dari pengertian kedua istilah yang
dijelaskan oleh Brown, T.A (1993) tersebut dapat diketahui bahwa sifat keturunan (Filial) dari
persilangan dua organisme berbeda terdapat dua jenis sifat, yakni genotipe dan fenotipe. Dimana
sifat genotipe ini tidak dapat dideteksi atau diketahui dari luar keturunan (Filial) nya, sedangkan
fenotipe merupakan sifat keturunan (Filial) yang dapat diketahui dari luar individunya. seperti
contoh gen A merupakan alel yang membawa sifat berwarna merah dan gen a membawa sifat
berwarna putih. Sifat berwarna merah dan berwarna putih tersebut merupakan fenotipe karena
sifatnya dapat dilihat oleh mata. Sedangkan alel A dan a merupakan sifat genotipe karena tidak
dapat diketahui tanaman tersebut memiliki gen AA,Aa, ataupun aa, dimana alel-alel tersebut
memiliki pengaruh dalam sifat fenotipe nya.

Pada pengamatan didapatkan hasil yaitu perbandingan yang di peroleh adalah 9 : 3 : 3 : 1.


Dimana 9 adalah B_M_ ( Hijau-Merah ), 3 adalah B_mm ( Hijau-Putih ), 3 adalah bbM_
(Kuning-Merah), dan 1 adalah bbmm (Kuning-putih). Berdasarkan hasil yang didapat telah
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa untuk persilangan dihibrid yaitu 2 sifat beda
maka didapatkan perbandingan fenotifnya 9 : 3 : 3 : 1. Pada perkawinan dengan jumlah sifat
yang berbeda-beda dapat dirumuskan jumlah macam gamet, jumlah macam kemungkinan
genotif dan fenotif pada F2 dan perbandingan fenotif yaitu menggunakan rumus 2 n. Hal ini
sesuai dengan pernyaatan dari literatur menurut Sastrodinoto (1990) yang menyatakan pada tabel
perbandingan genotif dan fenotif pada perkawinanan 1 sifat beda atau monohibrid dengan rumus
21, untuk dihibrid 22, untuk trihibrid 23, dan seterusnya hingga polihibrid 2n.

Pada persilangan dihibrid menghasilkan individu keturunan 9 : 3 : 3 : 1, namun pada


kenyataannya terkadang hasil persilangan Mendel dapat menghasilkan perbandingan individu
yang tidak tepat. Pada persilangan dihibrid, dapat dihasilkan perbandingan yang merupakan
variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 yaitu 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15 : 1. Meskipun demikian,
perbandingan tersebut tetap mengikuti aturan Hukum Mendel. Oleh karena itu, hasil
perbandingan tersebut dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel. Menurut Brooker
(2009) yang menyatakan bahwa Penyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan suatu bentuk
persilangan  yang dapat menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar dihibrid
berdasarkan hukum Mendel. Penyimpangan Semu Hukum Mendel yaitu Polimeri, Kriptomeri,
Epistasis, Hipostasis, Komplementer, dan Interaksi gen. Polimeri merupakan salah satu macam
Penyimpangan Semu Hukum Mendel yang memiliki suatu gejala yang dimana terdapat banyak
gen yang bukan alel tetapi dapat mempengaruhi karakter atau sifat yang sama. Misalnya jika
menyilangkan gandum yang memilki biji berwarna merah dengan gandum yang memiliki biji
berwarna putih. Persilangan tersebut dapat menghasilkan keturunan heterozigot yang memiliki
warna merah agak  muda jika dibandingkan dengan homozigot induknya, yaitu merah. Maka dari
itu biji yang memiliki warna dominan tidak sempurna terhadap biji yang berwarna putih. Ciri
dari Polimeri yaitu ketika gen yang dominan makin banyak, maka sifat dari karakternya makin
kuat. Kriptomeri yaitu suatu peristiwa dimana jika suatu faktor yang tidak tampak pengaruhnya
jika berdiri sendiri, akan tetapi dapat tampak pengaruhnya apabila terdapat faktor lain  yang
mendukungnya. Epistasis-hipostesis Adalah suatu peristiwa dimana gen yang dominan
mempengaruhi gen dominan yang lainnya. Gen yang menutupi ini disebut epistasis, sedangkan
yang ditutupi yaitu hipostesis. Komplementer yaitu persilangan antara dua gen yang saling
melengkapi untuk dapat memunculkan suatu karakter baru. Misalnya saja ketika orang yang tuli
dipasangkan dengan orang yang sama-sama tuli, maka dapat menghasilkan keturunan yang
normal dan bisu atau tuli. Interaksi gen merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter
akibat interaksi antar gen yang dominan atau antar gen resesif. Misalnya persilangan antar
beberapa jenis ayam yang memiliki jeger yang berbeda. Dengan adanya interaksi antara dua gen
dominan dan gen resesif akan dapat menghasilkan variasi fenotif seluruhnya yang baru.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Hukum mendel II disebut hukum pengelompokkan gen secara bebas (dalam bahasa inggris:
“ the law of independent Assortment of ganes”). Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dari
sepasang alel memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada
waktu pembentukkan gamet

 Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu keturunan F1 nya adalah 100%
Hijau-Merah, perbandngan sifat genotipnya pada F2 yaitu (B_M_), (B_mm), (bbM_),
(bbmm) perbandingan sifat fenotipenya pada F2 ( hijau-merah, hijau-putih, kuning-merah,
kuning-putih) dengan perbandingan 9:3:3:1.

 Penyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan suatu bentuk persilangan  yang dapat


menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar dihibrid berdasarkan hukum Mendel.
Penyimpangan Semu Hukum Mendel yaitu Polimeri, Kriptomeri, Epistasis, Hipostasis,
Komplementer, dan Interaksi gen.

5.2 Saran

 Dalam melakukan praktikum hendaknya praktikan lebih teliti dalam mengamati video yang
ditonton agar dapat memahami dengan baik materi yang disampaikan pada video tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, T.A., dkk. 2018. Implementasi Sistem Heredits Menggunakan Menggunakan Metode
Persilangan Hukum Mendel Untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit Manusia. Jurnal
Online Mahasiswa, Vol 1 (1)
Arumingtyas, E.L. Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu Genetika. UB Press : Malang
Astarini, D. (2018). Peningkatan Pemahaman Materi Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Melalui Alat Bantu Baling-Baling Genetika Pada Siswa Kelas Xii Ips 2 Sma N 1
Baturetno Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Jarlitbang Pendidikan, 3(2).
Pramashinta, A, dkk. 2014. Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat dan Potensi Risiko. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 3 (1): 1-6. 
Sastrodinoto. 1990. Biologi I. Gramedia: Jakarta
Suryo. 1994. Gienetika. Gajah Mada University Press (UEM): Yogyakarta
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Erlangga: Jakarta
Tosida, E.T,. dkk. 2016. Pemodelan Sistem Pewarisan Gen Manusia Berdasarkan Hukum

Mendel Dengan Algoritma Branch And Bound. Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan
Hidup. Vol 11 No 1
LAMPIRAN

Foto Percobaan

Anda mungkin juga menyukai