Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR II

ACARA PRAKTIKUM KE-1

PEWARISAN SIFAT

Nama : Chelsea

NIM : 24020123120030

Kelompok :2

Hari, tanggal : Selasa, 5 Maret 2024

Asisten : Fathia Rizki Amalia

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2024

ACARA I
PEWARISAN SIFAT

I. PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Genetika adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang pewarisan
sifat (hereditas) pada suatu organisme. Pewarisan sifat dapat terjadi
ketika adanya suatu perkawinan pada organisme atau terjadi
pembelahan sel pada organisme. Perkawinan acak dari makhluk hidup
yang bersifat diploid (mempunyai sepasang kromosom) dan berbeda
secara genetik dalam suatu populasi dapat terjadi kapan saja. Jika
terjadi suatu pembuahan (bergabungnya sel sperma atau gamet jantan
dengan sel telur atau gamet betina) maka akan terbentuk zigot. Di
dalam satu gamet terdapat satu set kromosom sehingga gamet disebut
sebagai sel haploid (hanya mempunyai satu kromosom). Kromosom
merupakan struktur yang berisi asam deoksiribonukleat (DNA), asam
ribonukleat (RNA), dan protein serta termasuk gen yang ada di
dalamnya. Gen merupakan bagian dari kromosom yang berfungsi
sebagai pembawa sifat. Suatu alternatif gen yang menjelaskan adanya
variasi pada pewarisan suatu sifat disebut dengan alel (gen yang
memiliki lokus yang sama). Sejarah perkembangan genetika sebagai
ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir abad ke19 ketika seorang
biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil melakukan
analisis cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan
persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Berbeda
dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu. Berbeda
dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu dengan
keseluruhan sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola
pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti.
Hasilnya antara lain terjadi perubahan-perubahan pada warna, bentuk,
ukuran dan sifat-sifat lain dari kacang polong tersebut. Selain itu
ditemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat, yang kemudian menjadi
landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan. Berkat karyanya inilah, Mendel diakui sebagai Bapak
Genetika (Yundari., 2020). Pewarisan sifat merupakan proses materi
genetik diwariskan kepada keturunannya melalui suatu pola pewarisan
tertentu (Mustami, 2021).
Berdasarkan hal tersebut maka praktikum kali ini dilaksanakan dengan
tujuan agar mahasiswa dapat mempelajari dan memahami mekanisme
mekanisme pewarisan sifat menurut mendel.

I.2 TUJUAN
Agar mahasiswa mampu mempelajari dan memahami mekanisme
mekanisme pewarisan sifat menurut mendel.

I.3 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hukum Mendel I
Penelitian Mendel menciptakan adanya hukum Mendel I
dan II. Mendel melakukan persilangan dengan satu sifat beda
yang disebut monohibrid (Campbell dkk, 2002). Persilangan ini
membuktikan hukum Hukum Mendel I yang menyatakan bahwa
pasangan alel pada proses pembentukan sel gamet dapat memisah
secara bebas (Rachmawati dkk, 2007; Arianti, 2018). Hukum
Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi. “Bila individu
genotipe BB atau bb dikawinkan sesamanya, maka tetap
mengalami pemisahan atau mengalami Hukum Mendel I. Hanya
saja hasil pemisahan adalah gamet yang sama yakni B dan B atau
b dan b. Demikian juga individu heterozigot akan mengalami
pemisahan menjadi B dan b. Jadi semua individu dengan genotip
homozigot atau heterozigot sama-sama akan mengalami
pemisahan sesuai hukum Mendel I” (Hizqiyah dkk., 2022).
Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan
perbandingan genotip F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti
berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum
Pemisahan Gen yang satu alel (The Law of Segregation of Allelic
Genes).
Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada
seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari salah satu tetua yang
muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua
(P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang
pada F1 terjadi karena tertutup, yamg disebut ciri resesif dan yang
menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaan monohibrid
untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang
mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan :
resesif (Hizqiyah dkk., 2022).

2.2 Hukum Mendel II


Hasil persilangan dihibrid yang dilakukan oleh Mendel
menunjukkan pewarisan sifat bentuk biji tidak dipenga ruhi oleh
pewarisan sifat warna biji. F1 pada persilangan memiliki genotip
heterozigot untuk kedua gen (BbKk). Pada pembentukan garnet,
alel B akan terpisah ke garnet yang berbeda dengan garnet b dan
aiel K berpindah ke garnet yang berbeda dengan aiel k (law of
segregation). Perpindahan aiel B tidak bergantung pada K atau k
begitu juga dengan b, sehingga terdapat 4 jenis garnet yang dapat
diproduksi dengan peluang yang sama yaitu 1/4 BK, % Bk, 1 /4
bK dan 1/4 bk. Persilangan sesama F1 kemudian akan
menghasilkan fenotip dengan perbandingan 9 Bulat kuning (B-
K-): 3 bulat hijau (B-kk): 3 kisut kuning (bbk-): 1 kisut hijau
(bbkk). Persilangan dihibrid menghasilkan hukum Mendel II yang
dikenal dengan principle of independent assortment. Hukum
Mendel II menyatakan bahwa pada pemb~ntukan garnet, aiel dari
gen yang berbeda terpisah secara independent (tidak bergantung
satu sama lain (Artadana & Savitri, 2018).
Hukum Mendel selama percobaannya, strain-strain
disilangkanoleh J. G. Mendel hingga mendapatkan generasi kedua
(F2).Ciri-ciri yang muncul direkam frekuensinya agar proporsi
ciri-ciri tersebut dapat diungkap. Akhirnya usahanya tersebut
memungkinkan ditemukannya hukum pemisahan bebas dan
hukum pilihan bebas. Pada saat ini hukum pemisahan bebas dan
hukum pilihan bebasdikenal dengan nama hukum Mendel I dan
hukum Mendel II (Roini, 2014). Persilangan dua sifat beda
didasarkan pada hukum II Mendel yang menyatakan segregasi
suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan
gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan
terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas. Dimisalkan
ada dua Gambar 2.1 Skema persilangan monohibrid 13 pasang
gen A-a dan B-b maka ada empat macam pengelompokan kedua
macam gen tersebut. Berikut ini pengelompokan pasangan gen: a.
pasangan alel A dan alel B, b. pasangan alel a dan alel b, c.
pasangan alel A dan alel b, d. pasangan alel a dan alel B
(Wijayanto, 2014).

2.3 Persilangan Monohibrid


Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama
dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat
berkaitan erat dengan hukum Mendel 1 atau yang disebut dengan
hukum segregasi. Hukum ini berbunyi “Pada pembentukan gamet
untuk gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan
kedalam dua anakan”. Mendel pertama kali mengetahui sifat
monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada
kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga, sampai saat ini ada
didalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel 1.
Sesungguhnya dimasa hidup Mendel belum diketahui sifat
keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan
gen, apalai asam nukleat yang membina bahan genetic itu.
Mendel menyebutkan, bahan genetik itu hanya faktor penentu
(determinant) atau disingkat dengan factor. Hukum Mendel 1
berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif
heterozygot. Gen yang terletk dalam lokus yang sama pada
kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah,
masing masing pergi ke satu gamet (Yasin, 2014).
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok: 1.
Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi
pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua
macam alel; alel resisif (tidak selalu tampak dari luar, dinyatakan
dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan
alel dominan (tampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R). 2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari
tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari
tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah). 3. Jika
sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB
pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu
terekspresikan (tampak secara visual dari luar). Alel resesif (s
atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan
pada gamet yang dibentuk pada turunannya. Contoh persilangan
monohirbrid adalah, Kelinci berbulu hitam (dominan)
disilangkan kelinci berbulu putih (resesif). Jika fenotip pertama
(F1) 100% berbulu hitam maka tentukan perbandingan fenotip
kedua (F2)! P1: HH (hitam) v hh (putih) F1: Hh (hitam) P2: Hh
(hitam) v Hh (hitam) F2: HH (hitam), Hh (hitam), Hh (hitam), hh
(putih) Jadi perbandingan F2 adalah hitam:putih = 3:1. 1.
Persilangan intermediel (semidominan) Contoh: Kelinci berbulu
hitam (dominan) disilangkan kelinci berbulu putih (resesif). Jika
fenotip pertama (F1) 100% berbulu cokelat maka tentukan
perbandingan fenotip kedua (F2)! P1: HH (hitam) v hh (putih) F1:
Hh (cokelat) P2: Hh (cokelat) v Hh (cokelat) F2: HH (hitam), Hh
(cokelat), Hh (cokelat), hh (putih) Jadi perbandingan F2 adalah
hitam:cokelat:putih = 1:2:1. (Ulfa, 2021)
Gambar 2.3 Persilangan Monohybrid

(Utami, 2023)

2.4 Persilangan Dihibrid


Persilangan dihibrid merupakan persilangan antara
keturunan murni (Fi) dengan 2 jenis karakter (Maulidi, et al.,
2014), Seperti yang telah kita ketahui bahwa suatu individu tidak
hanya mewarisi satu sifat dari induknya saja tetapi dapat beberapa
sifat sekaligus yang diperoleh dari ayah dan ibunya. Persilangan
dihibrid adalah persilangan dengan menggunakan dua sifat yang
berbeda. Persilangan dihibrid yang merupakan pewarisan 2
pasang sifat itu diawasi oleh 2 pasang gen yang yang terletak
pada 2 kromosom yang berlainan. Contohnya pada percobaan
yang dilakukan oleh Mendel pada tanaman ereis yang
menggunakan 2 pasang sifat beda. Mendel mengambil
kesimpulan bahwa anggota dari sepasang gen itu memisah secara
bebas (artinya tidak saling mempengaruhi) ketika berlangsung
meiosis selama pembentukan gamet-gamet. Dan hal ini di
rumuskan dalam Hukum Mendel II yakni "the law of independent
assortment of genes" atau hukum pengelompokan gen secara
bebas (Suryo, 2014).

Persilangan dihibrida menghasilkan individu keturunan 9:3:3: 1.


Dalam prakteknya. hasil persilangan Mendel dapat menghasilkan
perbandingan individu tidak tepat. Persilangan dihibrida dapat
dihasilkan perbandingan yang merupakan variasi dari
perbandingan 9:3:3:1 yaitu 12:3:1. 9.7 atau 15: 1. Meskipun
demikian, perbandingan tersebut tetap mengikuti aturan Hukum
Mendel oleh karena itu, hasil perbandingan tersebut dikatakan
sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel. Penyimpangan
tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang saling
memengaruhi dalam menghasilkan fenotip Penyimpangan semu
Hukum Mendel meliputi: interaksi gen, kriptomeri, polimeri,
epetasis hipostasis, gen-gen komplementer, gen dominan rangkap
dan gen penghambat (Hakim, 2018)
Percobaan persilangan dihibrid akan dipelajari tentang
prinsip segregasi independen yaitu pemisahan 2 alel heterozygot
F1 menjadi gamet gamet yang berbeda dan gen sealel secara
bebas pergi ke kutub masing masing ketika meisosis yang
menghasilkan kombinasi 4 macam gamet dengan proporsi sama,
yang setiap gametnya membawa gen 1 alel. (Hakim, 2018).
Persilangan dihirbid ini disebut juga hukum asortsi bebas.
Contoh,
Kacang ercis berbiji bulat berwarna kuning (BBKK) disilangkan
dengan kacang ercis berbiji kisut berwarna hijau (bbkk).
Tentukan perbandingan fenotip kedua (F2)! P1: BBKK (bulat-
kuning) x bbkk (kisut-hijau) Gamet P1: BK || bk F1: BbKk (bulat-
kuning) P2: BbKk (bulat-kuning) x BbKk (bulat-kuning) Gamet
P2: BK, Bk, bK, bk || BK, Bk, bK, bk F2: 5 Persilangan F2 BK
Bk Bk Bk BK BBKK BBKk BbKK BbKk Bk BBKk BBkk BbKk
Bbkk bK BbKK BbKk bbKK bbKk bk BbKk Bbkk bbKk Bbkk
Jadi perbandingan F2 adalah BK (bulat-kuning):Bk (bulat-
hijau):bK (kisut-kuning):bk (kisut-hijau) = 9:3:3:1. 1.Kacang
ercis berbiji bulat berwarna hijau (BBkk) disilangkan dengan
kacang ercis berbiji kisut berwarna kuning (bbKK). Tentukan
perbandingan fenotip kedua (F2)! P1: BBkk (bulat-hijau) x bbKK
(kisut-kuning) Gamet P1: Bk || bK F1: BbKk (bulat-kuning) P2:
BbKk (bulat-kuning) x BbKk (bulat-kuning) Gamet P2: BK, Bk,
bK, bk || BK, Bk, bK, bk Jadi perbandingan F2 adalah BK (bulat-
kuning):Bk (bulat-hijau):bK (kisut-kuning):bk (kisut-hijau) =
9:3:3:1.
(Ulfa, 2018)

Gambar 2.4 Persilangan Dihibrid

(Rohmadi, 2023)
II. METODE PENELITIAN
II.1 Alat dan bahan
II.1.1 Persilangan Monohibrid
II.1.1.110 butir kancing merah
II.1.1.210 butir kancing hitam
II.1.1.31 buah wadah
II.1.2 Persilangan Dihibrid
II.1.2.110 butir kancing hitam besar
II.1.2.210 butir kancing hitam kecil
II.1.2.310 butir kancing putih besar
II.1.2.410 butir kancing putih kecil
II.1.2.51 buah wadah
II.2 Cara Kerja
II.2.1 Persilangan Monohibrid
II.2.1.1Letakkan 10 buah kacang hitam (gen dominan
H) dan 10 kancing putih (gen resesif h) pada
wadah kecil
II.2.1.2Ambil 2 kancing secara acak dan lakukan
pencattan dengan dasar sebagai berikut:
- 2 kancing hitam: genotipe HH
- 1 kancing hitam 1 kancing putih: Hh
- 2 kancing putih: genotipe hh
II.2.2 Persilangan Dihibrid
II.2.2.1Lakukan penyortiran ukuran dan warna kancing
II.2.2.2Tempatkan 10 buah kancing hitam-besar (gen
dominan B dan H) dan 10 buah kancing hitam-
kecil (gen resesif b dan h)
II.2.2.310 butir kancing putih-besar (gen B dan H),
serta 10 kancing putih-kecil (gen b dan h) pada
wadah
II.2.2.4Lakukan pengambilan acak biji, ulangi hingga
30x lalu catat

III.HASIL PENGAMATAN
4.1 Percobaan Monohibrid

No. Fenotipe Genotipe Turus Jumlah


1. Merah HH IIII II 7
2. Hh IIII IIII IIII 14
3. Hitam mm IIII IIII 9
Jumlah total 30
Perhitungan
a. Rasio Genotipe
7
i. ×100=23 , 3 %
30
14
ii. × 100=46 , 6 %
30
9
iii. ×100=30 %
30
b. Rasio Fenotipe
i. Merah = 7
ii. Pink = 14
iii. Hitam = 9
c. Presentase
23,3%+46,6%+30%= 100%
4.2 Percobaan Dihibrid

No. Fenotipe Genotipe Turus Jumlah


1. Besar Hitam BBHH IIII 5
BbHH 0
BBHh IIII IIII I 11
BbHh IIII 4
2. Kecil Hitam bbHH 0
bbHh II 2
3 Besar Putih BBhh IIII 5
Bbhh III 3
4 Kecil Putih bbhh 0
Jumlah total 30
Perhitungan
a. Rasio Genotipe
20
i. ×100=66 , 6 %
30
2
ii. ×100=6 , 66 %
30
8
iii. ×100=26 , 5 %
30
0
iv. ×100=0 %
30
b. Rasio Fenotipe
BBHH : BbHH : BBHh : BbHH : BbHh : bbHh : BBhh :Bbhh
5 : 0 : 11 : 0 : 4 : 2 : 5 : 3
bbhh
0
c. Rasio Fenotipe
Hitam besar : 20
Hitam kecil : 2
Putih besar : 8
Putih kecil :0
IV. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Dasar II acara I yang berjudul “Pewarisan Sifat”
telah dilaksanakkan pada Selasa, 5 Maret 2024 pukul 10.00-12.50 di
Laboratorium Biologi Dasar Departemen Biologi Fakultas Sains dan
Matematika Universitas Diponegoro. Tujuan praktikum acara ini yaitu
agar mahasiswa mampu agar mahasiswa mampu mempelajari dan
memahami mekanisme mekanisme pewarisan sifat menurut mendel. Alat
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pada percobaan
monohibrid, dibutuhkan 10 kancing merah, 10 kancing hitam, 1 buah
wadah dan untuk percobaan dihibrid dibutuhkan 10 kancing hitam besar,
10 kancing hitam kecil, 10 kancing putih kecil, 10 kancing putih kecil, dan
satu buah wadah. Cara kerja dari praktikum kali ini adalah untuk
persilangan monohibrid langkah pertama yaitu 10 kancing hitam (gen
dominan H) dan 10 kancing putih (gen resesif h) pada wadah kecil.
Kemudian ambil 2 kancing secara acak, dan lakukan pencaatan dengan
dasar yakni, 2 kancing hitam (genotipe HH), 1 kancing hitam 1 kancing
putih (Hh), 2 kancing putih (genotipe hh). Untuk percobaan dihibrid cara
kerjanya adalah dengan cara lakukan penyortiran ukuran dan warna
kancing, tempatkan 10 buah kancing hitam-besar (gen dominan B dan H)
dan 10 buah kancing hitam-kecil (gen resesif b dan h), 10 butir kancing
putih-besar (gen B dan h), serta 10 kancing putih kecil (gen b dan h) pada
wadah, lalu lakukan pengambilan secara acak 2 biji, ulangi hingga 30x dan
catat.
Pewarisan Sifat atau hereditas adalah Pewarisan sifat merupakan
proses materi genetik diwariskan kepada keturunannya melalui suatu pola
pewarisan tertentu. Pewarisan sifat dapat terjadi ketika adanya suatu
perkawinan pada organisme atau terjadi pembelahan sel pada organisme
(Mustami, 2011). Dalam proses pewarisan sifat dikenal kromosom,
kromosom adalah suatu struktur yang membawa informasi genetik.
Struktur ini ada di dalam sel dan merupakan suatu nukleoprotein, yaitu
suatu bahan kimia yang tersusun atas asam nukleat dan protein. Dari kedua
bahan tersebut yang berperan dalam menyimpan inforasi genetik adalah
asam nukleat (Irwan, 2019).
IV.1 Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid merupakan suatu pola persilangan
antara satu sifat beda diantara dua individu, misalnya kondisi
rambut, warna kulit, tekstur kulit, dan lain lain. Persilangan
monohibrid memiliki ciri ciri kedua tetua (parental) harus berbeda
sifat salah satunya adalah homozigot dominan dan yang lain
homozigot resesif. Pada generasi pertama (F1) semua individu akan
sama yaitu heterozigot, ini dikarenakan adanya sifat dominan yang
menutupi sifat resesif. Pada generasi kedua (F2) sifat akan memisah
dengan rasio 3:1 berdasarkan hukum mendel I. Pada percobaan
persilangan monohibrid pada praktikum kali ini disilangkan kancing
yang memiliki satu sifat beda yakni pada warna, dimana kancing
yang disilangkan adalah kancing yang berwaena merah (MM) dan
kancing yang berwarna hitam (mm) (MM x mm) pada percobaan
yang dilakukan secara acak sebanyak 30 kali, hasil yang didapatkan
adalah 7 kancing merah dominan (MM), 14 kancing merah hitam
(Mm), dan 9 kancing hitam (mm). Melalui percobaan kali ini
ditemukan bahwa keturunan dari persilangan monohibrid (satu sifat
beda) hanya menghasilkan 3 jenis keturunan saja yakni merah
(MM), merah hitam (Mm), dan hitam (mm) yang dimana rasio ini
sesuai dengan keturunan hukum mendel I yang menyatakan hasil
akhir dari keturunan dalam percoabaan monohibrid adalah 3:1 dan
dengan perbandingan genotipe MM x mm akan menghasilkan F1
yaitu Mm, sehingga diperoleh F2 (Mm x Mm) yang akan
menghasilkan perbandingan genotipenya yakni 1:2:1.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratiwi dkk., 2017 yang
menyatakan persilangan monohibrid merupakan persilangan yang
melibatkan satu sifat beda. Uji percobaan monohibrid pada
praktikum kali ini sesuai dengan pernyataan Hizqiyah dkk., 2022
yang menyatakan Hasil percobaan monohibrid menunjukkan
bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari salah
satu tetua yang muncul. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1
terjadi karena tertutup, yamg disebut ciri resesif dan yang
menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaan monohibrid
untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan
yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan :
resesif. Hizqiyah dkk., menjelaskan, Sebagai salah satu
kesimpulan dari percobaan monohibridnya mendel menyatakan
bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang
kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Persilangan monohibrid
yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan genotip F2,
yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I.
Hasil uji percobaan monohibrid pada praktikum kali ini juga sesuai
dengan uji monohibrid yang dilakukan oleh Hizqiyah dkk., 2022
yang dimana berdasarkan hasil percobaan untuk membuktikan
hukum Mendel 1 pada persilangan F2 dilakukan sebanyak 3
kali hingga akhirnya hasil persilangan menghasilkan perbandingan
genotip BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotipbulat : kisut
= 3 : 1. Percobaan dilakukan dengan simulasi menggunakan
kacang tanah sebanyak 50 pasang yang salah satunya diberi
tanda untuk membedakan sifat, kemudian dilakukan pengambilan
secara acak sepasang kacang tanah dan dikelompokkan sesuai
sifat genotipe.

IV.2 Persilangan Dihibrid


Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu
sejenis yang melibatkan dua sifat beda, misalnya persilangan antara
tumbuhan ercis yang memiliki sifat biji bulat dan berawna hijau,
dengan tumbuhan ercis berbiji kisut dan berwarna cokelat, atau padi
berumur pendek berbulir sedikit dan padi berumur panjang dan
berbulir banyak. Persilangan dihibrid berkaitan dengan Hukum
Mendel II yang dimana percobaan Mendel atas persilangan dihibrida
menyimpulkan bahwa dalam proses pembentukan gamet, setiap
pasang alel, dalam satu lokus bersegregasi dan akan berpadu secara
bebas dengan alel pada lokus lainnya. Pada praktikum kali ini
dilakukan percobaan dihibrid dengan kancing yang memiliki dua
sifat beda, sifat beda yang dimaskud adalah ukuran kancing (besar
dan kecil) serta warna kancing (putih dan hitam), sehingga terdapat
kancing hitam besar dan kancing hitam kecil, dan kancing putih
besar dan kancing putih kecil. Dari hasil perobaan persilangan antara
dua kancing diperoleh keturunan atau individu individu yang
memiliki beragam jenis sifat dari kedua sifat beda yang dimiliki oleh
parental. Individu atau keturunannya tersebut adalah kancing besar
hitam (BBHH, BbHH, BBHh, BbHh), kacning hitam kecil (bbHH,
bbHh), besar putih (BBhh, Bbhh), dan putih kecil (bbhh). Dengan
jumlah anakan setelah percobaan 30x, besar hitam sebanyak 20,
kecil hitam 2, besar putih 8, dengan total 30 buah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Masithoh dkk., (2014) yang
menyatakan persilangan dihibrid atau persilangan dengan dua sifat
beda, melibatkan dua pasang gen. Pada saaat pembentukan gamet
setiap pasangan gen akan memisah, selanjutnya gen/alel yang lain
secara bebas. Mastithoh dkk., (2014) menjelaskan Dalam hukum
mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of
genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan
bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah
secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya.
Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu
persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih karakter
yang berbeda. Dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif
adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu
tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-
kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif
adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada
hubungannya dengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol
atau tanda pertama dari fenotif. Oleh karena individu itu bersifat
diploid, maka genotif dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA,
Aa, aa, AABB.dsb. Masthihoh dkk., (2014) juga menjelaskan bahwa
dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua sifat beda.
Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II
yaitu bahwa gen gen yang terletak pada kromosom yang berlainan
akan bersegresi secara bebas dan dihasilkan empat macam fentip
dengan perbandingan 9: 3: 3: 1.
V. KESIMPULAN
6.1 Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang
sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat
berkaitan erat dengan hukum Mendel 1 atau yang disebut dengan
hukum segregasi. Hukum ini berbunyi “Pada pembentukan gamet
untuk gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan kedalam
dua anakan”. Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid
pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis
(Pisum sativum)
6.2 Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis
yang melibatkan dua sifat beda, misalnya persilangan antara
tumbuhan ercis yang memiliki sifat biji bulat dan berawna hijau,
dengan tumbuhan ercis berbiji kisut dan berwarna cokelat, atau padi
berumur pendek berbulir sedikit dan padi berumur panjang dan
berbulir banyak. Persilangan dihibrid berkaitan dengan Hukum
Mendel II yang dimana percobaan Mendel atas persilangan dihibrida
menyimpulkan bahwa dalam proses pembentukan gamet, setiap
pasang alel, dalam satu lokus bersegregasi dan akan berpadu secara
bebas dengan alel pada lokus lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Artadana, M, B, I,. Savitri, D, W,. 2018. Graha Ilmu. Dasar Dasar Genetika
Mendel dan Pengembangannya. Fakultas Teknobiologi, UBAYA. ISBN
978-602-262- 797-5

Hakim, A, R, R,. 2018. Persilangan Dihibrid Genetika. Fakultas Biologi,


Universitas Jenderal Soedirman, UNSOED

Hizqiyah, Y, I,. Oktavianti, S,. Zachrani, V,. Hikmatusolihat, A, W,. Permadi, N,.
2022. BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasundan. Vol.7,
No.2
Irwan, B,. 2019. Genetika Pejelasan Mekanisme Pewarisan Sifat, Airlangga
University Press. ISBN 978-979-1330-76-3

Ka, Hyeon, K,. Ryoo, R,. Jang, Y,. Park, Y,. Jeong, S, Y,. Kang, J, J,. Heo, G,.
Jeon, M, S,. 2019. Koren Journal of Mycrobiology. Characteristics of
fruiting Bodies Formed Upon Monohybrid Cross of Letinula Edodes
Strains. Special Forest Division, National Institute of Forest Science,
Suwon, Korea Republic. Vol 47. No. 2

Masithoh, D,. Pratiwi, N, A,. Fatonah, A,. 2014. Simulasi Persilangan Dihibrida.
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Negeri
Semarang.

Maulidi, A,. Ariyanti, E,. Mardiyyangsih, A, N,. 2014. Jurnal Pendidikan dan
Pemebelajaran. Deskripsi Konsep Siswa pada Materi Hereditas di MAN.
Vol 3 (9), pp. 1-17

Mustami, K, M,. Muthiadin, C,. 2021. Konsep Dasar Pewarisan Sifat pada
Manusia. Allaudin University Press. UPT Perpustakaan UIN Alauddin Jl.
H. M. Yasin Limpo No. 36 Romangpolong, Samata, Kabupaten Gowa.
ISBN: 978-602-328-391-0

Suryo,. 2014. Genetika Manusia. Universitas Gadjah Mada , Yogjakarta

Ulfa, M,. 2021. Modul Pembelajaran, RPS, dan Panduan Praktikum Ilmu
Genetika. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Biologi.

Wijayanto, A, D,. 2014. Penerapan Model Persamaan Diferensiasi Dalam


Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan Dengan Dua Sifat Beda.
Jurussan Matematika, Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jember
Yasin, M,et all,. 2014. Jurnal Informatika Pertanian. Uji Kesesuaian Hukum
Mendel Dalam Memilih Benih Jagung Opaque. Vol 14 No: 1.

Yundari, P,. Frans, F,. 2020. Jurnal Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya
(Bimaster). Aljabar Nonasosiatif dan Nonkomutatif Terkait Mutasi.
Universitas Lambung Mangkurat. Volume 09, No. 4 (tahun), hal 489 –
496.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 5 Maret 2024

Mengetahui,
Asisten Praktikan

Fathia Rizki Amalia Chelsea


24020121120028 200201023120030
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai