Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHAN

ACARA IV
PERSILANGAN DIHIBRID

Semester:
Ganjil 2017

Oleh:
Diaktiva Asmarandani Sugiyanta
A1D116031/11

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Genetika (ilmu keturunan) tergolong dalam ilmu hayat yang mempelajari

turun-menurunnya sifat-sifat induk atau orang tua kepada keturunannya. Sejak

ditemukannya hukum keturunan pada permulaan abad ke-20 sampai sekarang

genetika mengalami kemajuan pesat sekali, bahkan kini genetika tidak mungkin

berdiri sendiri melainkan harus bekerjasama dengan ilmu pengetahuan lainnya.

Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar dalam usaha menyediakan bibit

unggul tanaman dalam bidang Pertanian.

Gregor Mendel melanjutkan percobaannya, yang berawal dari persilangan

monohibrid dan berlanjut ke dihibrid. Penelitian Mendel menyangkut dua pasang

alel atau lebih menghasilkan perumusan hukumnya yang kedua yaitu Hukum

Mendel II atau biasa disebut juga sebagai Hukum Pemisahan dan Pengelompokan

Secara Bebas. Gen-gen yang terletak pada kromosom yang berbeda akan berpadu

secara bebas dan menghasilkan empat macam fenotipe dengan perbandingan 9 : 3

: 3 : 1 disebut sebagai Hukum Mendel II.

Persilangan dihibrid merupakan persilangan yang dilakukan pada dua sifat

beda. Persilangan ini dilakukan dengan menyilang dua individu yang memiliki

dua karakter yang berbeda. Persilangan ini diuji dengan maksud membuktikan

Hukum Mendel II. Mendel dalam persilangan dihibrid menemukan bahwa

keturunan yang dihasilkan dari persilangan ini memiliki ratio atau perbandingan

jumlah individu 9 : 3 : 3 : 1 atau dengan variasi angka tersebut. Persilangan


dihibrid dalam dunia pertanian memiliki banyak manfaat, diantaranya yaitu dapat

menghasilkan varietas unggul yang dapat meningkatkan mutu dan kualitas dari

hasil pertanian itu sendiri.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka praktikum ini bertujuan untuk

membuktikan Hukum Mendel II pada persilangan dihibrid.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Sifat keturunan yang dapat kita amati atau lihat (warna, bentuk, ukuran)

dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-

ubah karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip (misanya TT, tt).

Anggota dari pasangan gen yang memiliki pengaruh berlawanan disebut alel.

Misalnya, T menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang

kerdil maka T dan t merupakan alel. Namun, andaikan R adalah gen yang

menentukan warna merah pada bunga, maka T dan R bukan alel ( Suryo, 2012).

Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda

dinamakan hibrid, jika tanaman F1 pada contoh dimuka merupakan hibrid.

Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat pada suatu individu, dapat

dibedakan menjadi beberapa salah satunya yaitu dihibrid yang berarti suatu hibrid

dengan dua sifat beda. Dua sifat beda yang dimaksud seperti berbatang tinggi dan

berbiji bulat (Suryo, 2012).

Penelitian Mendel menyangkut dua pasang alele atau lebih dan

menghasilkan perumusan hukumnya yang kedua yaitu hukum pemisahan atau

pengelompokkan secara bebas. Dua sifat yang dipelajarinya yaitu bentuk dan

warna kapri. Persilangan kapri dihibrid berbiji kuning bulat dan berbiji hijau

berkerut yang dilakukan Mendel dapat menghasilkan F1 dengan perbandingan 9 :

3 : 3 : 1. Pemisahan bebas antara alele untuk warna biji dan bentuk biji terjadi

karena alele tersebut terletak pada kromosom yang berbeda (tidak homolog)

(Crowder, 2006).
Keacakan segregasi dan pengelompokan bebas didasarkan pada proses

meiosis dan mitosis serta peluang bebas, khususnya pada pergerakan kromosom

ke kutub-kutub sel pada anafase I. Saat anafase I dan II, terlihat bermacam-macam

alela yang terletak pada satu atau beberapa lokus. Meiosis pada individu

heerozigot (Aa) memiliki sejumlah gamet yang sebanding masing-masing akan

menerima alela A dan a. Peluang kombinasi gabungan gamet (acak) akan

menghasilkan perbandingan 1AA: 2Aa: 1aa. Terlihat bahwa teori Mendel dalam

reproduksi gamet ternyata sesuai dengan proses mekanisme gen pada meiosis

(Welsh dan Johanis, 2001).

Karakter beda pada tanaman dihibrid dikendalikan oleh sifat dominan yang

terletak dalam satu lokus. Setiap lokus tersebut terletak pada pasangan kromosom

yang berlainan. Reduksi kromosom dari 2n menjadi n terjadi secara acak dimana

anggota pasangan kromosom tersebut. Tanaman homozigot ini hanya dapat

dihasilkan gamet AB. Keterbatasan ini juga berlaku bagi individu homozigot lain

yang mempunyai genotip aabb, Aabb, atau aaBB karena mereka hanya

menghasilkan satu tipe gamet yang spesifik untuk genotipnya (Welsh dan Johanis,

2001).

Individu heterozigot yang karakternya terletak pada dua lokus (AaBb)

dapat dijumpai berbagai kemungkinan. Bagian yang membawa alela A

mempunyai peluang bergerak yang sama dengan kromosom yang membawa alela

B, sementara itu kromosom yang membawa alela resesif bergerak bersamaan pada

arah yang berlawanan. Pergerakan alela ini menghasilkan gamet AB dan ab yang

seimbang perbandingannya. Pergerakan ini bersifat acak dan memungkinkan


terjadinya pergerakan yang searah antara pasangan kromosom yang membawa

alela dominan dan pasangan kromosom yang membawa alela resesifnya.

Kemungkinan yang terakhir ini akan menghasilkan gamet Ab dan aB karena

kemungkinan terjadinya peluang ini selalu sama, maka gamet AB, Ab, aB, dan ab

yang dihasilkan mempunyai angka perbandingan yang sama (Welsh dan Johanis,

2001).

Percobaan Mendel yang melibatkan dua sifat sekaligus disebut percobaan

dihibrid. Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini bahwa dalam proses

pembentukan gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus bersegregasi bebas

dengan pasangan alel lokus lainnya dan akan berpadu secara bebas dengan alel

dari lokus lainnya. Misalnya pada waktu pembentukan gamet parental ke-2,

terjadi penggabungan bebas (kombinasi bebas) antara B dan b dengan K dan k.

Penggabungan bebas ini menghasilkan empat macam kombinasi gamet, yaitu BK,

Bk, bK, bk. Proses pembentukan gamet inilah yang menggambarkan fenomena

Hukum Mendel II. Hukum kombinasi bebas ini dirumuskan dari hasil observasi

terhadap penyebaran fenotip F2 persilangan dihibrid. Persilangan F2, Mendel

memperoleh perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1 (Irnaningtyaset al, 2013).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, bahan yang diperlukan meliputi

lalat buah Drosophilla melanogaster, kertas HVS, klorofom dan lembar

pengamatan. Alat yang digunakan antara lain alat tulis dan lup.

B. Prosedur Kerja

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, maka prosedur kerja pada

praktikum ini sebagai berikut:

1. Bahan dan alat disiapkan.

2. Lalat buah Drosophilla melanogaster diberi larutan klorofom untuk

memingsankannya.

3. Lalat buah yang sudah pingsan diamati dengan menggunakan lup.

4. Hasil pengamatan digambar pada lembar pengamatan kemudian dihitung

perbandingan yang telah diberikan dengan menggunakan uji X2.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan

Menurut Welsh dan Johanis (2001) dihibrid adalah kombinasi induk yang

menghasilkan perbandingan genotip 9 : 3 : 3 : 1 pada keturunannya atau variasi

perbandingan tersebut. Dihibrid juga dapat diartikan sebagai dua alela yang

berbeda terdapat pada satiap dua buah lokus yang berkelompok secara bebas.

Menurut Crowder (2006) dihibrid adalah pembelahan sel yang berasal dari dua

individu yang berbeda dan memiliki dua tanda beda. Selanjutnya, menurut Herlani

(2006) menyatakan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh dua individu dengan

dua sifat beda disebut dihibrid.

Bunyi Hukum Mendel II menurut Crowder (2006), yaitu pemisahan dan

pengelompokkan secara bebas. Pasangan gen berbeda yang sedang segregasi,

akan memisah dan mengelompok secara bebas. Hukum Kedua Mendel

menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat,

maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan

sifat yang lain (Sitepoe, 2001). Menurut Cahyono (2011), Hukum Kedua Mendel

disebut juga sebagai Hukum Berpasangan Secara Bebas atau

independentassortment. Isi dari hukum pasangan bebas yaitu segregasi suatu

pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga

di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen

secara bebas.

Percobaan Mendel yang melibatkan dua sifat sekaligus disebut percobaan

dihibrid. Percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembentukan

gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus bersegregasi bebas dengan pasangan
alel lokus lainnya, dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus lainnya.

Misalnya, pada waktu pembentukan gamet parental ke-2, terjadi penggabungan

bebas (kombinasi bebas) antara B dan b dengan K dan k. Penggabungan bebas ini

menghasilkan empat macam kombinasi gamet, yaitu BK, Bk, bK, bk. Proses

pembentukan gamet inilah yang menggambarkan fenomena Hukum Mendel II.

Hukum kombinasi bebas ini dirumuskan dari hasil observasi terhadap penyebaran

fenotip F2 persilangan dihibrid. Persilangan F2, Mendel memperoleh perbandingan

fenotip 9 : 3 : 3 : 1 (Irnaningtyaset al, 2013).

Mutasi berasal dari kata mutatus (bahasa latin) yang artinya adalah

perubahan. Mutasi didefenisikan sebagai perubahan materi genetik (DNA) yang

dapat diwariskan secara genetis ke keturunannya (Warianto, 2011). Menurut

Welsh dan Johanis (2001), mutasi merupakan perubahan kode genetik di dalam

gen. Terdapat berbagai variasi strainDrosophila melanogaster dengan ciri-ciri

tertentu. Fenotip normal untuk suatu karakter, seperti mata merah pada

Drosophila melanogaster , disebut tipe liar (wild type). Karakter-karakter

alternatif dari tipe liar, seperti mata putih pada Drosophila melanogaster, disebut

fenotip mutan (mutan phenotype), yang sebenarnya berasal dari alel tipe liar yang

mengalami perubahan atau mutasi (Campbell et al., 2008).

T.H. Morgan dan beberapa orang rekannya berhasil menemukan 85 bentuk

mutan yang menyimpang dari tipe normal (wild type), seperti bentuk sayap, warna

tubuh, warna mata, bentuk bristel, dan ukuran mata. Mutan-mutan tersebut

disebabkan oleh mutasi spontan tunggal yang jarang. Salah satu tipe Drosophila

melanogaster mutan adalah strain vestigial (vg). Ciri strainvg yaitu sayap pendek
atau keriput (vestigial). Sayap ini tidak dapat digunakan untuk terbang. Kondisi

sayap ini yang mudah dibedakan dengan jenis mutan lainnya. Kelainan ini

disebabkan adanya kelainan pada kromosom nomor 2, lokus 67,0 (Campbell et

al., 2008). Perbedaan morfologi Drosophila melanogaster Meigen strain normal

dengan strain vestigial dapat dilihat pada Gambar. 1

Gambar 1. Morfologi Drosophila melanogaster Meigen strain normal dan


strainvestigial (Wahyuni, 2013).

Berikut adalah jenis-jenis mutan Drosophila melanogaster beserta deskripsi

singkatnya, sebagai berikut :

1. Dumpy, memiliki sayap lebih pendek hingga dua pertiga panjang normal

dengan ujung sayap tampak seperti terpotong. Bulu pada ada tampak tidak

sama rata. Sayap pada sudut 90o dari tubuh dalam posisi normal mereka.

2. Sepia, memiliki mata berwarna coklat sampai hitam akibat adanya kerusakan

gen pada kromosom ketiga, lokus 26.

3. Clot, memiliki mata berwarna maroon yang semakin gelap menjadi coklat

seiring dengan pertambahan usia.


4. Ebony, merupakan lalat berwarna gelap, hampir hitam dibadannya. Adanya

suatu mutasi pada gen yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal

fungsi gen tersebut berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi warna

pada lalat buah normal. Namun, karena mengalami kerusakan maka pigmen

hitam menumpuk di seluruh tubuh.

5. Curly, memiliki sayap berbentuk keriting dan terjadi mutasi gen pada

kromosom kedua. Sayap-sayap ini menjadi keriting karena adanya suatu

mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah dan

menghasilkan adanya kelainan tersebut.

6. White, memiliki mata berwarna putih yang terjadi akibat adanya kerusakan

pada gen white yang terletak pada kromosom pertama lokus 1,5 dan benar-

benar tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali.

7. Eyemissing, memiliki mata berupa titik dan mengalami mutasi pada

kromosom ketiga di dalam tubuhnya, sehingga yang harusnya diintruksi sel di

dalam larva untuk menjadi mata menjadi tidak terbentuk karena adanya

mutasi.

8. Claret, merupakan mutan dengan mata berwarna merah anggur atau merah

delima (ruby). Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 100,79.

9. Miniature, memiliki sayap berukuran sangat pendek. Lalat dengan sayap

vestigial ini tidak mampu untuk terbang. Lalat ini memiliki kecacatan dalam

“gen vestigial” mereka pada kromosom ke dua. Lalat ini memiliki mutasi

resesif.
10. Taxi, merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika terbang

maupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,0.

11. Black, seluruh tubuhnya berwarna hitam akibat adanya kerusakan pada gen

black pada kromosom kedua lokus 48.5.

(Amelia, 2016)

Berikut merupakan contoh beberapa strain dari lalat buah Drosophila

melanogaster:

Gambar 2. Beberapa jenis lalat mutan Drosophila melanogaster (Campbell et al.,


2008).

Gambar 3. Drosophila melanogaster strain normal (Amelia, 2013).


Gambar 4. Drosophila melanogaster strain ebony (Amelia, 2013).

Gambar 5. Drosophila melanogaster strain white (Amelia, 2013).


Drosophila melanogaster atau yang disebut juga lalat buah merupakan salah

satu serangga yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan

ilmu genetika. Sebab lalat buah tersebut dijadikan sebagai model organisme

diploid di laboratorium. Hal ini terjadi karena ukuran kecil, mempunyai siklus

hidup pendek, jumlah keturunan yang dihasilkan sangat banyak, murah biaya serta

perawatannya (Hotimah et al, 2017). Menurut Utami (2008), Drosophila

melanogaster Meigen merupakan organisme eksperimen modern dalam bidang

genetika karena memiliki karakter fenotip yng berbeda dan terlihat nyata, mudah

mendapatkannya, murah (dapat dibiakkan dalam botol yang hanya berisi media

pisang yang difermentasi) dan mempunyai waktu perkembiakan yang tidak terlalu

lama (2 minggu dengan waktu pematangan seksual awal yaitu 7 jam setelah

keluar dari pupa).

Prakikum acara IV yang berjudul persilangan dihibrid digunakan lup yaitu

alat optik yang menggunakan lensa cembung untuk melihat benda-benda kecil

(Novitasari et al, 2013). Larutan kloroform pada praktikum ini lebih dikenal

karena kegunaanya sebagai bahan pembius (Nugroho, 2013). Fungsi dari lalat
buah Drosophila melanogaster yaitu digunakan untuk penelitian bidang genetika

Mendel pada persilangan dihibrid (Mas`ud dan Prelly, 2013).

Metode X2 adalah cara yang dapat kita pakai untuk membandingkan data

percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang

diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Seorang ahli genetika dapat

menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu menggunakan

cara ini (Crowder, 2006). Pengujian hipotesis dengan X2 atau chi-kuadrat

merupakan salah satu teknik pengujian statistik non-parametrik yang digunakan

untuk menguji kesesuaian data observasi derigan data yang diharapkan

(Indarmawan, 2013).

Alat yang digunakan dalam praktikum tentang persilangan dihibrid adalah

lup dan alat tulis. Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri atas

sebuah lensa cembung. Lup digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar

nampak lebih besar dan jelas. Ada 2 cara dalam menggunakan lup, yaitu dengan

mata berakomodasi dan dengan mata tak berakomodasi. Benda diletakkan di

antara titik fokus lup dan titik pusat optik lup, sehingga bayangan yang terbentuk

maya dan diperbesar (Kanginan, 2012), serta alat tulis yang digunakan dalam

membantu proses berjalannya praktikum ini yaitu pulpen dan hvs.

Bahan yang digunakan pada praktikum acara ini yaitu Drosophila

melanogaster atau yang biasa disebut sebagai lalat buah. Lalat buah inipertama

kali diperkenalkan oleh Morgan dan Castel pada tahun 1900 dan diketahui bahwa

Drosophila melanogaster dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran genetika

pada organisme diploid. Hewan ini dianggap mempunyai peranan yang sangat
penting dalam perkembangan genetika selanjutnya.Alasan penggunaan hewan ini

sebagai objek penelitian genetika di laboratorium adalah ukurannya kecil,

mempunyai siklus hidup pendek, dapat memproduksi banyak keturunan,

generasiyang baru dapat dikembangbiakan setiap dua minggu, murah biayanya,

dan mudah perawatannya (Wahyuni,2013).

Bahan yang digunakan selanjutnya yaitu kloroform. Kloroform mendidih

pada suhu 61,7o C. Kloroform larut dengan mudah pada etanol dan eter tetapi

tidak dapat bercampur dengan air. Kloroform dihasilkan dengan mereaksikan

klorin dengan etanol dan dengan mereduksi karbon tetraklorida (CCl4). Kloroform

dahulu dimanfaatkan sebagai obat bius saat proses pembedahan namun saat ini

sudah digantikan dengan bahan yang lebih tidak beracun, obat bius yang lebih

aman yaitu eter. Secara kimia, kloroform digunakan sebagai pelarut lemak,

alkaloid, iodin dan bahan lainnya. Ketika kloroform terbuka di udara dan terkena

sinar matahari maka kloroform akan berubah menjadi gas yang beracun (Delvia,

2006). Kemudian lembar pengamatan, lembar ini merupakan bahan yang

digunakan untuk menulis dan mecatat hasil pengamatan yang telah dilakukan.

Uji chi-squaremerupakan metode perhitungan yang dilakukan dalam

praktikum kali ini. Uji ini berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua

buah variable nominal dan mengukur kuat hubungan antara variable yang satu

dengan variable normal lainya. Karakteristik chi-square yaitu nilai chi-square

selalu positif terhadap beberapa keluarga distribusi chi-saquare yaitu distribusi

chi-square dengan DK= 1,2,3 dst dan bentuk distribusi chi-square adalah
menjulur positip (Firdauzi,2013). Perhitungan uji X2 yang dilakukan dalam

praktikum ini menghasilkan X2 hitung 0,1002 dengan X2 tabel 7,81 sehingga

dapat disimpulkan bahwa X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel yang menunjukkan

bahwa hasil perhitungan signifikan. Signifikan diartikan sebagai hasil pengujian

yang sesuai dengan perbandingan yang sesungguhnya.

Praktikum kali ini membahas tentang persilangan dihibrid menggunakan

lalat Drosophila melanogaster whiteuntuk membuktikan Hukum Mendel II dan

mengetahui perbedaan lalat jantan dengan betina maupun karakteristik lalat mutan

Drosophila melanogaster melalui warna mata, warna tubuh, dan panjang sayap

serta melakukan perhitungan uji X2. Perbedaan morfologi lalat Drosophila

melanogaster dari ketiga strain yang diamati yaitu, pada bagian ujung abdomen

menunjukkan jantan memiliki warna kehitaman pada ruas no 5 dan 6 sedangkan

pada betina hanya bercak hitam pada tiap ruasnya. Sayap bagian depan pada

Drosophilla melanogaster, pada pengamatan sayap belakang (halter),

menunjukkan bahwa sayap belakang strain pm dan se memiliki kesamaan dengan

Drosophilla melanogaster normal, ketiganya memiliki dua pasang sayap. Sayap

yang berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang mengecil dan

berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halte(Agustinaet al,2013).

Strainwhite lalat buah yang digunakan pada praktikum ini,mengalami

mutasi pada kromosom nomor 1, lokus 1,5. Pigmen merah yang seharusnya

dihasilkan sebagai warna pada faset mata lalat tidak dihasilkan. Mutasi tersebut

menyebabkan terjadinya penyimpangan gen white yang memberikan warna putih


pada faset matanya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dijelaskan oleh

Amelia (2013) dalam skripsinya.


V. SIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil pengujian persilangan dihibrid menunjukkan data yang signifikan

berarti pengujian sesuai dengan perbandingan yang ditetapkan oleh Mendel dalam

Hukum Mendel II. Hal ini disebabkan oleh X2 hitung (0,1002) lebih kecil dari X2

tabel (7,81) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Elita., Nursalmi Mahdi., dan Herdanawati. 2013.


Perkembanganmetamorphosis lalat buah (Drosophilla melanogaster) pada
media biakan alami sebagai referensi pembelajaran pada mata kuliah
perkembangan hewan. Jurnal biotik.1 (1): 1-66.

Amelia, Rumi. 2013. Pengaruh persilangan strain wild type (N) dengan white(W)
terhadap jumlah turunan F2 lalat buah (Drosophila sp). Skripsi. Fakultas
Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya,
Palangkaraya.

Cahyono, Fransisca. 2011. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel.


http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/20102011/Makalah20
10 /MakalahStrukdis2010-083.pdf , Diakses pada 11 November 2017.

Campbell, Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Penerbit Erlangga.


Jakarta.

Crowder, L. V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University


Press.Yogyakarta.

Delvia, Vico. 2006. Kajian pengaruh penambahan dietilen glikol sebagaipemlastis


pada karakteristik bioplastik dari Poli-β-Hidroksialkanoat (PHA) yang
dihasilkan Ralstronia eutropha pada substrat hidrolisat pati sagu. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Firdauzi, Nirmala Fitria. 2013. Rasio perbandingan F1 dan F2 pada persilangan


strainN x b, dan strainN x tx serta resiproknya. Jurnal biology science &
education. 3 (1): 106-113.

Herlanti, Yanti. 2006. Pengaruh penyajian teknik historis terhadap pemahaman


dan retensi siswa (studi kasus pembelajaran hereditas di kelas 3 MTs
Cimahi). METAMORFOSA. 1 (2): 1-13.

Hotimah, Husnul., Purwatiningsih., dan Kartika Senjarini. 2017.


Deskripsimorfologi Drosophilla melanogaster normal (Diptera:
Drosophilidae), strain sepia dan plum. Jurnal ilmu dasar. 18 (1): 55-60.

Indarmawan. 2013. Penggunaan Uji Hipotesis Satistik X2 dalam


PenelitianBiologi.
http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Penggunaan%20Uji% 20Hipotesis
%20Statistik%20X2%20dalam%20Penelitian%20Biologi-.pdf, Diakses
pada 10 November 2017.
Irnaningtyas, E. Laras., S. Widyarti., dan S. Rahayu. 2013. Biologi Molekular
Prinsip Dasar Analisis. Erlangga. Jakarta.

Kanginan, Peter. 2012. Fisika Dasar. Graha Ilmu. Jakarta.

Mas`ud, Abdul dan Prelly M. J. Tuapattinaya. 2013. Studi peristiwa epistasis


resesif pada persilangan Drosophila melanogasterstrain sepia (se) ><rough
(ro) dan strain vestigial (vg) ><dumphi (dp). Bioedukasi. 1 (2): 85-93.

Nugroho, Dani Wahyu. 2013. Prarancangan Pabrik Kloroform dari Aseton dan
Kaporit Kapasitas 25.000 ton/tahun. Naskah Publikasi Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Novitasari, Erma., Supurwoko., dan Surantoro. 2013. Pengembangan


MediaPembelajaran Berbasis IT Berbentuk Permainan Ular Tangga Materi
AlatOptik untuk Kelas VIII SMP. Jurnal Pendidikan Fisika. 1 (1): 37-45.

Sitepoe. Mangku. 2001. Rekayasa Genetika. Grasindo. Jakarta.

Suryo. 2012. Genetika Untuk Strata 1. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Utami, Sri Lestari. 2008. Studi Pendahuluan Analisis Mutasi pada Penyinaran
dengan Sinar Ultraviolet (UV) Terhadap Larva Drosophila melanogaster,
Meigen. Jurnal. 2 (1): 1-9.

Wahyuni, Sri. 2013. Pengaruh Maternal Terhadap Viabilitas Lalat Buah


(Drosophila melanogaster Meigen) Strain Vestigial (vg). Skripsi. Fakultas
MIPA, Universitas Jember, Jember.

Warianto, Chaidar. 2001. Mutasi.


http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/Mutasi_ChaidarWarianto_17.pdf
diakses pada 10 November 2017.

Welsh, James R., dan Johanis P. Mogea. 2001. Dasar-dasar Genetika


DanPemuliaan Tanaman. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai